Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKLETAL : FRAKTUR KLAVIKULA

DI RUANG RINDU B 2B RSUP H. ADAM MALIK

DI SUSUN OLEH :

PUTRI LABIBAH ASRIANTO SIPAYUNG

RADISA YOLANDA CHAN

RAMADHANI HASBULLAH HRP

RIZKI RAMAYANDA

RIZKA MAYANG SARI

LAPORAN PRAKTEK SEMINAR PROFESI NERS

MAHASISWA/I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES RS. HAJI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan
manfaatnya untuk mahasiswa.
     Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
     Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
     Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk seluruh mahasiswa dan dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
    
                                                                                   

   Medan,  Oktober 2019


    
     
    Penyusun
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn.M Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal


Fraktur Klavikula Di Ruang Rindu B 2b Rsup H. Adam Malik
Prodi : Profesi Ners
Institusi : STIKes Rumah Sakit Haji Medan

Laporan Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah II Ini Telah Disetujui Oleh
Pembimbing dan CI Untuk Di Seminarkan Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan

Medan, Oktober 2019

Disetujui Oleh :

CI Rindu B 2b Dosen Pembimbing

(Romauli, S.Kep, Ns) (Zulfahri Lubis, S.Kep, Ns, M.Kep)

Mengetahui :
Ketua Program Studi Profesi Ners

(Yetti Fauziah Silalahi, S.Kep, Ns, M.Kep)


Daftar Isi
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR KLAVIKULA
Latar Belakang
Kejadian fraktur di indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahunnya dengan jumlah
penduduk 238 juta jiwa, merupakan terbesar di Asia Tenggara (wrongdiagnosis, 2011).
Kejadian fraktur di indonesia dilaporkan Depkes RI (2007) menunjukan bahwa sekitar
delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda. Insiden fraktur
di indonesia 5,5% dengan rentang setiap profensi antara 2,2-9% (Depkes, 2007).
Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas, seseorang
akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon
berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjekyif dimana seseorang memperlihatkan
ketidaknyamanan secara verbal maupun non verbal. Nyeri mengganggu kemampuan
seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan.
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
maupun sebagian (Chairudin Rasjad, 2006). Fraktur dikenal dengan patah tulang.
Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan
tulang dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang lengkap
atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Sylvia A. Price, 2011).
Pada beberapa keadaan trauma muskuloskletal, sering fraktur dan dislokasi terjadi
bersamaan. Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara
kedua permukaan sendi secara lengkap (Jeffrey M.Spivak et al., 2009).
Tujuan
 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien fraktur
 Tujuan Umum
a) Dapat menjelaskan definisi fraktur
b) Dapat mengetahui etiologi dari fraktur
c) Dapat memahami klasifikasi fraktur
d) Dapat menjelaskan patofisiologi fraktur
e) Dapat mengetahui menifestasi klinis dari fraktur
f) Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada fraktur
g) Dapat memahami apasaja komplikasi yang disebebkan oleh fraktur
BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFENISI
Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan
sekitarnya. Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan
bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang
yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta
memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang
clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih akan
menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta
kontinuitas tulang tersebut (Dokter, 2012).
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih
besar dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecildan menghadap ke posterior.
Ujung medial clavicula disebut ekstremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum,
dan ujung lateral disebut ekstremitas acromalis, membentuk persendian dengan akromion.
Shoulder komplek merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia, karena
memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi synovial dan 2
sendi non synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular joint, acromioclavicular joint,
dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint dan scapulothoracic
joint (Sulhaerdi, 2012).
Fraktur Clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.
Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.
Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain,
karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus
dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup,
tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokter, 2012).
B.     ETIOLOGI
Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi . Trauma ini bisa langsung/tidak langsung (kontraksi otot,
fleksi berlebihan). 
Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik berlebihan,
jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula sembuh sendiri,
bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi. Yang komplit, walaupun tidak umum,
mungkin menggunakan ORIF.

C. KLASIFIKASI
Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada clavicula tersebut.
Ada tiga lokasi pada clavicula yang paling sering mengalami fraktur yaitu pada bagian
midshape clavikula dimana pada anak-anak berupa greenstick, bagian distal clavicula dan
bagian proksimal clavicula. Menurut Neer secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan
menjadi tiga tipe yaitu : (1,2,6,10,17)
a. Tipe I : Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering terjadi fraktur.
b. Tipe II : Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami fraktur
setelah midclavicula.
c. Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling jarang terjadi
dari semua jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%.
Ada beberapa subtype fraktur clavicula bagian distal, menurut Neer ada 3 yaitu :
1.       Tipe I  :  merupakan fraktur dengan kerusakan minimal, dimana ligament tidak mengalami
kerusakan.
2.      Tipe : merupakan fraktur pada daerah medial ligament coracoclavicular.
      Tipe III : merupakan fraktur pada daerah distal ligament coracoclavicular dan melibatkan
permukaan tulang bagian distal clavicula pada AC joint.
D.    PATOFISIOLOGI
Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat menyebabkan
patah tulang selangka / fraktur klavikula.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put)
menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral
vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah
patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi
itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang
sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas
fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada
pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
(Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatansite, 2013).

E.     PATHWAYS
F.    MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula Kemungkinan
akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan pada daerah bahu atau
dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa
terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah.
Anda mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk
mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).

G.     KOMPLIKASI
Komplikasi akut :
-            Cedera pembuluh darah
-            Pneumouthorax
-            Haemotorax
Komplikasi Lambat :
-Mal union : Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya
namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non Union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.
H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      CT scan.
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari klavikula
Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya
diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas
melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster,
kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda
alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
2.      Magnetic resonance imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang,
otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu berbaring diam selama MRI.
3.      X-ray
x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua klavikula
Anda terluka dan terluka dapat diambil.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah
atau operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative treatment.
Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang
supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel
sebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas dan proses penyembuhan tulang
yang mengalami fraktur lebih cepat.
Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang cukup
lama.Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan saling selama 6 minggu.
Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku dan tangan. Setelah sembuh,
tulang yang mengalami fraktur biasanya kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah
tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk
mempercepat penyembuhan. Patch tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh
digerakkan (immobilisasi). Imobilisasi bisa dilakukan melalui:
1.       Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah
Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap
klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan
mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi
bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan
arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau.
2.       Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota, gerak pada
tempatnya.
  Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate) atau batang
logam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open reduction with internal
fixation (ORIF).
3.       Fiksasi eksternal
Immobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot menjadi lemah dan menciut. Karena itu
sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik.

J. KOMPLIKASI
Komplikasi pada fraktur clavicula dapat berupa : (2,6,10)
1. Malunion.
Malunion merupakan suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak seharusnya, membentuk sudut, atau miring. Komplikasi seperti ini dapat dicegah
dengan melakukan analisis yang cermat sewaktu melakukan reduksi, dan mempertahankan
reduksi itu sebaik mungkin terutama pada masa awal periode penyembuhan.
Gejala malunion pada clavicula dapat menyebabkan penderita tidak puas. Gejala sebelum
operasi termasuk kelemahan, nyeri, gejala-gejala neurologik, dan munculnya perasaan yang
cemas (bahu yang semakin memburuk dengan gejala-gejala lainnya)
2. Nonunion
Lebih umum terjadi pada fraktur yang ditangani dengan cara operasi, khususnya pada studi
sebelumnya. Secara keseluruhan, angka non union yang lebih kurang dari 1 % hingga yang
lebih besar dari 10%, telah dilaporkan.
Paling banyak pada fraktur 1/3 distal tetapi hasilnya secara fungsional memperlihatkan
kepuasan.
Penanganan operasi termasuk stabilisasi dan graft tambahan pada tulang memberikan hasil
yang memuaskan serta fiksasi dengan plate dan peralatan intermedullary.
Fraktur 1/3 tengah dengan lebih dari 2 cm dan fraktur 1/3 lateral menjadi faktor resiko lebih
tinggi nonunion.
3. Komplikasi neurovaskular, bisa menyebabkan timbulnya trombosis dan
pseudoaneurisma pada arteri axillaris dan vena subclavian kemudian bisa menyebabkan
timbulnya cerebral emboli. Kerusakan nervus supraclavicular menyebabkan timbulnya
nyeri dinding dada.
4. Refraktur, fraktur berulang pada clavicula yang mengalami fraktur sebelumnya.
5. Pneumothoraks biasa didapatkan pada pasien dengan fraktur clavicula terutama yang
mengalami multiple traumatik, diakibatkan oleh karena robeknya lapisan pleura
sehingga masuk udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a) Biodata
Nama :
Umur : kebanyakan terjadi pada usia muda akibat kecelakaan dan usia
tua akibat jatuh ( misalnya di kamar mandi)
Jenis kelamin : bisa untuk semua jenis kelamin
Status mariental :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan : pekerjaan yang membawa beban berat. Dengan resiko
kecelakaan tinggi.
Suku bangsa :
Alamat :
No. Medrec :
No. Rawat :
Dx. Medis : fraktur
Tgl. Masuk :
Tgl. Pengkajian :

Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pt :

b) Keluhan utama :
Nyeri pada daerah yang terjadi trauma akibat kecelakaan
c) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien datang dengan keluhan akibat kecelakaan atau trauma lain.
d) Riwayat kesehatan masa lalu :
Pengkajian yang perlu di tanyakan, meliputi riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit jantung, apakah pernah mengalami fraktur sebelumnya, pengobatan pada saat
sakit.
e) Riwayat kesehatan keluarga :
Faktor genetik tidak termasuk pada timbulnya penyakit fraktur kecuali klien yang
menderita diabetes pada keluarga akan menyebabkan komplikasi.
f) Pemeriksaan fisik :
1) Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : compos mentis
b. Kesadaran : *kualitatif : CM s/d Coma, *kuantitatif: GCS
c. Tekanan darah : normalnya tekanan darah 120/80
d. Nadi : nadi normalnya 60-100x/mnt (biasanya nadi meningkat)
e. Suhu : suhu normalnya 36−37,5o C
f. RR : pernafasan normalnya 16-24x/mnt (tergantung jenis frakturnya apabila klien
trauma panggul terjadi sesak nafas, karena adanya perubahan pada sistem
pernafasan di sertai banyaknya perdarahan dan syok, klien trauma panggul berat
biasanya akan mengalami ARDS atau gagal nafas akut)
2) Antropometri
BB= kg
TB= cm

3) Pemeriksaan sistematika/persistem
A) Sistem pernafasan
Pada pemeriksaan sistem pernapasan, di dapatkan bahwa klien fraktur tidak
mengalami kelainan pernafasan kecuali jika klien trauma panggul terjadi sesak
nafas, karena adanya perubahan pada sistem pernafasan di sertai banyaknya
perdarahan dan syok, klien trauma panggul berat biasanya akan mengalami
ARDS atau gagal nafas akut.
B) Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat kelenjar getah bening, tidak
terdapat distensi vena jugularis, tidak terdapat clubbing finger.
- Palpasi : CRT<2 detik, biasanya nadi meningkat
- Perkusi : bunyi ICS 1-6 sebelah kiri pekak
- Auskultasi : S1 dan S2 tidak terdapat suara tambahan
- Apabila pada klien fraktur cidera panggul sedang dan berat hasil pemeriksaan
C) Sistem pencernaan
- Inspeksi : mukosa bibir ananemis, tidak terdapat stomatitis, turgor kulit
abdomen elastis, bentuk abdomen simetris
- Auskultasi: bunyi bising usus normal 8-12x/menit
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada area abdomen, tidak terdapat asites
- Perkusi: Bunyi perkusi abdomen timpani
D) Sistem persyarafan
Nervus I (olfaktorius) : klien dapat mencium bau-bauan
Nervus II (optikus) : klien dapat melihat pada jarak 2m
Nervus III (okula motorius) : klien dapat menggerakan bola mata
kesamping atas
Nervus IV (traklearis) : klien dapat menggerakkan bola mata ke atas
dan kebawah normal
Nervus V (trigeminus) : pada kornea mata mengkibatkan kurang/
hilangnya reflek kedip
Nervus VI (abdusen) : klien dapat menggerakkan bola mata ke
samping
Nervus VII (facialis) : klien dapat membedakan rasa manis dan asin
Nervus VIII (akustikus) : pendengaran klien baik saat ditanya oleh
pengkaji
Nervus IX (glosofaringeus) : klien dapat menelan dengan baik
Nervus X (vagus) : klien dapat membuka mulutnya dengan baik
Nervus XI (spinal accesory) : klien lemah mengangkat bahu kanan dan kiri
(jika terjadi pada fraktur klavikula)
Nervus XII (hipoglesal) :pergerakan klien lemah dan tidak bebas
E) Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris,warna sklera putih, tidak adanya kelainan pada mata,
kurangnya reflek mengedipkan mata, tidak dapat merapatkan mata
(lagophthalmos).
F) Sistem pendengaran
Bentuk telinga simetris, tidak adanya nyeri tekan, tidak terdapat serumen, fungsi
pendengaran baik
G) Sistem perkemihan
Tidak adanya nyeri tekan
H) Sistem muskuloskeletal
Kerusakan fungsi motorikkekuatan otot yang terjadi trauma dapat menjadi lemah/
lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi) jika tidak langsung di tangani
dengan baik.
I) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
J) Sistem integumen
Biasanya pada fraktur terbuka terdapat luka, perdarahan

 Pola kebiasaan sehari-hari


No Pola Sebelum sakit Saat sakit
1. Makan dan minum
Frekuensi 3x/hari 3x/hari
Alergi Tidak ada Tidak ada
Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Alat bantu makan Tidak ada Tidak ada
2. Istirahat dan tidur
Siang  2 jam  2-3 jam
Malam  7 jam  7-8 jam
3. Personal higiene
 Mandi
frekuensi 2x/hari 1x/hari
 Oral higiene
frekuaensi 2x/hari Tidak pernah

 Cuci rambut
Frekuensi 3x/minggu Tidak pernah
4. Eliminasi
 BAK
Frekuensi  3-5x/hari  3-5x/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Penggunaan alat bantu Tidak menggunakan Menggunakan
 BAB kateter
Frekuensi  1-2x/hari
Warna kuning Tidak tentu
Konsistensi padat Kuning
Padat
5. Pola aktivitas Terbaring

A. Data Psikologis
1. Status emosi
Klien mampu mengontrol emosinya, jika marah klien memilih untuk diam
2. Kecemasan klien
Tingkat kecemasan klien sedang
3. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien menyukai bagian bentuk tubuhnya yaitu mata
b. Identitas diri : klien merasa senang menjalani profesinya
c. Peran : peran klien di dalam keluarganya ( mis: ayah , ibu, anak)
d. Ideal diri : klien berharap penyakit di deritanya bisa cepat sembuh
e. Harga diri:
B. Data Sosial
1. Pola komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan jelas
2. Pola interaksi
Pasien berinteraksi dengan keluarga dan perawat dengan baik dan jelas
C. Data Psikospiritual
Kaji apakah ada dampak yang timbul pada klien, seperti ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan citra diri.
D. Data penunjang
1) X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
a) Tomografi
b) Mielografi
c) Artrografi
2) Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak
3) Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
4) Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
5) Kretinin: trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6) Elektromiograf: terdapat kerusakan kondusif saraf akibat fraktur
7) Atroskopi: di dapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan
8) Indium imaging: pada pemeriksaan ini adanya di dapatkan infeksi pada tulang
9) MRI: Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur
E. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1. DS: Fraktur Nyeri
pasien mengatakan nyeri
DO: Diskontinuitas tulang
Pasien terlihat meringis
dengan skala nyeri 0 – 10 Pergeseran fragmen tulang

Nyeri akut
2. DS: Kerusakan fragmen tulang Ketidakefektifan
Pasien mengatakan
perfusi jaringan perifer
pusing. Tekanan sumsum tulang lebih
DO: tinggi dari kapiler
Tekanan darah pasien
rendah <100 mmHg Melepaskan ketekolamin

Metabolisme asam lemak

Bergabung dengan trombosit


emboli

Menyumbat pembuluh darah

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

3. DS: Diskontinuitas tulang Kerusakan integritas


Pasien mengatakan
kulit
cemas karna terdapat Perubahan jaringan sekitar
luka pada kulitnya yang Laserasi kulit
tidak normal.
DO:
Terdapat luka di kulit Kerusakan integritas kulit
yang di akibatkan oleh Resiko infeksi
fraktur terbuka.
DS: Fraktur Hambatan mobilisasi
Pasien mengatakan kaku
fisik neuromuscular,
atau sulit menggerakan
tubuhnya. Hambatan mobilisasi fisik nyeri, terapi restriktif
DO:
(imobilisasi)
Pasien tidak dapat
melakukan aktivitas
sehari – hari

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Diagnosa pre op
1) Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang edema,
cedera jaringan lunak pemasangan traksi.
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai darah jaringan
b. Diagnosa post op
1) Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
2) Hambatan mobilisasi fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)

3.3 RENCANA KEPERAWATAN


a. Rencana keperawatan pre
NO Dx Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut b.d agen injuri  Pain level - Lakukan pengkajian nyeri
fisik, spasme otot, gerakan  Pain control secara komprehensif
fragmen tulang edema,  Comfort level termasuk lokasi,
cedera jaringan lunak Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
pemasangan traksi. - Pasien mampu frekuensi, kualitas dan faktor

mengontrol nyeri presipitasi

- Melaporkan bahwa - Observasi reaksi nonverbal

nyeri berkurang dengan dari ketidaknyamanan

menggunakan - Gunakan komunikasi


manajemen nyeri terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- Ajarkan tekhnik relaksasi
kepada pasien
- Kolaborasi pemberian
analgetik untuk mengurangi
nyeri
2. Ketidakefektifan perfusi  Circulation status - Monitor adanya daerah
jaringan perifer b.d suplai  Tissue perfucion: tertentu yang hanya peka
darah jaringan cerebral terhadap
Kriteria hasil : panas/dingin/tajam/tumpul
Mendemonstrasikan
status sirkulasi yang di - Batasi gerakan pada kepala,
tandai dengan : leher dan punggung
 Tekanan systole dan
diastole dalam rentang
yang di harapkan
 Tidak ada ortostatik
hipertensi
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang di tandai dengan :
 Berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
 Menunjukan perhatian,
konsentrasi, dan
orientasi.
- Menunjukan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh: tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter

b. Rencana keperawatan post


NO Dx Keperawatan NOC NIC
1. Kerusakan integritas kulit  Tissue integrity : - Jaga kebersihan kulit agar tetap
b.d fraktur terbuka, skin and mucous kering dan bersih
pemasangan traksi (pen,  Membranes
kawat, sekrup)  Hemodyalis akses - Anjurkan pasien menggunakan
Kriteria hasil : pakaian yang longgar
- Integritas kulit yang
baik bisa - Monitor aktivitas dan mobilisasi
dipertahankan pasien
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, - Ganti balutan, bersihkan area
pigmentasi) tidak sekitar jahitan atau staples ,
ada luka/lesi menggunakan lidi kecil
- Menunjukan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cidera
ulang
2. Hambatan mobilisasi fisik  Joint movement: - Monitoring vital sign
b.d kerusakan rangka active sebelum/sesudah latihan dan
neuromuscular, nyeri,  Mobility Level lihat respon pasien saat latihan
terapi restriktif  Self care: ADL - Kaji kemampuan pasien dalam
(imobilisasi)  Transfer performance mobilisasi
Kriteria hasil: - Dampingi dan bantu pasien saat
- Pasien meningkat mobilisasi dan bantu penuhi
dalam aktivitas fisik kebutuhan
- Mengerti tujuan dari - Berikan alat bantu jika klien
peningkatan memerlukan
mobilisasi
- Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dalam
kemampuaan
berpindah

3.4 IMPLEMENTASI
No Tanggal/waktu Implementasi Paraf
.
1. - melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
- mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- mengajarkan Ajarkan tekhnik relaksasi kepada pasien
- memberian analgetik untuk mengurangi nyeri sesuai resep
dokter
2. - memonitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
- membatasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
3. - menjaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih
- menganjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
- memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- mengganti balutan, bersihkan area sekitar jahitan atau
staples , menggunakan lidi kecil
- memonitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
- mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan
- memberikan alat bantu jika klien memerlukan

3.5 EVALUASI
No Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
.
1. S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O: skala nyeri 0-10
A: nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian analgetik
2. S: pasien mengatakan masih pusing
O: tekatan darah <100 mmHg
A: ketidakefektifan perfusi jaringan belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
3. S: Pasien mengatakan cemas karna terdapat luka pada
kulitnya yang tidak normal.
O: luka fraktur terbuka
A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Mengganti balutan setiap hari

4. S: Pasien mengatakan kaku atau sulit menggerakan


tubuhnya.
O: klien sulit melakukan aktivitas
A: Hambatan mobilisasi fisik
P: intervensi dilanjutkan
- mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu

BAB V
PEMBAHASAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Setiap perawat/Ners perlu mengetahui tindakan medis yang biasanya dilakukan oleh
tim medis agar dapat melakukan asukan keperawatan yang tepat bagi klien setelah
ditagani oleh tim medis. Tim medis yang menangani keadaan klinis klien yang
mengalami fraktur memerlukan penilaian penatalaksanaan yang sesuai, yaitu dengan
mempertimbangkan faktor usia, jenis fraktur, komplikasi yang terjadi, dan keadaan sosial
ekonomi klien secara individual. Ada beberapa penatalaksanaan, yaitu penatalaksanaan
fraktur tertutup, fraktur terbuka, dislokasi dan amputasi.

Saran
Sebagai seorang perawat harus berhati-hati dalam menangani asuhan keperawatan
pada klien fraktur, agar menjauhi resiko terjadinya komplikasi pada klien.

DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletaljilid 2. Jakarta: EGC
Nuratif,Amin Huda & Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction
Lukman, dan Nurma Ningsih (2009). Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan
Muskuloskletal jakarta: Salemba Medika

Corwin, E. J. 2009. Buku Saku PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC

Kemenkes (2013) Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta :
Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai