Makalah Gigantisme
Makalah Gigantisme
A. Pengertian
a. Sakit kepala
b. Gangguan penglihatan :
1) Hemianopsi bitemporal
e. Keluhan-keluhan DM.
c. Kiposis
d. Artropati.
e. Acanthosis nigricans
f. Hipertrikosis
C. ETIOLOGI
Tumor hipofise : adenoma eosinofilik
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini
dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan
hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.
Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi
sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa
pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama
adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone
pertumbuhan.
D. PATOFISIOLOGI
Melihat besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua
bentuk yakni, mikro adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan
makro adenoma kalau diameternya lebih dari 10 mm. Adenoma hipofisis
merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai disayap
lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai digaris
migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para farings.
Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH (Growth Hormone Realising
Hormon) sangat jarang (kurang dari 1%). Namun secara klinis keadaan ini
sulit dibedakan dengan akromegali yang disebabkan oleh karena adeno
hipofisis. Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan histopatologis
yang mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan adanya adenoma. Penyebab
lain adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP (Isolated Ectopic
Production Of GH).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Glukosa darah meningkat
b. Hiperfosfatemi
c. Hiperlipidemi
d. Hiperkalsemi.
Tumor hipofisis saat ini dapat diketahui melalui pemeriksaan:
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah:
1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat
pembesaran tumor
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1) Terapi pembedahan
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan
melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan
bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara
terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut
antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2) Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau
tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan
pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan
dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a. Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45
69 4500 RAD)
b. Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles
Radiation, 150 69 15000 RAD)
3) Terapi medikamentosa
a. Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat
meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien
akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine
menurunkan kadar HP dalam darah.
b. Contoh agosis dopamine:
1) Brokriptin
2) Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan
dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis
yang dicapai antara lain adalah:
a) Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
b) Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
c. Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi
ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.
d. Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
e. Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-
200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.
f. Perbaikan klinis yang dicapai:
1) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50
kasus
2) Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
3) Penyusunan tumor
g. Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri
local/ di daerah suntikan dan kram perut.
ASUHAN KEPERAWATAN
GIGANTISME
KASUS
1. PENGKAJIAN
2. Identitas:
a. Nama : An.A
b. Tanggal lahir : Nganjuk , 15-02-2005
c. Usia : 10 tahun
d. Jenis kelamin : laki-laki
e. Tanggal MRS : 21-04-2015
f. Penanggung jawab : Orang Tua
g. Diagnosa Medis : GIGANTISME
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda- tanda vital
1) TD :
2) Nadi :
3) RR :
4) Suhu :
5) BB : 70 kg
6) TB : 170 cm
b. Head to toe
1) Kepala
a) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris
Palpasi : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, warna rambut hitam.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil:
Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada
sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda,
pergerakan mata klien normal, dan tidak mampu melihat
jarak jauh.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar
mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada sekret,
tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi
penciuman baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak
terjadi pendarahan pada lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa
mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak
terdapat benjolan pada lidah.
f)Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga,
tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika
diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak
terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran
timpani normal.
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh,
tidak ada lesi.
Palpasi :Tidak ada benjolan pada leher, tidak ada nyeri tekan dan
tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang simetris antara kiri dan kanan,
tidak ada retraksi otot bantu pernafasan,warna kulit dada
sama dengan sekitarnya.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi.
Perkusi : sonor ( resonan )
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak
terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: tidak nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada
pembesaran lien (ginjal)
4) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan,lemah,dan
letih.
5) Integumen
Inspeksi: Warna kulit sawo matang, tekstur kasar, tebal, basah,
dan berminyak.
6) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: compos mentis,sering mengantuk.
2. Diagnosa Keperawatan