Makalah Bencana
Makalah Bencana
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
3. Menjelaskan Pengelolaan Obat Bencana dan Perbekalan Kesehatan pada tahap
rehabilitasi dan rekonstruksi
4. Menjelaskan Pengelolaan Obat Bencana dan Perbekalan Kesehatan pada tahap
evaluasi
5. Studi Kasus
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jumlah dan jenis obat dan perbekalan kesehatan bila terjadi bencana
2. Pembuatan paket-paket obat bencana untuk daerah disesuaikan dengan potensi
bencana didaerhanya
3. Jenis dan kompetensi TRC
4. Koordinasi lintas sector dan program
a. Perencanaan kebutuhan
Obat yang dibutuhkan pada tahap tanggap darurat, berdasarkan Rapid Health
Assesment yang meliputi :
1. Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
2. Sumber daya manusia
3. Kondisi gudang penyimpanan
4. Fasilitas dan infrastruktur
5. Pendanaan
3
pada tahap tanggap darurat tidak tersedia pada paket bencana maka dilakukan
pengadaan obat sesuai kebutuhan.
2. Luas bencana dan jumlah korban
Berdasarkan luas bencana dan jumlah korban sesuai dengan hasil RHA ditetapkan
kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan.
3. Stok obat yang dimiliki
Usaha menggunakan persediaan obat dan perbekalan kesehatan dari stok Unit
Pelayanan Kesehatan atau Dinas Kesehatan Kab/Kota yang ada, dan jika kurang
dapat menggunakan stok dari Kabupaten/Provinsi terdekat.
Dibawah ini digambarkan alur permintaan dan distribusi obat dan perbekalan
kesehatan pada saat terjadi bencana.
4
2.2.2 Jenis Penyakit dan Obatnya
Tabel 1. Jenis penyakit, obat dan perbekalan kesehatan pada tahap tanggap darurat
berdasarkan jenis bencana
5
6
7
2.2.3 Penyiapan Obat Berdasarkan Tingkat Pelayanan Kesehatan
Pada masa tanggap darurat jenis obat yang disiapkan disesuaikan dengan tingkat
kompetensi petugas yang ada. Secara umum WHO dalam buku New Emrgency Health Kits
membuat klasifikasi penyediaan obat dan perbekalan kesehatan sebagai berikut :
Di pos kesehatan dan sarana kesehatan didaerah bencana dengan tenaga medis dapat
disediakan obat simptomatik, antibiotic tertentu dan obat suntik dalam jumlah terbatas.
Contoh obat antalgin tablet, parasetamol tablet dan syrup, lidocain, amoksisilin,
kloramfenikol dan metronidazole.
Tabel 2. Contoh Obat untuk Pos Kesehatan dan Pustu dengan tenaga medis dan
paramedis
8
2.3 Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Agar obat sisa bantuan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, maka diperlukan
langkah-langkah penatalaksanaan sebagai berikut :
a. Inventarisasi
Inventarisasi dilakukan segera setelah tahap tanggap darurat dinyatakan
berakhir. Mekanisme inventarisasi dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Setiap sarana pelayanan kesehatan di kab/kota melakukan inventarisasi obat dan
perbekalan kesehatan dan melaporkan kedinas kesehatan kab/kota.
2. Dinas kesehatan kab/kota menunjuk instalasi farmasi kab/kota untuk
melaksanakan rekapitulasi hasil inventarisasi obat dan perbekalan kesehatan.
3. Hasil rekapitulasi obat dan perbekalan kesehatan dilaporkan ke dinas kesehatan
propinsi.
2.4 Evaluasi
9
Cara memperoleh data:
Jumlah jenis obat yg dibutuhkan, lihat kasus penyakit.
10
Cara memperoleh data:
Total item obat yg rusak, lihat sisa obat;
Total item obat yg tersedia, lihat berita acara pengiriman obat;
Harga per kemasan, lihat daftar harga SK Menkes.
5. Pemusnahan obat-obatan
Proses pemusnahan mengacu pada Pedoman Teknis Pemusnahan Sediaan
Farmasi dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan sesuai dengan peraturan
perundang‐undangan yang berlaku.
Secara garis besar, proses pemusnahan obat terdiri dari:
a. memilah, memisahkan dan menyusun daftar obat yang akan dimusnahkan
b. menentukan cara pemusnahan
c. menyiapkan pelaksanaan pemusnahan
d. menetapkan lokasi pemusnahan
e. pelaksanaan pemusnahan
f. membuat berita acara pemusnahan
g. melaporkan kepada gubernur/bupati/walikota
Pada tahap tanggap darurat seluruh institusi harus langsung terlibat sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Untuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, maka fungsi
pelayanan dilakukan kembali seperti pada situasi normal. Pada tahap kesiapsiagaan
tidak semua institusi kesehatan langsung terlibat dalam pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan, karena pada tahap ini yang diperlukan adalah adanya rencana
kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan.
11
Sebagai unit farmasi, tugas sebagai penanggung jawab antara lain :
Pada prinsipnya pelayanan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) kepada pasien di
RS lapangan hampir sama dengan pelayanan pada pasien di rumah sakit biasa karena kondisi
darurat system pelayanan nya dibuat lebih sederhana. Kriteria jenis obat yang disediakan di
RS lapangan adalah obat untuk penyelamat jiwa (pertolongan pertama atau kondisi
emergensi). Perlengkapan RS lapangan harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan
mutu, keamanan, keselamatan, kemanfaatan, dan layak pakai. Perlengkapan tersebut dapat
mencakup alat medis, penunjang medis, dan alat non-medis.
Langkah-langkah :
1. Melakukan perhitungan yang relatif sesuai dengan kebutuhan selain jenis obat yang
disediakan juga dapat mendekati kebutuhan nyata. Biasanya untuk bencana gempa
bumi jenis penyakit yang ditimbulkan adalah :
Luka memar
Luka sayatan
ISPA
Gastritis
12
Patah tulang
Malaria
Asma
Penyakit mata
Penyakit kulit
Meninggal dunia
2. Mendata jumlah pengungsi, berikut usia dan jenis kelaminnya.
3. Mobilisasi obat dan perbekalan kesehatan
Mekanisme penggerakan obat dan perbekalan kesehatan, meliputi:
Jenis dan jumlah sesuai hasil assessment (y.i. jenis bencana, jenis penyakit,
jumlah korban berikut usianya), dan pedoman pengobatan.
13
Keterangan:
RS lapangan dapat mengajukan permintaan kebutuhan obat dan bahan habis pakai ke
kantor Dinkes Kab/Kota setempat yang harus dipenuhinya.
Bila permintaan obat dan perbekalan kesehatan tidak dapat terpenuhi, dinas kesehatan
kab/kota dapat meneruskan permintaan itu secara berjenjang ke dinas kesehatan
provinsi dan departemen kesehatan.
Distribusi obat tersebut bersifat situasional bergantung pada lokasi bencana dan
tingkat ketersediaan obat yang ada.
4. Jika jumlah obat di daerah lokasi bencana tidak mencukupi, kekurangannya dapat
diambil dari obat buffer stock nasional melalui Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan
Alat Kesehatan selaku unit utama di Departemen Kesehatan yang bertanggung jawab
dalam penyediaan obat bagi korban bencana.
Untuk memudahkan proses pelayanan obat, minimal harus tersedia peralatan seperti:
wadah obat/kotak
mortir dan stamfer (untuk meracik obat)
plastik atau kertas perkamen untuk obat yang akan diserahkan kepada pasien
air bersih dan matang untuk meracik sirup kering
etiket untuk obat luar dan dalam
gelas ukur.
14
Mengingat situasi saat bencana sering menyebabkan sarana pelayanan kesehatan
mengalami kekurangan tenaga, maka untuk memudahkan pencatatan, kartu stok
dapat digunakan. Segala kegiatan pelayanan obat harus dilaporkan kepada dinkes
kabupaten/kota/provinsi sebagai bentuk pertanggungjawaban tentang penggunaan
obat, selain sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lokasi terjadinya bencana.
Kegiatan pelaporan obat dilakukan perhari, perminggu atau bergantung pada situasi di
lapangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip dasar dari pelayanan obat pada situasi bencana adalah cepat, tepat, dan sesuai
kebutuhan. Oleh karena itu, dengan banyaknya institusi kesehatan yang terlibat perlu
dilakukan koordinasi dan pembagian tanggung jawab. Hal itu diperlukan agar tidak terjadi
simpang siur penanggung jawab pada setiap tahapan situasi bencana. Pada tahap persiapan
tidak semua institusi kesehatan langsung terlibat dalam pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan karena pada tahap itu yang diperlukan adalah adanya rencana penyiapan
pengalokasian obat dan perbekalan kesehatan, sedangkan pada tahap kejadian bencana semua
institusi harus langsung terlibat.
Pada dasarnya, sistem penyimpanan obat di RS lapangan hampir sama dengan sistem
penyimpanan di tempat lain seperti Puskesmas atau RS rujukan. Obat harus disimpan di
tempat yang aman, disusun berdasarkan jenisnya secara alfabetis. Penyimpanan menerapkan
sistem FEFO dan FIFO. Petugas yang berwenang dalam mengakses ruang penyimpanan obat
hanya petugas yang telah ditunjuk.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI, 2011, Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Edisi
Revisi, Jakarta : Bidang Penangggulangan Krisis.
2. Kemenkes RI, 2008, Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Lapangan Untuk Bencana,
Jakarta : Bidang Penangggulangan Krisis.
16