Anda di halaman 1dari 3

Bentuk Dan Alat Evaluasi Pembelajaran (Materi Praktek)

Andono, dkk. (2003, hlm. 64) menyatakan bahwa ada beberapa bentuk alat evaluasi
dalam pembelajaran praktikum, diantaranya yaitu:

1) Penilaian Unjuk kerja (Performance Assessment)

Pada tes bentuk perbuatan (unjuk kerja), umumnya dilakukan dengan cara menyuruh
peserta tes untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bersifat fisik (praktek). Tes bentuk
perbuatan ini sangat cocok untuk melakukan penilaian dalam pelajaran praktek/keterampilan
atau praktikum di laboratorium. Alat yang digunakan untuk melakukan penilaian pada
umumnya berupa lembar pengamatan (lembar observasi). Tes bentuk perbuatan ini pada
umumnya dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil (produk) dari suatu kegiatan
praktek.

a. Daftar Cek ( Check-list )

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek. Dengan
menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan
kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar atau salah, dapat diamati atau tidak dapat diamati, baik atau tidak baik.
Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. Namun daftar cek lebih praktis jika digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar. (Grounlund, 1985, hlm. 391)

b. Skala Penilaian ( Rating Scale )

Penilaian unjuk kerja menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi


nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinu
di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna
sampai sangat sempurna. Skala tersebut, misalnya, tidak kompeten – agak kompeten –
kompeten - sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan
penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat (Grounlund, 1985 hlm.
398).

Latihan Menyusun Alat Evaluasi (Aspek Kognitif)

Bentuk Tes Kognitif


Sudjana, Nana. (2009, hlm. 84) menyatakan bahwa ada beberapa tes kognitif yang
biasa diterapkan dalam authentic assesment, yaitu (1) tes lisan di kelas, (2) pilihan ganda,
(3) uraian objektif, (4) uraian non-objektif, (5) jawaban singkat, (6) menjodohkan, (7) unjuk
kerja atau performasi.
1) Tes Lisan di Kelas
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf atau tingkat serap peserta
didik untuk masalah yang berkaitan dengan pengetahuan kognitif. Beberapa prinsip yang
harus diperhatikan guru dalam melakukan pertanyaan di kelas adalah: mengajukan
pertanyaan dengan jelas, memberi waktu untuk berpikir peserta didik, kemudian menunjuk
peserta didik untuk menjawab pertanyaan. Baik benar atau salah jawaban peserta didik,
awaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas.

2) Bentuk Pilihan Ganda


a. Pokok soal harus jelas
b. Pilihan jawaban homogen dalam arti isi
c. Panjang kalimat pilihan relatif sama
d. Tidak ada petunjuk jawaban benar
e. Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah
f. Pilihan jawaban angka diurutkan
g. Jangan menggunakan negatif ganda
h. Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes
i. Bahasa yang digunakan baku
j. Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak

3) Bentuk Uraian Objektif


Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika dan IPA,
karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau
langkah-langkah tertentu.
4) Bentuk Uraian Non-objektif
Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dilakukan cenderung
dipengaruhi subjektivitas dari penilai bentuk tes ini memadukan kemampuan peserta didik
untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan atau ide yang telah
dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Kelemahan bentuk tes ini adalah: (a) penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas
penilai, (b) memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban, (c) cakupan
materi yang diujikan sangat terbatas, (d) dan adanya efek bluffing.

5) Bentuk Jawaban Singkat


Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi
pengambil tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal
bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau
asosiasi. Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah sebagai berikut:
a. Soal harus sesuai dengan indikator
b. Jawaban yang benar hanya satu
c. Rumusan kalimat soal harus komunikatif
d. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

6) Bentuk Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar
memungkinkan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu
dengan suatu kemungkinan jawaban.
Hal-hal yang sama dapat pula digunakan sebagai alternatif jawaban. Kaidah-kaidah
penulisan soal sebagai berikut:
a. Soal harus sesuai indikator
b. Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis
c. Rumusan kalimat soal harus komunikatif
d. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Anda mungkin juga menyukai