Anda di halaman 1dari 47

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berbicara mengenai masalah pendidikan pastinya tidak akan ada habisnya karena
pendidikan merupakan bagian yang vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan
sebuah kebutuhan primer bagi setiap manusia yang nantinya akan membentuk manusia untuk
hidup sempurna. Bagi sebagian orang pendidikan hanyalah sebuah aspek konsumtif yang
mana tidak dapat memberikan manfaat bagi kehidupan. Pandangan klasik ini dalam
memahami pendidikan hanyalah sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan
kepada mereka. Dalam konteks ini, pelayanan pendidikan dipandang sebagai bagian dari
public service atau jasa layanan umum dari negara kepada masyarakat yang tidak akan
membawa manfaat bagi kemajuan perekonomian bangsa.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, pandangan klasik tersebut pada saat
sekarang ini sudah mulai bergeser seiring dengan kesadaran, pemikiran-pemikiran filsafat dan
bukti ilmiah akan peran dan fungsi vital pendidikan dalam memajukan peradaban suatu
bangsa. Bahkan bisa dikatakan bahwa hampir setiap negara sekarang ini memandang
pendidikan sebagai satu sektor penting dalam memajukan suatu peradaban bangsa. Sehingga
sekarang ini muncullah pandangan bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan yang
sangat menjanjikan baik untuk individu maupun kolektif. Dalam filsafat pendidikan islam
memandang pendidikan sebagai investasi masa depan yang sangat penting bagi setiap
ummatnya. Dengan pendidikan yang diperolehnya manusia akan mendapatkan derajat yang
lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya baik ketika kehidupan di dunia maupun nanti
di kehidupan akhirat kelak. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan sedikit dikupas mengenai
hakikat dan konsep pendidikan sebagai investasi masa depan dan juga pendidikan sebagai
investasi masa depan ditinjau dari filsafat pendidikan islam.

Kunci untuk meningkatkan mutu kinerja lembaga pendidikan adalah melibatkan lebih
banyak dan lebih dalam lagi ke dalam pekerjaan-pekerjaan dalam lembaga pendidikan itu.
Untuk kepentingan ini peranan para pimpinan lembaga pendidikan untuk mengubah dan
menciptakan suasana kerja yang kondusif untuk itu sangat besar dan penting. Kadang-kadang
2

pimpinan itu harus mengambil inisiatif untuk itu. Meskipun sekarang ini sering dikatakan
sebagai era teknologi, namun untuk memajukan dan meningkatkan mutu lembaga pendidikan,
sumber enerji yang terpenting adalah sumberdaya manusia yang ada didalamnya.
Tingkat dedikasi, komitmen dan kompetensi orang-orang yang bekerja itu yang akan
menentukan sampai seberapa jauh lembaga pendidikan akan mampu meningkatkan mutu
kinerjanya. Pemberdayaan adalah bahan bakar untuk menciptakan suasana kerja yang
kondusif untuk meningkatkan mutu. Pemberdayaan atau empowerment adalah proses
membangun dedikasi dan komitmen yang tinggi sehingga organisasi itu bisa menjadi sangat
efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya dengan mutu yang tinggi. Dalam organisasi yang
telah diberdayakan akan tercipta hubungan di antara orang-orangnya yang saling berbagi
kewenangan, tanggung-jawab, komunikasi, harapan-harapan, dan pengakuan serta
penghargaan. Hubungan kerja semacam itu sangat berbeda dengan hubungan kerja yang
secara tradisional didasari oleh hubungan hirarkhi dalam organisasi. Aset yang paling
berharga dari suatu lembaga pendidikan adalah orang-orang yang bekerja di dalamnya yang
ditunjukkan oleh pengetahuan, ketrampilan, sikap mental, kreatifitas, motivasi dan kemam-
puan bekerjasama yang mereka miliki.
Bagi para pelaksana di lembaga pendidikan – dosen, teknisi, pegawai administrasi,
dan sebagainya, pemberdayaan merupakan kebutuhan yang harus mereka peroleh. Sebaliknya
bagi para pimpinan – mulai dari yang tertinggi sampai ke yang terrendah – pemberdayaan
adalah suatu fungsi yang harus mereka lakukan atau berikan kepada para pelaksana. Bagi
suatu organisasi yang mendam-bakan kualitas kinerja yang terus meningkat pemberdayaan
adalah suatu proses yang harus terjadi. Tanpa proses pemberdayaan suatu lembaga
pendidikan akan sulit untuk bisa memenangkan persaingan yang semakin keras secara
nasional ataupun secara internasional. Tanpa pemberda-yaan suatu lembaga pendidikan juga
akan sulit untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan adanya pendidikan yang semakin tinggi
standar mutunya. Keterbatasan berbagai sumberdaya juga meng-haruskan setiap lembaga
pendidikan melaksanakan pemberdayaan organisasinya.
Pemberdayaan merupakan cara untuk melaksanakan kegiatan pendidikan sehingga
semua orang berpartisipasi penuh. Dalam organisasi yang sudah diberdaya-kan para
pelaksana merasa bertanggung-jawab tidak hanya tentang pekerjaan yang dikerjakannya,
3

tetapi juga tentang keseluruhan lembaga pendidikannya agar dapat berfungsi secara lebih
baik. Tim-tim yang telah diberdayakan akan bekerjasama memperbaiki kinerja mereka secara
berkelanjutan, mencapai tingkat produktivitas dan mutu yang tinggi. Setelah pemberdayaan
lembaga pendidikan akan terstruktur sedemikian rupa hingga orang-orang merasa bahwa
mereka dapat mencapai hasil-hasil sebagaimana mereka harapkan, mereka dapat melakukan
apa yang perlu mereka lakukan, dan tidak sekedar dapat melakukan apa yang mereka
diperintah untuk melakukannya, dan mereka menerima penghargaan atas apa yang mereka
lakukan itu. Perkembangan lembaga pendidikan terletak pada kreativitas dan inisiatif
orang-orang yang ada di dalamnya. Bila lembaga pendidikan itu dan orang-orang yang ada
meng-inginkan mutu kinerja yang lebih baik, maka yang harus dilakukan adalah mencari
bagaimana caranya memanfaatkan potensi kreativitas dan inisiatif yang ada pada orang-
orangnya. Cara memanfaatkan potensi itu pada dasarnya adalah dengan meningkatkan
kemampuannya melalui peningkatan pengetahuan dan keterampian kerjanya, memberi
kewenangan atau kesempatan untuk berinisiatif dan berkreasi, dan memberi motivasi agar
mereka mau berbuat. Dengan kalimat lain dapat dikatakan bahwa untuk memanfaatkan
potensi orang-orang itu dengan jalan mendo-rongnya untuk berpartisipasi meraih kinerja
lembaga pendidikan yang lebih bermutu. Agar mereka berpartisipasi perlu ditingkatkan
kemampuannya, dikembangkan kemauannya, dan diberi kesem-patan untuk berpartisipasi.
Lembaga pendidikan perlu selalu berupaya meningkatkan kemampuan orang-orang
yang bekerja di dalamnya apakah mereka dosen atau pegawai non-edukatif seperti teknisi,
laboran, pustakawan, pegawai administrasi, resepsionis, operator telepon, pengantar surat,
petugas kebersihan dan keamanan, dan lain sebagainya. Meningkatkan kemampuan adalah
tindakan pemberdayaan yang utama. Hal itu bisa dilakukan melalui program-program
pendidikan dan pelatihan yang dilembagakan – direncanakan dan dilaksanakan secara teratur
dan profesional – bagi semua jenis dan tingkatan pekerja lembaga pendidikan.
Menguasai kemampuan yang berupa pengetahuan dan keterampilan saja tidaklah
cukup. Orang perlu memiliki kemauan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya
agar dapat menghasilkan kinerja yang lebih bermutu. Kemauan itu ibarat motor penggerak
yang mendorong dirinya sendiri untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Kemauan ini sama
atau berkaitan erat dengan motivasi. Untuk menghasilkan mutu kinerja yang lebih baik
4

diperlukan motivasi. Sumber motivasi seseorang adalah kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan


oleh orang itu.  Jelas sekali bahwa setiap individu pada suatu saat memiliki kebutuhan yang
ingin terpenuhi.  Untuk meme-nuhi kebutuhannya seseorang terdorong untuk berbuat sesuatu
asalkan perbuatannya itu mengarah pada pemuasan kebutuhannya tadi. (Makalah kelompok
dua belas)
Sekarang bagaimana mengkaitkan perbuatan mem-perbaiki mutu lembaga pendidikan
itu dengan pemuasan salah satu atau beberapa kebutuhan orang-orang yang bekerja di
lembaga pendidikan. Menurut Abraham Maslow kebutuhan manusia bisa dikelompokkan
menjadi lima kategori yang tersusun secara hirarkhi, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Untuk
pegawai-pegawai golongan bawah mungkin kebutuhan-kebutuhan yang dirasa mendesak
masih berkisar pada kebutuhan fisiologis (pangan, sandang, papan, dll) dan keamanan
(tabungan,dll.) yang dalam kehidupan modern bisa dibeli dengan uang. Oleh karena itu untuk
mereka tugas-tugas yang bisa memperoleh imbalan uang akan dikerjakan dengan lebih baik,
ter-masuk tugas-tugas meningkatkan mutu kinerja. Bagi para pegawai golongan menengah ke
atas biasanya kebutuhan yang dirasa mendesak bukan lagi kebutuhan fisiologis dan
keamanan, tetapi kebutuhan sosial, harga diri dan aktualisasi diri. Pemenuhan atau pemuasan
kebutuhan-kebutuhan ini biasanya tidak semata-mata dengan menggunakan uang, tetapi
dengan menggunakan kemam-puan atau prestasi diri. Oleh karena itu hal-hal yang bisa
memotivasi orang-orang golongan ini adalah yang bisa langsung atau tak langsung
meningkatkan harga dirinya. Diskusi ini mengarah pada perlunya memberi pengakuan dan
penghargaan kepada orang-orang agar mau melakukan usaha-usaha peningkatan mutu
kinerjanya. Dengan diakui dan dihargainya kontribusi orang-orang tersebut dalam
meningkatkan mutu lembaga pendidikan di mana mereka bekerja, mereka merasa harga
dirinya naik, dan dengan harga diri yang naik itu mereka merasa upayanya untuk memenuhi
kebutuhan sosialnya akan menjadi mudah. Jadi untuk menumbuhkan kemauan orang untuk
meningkatkan mutu kinerjanya bisa dengan menerapkan sistem penghargaan yang bentuknya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kelompok orang. Perlu sekali lagi ditekankan
di sini bahwa penghargaan tidak selalu harus dalam bentuk uang atau materi. Pengakuan dan
pujian di hadapan umum bisa memotivasi orang untuk berbuat baik lebih lanjut.
5

Agar orang mau berpartisipasi meningkatkan mutu (atas kemauan sendiri) orang itu
perlu mendapatkan kesempatan untuk berbuat demikian. Kesempatan ini bisa
berupa ajakan dari pimpinan dan atau orang-orang lain di sekitarnya,
atau kebebasan untuk berpartisipasi, tersedia-nya fasilitas untuk meningkatkan mutu, atau
dalam bentuk kewenangan untuk berpartisipasi. Memberi kewenangan kepada semua orang
untuk meningkatkan mutu kinerjanya masing-masing adalah penting untuk munculnya
partisipasi dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan.
Mengacu pada penting serta dampak pendidikan yang ditimbulkann, maka tinggi
seseorang dalam mengenyam pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar, dengan
adanya pendidikan, manusia juga dapat mencapai pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan
cara bekerja. Bukan hal yang istimewa lagi jika banyak orang berlomba-lomba untuk
mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
Pemerintah juga tidak main-main dalam menggalakkan pendidikan, terbukti dari
adanya salah satu peraturan yang mengatur tentang pendidikan. Peraturan tersebut tertuang
dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) disebutkan bahwa : Tap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran; ayat (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dari penjelasan pasal ini
pemerintah memberikan petunjuk bahwa pemerintah mendapatkan amanat untuk menjamin
hak-hak warga negara dalam mendapatkan layanan pendidikan, selain itu pemerintah juga
berkewajiban untuk menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional.
Kepedulian pemerintah akan pendidikan juga terlihat pada besarnya alokasi dana
untuk pendidikan dari APBN, ini membuktikan keseriusan pemerintah untuk menjamin tiap-
tiap warga negaranya agar mendapatkan pendidikan yang layak. Namun sayangnya hal ini
tidak disadari betul oleh masyarakat, sebab masih banyak masyarakat yang menganggap
pendidikan bukan hal yang utama dalam mencapai kesejahteraan hidup. Selain itu pemerintah
juga tidak mengawasi betul pengalokasian dana tersebut, sebab sebagian masyarakat yang
menyadari akan pentingnya pendidikan masih sulit dalam mengenyam pendidikan.
Pendidikan masih terasa sangat mahal bagi sebagian masyarakat yang garis
kehidupannya masih rata-rata dibawah garis kemiskinan.Masih ada ketimpangan antara
sesama warga negara dalam mengenyam pendidikan.Untuk mendapatkan kualitas pendidikan
6

yang baik dirasakan sangat mahal bagi sebagian masyarakat.Apalagi saat ini pemerintah
mewajibkan wajib belajar 12 tahun. Hal ini juga yang menjadi kecemasan bagi masyarakat
untuk menyekolahkan anak-anaknya walau dengan harga yang sangat mahal.  Hal inilah yang
seharusnya menjadi perhatian masyarakat.Seharusnya pemerintah mengadakan pemerataan
terhadap pendidikan. Pengalokasian dana tersebut harus benar-benar dirasakan oleh
masyarakat demi tercapainya pendidikan yang memadai. Seharunsya pendidikan bukan hal
yang sulit untuk di dapat ditengah era reformasi seperti ini.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan?
b. Apa hakikat pendidikan sebagai investasi masa depan ?
c. Bagaimana konsep pendidikan sebagai investasi masa depan ?
d. Bagaimana pendidikan sebagai investasi masa depan ditinjau dari
filsafat pendidikan islam
e. Apakah yang dimaksud dengan perubahandan konsep sosial?
f. Bagaimanakah pengaruh pendidikan bagi individu

1.3. Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah untuk :
a. Memahami makna pendidikan.
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pendidikan.
c. Memahami pengertian pengukuran kinerja.
d. Mengetahui perubahan pedidikan bagi kinerja.
e. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pendidikan
f. Mengetahui Penggunaan BSC pada pendidikan.
g. Mengetahui posisi struktur pendidikan.
7

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1.   Pendidikan Investasi Masa Depan

Pengertian pendidikan pada dasarnya sangat banyak macamnya. Banyak diantara para
ahli yang mengungkapkan masing-masing pendapatnya, namun dari sekian banyak pengertian
yang diungkapkan oleh para ahli sebenarnya mengandung arti yang sama. Pendidikan
diartikan adalah salah satu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam
masyarakat dan kebudayaan.

Sejalan dengan pengertian diatas, maka pendidikan memiliki tujuan yang dapat
dirumuskan  yaitu sebagai usaha untuk mewujudkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
tergali, terbina dan terlatih potensi intelektual, spiritual dan emosional, sosial dan fisiknya,
sehingga dapat menolong dirinya dan masyarakat, bangsa dan negaranya. Dengan kata lain,
bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk manusia seutuhnya (insan kamil).

Terkait dengan masalah tujuan pendidikan diatas, pendidikan sering diartikan sebagai 
satu sektor yang paling penting dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang baik secara
materil maupun non materil. Semakin tinggi pendidikan sesorang maka akan semakin tinggi
tingkat kualitas hidupnya terutama dalam hal kesejahteraan hidupnya di dunia.

Kita dapat melihat, bahwa pada umumnya semakin berpendidikan seseorang maka
semakin tinggi pendapatannya. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih
produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang
tersebut dikarenakan memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap hidup
(attitude to life) yang mana diperoleh melalui pendidikan. Sebagai contoh di Negara Amerika
8

misalnya, bahwa seseorang yang berpendidikan doctor (S3) berpenghasilan rata-rata per
tahun sebesar 55 juta dolar, sedangkan master (S2) 40 juta dollar, dan sarjana (S1) 33 juta
dollar. Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpenghasilan rata-rata 19 juta
dollar per tahun. Contoh di Negara Amerika telah membuktikan bahwa pendidikan adalah
“jimat” yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup seseorang. Hal senada juga
diungkapkan oleh Schumacher, ia menganggap bahwa pendidikan adalah sumber daya yang
terbesar. Karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam
pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya.

Dari alasan itulah, para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan
adalah sebagai investasi sumber daya manusia dimasa depan yang dapat memberi manfaat
monoter ataupun nonmonoter. Manfaat monoter dari pendidikan adalah manfaat ekonomis
yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan
tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan yang berada di bawahnya
sedangkan manfaat nonmonoter  adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan
kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih
lama karena peningkatan gizi dan kesehatan yang lebih baik.

Cohn (1979) mengartikan investasi sebagai “Upaya untuk meningkatkan nilai tambah
barang ataupun jasa di kemudian hari dengan mengorbankan nilai konsumsi sekarang.
Investasi sendiri tidak hanya menyangkut dengan uang sebagai modal utama untuk
menghasilkan keuntungan dimasa depan, tetapi juga mencakup kualitas manusia berupa
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kecakapan yang dimiliki seseorang.
Makna investasi ini memiliki arti yang relevan dengan pendidikan, karena dengan adanya
pendidikan, pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan serta sikap seseorang akan semakin
positif dan bertambah. Siapa saja yang berinvestasi melalui pendidikan akan merasakan atau
memetik manfaatnya di kemudian hari atau di masa depan.

Oleh karena itulah, pendidikan merupakan investasi yang sangat penting dalam
menghadapi masa depan dunia secara global. Karena pendidikan menciptakan keajaiban dan
perubahan baik untuk diri sendiri, masyarakat maupun Negara dan bahkan dunia. Hal ini
9

sejalan dengan pernyataan Nelson Mandela (Pejuang Anti Apartheid) dari Afrika Selatan
“Education is the most powerful Weapon which you can use to change the world ”

2.1.1. Konsep pendidikan Investasi masa depan

Telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa pendidikan adalah sebuah


investasi masa depan yang sangat menjanjikan. Karena pendidikan dapat memberikan
manfaat dan perubahan baik bagi diri sendiri dan masyarakat maupun bagi bangsa dan
Negara.

Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi (education as investement) sendiri telah


ada sejak lama dan sekarang ini perkembangannya semakin pesat. Bahkan hampir setiap
Negara semakin menyakini bahwa pembangunan sektor pendidikan merupakan prasyarat
kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan nasional pada umumnya dan
pembangunan ekonomi pada khususnya.

Maksud dari pendidikan sebagai investasi adalah penanaman modal dengan cara
mengalokasikan biaya untuk penyelenggaraan pendidikan. Adapun pendidikan sebagai
investasi bertujuan untuk memperoleh pengembalian ekonomi (rate of return) yang lebih baik
di masa mendatang yang dihasilkan melalui pendidikan tersebut.

Di beberapa Negara maju, pendidikan selain sebagai aspek konsumtif, juga diyakini
sebagai investasi modal manusia (human capital investment) dan menjadi ”leading sektor”
atau salah satu sektor utama. Oleh karenanya perhatian pemerintah  terhadap pembangunan
sektor ini berjalan dengan sunguh-sungguh. Misalnya dengan komitmen pemerintah dalam
memberikan anggaran pada sektor pendidikan tidak kalah dengan sektor yang lainnya,
sehingga keberhasilan dalam investasi pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan
tehadap kemajuan pembangunan nasional.

Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human capital investment) yang
dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth), sebenarnya telah mulai
dipikirkan sejak zaman Adam Smith (1776), Heinrich Von Thunen (1875) dan para teoritis
klasik lainnya sebelum abad ke 19 yang menekankan pentingnya investasi keterampilan
manusia. Pemikiran ilmiah ini baru mengambil tonggak penting pada tahun 1960-an ketika
10

pidato Theodore Schultz pada tahun 1960 yang berjudul “Investment in human capital” di
hadapan The American Economic Association merupakan peletak dasar teori human capital
modern. Pesan utama dari pidato tersebut sederhana bahwa proses perolehan pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan
tetapi juga merupakan suatu investasi.

Schultz (1961) dan Deninson (1962) kemudian memperlihatkan bahwa pembangunan


sektor pendidikan dengan manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi
langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu Negara, melalui peningkatan keterampilan
dan kemampuan produksi dari tenaga kerja.

Secara sederhana sumber daya ekonomi suatu Negara dapat dipilah menjadi dua, yaitu
modal dan tenaga kerja yang keduanya bersifat tangible. Modal mencakup uang, tanah atau
sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu Negara, sedangkan tenaga kerja merupakan faktor
produksi sesudah modal yang kadang disebut modal insani (human capital). Modal insani
memegang peran yang teramat vital dalam faktor produksi, karenanya dikenal dengan
investasi sumber daya manusia (human capital investement) dengan harapan mendapatkan
modal insani yang berkualitas. Ketersediaan faktor modal tidak menjamin suksesnya
pengembangan ekonomi bila tidak diiringi dengan kualitas SDM. Kualitas sumber daya
manusia sendiri tidak selalu tercemin dalam keterampilan dan fisik manusia saja akan tetapi
juga pendidikan, pengetahuan, pengalaman atau kematangan dan sikap atau nilai-nilai yang
dimiliki. Berkaitan dengan unsur yang terakhir, pakar ekonomi memandang pentingnya
“etos” dari human capital. Etos dalam pengertian sosiologis adalah “sekumpulan ciri-ciri
budaya, yang dengannya suatu kelompok membedakan dirinya dan menunjukkan jati dirinya
berbeda dengan kelompok yang lain”.

Definisi lain menyebutkan sebagai “sikap dasar seseorang atau kelompok orang dalam
melakukan kegiatan tertentu “. Etos dapat bersumber dari nilai-nilai keagamaan ataupun hasil
dari perbincangan, pemikiran refleksi atau pengalaman yang melalui proses yang mungkin
cukup panjang dan pada akhirnya dapat diterima oleh individu atau kelompok. Ada yang
perlu digarais bawahi yaitu bahwa etos tidak sekedar pengakuan terhadap nilai-nilai tertentu,
11

akan tetapi juga benar-benar diyakini dan diamalkan secara konsekuen yang pada akhirnya
menimbulkan dampak sosial secara nyata.

Investasi sumber daya manusia (investment in human capital) merupakan salah satu
bentuk investasi yang dilakukan dalam bidang pendidikan. Proses perolehan pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan
tetapi juga merupakan suatu investasi. Pihak-pihak yang melakukan investasi dalam bidang
pendidikan mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dengan mengenyam pendidikan yang diharapkan nantinya
akan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Keuntungan diharapkan melalui
peningkatan kompetensi dan kemampuan dalam bekerja melalui pendidikan, sehingga hasil
kerja mereka lebih dihargai karena memang lebih baik.

Maka harus diakui bahwa pengembangan sumber daya manusia dalam suatu Negara
adalah unsur pokok bagi kemakmuran dan pertumbuhan suatu Negara. Investasi dalam
bentuk modal manusia mempunyai nilai balikan yang lebih besar daripada modal fisik.
Sehingga tidak ada Negara di dunia ini yang mengalami kemajuan pesat dengan dukungan
SDM yang rendah pndidikannya. Jadi kalau kita mengharapkan kemajuan pembangunan
dengan tidak menjadikan modal manusia (sektor pendidikan) sebagai prasyarat utama, maka
sama saja kita seperti ”pungguk yang merindukan bulan”.

2.1.2. Investasi Ditinjau dari Pendidikan Islam

Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk meningkatkan kualitas dirinya, baik
personal maupun kolektif. Pendidikan juga merupakan suatu upaya manusia untuk
memanusiakan dirinya dan membedakannya dengan makhluk yang lain. Dengan pendidikan
manusia akan dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik dan bahagia. Hal inilah yang
menjadikan pendidikan sangat penting bagi setiap manusia.

 Terkait dengan pentingnya pendidikan bagi setiap manusia, menyebabkan banyak


dari kalangan filosof menganggap pendidikan sebagai investasi yang sangat menguntungkan
di masa mendatang. Melalui pendidikan inilah segala potensi yang dimiliki manusia bisa
12

dikembangkan dan ditingkatkan yang mana nantinya dapat memberikan kontribusi yang besar
bagi masa depan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kemaslahatan ummat.

Para filosof barat misalnya mempunyai pandangan tersendiri tentang pendidikan


sebagai investasi. Mereka menganggap bahwa pendidikan merupakan investasi yang sangat
menguntungkan bagi kemajuan ekonomi suatu bangsa. Pendidikan diarahkan untuk
melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan
profesi sosial yang akan memakmurkan diri, perusahaan dan Negara. “Gelar” dianggap
sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini
dikeluarkan akan menuai keuntungan. Pandangan pendidikan seperti ini hanya akan
memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut
tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab. Sehingga
menyebabkan adanya kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan
moral serta akhlak kehidupan seseorang.

Pandangan filosof barat seperti diatas sangatlah berbeda sekali dengan pandangan
filsafat pendidikan islam tentang pentingnya pendidikan yang dijadikan sebagai investasi bagi
setiap manusia. Islam sebenarnya sangatlah mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan
yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
akan memunculkan kehidupan yang maju dengan dilandasi sosial yang bermoral.

Islam memiliki pandangan yang lebih komprehensif dan integratif tentang pendidikan.
Dalam islam pendidikan bukan hanya dipersiapkan untuk kehidupan dunia saja tetapi juga
untuk kehidupan di akhirat kelak. Pendidikan dalam islam disamping mengajarkan aspek-
aspek agama dan akhlak, juga menumpukkan perhatian yang lebih untuk berkhidmat kepada
ilmu pengetahuan umum dan penyelidikan ilmiah. Perhatian kepada ilmu pengetahuan umum
inilah yang nantinya akan menjadi modal hidup manusia di kehidupan dunia. Hal ini diakui
oleh Ibnu Kholdun bahwa ketika zaman dahulu banyak orang Arab belajar ilmu pengetahuan
untuk memegang profesi. Sejarah islam juga menunjukkan bahwa orang-orang islam
menaruh perhatian terhadap urusan dunia, dan sumber-sumber kehidupan sezaman. Islam
tidak hanya menaruh perhatian kepada salah satu diantara dunia dan akhirat saja tetapi islam
menaruh perhatian kepada kedua-duanya sekaligus. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah :
13

‫ك َكأَنَّكَ تَ ُموْ تَ َغ ًّدا‬


َ َ‫ َوا ْع َملْ أِل َ ِخ َرت‬,‫ك ت َِعيْشُ أَبَدًا‬
َ َّ‫ك َكأَن‬
َ ‫اِ ْع َملْ لِ ُد ْنيَا‬

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engaku akan hidup selama-lamanya dan


bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok”

Terkait dengan pendidikan sebagai investasi di masa mendatang, sebenarnya islam


telah menjadikan pendidikan sebegai modal utama bagi setiap manusia dalam menjalankan
tugasnya sebagai khalifah fil ardh. Allah telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya guna sebagai modal utama dalam menjalani kehidupan di
dunia sebagaimana dalam Al-Qur’an  surat At-Taubah ayat 122 disebutkan:

  Disini dapat dipahami bahwa dengan mencari pengetahuan manusia dapat


menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah yang bertaqwa dan juga dapat menjalankan
tugasnya sebagai khalifah fil ardh dengan baik. Selain itu juga manusia memproleh tingkatan
yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya baik tingkatan di kehidupan dunia
maupun diakhirat kelak. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an yang
memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang lebih tinggi. Al-Qur’an
dalam surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan  :

Tingkatan yang lebih tinggi dari apa yang akan di dapatkan manusia baik itu
kehidupan di dunia maupun akhirat membuat pengetahuan menjadi sangat penting bagi setiap
manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan dapat mengetahui mana yang baik dan
buruk, mana yang benar dan salah, yang membawa manfaat dan mana yang membawa
mudharat.

Proses manusia dalam mencari dan mendapatkan pengetahuan itu tentunya melalui
sebuah kegiatan yang lazim dikenal dengan pendidikan. Melalui pendidikan inilah setiap
manusia akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Dengan pengetahuan dan
keterampilan yang didapatkan dari pendidikan manusia dapat menjalani kehidupan semasa di
dunia dan di akhirat nantinya dengan lebih meningkat dan lebih baik.
14

Imam Syafi’i mengatakan :

‫الع ْل ِم‬
ِ ِ‫الع ْل ِم َو َم ْن أَ َرا َد هُ َما فَ َعلَ ْي ِه ب‬
ِ ِ‫الع ْل ِم َو َم ْن أَ َرا َد األَ ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه ب‬
ِ ِ‫َم ْن أَ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه ب‬

“Barang siapa yang menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Dan barang
siapa yang menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang
menginginkan kedua-duanya maka harus dengan ilmu”.

Dari sinilah islam menekankan betapa pentinganya pendidikan bagi setiap manusia
karena pendidikan adalah modal utama bagi manusia untuk mendapatkan kebaikan baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Dengan pendidikan yang diperolehnya manusia dapat menjadi
hamba Allah yang bertaqwa dan juga dapat menjalankan tugasnya di dunia sebagai khalifah
fil ardh dengan baik.

2.2. Pendidikan dan Perubahan sosial.

            Pendidikan dalam pengertian modern diartikan sebagai proses formal dan


direncanakan dimana warisan kebudayaan dan norma-norma sebuah masyarakat
ditransmisikan dari generasi ke generasi, dan melalui tranmisi warisan itu dikembangkan
melalui penemuan ilmiah. Sedangkan pendidikan dalam pengertian konvesional dipahami
dengan memberikan meteri-materi kebudayaan dimaksudkan agar pengetahuan anak tentang
budaya manusia bertambah, jika kegiatan tersebut dilanjutkan kepada usaha
membentuk/membimbing kepribadian anak.

            Pendidikan memiliki andil besar ndalam kehiduapan manusia, oleh sebab itu
berikut ini fungsi pendidikan yang berhungan dengan perbahan sosial di masyarakat, yaitu: 1)
Fungsi pendidikan sebagai perubahan sosial.Pada fungsi ini pendidikan berperan sebagai
pencetak penemu-penemu baru dengan hasil temuan mereka akan mempengaruhi kebudayaan
masyarakat sehingga mengakibatkan perubahan sosial yang cukup menyeluruh. Contohnya,
penemuan komputer, rice cooker, pesawat terbang, televisi, listrik generator, diessel dan
sebagainya. 2) Fungsi memindahkan nilai-nilai budaya (trasformasi kebudayaan). Pendidikan
dapat dirumuskan sebagai proses kegiatan yang direncanakan untuk memindahkan
pengetahuan, sikap, nilai-nilai,serta kemampuan-kemapuan mental lainnya dari satu generasi
ke generasi lebih muda, seperti proses interaksi guru dan murid di kelas dan sekolah ataupun
15

di kelompok-kelompok warga belajar serta keluarga. 3) Fungsi mengembangkan dan


memantapkan hubungan-hubungan sosial.
            Fungsi ini membentuk peserta didik lebih mengetahui, memahami dan mengerti
kelompok-kelompok sosial yang ada di lingkungan sosial mereka. Dalam proses ini yang
lebih berperan adalah pendidikan nonformal dan informal, tetapi pendidikan formal juga
mempengaruhi sebagai wadah pengembangan secara akademis. Wajarlah kesempatan
pendidikan terbuka lebar untuk mendudkung keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini
berarti memperbaiki citra masyarakat dari lingkungan primitif menuju ke masyarakat yang
modern dan berpandangan luas terhadap dunianya. Pendidikan membawa masyarakat ke arah
perubahan yang menuju ke perbaikan.
2.2.1. Perubahan Sosial

2.2.1.1. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah proses yang meliputi bentuk keseluruhan aspek kehidupan
masyarakat. Menurut pengamatan, perubahan sosial telah menjadi titik kajian beragam ilmu
yang sifatnya lintas disiplin. Perubahan sosial adalah masalah teori-teori sosial yang dipakai
untuk menerangi fenomena perubahan sosial secara sepihak. Dalam banyak hal, ternyata
teori, substansi dan metodologi tidak bisa terpisah menjadi suatu sistem berpikir untuk
memahami fenomena perubahan sosial yang lengkap.
        Perubahan sosial menggambarkan suatu proses perkembangan masyarakat. Pada satu sisi
perubahan sosial memberikan suatu ciri perkembangan atau kemajuan (progress) tetapi pada
sisi yang lain dapat pula berbentuk suatu kemunduran (regress). Perubahan sosial dapat
terjadi oleh karena suatu sebab yang bersifat alamiah dan suatu sebab yang direncanakan.
Perubahan sosial yang bersifat alamiah adalah suatu perubahan yang bersumber dari dalam
masyarakat itu sendiri. Sedangkan perubahan sosial yang direncanakan adalah perubahan
yang terjadi karena adanya suatu program yang direncanakan, seringkali berbentuk intervensi,
yang bersumber baik dari dalam ataupun dari luar suatu masyarakat. Perubahan yang
direncanakan yang datang dari dalam masyarakat yang bersangkutan, seringkali merupakan
program perubahan yang dibuat oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu, biasanya para
elite masyarakat, yang ditujukan bagi kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
           Gejala perubahan sosial yang masih relevan dalam tatanan kehidupan masa kini adalah
16

gejala modernisasi yang dicanangkan dunia Barat untuk memperbaiki perekonomian


masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga. Dampak modernisasi sangat luas, baik yang
dianggap positif maupun negatif oleh kalangan masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga,
baik yang berkaitan dangan masalah ekonomi, sosial, politik, budaya dan ilmu pengetahuan.
Modernisasi sebagai fenomena perubahan mendapat respon yang beragam, bahkan dikritisi
sebagai westernisasi. Bagaimanapun sebuah masyarakat bukanlah 'bejana' kosong yang
begitu saja menerima hal-hal yang berasal dari luar, tetapi ia memiliki mekanisme tertentu
melalui norma-norma dan nilai-nilai tradisi (budaya) dalam menangani dan menanggapi
perubahan yang terjadi.
            Dalam kaitannya dengan hal ini adalah peran para agen perubahan (pemerintah dan
lembaga-lembaga masyarakat) yang mampu mengantisipasi berbagai perkembangan
masyarakat sehingga mampu mengarahkan masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih
baik.

2.2.1.2. Perubahan Sosial Budaya

 Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola
budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat
dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan
bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan (Widodo:2008).
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan
pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan
baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan
perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
           Perkembangan masyarakat seringkali juga dianalogikan seperti halnya proses evolusi.
suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini sangat dipengaruhi
oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah berkembang dengan pesatnya.
Peletak dasar pemikiran perubahan sosial sebagai suatu bentuk “evolusi” antara lain Herbert
Spencer dan Augus Comte. Keduanya memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi
pada suatu masyarakat dalam bentuk perkembangan yang linear menuju ke arah yang positif.
Perubahan sosial menurut pandangan mereka berjalan lambat namun menuju suatu bentuk
17

“kesempurnaan” masyarakat.
          Berbeda dengan Spencer dan Comte yang menggunakan konsepsi optimisme, Oswald
Spengler cenderung ke arah pesimisme. Menurut Spengler, kehidupan manusia pada dasarnya
merupakan suatu rangkaian yang tidak pernah berakhir dengan pasang surut. seperti halnya
kehidupan organisme yang mempunyai suatu siklus mulai dari kelahiran, masa anak-anak,
dewasa, masa tua dan kematian. Perkembangan pada masyarakat merupakan siklus yang terus
akan berulang dan tidak berarti kumulatif.

2.2.1.3. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Indonesia

Ke mana arah perubahan sosial di Indonesia, hingga hari ini tampaknya belum
dapat dibaca dengan cukup cermat. Proses tawar-menawar masih sedang terjadi, dan semua
hal masih sangat mungkin terjadi. Akan tetapi, yang pasti, hingga kini masyarakat Indonesia
masih sedang gelisah, marah, sedih, dan prihatin. Demokrasi masih diperjuangkan terus-
menerus, dan tidak tahu demokrasi seperti apa yang akan terjadi, penegakan hukum masih
simpang siur, dan secara relatif masyarakat hidup tanpa kepastian (Salam: 2007).
Secara garis besar bentuk-bentuk perubahan sosial budaya dapat dipilah menjadi dua:
Pertama perubahan yang berlangsung cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok
kehidupan masyarakat yang disebut revolusi. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat
direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan
atau melalui kekerasan.
          Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat
memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan
tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang
telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk
merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama
sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan
membangun.
            Kedua, perubahan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu (lambat) yang
disebut evolusi. Dalam konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan sifat-sifat yang
diwariskan dalam suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sifat-
18

sifat yang menjadi dasar dari evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan pada keturunan
suatu makhluk hidup. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen oleh mutasi, transfer gen
antar populasi, seperti dalam migrasi, atau antar spesies seperti yang terjadi pada bakteria,
serta kombinasi gen mealui reproduksi seksual. Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan
dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusi telah berakar sejak jaman
Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori
evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini,
teori Darwin tentang evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas
masyarakat sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
             Perubahan sosial mencakup aspek-aspek yang kompleks, mulai dari politik, ekonomi,
kebudayaan, hukum, keamanan dan sebagainya. Perubahan yang terjadi, baik secara cepat
maupun lambat akan memberikan dampak bagi masyarakatnya, juga pendidikan. Perubahan
yang berlangsung cepat (revolusi) memang pada umumnya lebih berpeluang mengagetkan
masyarakat sehingga tidak siap menghadapi perubahan itu.

 2.2.2. Pendididkan di Indonesia


Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 ayat 1, yang menjelaskan bahwa pendidikan
dilaksanakan melalui 3 jalur yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal,dan pendidikan
informal dimana ketiga jalur tersebut saling melengkapi dan meperkaya. Pendidikan sebagai
suatu sistem yang terorganisir dengan baik serta memiliki proses tersendiri. Proses
pendidikan adalah proses pemberian stimulasi pada seseorangs ecara di sengaja untuk
mendorong terjadinya proses perkembangan manusiawi ke tingkat yang lebih baik. Arti
perkembangan manusiawi tersebut yaitu perkembangan yang bersangkut paut dengan hakekat
manusia.
            Sistem pendidikan di Indonesia terbagi atas tiga jalur dengan masing-masing jalur
memiliki sistem tersendiri, yaitu:
a. Pendidikan formal adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan melalui sistem
persekolahan yang memiliki ciri-ciri antara lain terstruktur secara mapan, kurikulum diatur
secara nasional, memiliki jenjang yang mengikat, memiliki aturan yang ketat dalam prosedur
penerimaan murid baru (rekrutmen warga belajar), memiliki tata tertib yang ketat dalam
19

proses belajarnya. Pendidikan Formal


            Pendidikan persekolahan sebagai satuan pendidikan formal dimulai dari jenjang
pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi merupakan jenjang yang mengikat karena
masing-masing jenjang di bawahnya merupakan persyaratan jejang selanjutnya. Yehudi
cohen mengemukakan bahwa sekolah pada jaman kuno muncul sebagai instrumen politik
untuk mencapai tujuan-tujuan politik. Sekolah yaitu suatu institusi yang disediakan untuk
pembelajaran dengan personil yang terspesilisasi, struktur fisik, yang permanen, peralatan
khusus (di mana buku-buku teks merupakan bagian penting), sarana-sarana pembelajaran
formal dan stereotip, sebuah kurikulum dan tujuan-tujuan khusus yang didefinisikan secara
optimal (Difusi Inovasi; hal 98).
Jenjang pendidikan formal seperti berikut:
1. SD (Sekolah Dasar), syarat melanjutkan ke,
2. SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), syarat melanjutkan ke,
3. SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas), syarat melanjutkan ke,
4. Perguruan Tinggi, Akademi, Sekolah Tinggi dan sebaginya.
            Pendidikan formal memiliki jenjang tertentu yang ketat dan mengikat. Oleh sebab itu
mereka harus lulus di setiap tingkatan agar dapat melanjutkan ke tingkat selanjutnya dan
mengapai kesuksesan hidup bermasyarakat dalam berbagai perubahan sosial yang terjadi.
Persyaratan tersebut merupakan keharussan bagi peserta didik di samping persyaratan lain
yang lebih ketat sebagai aturan yang diterapkan dalam penyelenggaraan sistem persekolahan,
hal ini ssangat berbeda dengan sistem pendidikan nonformal dimana tidak diberlakukan
secara ketat.
            George Kneller menganggap bahwa munculnya sekolah memiliki kaitan dengan
kompleksitas organisasi sosial dan lembaga-lembaga sosial. Semakin meningkatnya
kompleksitas masyarakat, tranmisi keterampilan dan pengetahuan secara spesilissasi dari
generasi ke generasi yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan tradisional, sehingga agen
spesilisasi yang menjalankan fungsi-fungsi tersebut adalah guru.oleh karena itu sekolah
disebut sebagai salah satu agen pembaharu (agent of change) pada perubahan sosial.
b. Pendidikan nonformal adalah lembaga pendidikan di luar sistem persekolahan merupakan
jalur penyelenggaraan pendidikan yang berbeda dengan pendidikan persekolahan. Jalur
20

penyelenggara pendidikan nonformal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1).Tidak terlalu ketat
sistem pembelajaran, baik dari segi waktu, kurikulum, fasilitator, sumber belajar maupun
tempat pembelajaran. 2). Kurikulum diusahakan dapat sesuai dengan kebutuhan balajar. 3).      
Fasilitator dan sumber belajar diusahakan yang tersedia di lingkungan sekitar. 4). Pengaturan
waktu disesuaikan dengan waktu luang warga belajar. 5). Tempat belajar disesuaikan tempat
kedekatan warga belajar.

Pendidikan nonformal menurut Coombs (1973) adalah aktivitas pendidikan


yang terorgasir di luar sistem pendidikan persekolahan baik yang dilaksanakan secara
serempak atau terpisah untuk melayani tujuan dan kebutuhan belajar peserta didik. Dalam
UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat 12,
dijelaskan bahwa pendididkan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Lebih lanjut dijelaskan dalam
pasal 26 ayat 1 bahwa penyelenggaraan pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti,
penambahdan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
Berikut ini penjelasan dari pasal 26 ayat 1, yaitu:
1) Pengganti memiliki makna bahwa seseorang yang tidak dapat menempuh pendidikan
formal karena berbagai hal dapat menempuh jalur pendidikan nonformal dan akan
memperoleh penghargaan yang sama dengan pendidikan formal setelah dilakukan penilaian
sesuai dengan atuaran yang mengacu pada standar nasional pendidikan (Pasal 26:6
Sisdiknas).
2) Pelengkap mempunyai makna bahwa pendidikan sepanjang hayat berlaku kepada setiap
warga negara, untuk selalu melengkapi pendidikan nonformal sebelumnya.
3) Penambah bermakna seseorang yang sudah memperoleh pendidikan tertentu dapat
menmbah pendidikan dengan berbagai jenis yang ada dalam jalur pendidikan nonformal.
4) Pengganti bermakna pendidikan tersebut menggantikan program pendidikan formal pada
jenjang tertentu yang tidak dapat diselesasikan oleh peserta didik kkarena berbagai hal.bentuk
sajian program untuk pserta didik yaitu:
a. Program paket A (setara dengan pendidikan sekolah dasar).
b. Program paket B (setara dengan pendididkan SLTP).
21

c. Program paket C (setara dengan pendidikan SLTA).


            Satuan pendididkan nonformal terdiri atas kursus, lembaga pelatihan, pusat kegiatan
belajar masyarakat, kelompok belajar, majelis taklim dan sebagainya. Selain itu pendidikan
nonformal juga memiliki berbagai jenis kegiatan untuk warga belajar seperti, pendidikan anak
terlantar, pendidikan tuna warga, pendidikan wanita tuna susila, penyuluhan remaja,
pendidikan khusus korban narkotik, pendidikan khusus dalam penjara, dan sebagainya.oleh
sebab itu pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional sebagai bekal kehidupan mereka kelak dan mampu serta
siap menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat dari fenomena-
fenomena yang mereka lakukan dan terjadi tanpa perencanaan dahulu.
Tipe ideal pendidikan formal dan nonformal.

c. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga dan berbagai
satuan yang ada di masyarakat sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat. Pendidikan
informal memiliki ciri lebih fleksibel dibanding jalur pendidikan formal dan pendidikan
nonformal. Contohnya; pendidikan dalam keluarga dapat menyelenggarakan pendidikan
sendiri di dalam keluarganya sesuai kebutuhan belajar yang dirumuskan dalam keluarga
tersebut berdasarkan filosofi dan pendangan hidupnya. Pendidikan Informal
            Dalam UU RI No. 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 13
dikemukakan bahwa Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Sedangkan pada pasal 27 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan informal adalah pendidikan
yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Menurut Coombs (1973) pendidikan informal dikatakan sebagai suatu proses sepanjang hayat
(life long process) bagi individu yang terkait dengan masalah pengetahuan, sikap, nilai, dan
keterampilan yang diperoleh dalam pengalaman hidup sehari-hari yang bersumber dari
lingkungan, baik dari keluarga atau tetangga, tempat bekerja, tempat bermain, pasar,
perpustakaan maupun dari media massa. Jadi pendidikan informal adalah proses pendidikan
yang diselenggarakan dalam keluarga atau pendidikan yang terselenggara di dalam
lingkungan masyarakat baik disengaja dalam proses belajar atau berjalan dalam proses alami
22

tanpa disengaja untuk belajar.


            Karakteristik pendidikan informal antara lain tidak terancang, tidak terorganisir,
tujuan tidak dinyatakan secara eksplisit namun proses pendidikan tetap berjalan sesuai
dengan pola budaya dan falsafah hidup yang dianut dalam keluarga maupun dalam
lingkungan masyarakat tempat mereka berada.
Pendidikan informal berbeda dengan pendidikan formal dan nonformal dilihat dari aspek
tujuan, isi, waktu penyelenggaraan, sistem penyelenggaraan, dan sistem pengawasannya. Dari
sudut tujuan, pendidikan informal tidak secara eksplisit tujuan disampaikan kepada warga
belajar namun tersirat bahwa tujuan pendidikan memang dicanangkan secara komprehensif
pada saat unit keluarga ingin membentuk norma keluarga. Dari sudut isi (content) atau materi
bahan ajar, pendidikan informal mempunyai acuan normatif yang dikembangkan dari falsafah
hidup keluarga yang umumnya berisi pola-pola budaya, nilai hidup yang ingin disampaikan
kepada anak-anak mereka sebagai peserta didiknya.disamping itu juga terdapat materi
pembelajaran yang bersifat praktis sebagai bekal hidup setelah dewasa. Dari sudut waktu
penyelenggaraan, pendidikan informal sangat fleksibel dan tidak terikat oleh waktu.
            Dari sudut sistem penyelenggaraan, pendidikan informal terlaksana tanpa sistem,
karena komponen sistem tidak secara eksplisit dinyatakan dalam bentuk komponen sistem,
misalnya seorang fasilitator dalam proses pembelajaran pendidikan informal tidak terdapat
kualifikasi secara jelas sebagai seorang fasilitator. Sedangkan dari segi sistem pengawasan,
pendidikan informal tidak memiliki lembaga yang bertanggung jawab atas terselenggaranya
proses pendidikan tersebut. Pengawasan pendidikan dalam keluarga sangat tergantung pada
tingkat keketatan atau kedisiplinan dalam keluarga tersebut.

2.2.3. Pendidikan Pendidikan Negara


          Pendidikan merupakan investasi besar bagi suatu negara. Pendidikan menyangkut
kepentingan semua warga negara, masyarakat, negara, institusi-institusi dan berbagai
kepentingan lain. Ini disebabkan pendidikan berkaitan erat dengan outcomenya berupa
tersedianya SDM yang handal untuk menyuplai berbagai kepentingan. Oleh sebab itu titik
berat pembangunan pendidikan terletak pada peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang, serta
perluasan kesempatan belajar pada pendidikan dasar. Pendidikan memegang kunci
23

keberhasilan suatu negara di masa depan. Namun kenyataan membuktikan, khususnya di


Indonesia, pendidikan masih belum dipandang vital, khususnya oleh para pemegang tampuk
kepemimpinan negara.
              Menurut Tilaar (2004), pendidikaan saat ini telah direduksikan sebagai pembentukan
intelektual semata sehingga menyebabkan terjadinya kedangkalan budaya dan hilangnya
identitas lokal dan nasional. Perubahan global dan liberalisasi pendidikan memaksa lembaga-
lembaga pendidikan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Pendidikan
yang hanya berorientasi pasar sesungguhnya telah kehilangan akar pada kesejatian dan
identitas diri. Gejala-gejala pendangkalan ini sekarang mudah dibaca.
              Misi pendidikan adalah mewariskan ilmu dari generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu
yang dimaksud antara lain pengetahuan, tradisi dan nilai-nilai budaya (keberadaban). Secara
umum penularan ilmu tersebut telah diemban oleh orang-orang yang concern terhadap enerasi
selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang yang punya visi kedepan, yaitu menjadikan generasi
yang lebih baik dan beradab. Apabila berbicara pendidikan berskala nasional maka secara
umum konsep pendidikan nasional di Indonesia tak lagi memperlihatkan keberpihakan
terhadap dunia pendidikan di berbagai daerah. Salah satu contoh yaitu kontroversial
mengenai Ujian Nasional yang memperlihatkan betapa sentralistiknya pendidikan saat ini.
Pusat terkesan memaksa seleranya terhadap anak didik di daerah.
             Salah seorang pakar pendidikan di Indonesia, Dr Anita Lie dalam presentasi
mengenai Renstra Biro Pendidikan LPMAK yang berlangsung di Sheraton Hotel Timika
belum lama ini mengakui ada ketidakberesan dalam konsep pendidikan nasional. Anita
bahkan merujuk pada materi Ujian Nasional yang cenderung membebani masyarakat
pendidikan di daerah-daerah.
Tak saja Anita Lie, Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu pun menilai konsep
pendidikan nasional saat ini tak lagi relevan untuk diterapkan di daerah termasuk di Papua.
Barnabas Suebu malah menyentil konsep pendidikan nasional ibarat pakaian jadi (pakaian
konveksi). “Pakaian tersebut diukur dan dijahit di Jakarta kemudian dikirim ke daerah.
Masyarakat di Papua yang butuh pakaian langsung mengenakan saja tanpa melihat ukuran.
Orang di Jakarta pun tidak tahu tentang postur orang Papua, mereka hanya asal jahit
berdasarkan seleranya,” begitu kata Barnabas mengibaratkan konsep pendidikan nasional saat
24

ini.
2.2.4. Pendidikan Bagi Perubahan Sosial
          Carut-marut situasi pendidikan di Indonesia memang tidak lepas dari pengaruh
perubahan sosial. Dan setiap berbicara mengenai pendidikan, orang selalu berkonotasi
sekolah formal. Meski tidak semuanya salah namun konsep ini menisbikan peran pendidikan
informal dan non formal, padahal keduanya sama pentingnya. Dengan demikian keterpurukan
pendidikan tidak boleh didefinisikan sebagai kegagalan pendidikan formal semata.
Kebobrokan sistem dan perilaku sejumlah pemuka masyarakat dan negara, dengan demikian
bukan dosa sekolah semata.
Oleh sebab itu sekolah juga mendapat tempat yang istimewa dalam pemikiran tiap orang
dalam usahanya meraih tangga sosial yang lebih tinggi. Sedemikian istimewanya hingga
sekolah telah menjadi salah satu ritus yang harus dijalani orang-orang muda yang hendak
mengubah kedudukannya dalam susunan masyarakat. Mudah diduga bahwa jalan pikiran
seperti itu secara logis mengikuti satu kanal yang menampung imajinasi mayoritas mengalir
menuju sebuah muara, yakni credo tentang sekolah sebagai kawah condrodimuko tempat
agen-agen perubahan dicetak.
         Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat menyangkut nilai-nilai sosial, pola-pola
perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, yang terjadi secara cepat atau lambat memiliki pengaruh mendasar bagi
pendidikan. Perubahan sosial tak lagi digerakkan hanya oleh sejenis borjuis di Eropa abad 17
– 18 melawan kaum feodal, atau oleh kelas buruh yang ingin mengakhiri semacam
masyarakat borjuis di abad 19 untuk kemudian menciptakan masyarakat nir kelas, atau oleh
para petani kecil yang mencita-citakan suatu land-reform. Juga lebih tak mungkin lagi
keyakinan bahwa perubahan hanya dimotori oleh kaum profesional yang merasa diri bebas
dan kritis. Masyarakat sipil terdiri dari aneka kekuatan dan gerakan yang membawa dampak
perubahan di sana sini.

2.3.  Kembalian Pendidikan Bagi Individu


2.3.1. Pengembangan Potensi
Sebagai sarana untuk mengembangkan potensi  yang dibawa sejak  lahir. Melalui
pendidikan seseorang akan dapat mengasah bakat bawaannya. Orang yang cerdas adalah
25

orang yang memiliki bakat cerdas dan bakat cerdasnya tersebut telah terasah melalui proses
yang disebut dengan pendidikan. Demikian halnya dengan orang yang terampil dalam bidang
tertentu, ia menjadi terampil bukan semata-mata karena bakat, melainkan bakat yang dibawa
sejak lahir tersebut telah diasah melalui latihan, dimana latihan merupakan bagian dari
pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut maka para pengelola pendidikan – khususnya guru
dan kepala sekolah - harus mampu memfasilitasi kegiatan belajar para siswa, sedemikian rupa
sehingga para siswa  dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya masing-masing
semaksimal mungkin dan berupaya mengantarkan mereka untuk menjadi individu yang
bermartabat.
Pendidikan dan Pengembangan Potensi Manusia. Pendidikan sebagai proses
pembimbingan dan pengembangan kualitas diri manusia,   perlu melihat potensi yang ada
pada diri manusia.  Di antara  potensi yang ada pada diri manusia adalah potensi Tri mrata
yaitu potensi secara jasadiyyah, aqliyyah, dan rûhiyyah. Tiga dimensi potensi ini laksana
segitiga yang mempunyai kesamaan sisi yang mencerminkan keseimbangan kepribadian
manusia. Kemajuan, kebahagiaan dan kesempurnaan pribadi manusia tergantung pada
keharmonisan hubungan tiga dimensi tersebut. Kepincangan antara tiga dimensi tersebut
bukan saja merugikan pribadinya, melainkan juga masyarakat sekitarnya. Dalam konteks ini,
manusia bukan sekadar lembaga tubuh, susunan akal, atau ruh yang terpisah, melainkan
ketiga unsur tersebut saling melengkapi.
Al-Qur’an tidak menerima pandangan materialisme   yang terpisah dari aspek ruh,
dan  spiritulisme  yang terpisah dari  materi. Menurut al-Qur’an, materialisme tidaklah mutlak
buruk, sebaliknya  spiritualisme  juga tidaklah mutlak baik, yang diakui adalah persenyawaan
yang harmonis antara keduanya. Golongan spiritualisme maupun materialisme  keduanya
menzhalimi nilai kemanusiaan yang bertentangan dengan tuntutan hidup. Golongan 
spiritualis  yang berhasil melaksanakan spiritualisme-nya, hanya akan menjadi tokoh ruhani
yang tidak bertubuh yang membangkai di alam hidup. Sementara golongan materialis juga
akan berakhir menjadi manusia yang berlembaga tanpa ruh. Kekuatan material yang tidak
disertai iman, belas kasihan dan moral, akan menjadikan manusia raksasa dalam aspek
materi, tetapi kerdil dalam aspek ruhani, ia akan maju hanya dengan iringan akal dan ruh
(ilmu dan Iman).
26

Komposisi kepribadian tersebut saling terkait yang terdiri dari tiga faktor secara
proporsional yaitu; akal  ‫( عقلية‬akal), hati  ‫قلبيّة‬  (hati), dan emosi ‫نزوعيّة‬  (emosi). Proporsi
keserasiannya dapat diprediksikan:

1. Kekuasaan akal setara dengan kewenangan emosi. Akal membawa emosi


menerawang hingga dapat menangkap rahasia wujud sebagai sumber alam raya dari awal
hingga titik akhirnya. Teras emosinya adalah iman, yang dengannya akal manusia akan
terbawa secara alami mengikuti emosi tersebut.
2. Aspek hati (qalb) yang merupakan esensi dari suatu keputusan yang berasal
dari daya nalar, opini, kecerdasan praktis (practical intelligence), untuk memecahkan suatu
masalah secara cakap dan cermat.
3. Aspek emosi berperan dominan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Emosi dapat membawa kecintaan untuk memenangkan kebenaran dan bersedia
mengorbankan yang ada, baik jiwa, raga maupun harta untuk memenangkan kebenaran. Inti
semangat emosi ini adalah cinta kebaikan, sarinya adalah kasih sayang dan terasnya adalah
membahagiakan manusia. (Dr. Ahmad Munir M.Ag https://www.lyceum.id/pendidikan-dan-
penge)

2.3.2. Perubahan Karakter


Sebagai sarana untuk mengubah perilaku. Perilaku merupakan representasi dari
fikiran dan perbuatan seseorang. Seseorang akan dikatakan berperilaku baik jika fikiran dan
perbuatannya baik. Pendidikan memiliki peran penting dalam mengubah perilaku seseorang
dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Melalui pendidikan yang baik seseorang akan
dilatih untuk hanya berfikir dan berbuat hal-hal yang prositif, oleh karena itu pendidikan
memiliki arti yang sangat penting dalam mengubah perilaku seseorang. Implikasinya adalah
bahwa para pengelola dan pelaksana pendidikan harus mampu memfasilitasi peserta didik
agar dapat memiliki perilaku yang baik. Adapun wujud fasilitasi yang dapat dilakukan oleh
guru dan kepala sekolah adalah melalui keteladanan dan pembiasaan.
Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah tempat transfer
ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan
27

masyarakat baru yang lebih ideal, yaitu masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan
berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa. Secara garis besar, Pendidikan mempunyai
fungsi sosial dan individual. Fungsi sosialnya adalah untuk membantu setiap individu
menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif
masa lampau dan kini. Fungsi individualnya adalah untuk memungkinkan seorang menempuh
hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi
masa depan (pengalaman baru).
Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah mewariskan ilmu
dari generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu yang dimaksud antara lain: pengetahuan, tradisi,
dan nilai-nilai budaya (keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah di emban
oleh orang-orang yang terbeban terhadap generasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang
yang punya visi kedepan, yaitu menjadikan serta mencetak generasi yang lebih baik dan
beradab. Perubahan sosial budaya masyarakat sebagaimana yang kita bicarakan di atas tikan
akan pernah bisa kita hindari, sehinga akan menuntut lembaga pendidikan sebagai agen
perubahan untuk menjawab segala permasalahan yang ada. Dalam permasalahan ini lembaga
pendidikan haruslah memiliki konsep dan prinsip yang jelas, baik dari lembaga formal
ataupun yang lainya, demi terwujudnya cita-cita tersebut, kiranya maka perlulah diadakanya
pembentukan kurikulum yang telah disesuaikan.Prinsib dasar pembentukan tersebut adalah
meliputi: (https://pendidikankarakterbangsa.wordpress.co)

2.3.3. Pengembangan Pisik


Sebagai sarana untuk mengembangkan fisik, mental dan sipiritual seseorang.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat memfasilitasi perkembangan fisik,
mental dan spiritual peserta didik secara seimbang. Dengan demikian, kepala sekolah dan
guru dituntut untuk dapat mendidik para peserta didik bukan saja dari sisi kemampuan
intelektualnya saja – yang dilakukan melalui pembelajaran mata pelajaran mata pelajaran sain
– melainkan mereka harus dapat membimbing para siswa untuk dapat mengembangkan
fisiknya dan ketajaman sipiritualnya, diantaranya dengan memberikan ruang belajar, tempat
bermain, sarana bersosialisasi, fasilitas dan pembiasaan untuk beribadah dan lain-lain, yang
memadai.
28

Proses belajar berlangsung secara fisik dan mental. Anak melakukan berbagai
aktivitas fisik sebagai pengalaman belajar. Kondisi panca indra, normalitas anggota tubuh,
asupan gizi dan keadaan kesehatan secara menyeluruh mempengaruhi proses belajar. Seorang
siswa yang sedang lapar tidak dapat berkonsentrasi mengerjakan tugas-tugas belajar, karena
perhatiannya lebih terpusat pada perasaan lapar yang dirasakannya. Demikian juga dengan
kondisi panca indra. Penglihatan, pendengaran sangat diperlukan dalam belajar. Gangguan
pada fungsi panca indra menyebabkan perhatian individu tidak optimal dalam belajar.
Demikian juga halnya dengan perkembangan fisik yang terlalu cepat atau terlambat dari
ukuran anak-anak seusianya akan dapat mempengaruhi perilaku anak belajar di antara
sebayanya. Perkembangan fisik pada anak memiliki karakteristik yang berbeda baik sebelum
maupun sesudah anak-anak. Perkembangan fisik pada anak usia sekolah dasar perlu dipelajari
dan dipahami oleh setiap guru, karena dipercaya bahwa segala aktivitas-aktivitas belajar dan
aktivitas-aktivitas yang menyangkut mentalnya serta pembentukan kepribadian dipengaruhi
oleh kepribadian dan pertumbuhan fisik. Anak - anak dan orang dewasa mempunyai banyak
perbedaan, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Dilihat dari segi fisik misalnya berat badan,
tinggi badan, proporsi dan bentuk tubuh. Sedangkan dari segi psikisnya misal, sifat, tingkah
laku dan pola pikir. Masa pubertas berhubungan dengan perubahan hormone di dalam diri
individu yang berakibat pada perubahan fungsi-fungsi fisiologis. Akibatnya para siswa di usia
pubertas sering mengalami gangguan fisik dalam belajar. Misalnya, perubahan bentuk dan
berat badan, suara yang membesar, gerakan fisik yang semakin lamban, mudah mengantuk,
perasaan tidak nyaman ketika mengalami haid, semua ini memberi pengaruh terhadap
suasana belajar siswa. Guru perlu menyadari bahwa keadaan fisik dan semua perubahan-
perubahan yang dialami siswa dalam proses perkembangannya mempengaruhi proses belajar
siswa. Oleh karena itu guru perlu memberi informasi kepada siswa tentang hal ini sehingga
mereka dapat memahaminya secara benar dan siap secara mental menghadapinya. Sejalan
dengan ini guru juga perlu memperhatikan keadaan fisik ini dalam manajemen kelas. Dengan
cara ini faktor-faktor fisik yang kemungkinan akan menghambat proses belajar siswa dapat
dikendalikan sehingga tidak sampai berpengaruh secara meluas.(Cheap Offers:
http://bit.ly/gadgets_cheap)
29

2.3.4. Mempersiapkan Masa Depan


Sebagai sarana untuk mempersiapkan masa depan. Melalui pendidikan yang baik,
yang dapat mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal, baik intelektual,
psikomotorik maupun spiritualnya, akan memungkinkan bagi peserta didik untuk lebih siap
dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, guru dan kepala sekolah harus dapat
memfasilitasi peserta didik dengan pendidikan berupa bekal kecakapan hidup.

”Tidaklah seorang anak dilahirkan melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah,


kedua orangtuanyalah yang membuatnya yahudi, nasrani maupun majusi”.
(H.R. Bukhari Muslim).

“Kita tidak bisa membentuk anak-anak kita menurut konsep kita sendiri; kita mesti
menerima dan mencintai mereka dalam keadaan seperti
yang diberikan Tuhan kepada kita.”(Johan W. Von Gothe)

Tanpa terkecuali, pasti setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya,
terutama bidang pendidikan. Sehingga, tidak heran jika para orangtua selalu menginginkan
anaknya memperoleh peringkat pertama di kelasnya atau menyabet juara 1 di setiap kali
mengikuti perlombaan. Dengan kata lain, orangtua memandang bahwa anaknya dianggap
berhasil jika memiliki IQ yang tinggi. Dari hasil tes IQ tersebut seorang anak akan diberi
`label’ sebagai anak yang pintar atau bodoh. Dan biasanya, ada nilai dari beberapa mata
pelajaran tertentu yang dipercaya secara signifikan berkorelasi dengan kecerdasan anak
tersebut. Salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Hal ini menyebabkan banyak
orangtua yang `mengagungkan’ mata pelajaran yang satu ini dan mengira bahwa anak-anak
yang mampu menggeluti bidang ilmu eksakta lebih cerdas ketimbang anak-anak yang
menggeluti bidang ilmu lain.

Namun, pada tahun 1980an, seorang psikolog dari Universitas Harvard bernama
Howard Gardner mengubah pendapat itu dengan menyatakan bahwa kecerdasan anak tidak
bersifat tunggal. Kecerdasan ada beraneka ragam. Dan setiap orang, termasuk anak-anak,
memiliki karakteristik kecerdasan yang berbeda-beda. Sesungguhnya setiap anak dilahirkan
cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka
30

untuk menjadi cerdas. Pendapat senada diungkapkan oleh Thomas Armstorng (2000),
mengatakan bahwa semua anak itu pintar! Semu anak pada dasarnya cerdas dan ceria. Hanya
saja kecerdasan uniknya mungkin kurang cocok dengan sistem pendidikan yang lebih
menekankan ketrampilan 3M, menulis, membaca, dan matematika.

Howard Gardner menyatakan terdapat delapan kecerdasan pada manusia yaitu:


kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan
visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Tugas orangtua dan
pendidik-lah mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan
sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk
merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.

Berpijak pada pendapat Gardner di atas, maka dalam hal menyiapkan pendidikan
anak, orangtua (termasuk guru di sekolah) harus dapat menemukan kecenderungan
kecerdasan yang dimiliki anak, yang kemudian kecerdasan tersebut dikembangkan dengan
pendekatan yang benar. Dengan menyelenggarakan pendidikan berbasis kecerdasan yang
dimiliki anak ini, maka anak akan enjoy dalam belajar, sehingga keberhasilan pendidikan
sang anak merupakan keniscayaan. Selain itu, orangtua juga harus dapat memfasilitasi
permainan yang sesuai dengan kecenderungan kecerdasan anak. Karena hal ini dapat
mempengaruhi gaya belajar.

Dalam rangka mempersiapkan masa depan anak sejak dini, maka kehadiran buku ini
patut mendapat apresiasi dari para orangtua maupun guru di tingkatan PAUD (pendidikan
anak usia dini). Buku ini disusun berdasarkan hasilobservasi penulis di lapangan, serta studi
pustaka dari beberapa penelitian para ahli. Tujuan dari penulisan buku ini adalah mengajak
masyarakat agar membawa putra-putrinya ke dalam suasana yang “terang benderang”, dalam
arti lebih baik lagi. Sehingga terhindar dari bencana kehancuran di masa yang akan datang.
(hlm. 8). Pada prinsipnya, pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membentuk anak
Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan
31

dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa, serta membantu menyiapkan anak
mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. (hlm. 17). Setiap manusia berkembang
secara individual dan tidak sama antara satu dengan yang lain, ada yang berkembang secara
wajar, cepat dan ada pula yang lambat perkembangannya.

Setiap anak memiliki kemampuan kecerdasan yang unik dan senantiasa dapat
berubah. Anak termasuk individu unik yang mempunyai eksistensi dan memiliki jiwa sendiri,
serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya
masing-masing yang khas. Masa kehidupan anak sebagian besar berada dalam lingkup
keluarga. Karena itu, keluargalah yang paling menentukan terhadap masa depan anak,
begitupula corak anak dilihat dari perkembangan sosial, psikis, fisik, dan religiusitas juga
ditentukan oleh keluarga.

Pola asuh yang baik dan sikap positif lingkungan serta penerimaan masyarakat
terhadap keberadaan anak akan menumbuhkan konsep diri positif bagi anak dalam menilai
diri sendiri. Anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dialami dan dapatkan dari
lingkungan. Jika lingkungan masyarakat memberikan sikap yang baik dan positif dan tidak
memberikan label atau cap yang negatif pada anak, maka anak akan merasa dirinya cukup
berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif. Orangtua mempunyai tanggung jawab
untuk mengantarkan putra-putrinya menjadi seorang yang sukses dan bagi orangtua penting
memahami dan memperhatikan perkembangan anak
(https://masthoni.wordpress.com/2009/08/20/d-)
2.3.5. Mengembangkan Kepribadian
Sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian. Kepribadian seseorang tercermin
dari pola perilaku seseorang, perilaku tersebut merupakan representasi dari fikiran
(kemampuan intelektual/kognitif) dan perbuatan (psikomotorik dan akhlak). Sementara itu
kemampuan intelektual/kognitif serta psikomotorik dan akhlak seseorang dapat diperoleh
melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan yang baik akan tercermin dari kepribadian
individu-individu hasil didikannya. Implikasinya bagi pendidik adalah bahwa pendidikan
harus senantiasa mengedepankan pengembangan kepribadian melalui pendidikan
akhlak/karakter.
32

Pada awalnya manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian.
Secara umum kepribadian ada 4 macam. Ada banyak teori yang menggunakan istilah yang
berbeda bahkan ada yang menggunakan warna,  tetapi polanya tetap sama. Secara umum
kepribadian ada 4, yaitu :
1.    Koleris
Tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan,
bos atas dirinya sendiri.
2.    Sanguinis
Tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka
sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3.    Phlegmatis
Tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan
mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4.    Melankolis
Tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka
instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Kepribadian bukanlah merupakan karakter. Setiap orang memiliki kepribadian yang
berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut
memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan
orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah
diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan
pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta
cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain
cukup kerepotan.
Setiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari
Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian
pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing
pribadi. Saat manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki
kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut
dengan karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis
33

nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan
dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini
(idealnya).
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa
ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan
melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang
tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari. Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya.
Kita memiliki control penuh atas karakter Kita, artinya kita tidak dapat menyalahkan orang
lain atas karakter kita yang buruk karena kita yang bertanggung jawab penuh.
Mengembangkan karakter adalah tanggung jawab pribadi kita.
Seperti yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan
penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan dari SD hingga Perguruan
Tinggi. Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di
Indonesia dapat dimaklumi, sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Banyak yang menyebut bahwa
pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang pandai
dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya
tidak terpuji.
Pembangunan karakter perlu dilakukan oleh manusia. Senada dengan hal tersebut,
Ellen G. White dalam Sarumpaet (2001: 12) mengemukakan bahwa pembangunan karakter
adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter
adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun
pendidikan dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang
34

agung adalah tugas mereka. Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di
Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan
pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah,
tujuan pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk
dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru
menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan
internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
“Pendidikan Karakter” yang perlu dikembangkan misal di sekolah.  Sebagai upaya
untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan
Nasional mengembangkan grand design  pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan
jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional
pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.
(https://lokerberbagi.blogspot.co.id/2014/02/per)

2.3.6. Penyesuaian dengan lingkungan


Membantu seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Orang
yang terdidik dengan baik (bedakan dengan berpendidikan tinggi), akan memungkinkan
baginya untuk memiliki kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang lebih  baik
dibandingkan dengan orang yang tidak terdidik, karena kemapuan intelektual dan kecakapan
hidupnya memungkinkan bagi dirinya untuk dapat memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapinya. Implikasinya bagi para guru dan kepala sekolah adalah bahwa sudah selayaknya
kegiatan pembelajaran senantiasa diarahkan kepada pendekatan-pendekatan pembelajaran
yang memfasilitasi peserta didik untuk berlatih memecahkan permasalahan, seperti
pembelajaran dengan pendekatan problem based leraning, project based leraning, product
based learning, discovery learning dan inquiry learning.
 Sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan
teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Perkembangan
teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan
setiap masalah yang dihadapinya. Di satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian
35

mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan
peradaban umat manusia. Jenis- jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik
yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin- mesin otomatis.
Demikian juga ditemukannya formulasi- formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah
mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas
manusia. Jadi, kemajuan IPTEK yang telah kita capai sekarang benar- benar telah diakui dan
dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri.
Namun, manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK
mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.
Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah
pekerjaan manusia. Pada mulanya, teknologi tercipta berdasarkan niat dan tujuan dari si
pencipta teknologi tersebut. Bila sebuah teknologi dapat diciptakan dengan tujuan yang baik,
maka tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga
teknologi tersebut dapat bermanfaat bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai
macam teknologi yang ada, harus mampu dalam menganalisis dampak positif dan dampak
negatif yang ditimbulkan dari teknologi tersebut.
Bahan kajian ini merupakan materi pembelajaran yang mengacu pada bidang-bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi di mana peserta didik khususnya mahasiswa diberi kesempatan
untuk membahas masalah teknologi dan kemasyarakatan, memahami dan menangani produk-
produk teknologi, membuat peralatan-peralatan teknologi sederhana melalui kegiatan
merancang dan membuat, dan memahami teknologi dan lingkungan.
Kemampuan-kemampuan seperti memecahkan masalah, berpikir secara alternatif, menilai
sendiri hasil karyanya dapat dibelajarkan melalui pendidikan teknologi. Untuk itu, maka
pembelajaran pendidikan teknologi perlu didasarkan pada empat pilar proses pembelajaran,
yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

2.3.7. Pintu Masuk Dunia Kerja

Tingkat pendidikan dapat menekan angka pengangguran. Faktor ekonomi pada


masyarakat juga berperan penting, karena banyak mas-yarakat dibawah umur yang telah
36

bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka. Faktor ekonomi yang rendah juga
membuat banyak anak usia sekolah tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Pendidikan yang
rendah membuat masyarakat tersebut hanya menjadi seorang pengang-guran.
Pendidikan sangatlah penting, meskipun masyarakat sangatlah mampu namun
pemerintah juga harus ikut andil dalam pemecahan masalah tersebut. Dalam hal
perekonomian pemerintah juga harus me-mikirkannya, misalnya melakukan pelatihan kerja
kepada masyarakat se-bagai modal masyarakat untuk berwirausaha untuk meningkatkan per-
ekonomian. Hal ini dimaksudkan agar terjadi kesetaraan antara pendidik-an dengan
perekonomian masyarakat. (http://abedesri.blogspot.co.id/2015/10/pengaruh-tingkat-
pendidikan-terhadap.html)
Pengangguran tenaga kerja terdidik hanya terjadi selama lulusan mengalami masa
tunggu yang dikenal sebagai pengangguran friksional. Lama masa tunggu itu juga bervariasi
menurut tingkat pendidikan. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan
angkatan kerja semakin lama menunggunya. Secara makro, pengangguran tenaga kerja
terdidik merupakan suatu pemborosan. Apabila di kaitkan dengan opportunity cost yang di
korbankan oleh negara akibat dari menganggurnya angkatan kerja terdidik terutama yang
berpendidikan tingi. Namun dalam pandangan mikro, menganggur mempunyai tingkat utilitas
yang lebih tinggi daripada menerima tawaran kerja yang tidak sesuai dengan aspirasinya.
Sedangkan jika dilihat dari segi ekonomis, pengangguran tenaga kerja terdidik mempunyai
dampak ekonomis yang lebih besar daripada pengangguran tenaga kerja yang kurang terdidik.
Lapangan pekerjaan merupakan indikator keberhasilan penyelenggara pendidikan maka
menyebarnya isu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi
perencanaan di negara-negara berkembang pada umumnya, khususnya Indonesia.
  
2.3.8. Peningkatkan Ekonomi
Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Bertambah tingginya taraf
pendidikan makin besar kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan ekonomi rendah
dan menengah. Makin tinggi tingkat pendidikannya dari sisi intelektualitas makin tinggi
derajat sosialnya di dalam masyarakat biasanya keluaran dari pendidikan formal. (Karsidi,
2008)
37

Masyarakat yang dimaksud di dalam penelitian adalah keluarga. Keluarga adalah kelompok
manusia terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak termasuk juga anak
yang diangkat (adopsi) serta anak tiri yang dianggap anak kandung. (Subandiroso, 1987 ).
Tidak ada satupun negara yang mencapai perkembangan ekonomi yang berkelanjutan
tanpa investasi modal manusia secara substansial. Pendidikan memperkaya pemahaman
manusia dan manfaat sosial yang lebih luas, baik untuk individu maupun masyarakat.
Pendidikan meningkatkan produktivitas dan kreativitas tenaga kerja serta meningkatkan
kewirausahaan dan kemajuan teknologi. Bahkan, pendidikan memainkan peran yang penting
dalm menyelamatkan kemajuan sosial dan ekonomi serta meningkatkan distribusi
pendapatan. Pendidikan memainkan peranan utama dalam membentuk kemampuan sebuah
negara berkembang untuk menciptakan pengetahuan baru, menyerap teknologi modern,
melahirkan tenaga - tenaga ahli serta mengembangkan kapasitas agar terciptanya
pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Teori yang berkaitan dengan
pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah teori modal manusia. Dalam teori ini
menyebutkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan pengetahuan seseorang yang tingkat pendidikan nya lebih tinggi, dan lamanya
menempuh pendidikan akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik di bandingkan
dengan pendidikan yang lebih rendah. Apabila upah pekerja mencerminkan produktivitas,
maka semakin banyak penduduk yang memiliki pendidikan tinggi, maka semakin tinggi
produktivitas dan ekonomi nasional akan bertumbuh dengan baik. Teori yang menempatkan
modal manusia sebagai faktor kunci dan di anggap sebagai motor penggerak pertumbuhan
ekonomi adalah teori pertumbuhan endogen, dimana teori berpandangan bahwa sumner-
sumber pertumbuhan adalah peningkatan akumulasi modal dalam arti yang luas. Dampak
investasi fisik dan kualitas sumber daya manusia serta investasi dan teknologi, biasanya tidak
sepenuhnya di tangkap oleh investor. Hal ini berarti kegiatan investasi yang di lakukan akan
menyebabkan spill over sektor lain. Adapun stock pengetahuan maupun ide-ide baru dalam
perekonomian mendorong munculnya motivasi yang dapat di wujudkan dalam kegiatan
inovatif yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas.

2.3.9. Meningkatkan Berfikir Kritis


38

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk


kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir
kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam  pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai
pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini
(Patrick, 2000:1).
Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian
pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian,
pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-kemampuan
ini, maka kita akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan
hasil yang memuaskan
Apabila kita meninjau secara menyeluruh proses perjalanan pendidikan sepanjang
masa, maka kita segera melihat kenyataan bahwa kemajuan dalam pendidikan beriringan
dengan kemajuan ekonomi yang secara bersamaan melaju pesat dengan prosesevolusi teknik
berproduksi masyarakat.Dalam masyarakat bercorak agraris yang stabil pendidikan
menyangkut penyampaian keterampilan-keterampilan, keahlian,adat istiadat serta nilai-nilai.
Sementara itu pada sistem ekonomi masyarakat maju, sistem pendidikan tentunya
mempunyai kecenderungan untuk memberikan pengetahuan dalam jumlah yang terus
bertambah kepada kelompok-kelompok manusia dalam jumlah besar, karena proses-proses
produksi yang lebih seksama menghendaki pekerja memiliki kualifikasi keahlian yang tinggi.
Oleh sebab itu penerapan sistem sekolah bermaksud untuk memberikan kompetensi-
kompetensi jenis keahlian dalam lahan pekerjaan yang terbentang luas kompleksitasnya.
Anak yang menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan dunia pekerjaan atau setidaknya mempunyai dasar untuk mencari nafkah. Makin
tinggi pendidikan makin besar harapannya memperoleh pekerjaan yang layak dan memiliki
prestise tinggi. Dengan ijasah yang tinggi seseorang dapat memahami dan menguasai
pekerjaan kepemimpinan atau tugas lain yang dipercayakan kepadanya.

2.3.10. Menumbuhkan Mental Wira Usaha


39

Hubungan antara pendidikan dan kewirausahaan bagaimanapun juga adalah jauh lebih
kompleks. Di satu sisi, pendidikan dapat membantu para pengusaha untuk tidak menyerah
dalam menghadapi tantangan masa depan yang selalu berubah.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Robinson Tarigan menyimpulkan bahwa
semestinya tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi memberi peluang bagi si anak didik
untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Pada kasus lain tidak terlihat perbedaan nyata antara tingkat pendidikan dengan
tingkat pandapatan. Tingkat pendidikan juga tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
pendapatan di desa terpencil di mana tidak banyak pilihan atas kegiatan usaha/jenis pekerjaan
atau volume usaha hanya bisa dilakukan secara kecil-kecilan. Hal ini berarti agar tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, maka harus terdapat pilihan atas jenis
pekerjaan dan di dalam masing-masing jenis pekerjaan terdapat penjenjangan jabatan.
Hal ini berarti pemerintah harus terus memperluas kegiatan ekonomi agar lapangan
kerja makin terbuka dan terdapat peluang untuk memilih pekerjaan dan adanya penjenjangan
dalam jenis pekerjaan yang tersedia. Demikian juga pemerintah harus membuka isolasi atas
desa terpencil agar di desa itu terdapat peluang untuk membangun berbagai usaha dan masing
masing jenis usaha dapat ditingkatkan volumenya.
Namun perlu dicatat bahwa walaupun dalam kasus tertentu tidak terlihat kaitan antara
tingkat pendidikan dengan tingkat pendapatan, hal ini tidak berarti bahwa pendidikan tidak
dibutuhkan. Meningkatkan pendapatan hanyalah salah satu dari sekian banyak fungsi
pendidikan. Pendidikan tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan melainkan
juga memperbaiki kepribadian anak-didik dan mendukung terciptanya kerukunan dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini sebenarnya menciptakan nilai tambah ekonomi yang cukup
besar.
Di sisi lain, studi yang sama menemukan bahwa tahun lagi pendidikan formal di
Amerika Serikat membuat orang cenderung ingin menjadi pengusaha. Lebih buruk lagi,
keberhasilan sistem pendidikan di seluruh dunia dalam keterampilan menanamkan tampaknya
memiliki hubungan negatif dengan bagaimana lulusan mampu berpikir mereka untuk
memulai usaha.
40

Profesor Yong Zhao, Dekan Associate Global Education di University of Oregon


(AS) baru-baru ini mengatakan bahwa keterampilan yang lebih baik sesuai dengan yang
kurang percaya diri atas kemampuan untuk memulai bisnis. Penjelasan yang lebih baik adalah
bahwa cara keterampilan diajarkan merusak sikap yang diperlukan untuk memulai bisnis. Mr
Zhao berpendapat bahwa "sekolah tradisional bertujuan untuk mempersiapkan karyawan
daripada pengusaha kreatif. Sebagai hasilnya, sekolah tradisional lebih berhasil adalah (sering
diukur oleh nilai tes dalam beberapa mata pelajaran), semakin menghambat kreativitas dan
semangat kewirausahaan..
2.3.11. Memudahkan Beradaptasi
Pendidikan berperan dalam menyediakan peluang dan kesetaraan. Individu-individu
yang terdidik dengan baik akan memiliki kemungkinan untuk dapat beradaptasi lingkungan
dan perubahan,  sehingga akan memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik, dengan demikian, individu-individu tersebut akan memiliki
kesempatan yang lebih baik pula dalam mencapai kehidupan yang lebih bermartabat.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa masyarakat pada dasarnya terbentuk karena adanya
gabungan dari individu-individu, oleh karena itu, jika individu-individu dalam sebuah
masyarakat terdidik dengan baik maka masyarakat tersebut akan memiliki peluang yang lebih
baik untuk menjadi masyarakat yang bermartabat.
Ahmad Tafsir berpendapat bahwa pengiriman anak di sekolah dikarenakan kehidupan
sekolah sebagai jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan
kehidupan masyarakat kelak. Di sekolah peserta didik di bawah asuhan dan bimbingan guru,
di mana peserta didik memperoleh pengajaran dan pendidikan. Mereka belajar berbagai
macam pengetahuan dan keterampilan yang akan dijadikan bekal untuk kehidupan nanti di
masyarakat. Pemberian ilmu pengetahuan dan keterampilan merupakan tugas utama dari
sekolah.
Dalam perspektif Islam, H. Hadari Nawawi dalam tulisannya mengemukakan bahwa
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal fungsi dan tugasnya adalah :
1. Membantu mempersiapkan anak-anak menjadi anggota masyarakat yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang dapat dipergunakan untuk
memperoleh nafkah hidupnya masing-masing.
41

2. Membantu mempersiapkan anak-anak agar menjadi anggota masyarakat yang


memiliki kemampuan memecahkan masalah kehidupan, baik secara individu, bersama
(masyarakat), atau bangsa.
3. Meletakkan dasar-dasar hubungan sosial, agar anak-anak mampu
merealisasikan dirinya (self realization) secara bersama-sama di dalam masyarakat yang
dilindungi Allah.
4. Membantu anak-anak menjadi muslim, mukmin dan muttaqin.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pada perubahan spiritual keagamaan anak di
sekolah dipengaruhi oleh guru. Karena itu, guru di sekolah seharusnya menekankan tiga
prinsip utama dalam upaya meningkatkan spiritual keagamaan anak (peserta didik)-nya.
Pertama, guru harus memberikan perhatian utama dalam skala perioritas terhadap
pendidikan agama pada peserta didik. Untuk menopang pencapaian itu, maka setiap guru
khususnya guru agama harus dapat merencanakan materi, metode serta alat-alat bantu yang
memungkinkan anak-anak mengarahkan perhatiannya pada pelajaran pendidikan agama.
Kedua, para guru harus mampu memberikan pemahaman kepada anak didik tentang
materi pendidikan yang diberikannya. Pemahaman ini akan lebih mudah diserap jika
pendidikan agama yang diberikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi tidak terbatas
pada kegiatan hafalan yang bersifat kurikuler semata.
Ketiga, setiap guru harus memiliki keahlian dalam bidang agama dan memiliki sifat-
sifat yang sejalan dengan ajaran agama seperti terpuji dan dapat dipercaya.
Tiga prinsip yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana yang disebutkan di atas,
merupakan integritas kepribadian guru yang memiliki pengaruh terhadap peningkatan
spiritual keagamaan peserta didiknya, dan kepribadian guru yang demikian memotivasi
peserta didik untuk mengikuti atau meneladani gurunya, dan hal ini memiliki pengaruh yang
kuat terhadap lingkungan pendidikan di sekolah.
42

BAB 3
PENUTUP

3.1.  Simpulan

Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi antara manusia dewasa dengan si


anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan
bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya. Pendidikan memiliki peran strategis dan
vital bagi kelangsungan suatu bangsa. Oleh perubahan yang gencar terjadi, pendidikan bisa
menjadi korban. Pendidikan yang kehilangan pijakan akan terbang mengikuti arah angin
perubahan yang sedang terjadi. Maka perubahan sosial yang terjadi baik itu mengangkut
nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam
masyarakat, maupun berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang (politik), harus dihadapi
dengan perubahan dalam dunia pendidikan. Pendidikan justru harus mampu menjadi agen
perubahan, bukan menjadi korban perubahan.

        Pendidikan juga merubah terhadap struktur dan fungsi masyarakat. Hal-hal yang
berkaitan dengan perubahan sosial: Nilai-nilai sosial, Pola-pola perilaku, Organisasi,
Lembaga kemasyarakatan, Lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, sesuai
fungsi pendidikan yang mempunyai sosial dan individual. Fungsi sosialnya adalah untuk
membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan
memberikan pengalaman kolektif masa lampau dan kini. Fungsi individualnya adalah untuk
memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan
menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru), dalam mengembangkan
43

potensi, baik yang berkaitan dengan pisik atau non pisik.


           
3.2.  Saran

Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, hendaknya mampu memilah nilai
positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut, dengan mempersiapkan mental dari
dampaknya ternologi, sehingga melalalui teknologi akan mmembuat manffaat yang positif
bukan sebaliknya.

Dunia pendidikan harus memposisikan diri sebagai agen perubahan. Pendidikan tidak
hanya dikemas dalam tatanan wacana dan diskursus melainkan memasuki kehidupn nyata.
Untuk itu penerapan model service learning antara peserta didik, guru dan warga sekolah
perlu digalakkan. Dengan service learning peserta didik secara nyata membangun kehidupan
yang damai, terbuka menghadapi keanekaragaman, toleransi dan demokratis, sebagai
investasi berharga dalam memnpersiapkan genarasi unggul.
44

Daftar Pustaka

Luis,Suwardi. 2007. Balanced Scorecard. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.


Kaplan R.S. & Norton, D.P.; The Balanced Scorecard, Translating Strategy into
Action, 1996
Nata, Abuddin. 2012. Pemikiran dan pemikiran pendidikan islam dan barat. Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Uhbiyati , Nur. 2002. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam. Semarang : Pustaka Rizki
Putra

Koento, Wibisono. 1983. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Augus


Comte. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
45

perbedaan antara kepribadian, karakter, watak, temperamen, sifat, tipe dan


kebiasaan

Personality (kepribadian) : sejumlah karakteristik individu yang cenderung menetap


dan kemudian ditampilkan lewat perilaku
Character (karakter) : suatu kualitas atau sifat yang terus-menerus dan kekal yang dapat
dijadikan mengidentifikasikan individu.
Disposition (watak) : karakter yang lama dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
Temperament (temperamen) : kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik
atau fisiologik.
Trait (sifat) : respon yang senada (sama) terhadap sekelompok stimuli yang mirip,
46

berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.


Type (ciri) : aspek yang yang mengkategorikan manusia menjadi beberapa jenis model atau
jenis tingkah laku.
Habit (kebiasaan) : respon yang sama untuk stimulus yang sama pula dan cenderung berulang

Perbedaan Antara Kepribadian dan Karakter

Taukah kamu, tiap kita punya yang namanya temperamen, karakter dan kepribadian.
Wah, apa bedanya tuh?

1. Temperamen adalah kombinasi dari sifat-sifat yang kita bawa sejak lahir. Dibagi jadi
empat macam yakni Sanguin, Kolerik, Melankolis dan Plegmatis. Tidak ada temperamen
yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lainnya, semua ada kelemahan dan kelebihannya.
Kita harus pintar-pintar untuk mengendalikannya. Kalo
kamu pengen lebih jelasnya or pengen tau temperamen apakah yang kamu punyai, kamu bisa
pelajari di buku-buku tentang temperamen atau personality, salah satunya adalah: Personality
Plus, atau Temperamen Yang Dikendalikan Roh atau Temperamen yang Diubahkan (Tim La
Haye).
2. Karakter adalah kombinasi dari temperamen dan kebiasaan yang kita lakukan.
Karakter adalah diri kita yang sebenernya. Karakter yang baik adalah gabungan dari
tempeamen yang sudah dikendalikan dengan kebiasaan baik yang kita punya serta latihan-
latihan yang kita lakukan. So, membentuk karakter adalah penting!
3. Kepribadian adalah ekspresi yang keluar dari kita, alias wajah kita. Kepribadian
kadang memang keluar sebagai manifestasi dari karakter kita yang sebenernya, tapi kadang
juga hanya topeng doang, alias boongan. Diri kita sebenernya adalah karakter yang kita
punya.

Pengertian Karakter
Karakter secara konsep dapat dibedakan dengan pertumbuhan tetapi antara keduanya
adalah satu kesatuan dalam proses individu dalam perubahan sepanjang hidupnya. Karakter
47

juga dapat diartikan proses ynag kekal dan tepat yang menuju kearah yang menunjukan sifat
yang khas antara tingkah laku pada tingkatan umur tertentu, yang mempunyai tingkah laku
tidak hanya lebih luas tetapi mengandung kemungkinan yang lebih banyak. Karakter dapat
diartikan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada diri manusia secara terus menerus
kearah yang lebih maju yang nampak lebih banyak bersifat kualitatif , karena itu berkenann
dengan aspek kejiwaan.

Pengertian Kepribadian
Agama islam mamandang kepribadian dengan fitrah. Dengan mengajarkan ajaran
Islam dimana Fitrah disini yang telah dikototi oleh lingkungan dan dapat menjadi suci
kembali. Sescara etimolgis istilah kepribadian berasal dari bahasa latin yaitu Per dan Sonarae
yang kemudan berkembang menjadi persona yang berarti topeng. Kemudian berubah menjadi
personality menurut pengertian modern sebagai keseluruhan kualitas tingkah laku dari pribadi
seseorang.

Analogi :
Pisau, terbuat dari baja, besi, timah, alumunium, dll. --> ini adalah kepribadian
Pisau yang terbuat dari baja, besi, timah, alumunium, dll tersebut, dibentuk menjadi
tajam, setengah tajam, setengah tumpul, atau tumpul banget, bahkan berkarat sama sekali..
--> ini adalah karakter.
makanya, sulit mencari : Pembentukan Pribadi / Personality Building (karena emang udah
dari sononya)
yang ada yaitu : Pembentukan Karakter / Character Building (Pembentukan dari sebuah
Kepribadian "X" menjadi karakter "A/B/C".
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Diambil dari topic diskusi  Grup “Character Building”

Anda mungkin juga menyukai