Anda di halaman 1dari 7

Sekolah merupakan lembaga yang memiliki peran pengembangan dan

pendampinga terhadap perkembangan peserta didik untuk mencapai tujuan


pendidikan nasional. Di sekolah, pengembangan kognitif yaitu berupa
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan
psikomotorik menjadi tanggung jawab guru bidnag studi. Sementara aspek efektif
dan psikomotorik secara lebih luas menjadi tanggung jawab kegiatan
ekstrakulikuler serta bimbingan dan konseling dalam bentuk pengembangan diri.

Menurut PP No. 29/1990 tentang bimbingan dijelaskan bahwa bimbingan


merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam upaya membantu
peserta didik menemukan dirinya, mengenal lingkungannya dan merencanakan
masa depannya. Artinya bahwa perkembangan kognitif, afektifdan psikomotorik
akan terjadi jika ada kerja sama dan saling dukung antara guru mata pelajaran dan
guru bimbingan konseling. Bahkan yang terjadi di sekolah dasar yang tidak
memiliki guru bimbingan konseling secara khusus, sangat mungkin proses
bimbingan dan kosnleing secara terpadu dan terintegarsi oleh guru kelas. Oleh
sebab itu bimbingan dan konseling perlu dipahami seacra utuh bukan hanya oleh
guru pembimbing, melainkan pula oleh seluruh komponen pendidikan mulai dari
kepala sekolah sampai dengan karyawan tata usaha bahkan pihak keamanan
sekolah.

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Berdasarkan


“peraturan pemerintah permendikbud No. 111 tahun 2014”, tentang
penyelenggaraan program layanan bimbingan dan konseling di tingkat sekolah
dasar dan manengah. Adapun tidak kalah pentingnya adalah menyangkut upaya
memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu
mengembangkan potensi pada dirinya atau mencapai tugas tugas perkembangan
(menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral spiritual).
Khususnya bagi peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (prasekolah).

Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses perkembangan
atau menjadi (on becoming), yakni berkembang ke arah pencarian jati diri,
sehingga ia mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki. Proses pencarian itu
memerlukan bimbingan, karena mereka masih kurang memiliki pengalaman atau
wawasan tentang dirinya dan lingkungannya juga pengalaman dalam menentukan
arah kehidupannya. Di samping itu, terdapat suatu keniscayaan bahwa proses
perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari
masalah, bahkan sangat rentan dengan masalah. Dengan kata lain proses
perkembangan itu selalu berjalan dalam alur linear, lurus, atau searah dengan
potensi yang dimiliki individu. Perkembagan konseli tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang sangat melekat pada
lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat
mempengaruhi gaya hidup seorang anak atau masyarakat. Apabila perubahan
yang terjadi sulit diprediksi atau di luar jangkauan kemmapuan, akan melahirkan
kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi
(kemerdekaan, perkembangan, masalah masalah pribadi atau penyimpangan
perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup.

Iklim lingkungan yang kurangs ehat, seperti maraknya tayangan pornografi


ditelevisi dan VCD, penyalahgunaanalat kontresepsi, minuman keras, dan obat
obatan terlarang/narkoba yang tidak terkontrol, ketidakharmonisan dalam
keluarga. Penampilan anak sekarang dapat dikatakan sudah seperti orang dewasa,
atau bahkan sulit membedakan karakter dan sifat sifat tingkat kebutuha mereka
yang idkatakan hampir sama dan bahkan dapat dikatakan sama. Perilaku perilaku
di atas tentunya tidak selaras dengan tujuan pendidikan nasional (UU NO.20
Tahun 2003), yaitu yang terdiri dari 1) beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang
maha esa 2) berakhlak mulia 3) memiliki pengetahuan dan keterampilan 4)
memiliki kesehatan jasmani rohani 5) memiliki kepribadian yang mantap dan
mandiri, dan 6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan hal tersebut terdapat implementasi imperatif bagi semua tingkat


satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikan secara
bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Upaya mencegah perilaku yang
tidak diharapkan seperti disebutkan diatas merupakan cara mengembangkan
potensi konseli dan memfasilitasi peserta didik secara sistemik dan terprogram
untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah
berbasis data tentang perkembangan konseli serta berbagi faktor yang
mempengaruhinya.

Dengan demikian pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang
mengintegrasikan dan mengoneksikan tiga kegiatan bidang utama secara sinergi,
yakni bidnag administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau
kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya
melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan mengabaikan konseli
yang pintar dan terampil aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan
atau kematangan dalam aspek kepribadian.

Pelayanan bimbingan konseling dari manusia,untuk manusia dan oleh


manusia (Prayitno,1994). Dari manusia bermakna bahwa pelayanan itu
diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap
dimensi kemanusiaannya dan untuk manusia memiliki makna pelayanan tersebut
diselenggarakan demi tujuan-tujuan mulia, tujuan agung dan positif demi
kehidupan kemanusiaan menuju manusia seutuhnya baik manusia sebagai
individu maupun kelompok. Oleh manusia, mengandung pengertian
penyelenggaraan kegiatan dilakukan oleh manusia dengan segenap derajat,
martabat, dan keunikan masing- masing yang terlihat didalamnya. Proses
bimbingan dan konseling seperti ini melibatkan manusia dan kemanusiaan sebagai
totalitas, seperti itu melibatkan manusia dan kemanusiaan sebagai totalitas, yang
menyangkut potensi-potensi dan kecenderungan- kecenderungannya,
perkembengannya, dinamika kehidupannya, permasalahan- permasalahannya, dan
interaksi dinamis antara berbagai unsur yang ada. Maka untuk memahami
bimbingan dan konseling peril ditinjau secara luas untuk pembahasan tentang
makna bimbingan dan konseling.

1. Pengertian bimbingan
Berbagai rumusan dan pengertian bimbingan dan konseling untuk
pembahasan lebih lanjut terlebih dahulu oleh para ahli sebagai berikut; bimbingan
adalah “bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna
membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan
mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh
pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbanga-sumbangan yang
berarti bagi masyarakat”(Levefer dalam Mc. Daniael, 1959).

Ada pendapat lain yang sesuai atau sejalan dengan pendapat tersebut
dikemukakan oleh Mortenson dalam Bernard dan Fullmer, 1969 sebagai berikut:
“… Bimbingan sebagai pendidikan dan perkembangan yang menekankan proses
belajar yang sistematik” dan pendapat lain yang juga sejalan dengan kedua
pendapat tersebut Morteson dan Schemuller, 1976. Bahwa “ Bimbingan adalah
bagian dari keseluruahan pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-
kesempatan peribadi dan layanan staf ahli dengan cara dimana setiap individu
dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesangupannya sepenuhnya
sesuai dengan ide-ide demokrasi.“

Selain pendapt tersebut ada beberapa pendapat yang berbeda antara lain,
pendapat Chiskolm dalam Mc Daniel 1959 menyatakan bahwa “Bimbingan
adalah uasaha membantu setiap individu atau lebih, mengenai berbagai informasi
mengenai dirinya sendiri” dan Bernard & Fullmer 1969 menyatakan bahwa
“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisai pribadi
setuap individu”.

Pendapat lebih lengkap lagi disampaikan oleh Jones, Staffire & Stewart,
1970 bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuian yang bijaksana.
Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak
setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri
hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak dituruankan
(diwariskan), tetapi harus dikembangkan”.
Memperhatikan rumusan-rumusan tersebut ada hal-hal yang pokok
terkandung dalam setiap rumusan satu dengan yang lain memiliki perbedan,
meskipun demilikan semua memiliki makna yang sama. Perbedaan tersebut lebih
disebabkan karena penekanan dan dari sudut pandang yang berbeda dan apabila
dicermati rumusan-rumusan tersebut menunjukkan bahwa bimbingan mengalami
perkembangan yang cukup berarti dari masa kemasa. Perkembangan tersebut
dimulai dari sekedar mempersiapkan seseotang untuk memasuki suatu jabatan
atau pekerjaan tertentu sampai pemberian bantuan dalam pengentasan masalah-
masalah didalam bidang, seperti masalah- masalah pendidikan, masalah social dan
masalah pribadi.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan


bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
ahli pada individu baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang
dibimbing dapat mengenal dirinya, maupun mengembangkan potensi dirinya,
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada yang dapat dikembangkan, berdasarkan norma-
norma yang berlaku serata mampu menentukan pilihan-pilihan jalan hidupnya.

2. Pengertian konseling

Secara estimoligis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu


“counsellium”yang memiliki arti “dengan ” atau “bersama” yang dirangkai
dengan “menerima” atau “memahami”. Sedang dalam bahasa Agl0-Saxon, istilah
konseling bersal dari "sella” yang memiliki arti “menyerahkan” atau
“menyampaikan”. Sekarang timbul suatu pertanyaan yaitu kalu demikian, apakah
sebenarnya konseling itu ?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu
akan disampaikan beberapa rumusan mengenai konseling oleh beberapa ahli yaitu
sebagai berikut.

Jones (1951) menyatakan bahwa konseling merupakan kegiatan di mana


semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah
tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan
pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan
masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan dan progresif
dari indivudi untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.

Pendapat lain yang berbeda dengan pendapat diatas yaitu pendapat


Pepensky & Pepensky dalam Shertzen & Stone 1981 menyatakan bahwa
konseling adalah interaksi dua orang individu yaitu yang satu disebut konselor
dan satu lagi disebut klien, hubungan itu terjadi secara professional yang
dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam
tingkah laku konsele. Sejalan pendapat tersebut Maclean dalam Shertzen & Stone
1981 menyatakan bahwa konseling adalah “ proses yang terjadi dalam hubungan
antara dua orang yaitu individu yang mengalami masalah yang tidak bisa
dipecahkan sendiri (konsele) dan seorang yang membantu secara professional
(konselor) bertatap muka secara langsung untuk memperoleh pemecahan berbagai
masalah yang dialami oleh konsele”.

Kedua pendapat diatas didukung pendapat dari Division of Counseling


Psychology yang menyatakan bahwa “…konseling merupakan suatu proses untuk
membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan
untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya,
proses tersebut dapat terjadi setiap waktu”. Pendapat ini seiring dengan pendapat
A.C.English (1958) yang meyatakan bahwa “…konseling adalah proses dimana
konselor membantu konsele untuk membuat interpretasi-interpretasi mengenai
fakta-fakta berkenaan dengan pilihan-pilihan, rencana-rencana dan penyesuaian
yang perlu dibuatnya”.

Pendapat yang berbeda dari berbagai pendapat diatas dapat dirumuskan


bahwa konseling merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu
dan atau individu- individu yang mengalami kesulitan (konsele) yang dilakukan
dengan wawancara dan dengan metode psikologis secara bertatap muka yang
diarahkan kepada terpecahkan masalah oleh konsele sendiri menggunakan
kemampuan-kemampuan yang dimilinya sehingga akan mendapatkan kebahagian.
Lebih tegas dinyatakn oleh Peterson dan Shigetomi 1981 menyatakan bahwa (a)
konseling bukanlah nasihat, bukan saran, dan bukan rekomendasi, (b) konseling
bukanlah wahana untuk mengubah tingkah laku dengan cara membujuk,
mengancam atau memaksa, (c) konseling bukanlah memberikan informasi,
meskipun informasi dapat disampaikan pada saat konseling, (d) konseling
bukanlah wahana untuk mengubah tingkah laku dengan cara menegur,
memperingatkan kepada konsele, dan tidak setiap wawancara bukanlah konseling,
meskipun konseling menggunakan wawancara.

Anda mungkin juga menyukai