Pertemuan 7
Eksipien Salut Enterik
SEDIAAN ENTERIK : PENDAHULUAN
• Pelepasan enterik ditujukan untuk menunda
pelepasan obat sampai bentuk sediaan telah
melalui lambung.
• Pendekatan fisikokimia untuk menunda
pelapasan obat tersebut dilakukan dengan
aplikasi salut enterik pada bentuk sediaan yang
berfungsi sebagai barier untuk mengontrol
lokasi pelepasan obat di saluran pencernaan
• Sediaan enterik merupakan sediaan lepas tunda
TUJUAN SALUT ENTERIK
1. Melindungi obat yang tidak stabil terhadap asam
lambung (contohnya enzim, beberapa antibiotik, dan
inhibitor pompa proton seperti omeprazol)
2. Mencegah gangguan lambung atau mual dikarenakan
iritasi obat (contohnya natrium salisilat)
3. Menghantarkan obat yang ditujukan untuk
memberikan efek lokal di usus halus
4. Menghantarkan obat ke situs absorpsi utama dalam
bentuk paling terkonsentrasi (contohnya obat yang
secara optimal diabsorpsi di usus halus atau kolon)
MEKANISME KERJA SALUT ENTERIK
• Polimer salut enterik polimer sensitif pH berupa asam
lemah umumnya dengan gugus karboksil pada unit
monomernya
• Gugus karboksil pada polimer tidak terionisasi pada pH
rendah lambung (umumnya 1,5 sampai 4,5) tetapi akan
terionisasi bila terjadi peningkatan pH yaitu pada saat
melewati usus halus sehingga penyalut larut.
• Agar dapat terjadi disolusi yang cepat dari polimer maka nilai
pH dari media disolusi harus lebih besar dibanding pKa
polimer.
• Polimer salut enterik yang merupakan poliasam umumnya
terlarut pada pH 5-6.
• Proporsi dari monomer yang dapat terionisasi pada rantai
polimer merupakan salah satu faktor yang menentukan
ambang pH disolusi dari polimer
Karakteristik Eksipien (Polimer) Salut
Enterik Ideal
Tidak terdisintegrasi atau
terdisolusi di lambung
Impermeabel terhadap
cairan lambung
Terlarut atau
terdisintegrasi dengan
cepat di usus halus
Stabil secara kimia dan
fisika selama
penyimpanan
Non toksik
Mudah diaplikasikan
sebagai penyalut
Ekonomis
Eksipien Salut Enterik
Turunan Selulosa
Cellulose acetate Turunan Metakrilat
trimethylate Poli(asam metakrilat,
Cellulose acetate Turunan Polivinil etil akrilat)
phtalate Poli(asam metakrilat,
Polyvinyl acetate
Hydroxypropyl methyl phtalate metil metakrilat)
cellulose acetate Poli(metil akrilat, metil
succinate metakrilat, asam
Hydroxypropyl methyl metakrilat)
cellulose phtalate
Polimer lainnya
Polimer alam Poli (metil vinil eter/asam maleat)
monoetil ester
Shellac
Poli (metil vinil eter/asam maleat) n-
butil ester
1. Selulosa Asetat Ftalat
Nama kimia:
Cellulose, acetate, 1,2-benzenedicarboxylate
Sinonim:
Acetil phthalyl cellulose; Aquacoat cPD; CAP; cellacephate (Rowe,
gugus karboksil
membentuk garam. cukup untuk menyalut 12 kg tablet inti
dengan ukuran rata-rata (diameter 8
mm, bobot 200 mg) atau 3-5 kg pelet
(diameter 0,5 – 1,2 mm)
6. Poli(asam metakrilat, metil metakrilat) 1:2
Sifat Fisikokimia
• Berupa dispersi dalam bentuk larutan, warna putih susu,
memiliki viskositas yang rendah (kurang dari 20 mPa.s)
dan bau yang samar.
• Dapat larut dalam air dan larut dalam cairan usus pada pH
mulai dari 7.
• Merupakan polimer yang sangat fleksibel , yang didesain
untuk penggunaan salut enterik pada sediaan farmasi padat
Beberapa produk
Eudagrit® yang
digunakan untuk
sediaan salut enterik
yang memiliki
kelarutan di pH
yang spesifik
Kopolimer Asam Metakrilat – Metilakrilat – Metil Metakrilat
1 Natrium diklofenak 25
sekitar 6.8 – 7.2 sehingga polimer
2 Microcrystalline cellulose 5
akan terlarut dan menyebabkan
3 Talc 2.5
terjadinya pelepasan zat aktif.
4 Magnesium stearate 2
Eudagrit FS akan larut saat terjadi
5 Lactose monohydrate 65.5
peningkatan pH yang disebabkan
Coating
karena terjadi ionisasi pada gugus 1 Eudagrit FS 30 D 10 % (b/b
terhadap bobot
karboksilnya yang akan tablet. Bobot
tablet = 200 mg)
menghasilkan garam.
8. Kopolimer Asam Metakrilat – Etil Akrilat (1:1)
Kopolimer ini adalah kopolimer anionic yang tersusun atas asam metakrilat –
etil akrilat yang memiliki bobot molekul sekitar 320.000 g/mol. Kopolimer ini
memiliki rasio gugus karboksilat terhadap gugus ester sekitar 1:1
Mekanisme kerja
Kopolimer ini bersifat anionic yang larut pada pH diatas 5.5 (Rathbone,
Hadgraft, & Roberts, 2003). Kopolimer ini tidak larut dalam media asam tetapi
membutuhkan lingkungan dengan pH mendekati netral untuk memicu
terjadinya ionisasi pada gugus fungsionalnya (-COOH) pada rantai polimernya
sehingga polimer dapat terlarut dan zat aktif dapat dilepaskan
9. Shellac
Shellac adalah kompleks campuran dari asam alifatik dan alisiklik. Komponen
utama dari Shellac adalah asam aleuritic, Jalaric, dan shellilic
Secara struktur tersusun atas ester dari polihidroksi asam karboksilat dan
komponen polar dan non polar lainnya di dalam suatu molekul.
Shellac
Penggunaan sebagai eksipien salut enterik
Gugus asam pada Shellac akan terprotonasi di pH asam yang menyebabkan
Shellac tidak larut dalam cairan lambung. Kombinasi dari plasticizer dan
surfaktan dapat meningkatkan fleksibilitas dari Shellac dan meningkatkan
kekuatan adhesivitas dari lapisan film. Shellac larut di pH 7
Sifat Fisikokimia
• Shellac merupakan bahan yang berasal dari alam, namun saat ini sudah tidak
banyak dipakai dalam pembuatan salut enterik. Shellac adalah resin yang
sudah dimurnikan yang dihasilkan dari serangga Laccifer lacca (Rathbone,
Hadgraft, & Roberts, 2003).
• Shellac merupakan resin alami yang memiliki berbagai macam warna, mulai
dari kuning terang sampai merah tua, dalam bentuk yang keras atau serpihan
dengan atau tanpa lilin, tergantung dari proses pemurniannya
• Tidak memiliki rasa dan memiliki bau yang samar
• Larut dalam larutan alkali dan praktis tidak larut dalam air
Shellac
Mekanisme kerja
Shellac larut dalam larutan alkali pada pH 7.0 sehingga cocok untuk pelepasan
obat di bagian distal usus halus. Secara struktur, Shellac memiliki ester dari
polihidroksi asam karboksilat serta bagian polar dan non polar pada
molekulnya. Kelompok gugus asam pada Shellac akan terprotonasi pada
kondisi lingkungan yang asam seperti di lambung, sehingga Shellac menjadi
tidak larut dalam lambung
Struktur dari HPMC-AS, dimana –R adalah salah satu dari kelompok gugus fungsi :
hidroksil, metoksil, 2-hidroksipropoksil, asetil, atau suksinoil
Mekanisme kerja
Dilihat dari struktur kimianya, HPMC-AS (Aqoat®) memiliki gugus asetil dan suksinil
yang membuat sifatnya menjadi gastro-resisten. HPMC-AS merupakan polimer yang
kelarutannya bergantung pada pH dan larut pada pH 7, sehingga akan terlarut di
sepanjang saluran usus
11. Poli (metilvinyl ether/asam maleat)
Poli (metilvinyl ether/asam maleat), atau PMVE-AM yang dikenal juga dengan nama
Gantrez merupakan kopolimer yang berasal dari methylvinylether dan maleat anhidrat.
Struktur Kimia Monoetil Ester dari Struktur Kimia Monobutil Ester dari
Poli(Metil Vinyl Eter/Asam Maleat – Poli(Metil Vinyl Eter/Asam Maleat –
Gantrez ES-225) Gantrez ES-425)
Poli (metilvinyl ether/asam maleat)
Sifat Fisikokimia
• Dalam bentuk padatan berbentuk serbuk yang mudah mengalir, memiliki
warna putih sampai putih pucat, tidak memiliki bau dan higroskopis.
• Dalam bentuk larutan memiliki warna yang pucat, tidak berbau dan kental
Mekanisme kerja
PMVE-AM ini kelarutannya tergantung pada pH karena gugus ester yang ada di
PMVE-AM tidak larut dalam media asam tetapi dapat larut di media basa
sehingga PMVE-AM ini akan terlarut di pH usus.
Daftar Pustaka
• Allen, L.V., & Ansel, H.C. (2014). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.
• Anroop B Nair, et. al. 2010. Formulation and Evaluation of Enteric Coated Tablets of Proton
Pump Inhibitor. Journal of Basic and Clinical Pharmacy
• Chen et al. (2001). United States Patent: US 6,174,548 B1. Omeprazole Formulation.
• Evonik Industries. Eudragit®. 25 Februari 2019 http://healthcare.evonik.com/sites/lists/
NC/DocumentsHC/Evonik-Eudragit_brochure.pdf.
• Fox, S.C.. (2014). Remington Education: Pharmaceutics. London: Pharmaceutical Press.
• Friesen et al. 2008. Hydroxypropyl Methylcellulose Acetate Succinate-Based Spray-Dried
Dispersions: An Overview. Journal Molecular Pharmaceutics. Vol 5(6) : 1003 - 1019
• Giunchedi et al. (1995). Cellulose Acetate Trimellitate Microspheres Containing NSAIDs. Drug
Development and Industrial Pharmacy, 21 (3),315-330.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia V.
• Kshirsagar S.J. et al. 2009. In Vitro In vivo Comparison of Two pH Sensitive Eudragit Polymers
for Colon Specific Drug Delivery. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. Vol.1(4) : 61-
70.
• Li, X., & Jasti B. R. (2006). Design of Controlled Release Drug Delivery Systems. New York:
McGraw Hill Companies, Inc.
• Mahesh D. Pawar et al. 2011. Formulation Development and Evaluation of pH and Time
Dependent Drug Delivery using Gantrez® S-97 and PVP K30. Journal of Pharmacy Research.
4(6) : 1603 – 1605
TERIMA KASIH