ABSTRAK
Kaolin merupakan mineral tanah liat berwarna putih yang memiliki komponen terbesar
berupa kaolinit dengan rumus kimia Al 2O3.2SiO2.2H2O. Penggunaan kaolin untuk
pengobatan berawal dari literatur-literatur barat abad pertengahan, terutama setelah
kemunculan pendekatan yang lebih empiris terhadap efek farmakologi, pembentukan
farmakope, perkembangan mineralogi, kimia dan teknologi farmasi, kemajuan dalam
teknik instrumental, dan peningkatan dari reputasi terapeutik mineral. Kaolin dengan
persyaratan khusus dapat digunakan dalam aplikasi farmasi (topikal maupun oral) dan
kosmetik. Kaolin telah banyak digunakan sebagai obat dalam penyembuhan tradisional
selama ribuan tahun dan penggunaannya sebagai bahan aktif untuk pengobatan
beberapa penyakit terus diteliti. Artikel terkait pengumpulan informasi penggunaan
kaolin dalam aplikasi farmasi dan kosmetik belum banyak dilakukan, sehingga artikel ini
dibuat untuk mengulas peran dan fungsi kaolin dalam aplikasi farmasi dan kosmetik.
Tujuan keseluruhan dari artikel ini adalah untuk memberikan informasi tentang
pemanfaatan dan pengembangan kaolin sebagai bahan aktif atau eksipien dalam bidang
farmasi dan kosmetik. Kaolin dapat diberikan secara oral sebagai antibakteri, antivirus,
dan antidiare, dan secara topikal sebagai agen pelindung dermatologis. Selain sebagai
bahan aktif, kaolin juga biasa digunakan dalam aplikasi farmasi sebagai bahan eksipien.
Beberapa fungsi dari kaolin sebagai eksipien yaitu sebagai bahan pengisi, agen
pengemulsi, agen suspensi, dan bahan penghancur. Selain dalam aplikasi farmasi, kaolin
juga digunakan dalam aplikasi kosmetik sebagai agen tabir surya dan untuk tujuan
perawatan kulit. Metode penulisan artikel ini ditulis berdasarkan studi literatur dari
artikel dan jurnal yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
334
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
ABSTRACT
Kaolin is a white clay mineral whose largest component in the form of kaolinite with the
chemical formula of Al2O3.2SiO2.2H2O. The use of kaolin for the medicinal purposes
originated in medieval western literature, especially after the emergence of a more
empirical approach to the effects of pharmacology, pharmacopoeial formation,
mineralogy development, pharmaceutical chemistry and technology, advances in
instrumental techniques, and improvements in mineral therapeutic reputation. Kaolin,
with special requirements, can be used in pharmaceutical applications (topical or oral)
and cosmetics. Kaolin has been widely used as a medicine in traditional healing systems
for thousands of years and its use as an active ingredient for the treatment of several
diseases continues to be investigated. Articles related to the information on the use of
kaolin in pharmaceutical and cosmetic applications are not available much, hence this
article was written to review the role and function of kaolin in pharmaceutical and
cosmetic applications. The overall purpose of this article is to provide information about
the use and development of kaolin as an active ingredient or excipient in the
pharmaceutical and cosmetic fields. The method of writing this article is based on the
study of literature from articles and journals that are relevant to the problem under
study. Kaolin can be administered orally as an antibacterial, antiviral, and antidiarrheal,
and topically as a dermatological protective agent. Apart from being an active
ingredient, kaolin is also commonly used in pharmaceutical applications as excipient
ingredients. As excipients, some functions of kaolin are fillers, emulsifying agents,
suspension agents, and disintegrant agents. In addition to pharmaceutical applications,
kaolin is also used in cosmetic applications as a sunscreen agent and for skincare
purposes.
335
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
336
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
penghancur (Rowe et al., 2009; Dogan et et al., 2016). Jou and Malek (2016) telah
al., 2012). mempelajari aktivitas perak-kaolinit (CA-
Antibakteri Ag-kaol) yang mengandung klorheksidin
Kaolin (kaolinit) telah dilaporkan asetat sebagai agen antibakteri.
memiliki aktivitas sebagai antibakteri Berdasarkan hasil penelitian, dilaporkan
(Otto dan Haydel, 2013). Lafi dan Al- perak-kaolinit yang mengandung
Dulaimy (2011) melaporkan bahwa gray klorheksidin asetat dapat digunakan
clay (kaolin) memiliki aktivitas sebagai agen antibakteri yang efektif
bakterisidal terhadap bakteri karena aktivitas antibakterinya yang
Staphylococcus aureus. Aktivitas tinggi terhadap bakteri spektrum luas
antibakteri dari kaolin ini dikaitkan (Jou dan Malek, 2016).
dengan sifat fisik dan/atau kimianya. Antivirus
Proses bakterisidal fisik terjadi karena Ali et al. (2014) melakukan
adanya adsorpsi permukaan antara penelitian untuk mengevaluasi aktivitas
partikel kaolin dan dinding sel bakteri anti-HCV (hepatitis C virus) dari mineral
karena tarikan elektrostatiknya. Bakteri kaolin. Hasilnya, turunan mineral kaolin
Pseudomonas putida dan Staphylococcus menunjukkan efek penghambatan yang
gallinarum menunjukkan afinitas menjanjikan terhadap infeksi genotipe
adsorpsi yang tinggi terhadap 3a dan 1a HCV, yang menunjukkan
permukaan kaolin (kaolinit) (Lafi dan Al- kemungkinan penggunaannya sebagai
Dulaimy, 2011). Daya tarik permukaan obat komplementer dan alternatif untuk
ini menyebabkan pembungkusan sel-sel infeksi virus HCV (Ali et al., 2014).
bakteri dan mengganggu penyerapan Hasil penelitian Bellou et al.
nutrisi metabolik mereka (Vasiliadou et (2015) menunjukkan bahwa adenovirus
al., 2011; Abdel-Khalek et al., 2014). patogen enterik manusia (hAdVs) dan
Komposit ZnO/kaolinit coliphage (MS2 dan ΦX174) dapat
dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri dihilangkan dengan adsorpsi pada
terhadap S. aureus, Escherichia coli, permukaan kaolin (kaolinit) yang dibuat
Enterococcus faecalis, dan Pseudomonas larutan encer (Bellou et al., 2015). Silva
aeruginosa. Potensi ini disebabkan oleh et al. (2015) menunjukkan bahwa
aktivitas fotokatalitik komposit partikel kaolinit yang tersuspensi dalam
ZnO/kaolinit dan interaksi biologisnya air mengurangi jumlah salinan genom
dengan sel bakteri (Dedkova et al., virus dan infektivitas adenovirus 5
2015). Kaolin (kaolinit) yang dimodifikasi (HAdV-5) (Silva et al., 2015).
dengan dimetil sulfoksida (DMSO) Antidiare
menjadi nanokomposit, berdasarkan tes Primandini et al. (2012)
antimikroba terhadap strain bakteri S. melakukan penelitian terhadap
aureus, E. coli dan terhadap ragi Candida peningkatan adsorpsi kaolin dengan
albicans dilaporkan memiliki efisiensi kalsinasi (suhu 400 °C), hasil penelitian
antimikroba yang sangat baik (Holesova didapat bahwa kaolin yang dilakukan
337
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
kalsinasi lebih efektif sebagai antidiare dapat menyebabkan infeksi jerawat, dan
dibanding kaolin tanpa dikalsinasi oleh karena itu, mencegah cacat,
(Primandini et al., 2012). Kaolin komedo dan mengurangi penyebaran
merupakan senyawa mineral yang tidak jerawat (Pura et al., 2014). Marcotegui
larut dalam air, asam mineral, dan et al. (2015) melaporkan aplikasi kaolin
larutan alkali hidroksida. untuk meredakan dan menyembuhkan
Kaolin adalah salah satu bekas gigitan serangga (Marcotegui et
adsorben usus utama. Kaolin secara al., 2015).
tradisional telah digunakan secara Kaolin sebagai Bahan Pengisi
internal dalam pengobatan berbagai Pilihan bahan pengisi yang tepat
gangguan enterik, kolitis, enteritis, pada dasarnya tergantung pada
disentri, dan diare yang berhubungan hidrofobisitas dan bioavailabilitas
dengan makanan dan keracunan alkaloid komponen aktif. Pengisi yang larut
(Aleanizy et al., 2014). Kemampuan dalam air direkomendasikan dalam
antidiare dari kaolin dikaitkan dengan formulasi dengan bahan aktif yang
hidrofilisitas, luas permukaan, kelarutannya rendah dalam air, dan
mikroporositas, osmotik air dan sifat sebaliknya. Pemilihan bahan eksipien
retensi kaolin (kaolinit), serta efek tersebut bertujuan untuk menghindari
antibakteri dan antivirusnya (Wardhana masalah ketersediaan hayati
et al., 2014). (bioavailabilitas). Tes fisik dan parameter
Pelindung Dermatologis yang paling penting yang
Kaolinit telah digunakan secara direkomendasikan untuk memenuhi
topikal sebagai agen tabir surya aktif syarat kaolin sebagai pengisi dalam
untuk menipiskan efek radiasi ultraviolet bentuk sediaan padat meliputi kerapatan
matahari (UV-B dan UV-A, masing- serbuk, kehalusan serbuk, kelembaban,
masing rentang panjang gelombang kekerasan, kerapuhan, waktu hancur,
spektral 290-320 nm dan 320-400 nm) disolusi atau profil pelepasan obat
yang bertanggung jawab atas kerusakan (Mathur et al., 2015; Uddin et al., 2015).
kulit dan kanker. terutama dengan Kaolin yang diformulasikan harus
kaolinit yang memiliki kandungan Fe2O3 kompatibel dengan komponen aktif dan
yang tinggi (Etich et al., 2014). eksipien lain yang terlibat. Eksipien yang
Masker wajah, krim, tapal dan memiliki sifat adsorben tinggi tidak
lotion yang mengandung kaolinit dapat diterima pada batas kritis untuk
menunjukkan aktivitas terapi sebagai formulasi tablet atau kapsul. Bahan aktif
perawatan antiacne, karena ini yang dikonsumsi secara klinis dalam
menyerap lipid permukaan, sekresi dosis kecil (misalnya glikosida jantung,
berminyak dan sel kulit mati yang alkaloid, dan estrogen sintetik) tidak
terkelupas, serta menyerap racun dapat ditambahkan eksipien dengan sifat
superfisial (misalnya, racun pohon ek adsorben tinggi. Penambahan eksipien
dan poison ivy), bakteri dan virus yang tersebut dapat menyebabkan bahan
338
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
aktif diserap dalam jumlah yang tinggi, adsorpsi fisik eksotermis antara
dan menurunkan bioavailabilitas setelah permukaan kaolin dan atenolol (obat β-
pemberian (Shalini, 2012). blocker) yang berkurang dengan
Banyak penelitian farmasi telah meningkatkan kekuatan ionik larutan
dicoba untuk menentukan peran kaolin, obat. Hubungan cincin NH, -O-, dan
sebagai pengisi atau peran sebagai benzena adalah ligan pengkelat utama
eksipien lainnya, untuk menyerap dan yang bertanggung jawab atas interaksi
melepaskan molekul bahan aktif. ini (Hu et al., 2015). Yu dan Bi (2015)
Interaksi obat dan kaolin dapat terjadi, mempelajari penyerapan naproxen (obat
seperti mengurangi pelepasan molekul antiinflamasi asam) ke permukaan
obat aktif yang dapat dipengaruhi oleh kaolin. Mereka mengaitkan adsorpsi kuat
adsorpsi yang kuat. Kaolin dengan sifat ini dengan interaksi antara cincin
adsorpsi yang kuat dapat digunakan diaromatik obat dan permukaan siloxane
sebagai eksipien dalam formulasi obat kaolinit (Yu dan Bi, 2015).
sistem pelepasan terkendali. Dalam hal Secara keseluruhan, kaolin dapat
dosis obat rendah, kaolin dapat dianggap sebagai eksipien yang
ditambahkan sebagai pengisi hingga 90% terjangkau, dengan perhatian khusus
atau lebih ke dalam bahan aktif tablet pada interaksi dengan bahan farmasi
atau kapsul untuk menambah volume, aktif. Interaksi kaolin dengan obat-
memfasilitasi kompresi dan/atau obatan dapat berguna dalam desain
menambah berat dan ukuran bentuk sistem penghantaran obat yang
sediaan padat sesuai yang ditentukan. dimodifikasi (Viseras et al., 2010).
Onyishi et al. (2013) Kaolin sebagai Agen Pengemulsi
menunjukkan bahwa kapsul pyridoxine Formulasi emulsi memerlukan
hydrochloride (vitamin B6) yang penambahan agen pengemulsi, untuk
diformulasikan dengan kaolin sebagai menstabilkan ketidakmampuan
pengisi berhasil dibuat untuk sistem bercampur fase minyak dan fase air
penghantaran obat lepas terkendali sebagai emulsi minyak dalam air atau air
(Onyishi et al., 2013). Aleanizy et al. dalam minyak. Mekanisme emulsifikasi
(2015) mempelajari interaksi antara digambarkan dengan penurunan
kaolin dan metronidazole (antibiotik dan tegangan antarmuka antara dua fase tak
obat antiprotozoa) dan menyimpulkan bercampur atau gaya tolak yang
bahwa adsorpsi isoterm Langmuir dari mempertahankan kedua fase
obat bergantung pada pH kaolin dan tersuspensi dalam media dispersi.
dikontrol oleh konsentrasi kaolin. Selain Emulsifikasi juga tergantung pada sudut
itu, pemberian tablet kaolin- kontak tiga fase (minyak-air-padatan)
®
metronidazole (Riazole ) secara (Bora et al., 2014).
bersamaan mempengaruhi pelepasan Kpogbemabou et al. (2014)
dan difusi metronidazole (Aleanizy et al., mempelajari kemampuan kaolin untuk
2014). Hu et al. (2015) menunjukkan menstabilkan emulsi pickering minyak
339
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
dalam air, di mana dodekana (C12H26) digunakan. Agen pensuspensi juga dapat
adalah fase minyak yang digunakan mempertahankan homogenitas sistem
dalam formulasi. Hasil menunjukkan dan mencegah penguraian komponen
bahwa kaolin (15%) ditambahkan ke fase padat di bagian bawah wadah. Stabilitas
berair (pada pH=7,2) memperlihatkan suspensi disebabkan oleh efek energi
stabilitas emulsi jangka panjang tanpa potensial elektrostatik dari tolakan yang
adanya surfaktan. Tawfeek et al. (2014) timbul di antara partikel bermuatan
meneliti efek kaolinit pada stabilisasi (potensial zeta) dari eksipien. Untuk
emulsi minyak-dalam-minyak yang tidak kinerja yang baik, agen pensuspensi
berair. Peneliti ini menemukan bahwa harus menunjukkan sifat yield stress dan
kaolinit yang dicampur dengan minyak viskositas tinggi ketika shear rates
parafin/formamida tidak memberikan rendah, tahan terhadap beragam suhu,
sistem emulsi yang stabil pada semua stabil sepanjang penyimpanan jangka
konsentrasi, sementara penambahan panjang, menghasilkan konsentrasi
surfaktan nonionik noigen RN10 elektrolit yang signifikan, dan juga harus
(polyoxyethylene alkylphenyl ether) bertindak secara konsisten pada rentang
meningkatkan stabilitas emulsi. pH yang luas (Kulshreshtha et al., 2010).
Surfaktan ini meningkatkan Suspensi kaolin (kaolinit)
keterbasahan partikel kaolinit, terutama ditandai oleh perilaku aliran
karenanya stabilitas emulsi ini meningkat pseudoplastik (penipisan geser) non-
(Tawfeek et al., 2014). Jadi, dalam Newtonian dengan Bingham yield stress,
formulasi semi-padat topikal, permukaan di mana viskositas menurun dengan
kaolinit dapat diaktifkan untuk bertindak meningkatnya shear rates. Perubahan
sebagai agen ampifilik untuk karakteristik reologi dan stabilitas
meningkatkan dan menstabilkan larutan suspensi kaolin disebabkan oleh
ketidakmampuan air dari obat hidrofobik perbedaan muatan permukaan partikel
agar berada dalam fase homogen (zeta potensial), yang dipengaruhi oleh
terdispersi. variasi dalam kristalinitas kaolin,
Kaolin sebagai Agen Pensuspensi konsentrasi elektrolit, dan nilai pH.
Suspensi kasar adalah sistem Secara umum, yield stress dan tingkat
dispersi yang memiliki fase dispersi pengendapan larutan suspensi kaolin
dengan ukuran partikel lebih besar dari 1 menurun dengan meningkatnya pH dan
μm, sedangkan sol koloid menunjukkan zeta potensial (Gupta et al., 2011).
diameter partikel kurang dari 1 μm. Agen Larutan suspensi yang diformulasikan
pensuspensi dan anticaking adalah dengan kaolin kristalinitas rendah
bahan eksipien yang digunakan untuk menunjukkan tekanan dan viskositas
menstabilkan keadaan deflokulasi lebih tinggi daripada yang diformulasikan
partikel tersuspensi agar mudah dengan kaolin kristalinitas tinggi (Ndlovu
disebarkan kembali ketika mengocok et al., 2015).
wadah obat dengan lembut sebelum
340
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
341
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
(kaolinit). Ini dapat terjadi karena sebum pada permukaan kulit. Kulit
kemampuan adsorbennya dan mampu mengkilap menyusahkan banyak orang
menempel pada kulit membentuk film, dengan jerawat sebagai bagian dari
yang melindunginya secara mekanis masalah yang ditimbulkan karena
terhadap agen fisik dan kimia (Etich et memiliki "kulit berminyak". Masalah
al., 2014). tersebut dapat dikurangi untuk
Kaolin sebagai Agen Perawatan Kulit sementara waktu sampai taraf tertentu
(Skin Care) dengan pengaplikasian zat yang tidak
Kesehatan kulit adalah aspek mengiritasi yang menyerap sebum.
penting dari estetika. Dermatologis dan Kaolin merupakan salah satu bahan yang
ilmuwan mencoba mengembangkan dapat menyerap sebum biasanya
metode dan bahan baru untuk dimasukkan ke dalam produk kosmetik
memenuhi tujuan ini. Kosmetik wajah yang dipromosikan untuk mengurangi
menjaga kelembapan kulit dan kulit berminyak (Rosso, 2013).
menghilangkan sebum dari kulit untuk
menjaga kesehatan kulit. Penggunaan Simpulan
kosmetik yang cocok sesuai dengan jenis Kaolin merupakan salah satu
kulit wajah menghasilkan kulit yang mineral yang memiliki banyak manfaat
sehat (Nilforoushzadeh et al., 2018). dan penggunaan dalam berbagai aplikasi
Masker wajah adalah produk diberbagai bidang. Dalam bidang
kosmetik yang paling umum digunakan farmasi, kaolin dapat digunakan sebagai
untuk peremajaan kulit (Nilforoushzadeh bahan aktif farmasi maupun eksipien.
et al., 2018). Velasco et al. (2016) Selain itu, kaolin juga digunakan dalam
memaparkan penggunaan kaolin sebagai bidang kosmetik untuk tujuan perawatan
masker wajah. Kaolin yang dicampur kulit.
dengan air dapat diaplikasikan langsung
pada kulit pada suhu kamar. Untuk Daftar Pustaka
mengobati masalah kulit seperti Abdel-Khalek, N.A., Selim, K.A.,
komedo, flek hitam, dan jerawat, Mohammed, S.E., El-Hendawy,
H.H., Elbaz, R.M. 2014.
disarankan kaolin diaplikasikan
Interaction between kaolinite
menggunakan air panas. Suhu panas and Staphylococcus gallinarum
dapat meningkatkan sekresi keringat dan Bacteria. Journal of Mining
sebaceous, juga membuka lubang World Express, 3:46–52.
pilosebaceous dan mengaktifkan
Aleanizy, F.S., Alqahtani, F., Al-Gohary,
perubahan metabolisme dan ekskresi
O., El-Tahir, E., Al-Shalabi, R.
katabolit (Velasco et al., 2016). 2014. Determination and
“Kulit mengkilap” mengacu pada characterization of
penampilan kulit wajah yang berminyak, metronidazole-kaolin
sering kali paling menonjol di dahi, dan interaction. Saudi
Pharmaceutical Journal,
dagu, yang dihasilkan oleh akumulasi
342
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
Ali, L., Idrees, M., Ali, M., Hussain, A., Dogan, M., Dogan, A.U., Aburub, A.,
Rehman, I.U., Ali, A., Kamel, E.H. Botha, A., Wurster, D.E. 2012.
2014. Inhibitory effect of kaolin Quantitative mineralogical
minerals compound against properties (morphology-
hepatitis c virus in Huh-7 cell chemistry-structure) of
lines. BMC Research Notes, pharmaceutical grade kaolinites
247(7):1–5. and recommendations to
regulatory agencies. Microscopy
Bellou, M.I., Syngouna, V.I., Tselepi, and Microanalysis, 18(1):143–
M.A., Kokkinos, P.A., 151.
Paparrodopoulos, S.C.,
Vantarakis, A., Chrysikopoulos, Etich, W.K.N., Mwangi, E.M., Kiptoo, J.,
C.V. 2015. Interaction of human Digo, C.A., Ombito, J.O. 2014. In
adenoviruses and coliphages vitro determination of sun
with kaolinite and bentonite. protection factor on clays used
Science of the Total for cosmetic purposes in Kenya.
Environment, 517:86–95. Chemistry and Materials
Research, 6(7):25–31.
Bora, A., Deshmukh, S., Swain, K. 2014.
Recent advantages in semisolid Gopinath, H., Shanmugasundaram, S.,
dosage form. International Kumar, P. 2012. A brief review
Journal of Pharmaceutical on disintegrants. Journal of
Sciences and Research, 5(9): Chemical and Pharmaceutical
3594–3608. Sciences, 5(3):105–112.
Dedkova, K., Janikova, B., Matejova, K., Goyanes, A., Souto, C., Martinez-
Peikertova, P., Neuwirthova, L., pacheco, R. 2013. Chitosan–
Holesinsky, J., Kukutschova, J. kaolin coprecipitate as
2015. Preparation, disintegrant in microcrystalline
characterization and cellulose-based pellets
antibacterial properties of elaborated by extrusion-
ZnO/kaoline nanocomposites. spheronization. Pharmaceutical
Journal of Photochemistry & Development and Technology,
Photobiology, 148:113-117. 18(1):137–145.
Dlova, N.C., Nevondo, F.T., Mwangi, Gupta, V., Hampton, M.A., Stokes, J.R.,
E.M., Summers, B., Tsoka- Nguyen, A.V., Miller, J.D. 2011.
Gwegweni, J., Martincigh, B.S., Particle interactions in kaolinite
Mulholland, D.A. 2013. Chemical suspensions and corresponding
analysis and in vitro uv- aggregate structures. Journal of
protection characteristics of Colloid and Interface Science,
clays traditionally used for sun 359(1):95–103.
protection in South Africa.
Photodermatology, Hameed, A., Fatima, G.R., Malik, K.,
Photoimmunology & Muqadas, A., Rehman, M.F.
343
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
Hu, Y., Fitzgerald, N.M., Lv, G., Xing, X., Mattioli, M., Giardini, L., Roselli, C.,
Jiang, W., Li, Z. 2015. Adsorption Desideri, D. 2016. Mineralogical
of atenolol on kaolinite. characterization of commercial
Advances in Materials Science clays used in cosmetics and
and Engineering, 2015: Article ID possible risk for health. Applied
897870. Clay Science, 119(2):449-454.
Jou, S.K., and Malek, N.A.N.N. 2016. Ndlovu, B., Farrokhpay, S., Forbes, E.,
Characterization and Bradshaw, D. 2015.
antibacterial activity of Characterisation of kaolinite
chlorhexidine loaded silver- colloidal and flow behaviour via
kaolinite. Applied Clay Science, crystallinity measurements.
127-128:1–9. Powder Technology, 269:505–
512.
Kulshreshtha, A.K., Singh, O.N., Wall,
G.M. 2010. Pharmaceutical Nilforoushzadeh, M.A., Amirkhani, M.A.,
Suspensions: from Formulation Zarrintaj, P., Moghaddam, A.S.,
Development to Manufacturing. Mehrabi, T., Alavi, S., Sisakht,
New York: Springer. M.M. 2018. Skin care and
rejuvenation by cosmeceutical
Lafi, S.A. and Al-Dulaimy, M.R. 2011. facial mask. Journal Cosmetic
Antibacterial effect of some Dermatology, 17(5):693-702.
mineral clays. Egyptian
Academic Journal of Biological Onyishi, V.I., Chime, S.A., Adibe, C.V.
Sciences, 3(1):75–81. 2013. Formulation of pyridoxine
hydrochloride sustained release
Marcotegui, A., Sanchez-Ramos, I., capsules: effect of propylene
Pascual, S., Fernandez, C.E., glycol co-solvent on the in vitro
Cobos, G., Armendariz, I., release. African Journal of
Gonzalez-Nunez, M. 2015. Kaolin Pharmacy and Pharmacology,
and potassium soap with thyme 7(15):809–815.
essential oil to control
Monosteira unicostata and other Otto, C.C. dan Haydel, S.E. 2013.
Phytophagous arthropods of Microbicidal clays : composition,
almond trees in organic activity, mechanism of action,
orchards. Journal of Pest Science, and therapeutic applications. In
344
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
345
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:334-346
Velasco, M.V.R., Zague, V., Dario, M.F., Wardhana, Y.W., Hasanah, A.N.,
Nishikawa, D.O., Pinto, C.A.S.O., Primandini, P. 2014.
Almeida, M.M., Baby, A.R. 2016. Deformation and adsorption
Characterization and short-term capacity of kaolin that is
clinical study of clay facial mask. influenced by temperature
Journal of Basic and Applied variation on calcination.
Pharmaceutical Sciences, 37(1): International Journal of
1-6. Pharmacy and Pharmaceutical
Science, 6(3):1–2.
Viseras, C., Cerezo, P., Sanchez, R.,
Salcedo, I., Aguzzi, C. 2010. Yu, C. dan Bi, E. 2015. Roles of functional
Current challenges in clay groups of naproxen in its
minerals for drug delivery. sorption to kaolinite.
Applied Clay Science, 48(3):291– Chemosphere, 138:335–339.
295.
346