Plankton Kelas B
Plankton Kelas B
DOSEN PEMBIMBING :
Disusun Oleh :
SURABAYA
2019
BAB I
Perairan Laut adalah wilayah permukaan bumi yang tertutup oleh air asin. Perairan laut
dari pantai sampai ke dasar laut. Ilmu yang mempelajari tentang keadaan lautan disebut
oceanografi. Luas laut dibandingkan dengan daratan adalah 7 : 3.
1. Klasifikasi Perairan Laut
a. Laut Berdasarkan luas dan bentuknya
Teluk adalah bagian laut yang menjorok ke darat
Selat adalah laut yang relative sempit dan terletak antara dua pulau
Laut adalah perairan yang terletak di antara pulau-pulau yang relative lebih luas
dibandingkan dengan selat
Samudera adalah laut yang sangat luas dan terletak diantara benua
b Laut Berdasarkan proses terjadinya
Laut trangresi
Laut yang terjadi karena ada genangan air laut terhadap daratan pada waktu
berakhirnya zaman es. Laut seperti ini meluas, karena daratan rendah yang tergenang oleh air
laut. Pada perairan Indonesia terdapat dua wilayah yang merupakan termasuk laut transgresi
yakni Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul.
Laut Regresi
Laut yang menyempit, terjadinya karena menyempitnya luas permukaan laut karena kegiatan
erosi dan sedimentasi yang tiada henti-hentinya serta berlangsung selama berabad-abad
mengakibatkan semakin meluasnya dataran pantai.
Laut Ingresi.
Laut yang dalam, terjadinya karena dasar laut mengalami penurunan. Pada perairan
Indonesia laut - laut yang merupakan jenis laut ingresi adalah: Laut Banda (kedalaman 7.440
meter), Laut Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi. Di luar Indonesia perairan laut yang
merupakan jenis laut ingresi adalah: Laut Jepang (kedalaman 4.000 meter), Laut Karibia
(kedalaman 5.505 meter).
Wilayah pesisir pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem (mangrove,
lamun, terumbu karang, estuary, pantai berpasir, dan lainnya) yang saling terkait satu sama lain,
sehingga perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan berdampak pula pada
ekosistem lainnya. Selain itu, wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan
manusia dan proses – proses alamiah. Kondisi ini mensyaratkan pentingnya pengelolaan wilayah
pesisir dan laut secara terpadu dengan memperhatikan seluruh keterkaitan ekologis yang dapat
mempengaruhi suatu wilayah pesisir dan laut (Dahuri dkk,2001).
Menurut Soegiarto (1976), definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah
daerah pertemuan antara darat dan laut; kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan,
baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat – sifat laut seperti pasang
surut, angin laut dan perembesan air asin. Sedangkan kearah laut wilayah pesisir mencakup
bagian laut yang masih di pengaruh oleh proses – proses alami yang terjadi di darat, seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, ataupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia didarat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
Wilayah lautan dapat dibagi menjadi beberapa zonasi yang dapat dilihat secara horizontal dan
secara vertical, secara horizontal laut dibagi menjadi dua yaitu :
a. Zona fotikatau zona epipelagis : kolomperairan yang masih dapat terkena cahaya
atau tempat terjadinya fotositesis. Umumnya batas zona fotik terletak pada kedalaman 50-150
meter.
b. Zona afotik : zona yang tidak dapat di tembusi oleh cahaya matahari dimana zona
ini selalu dalam keadaan gelap.
Wilayah dasar laut atau bentik dapat dibagi menjadi beberapa zonasi, yaitu :
Zonasi perairan laut dapat pula dilakukan atas dasar fisik dan penyebaran komunitas
biotanya, seluruh perairan laut terbuka disebut sebagai daerah pelagis. Organisme pleagis adalah
organisme yang hidup di laut terbuka dan lepas dari dasar laut. Sementara zona dasar laut beserta
organismenya disebut daerah dan organisme bentik.
Kualitas air laut ditentukan oleh konsentrasi bahan kimia terlarut dalam air. Permasalahan
air dapat ditimbulkan oleh proses alamiah maupun akibat ulah manusia, misalnya pencemaran air
laut akibat limbah industri, rumah tangga, pertanian, buangan minyak, dan tingginya muatan
tersuspensi erosi.
Kadar Garam Air Laut (Salinitas) adalah banyaknya garam (dalam gram) yang terdapat pada 1
kilogram air laut. Kadar garam tersebut dinyatakan dalam persen (%) atau permil (0/00).
Tinggi rendahnya kadar garam pada air laut sangat tergantung kepada banyak sedikitnya :
a) Penguapan
c) Curah hujan
Kepadatan
Kepadatan air laut adalah 1,026 – 1,028. Jika dibandingkan dengan air murni, air laut memiliki
kepadatan yang lebih besar karena mengandung banyak garam-garaman.
Tekanan
Tekanan air laut tidak sama besarnya pada kedalaman yang berbeda, makin dalam tingkat
kedalaman laut maka makin besar tekanannya. Tekanan udara tiap m² permukaan air laut sebesar
10.000 kilogram harus diperhitungkan sebagai faktor penghitung dalam mengukur tekanan air
laut. Berat untuk 1 meter³ air laut lebih kurang 1150 kilogram. Jadi tekanan air laut pada
kedalaman 100 meter adalah: 100 x 1150 kg + 10.000 kg = 125.000 kg/m² Palung Laut (Palung /
trog) dasar laut Palung sangat dalam dan curam berdinding, whichfurther menyempit ke dasar.
Sempit dan tidak terlalu curam yang disebut parit Palung, sedangkan jika trog disebut lebih luas
dan lebih curam. Kedalaman palung bisa mencapai ± 7000-11000 meter.
Estuaria merupakan perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga
laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002). Kombinasi
pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilakan suatu komunitas yang khas, dengan
lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000), antara lain:
Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan
menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan ciri-ciri fisika
lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.
Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun air laut.
Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas
mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
Tingkat kadar garam didaerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut,
banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
Definisi plankton menurut Newell (1963) adalah semua jasad yang hidup, baik berupa
nabati maupun hewani yang hidup bebas di alam perairan dengan kemampuan gerak yang
terbatas, sehingga sebagian besar gerakannya secara pasif mengikuti gerakan arus air. Meskipun
demikian, ada beberapa biota yang termasuk plankton tetapi mempunyai gerakan vertikal dengan
cepat dan amplitude tinggi sehingga mampu melawan kondisi lingkungan sekelilingnya dan biota
tersebut cenderung disebut sebagai mikronekton atau nekton yang berukuran kecil. Lebih lanjut
di jelaskan bahwa di dalam suatu perairan, plankton memiliki peranan penting dalam menunjang
kehidupan khususnya pelagis.[ CITATION Mul12 \l 1033 ]
Plankton terdiri atas Fitoplankton yang merupakan produsen utama (Primary Producer) zat-zat
organik dan Zooplankton yang tidak dapat memproduksi zat-zat organik sehingga harus
mendapat tambahan bahan organikdari makanannya. Pada air yang produktif sebagian besar kaya
dengan Fitoplankton. Fitoplankton banyak ditemukan di zona eufotik. Zona eufotik adalah
daerah pada kedalaman air tertentu yang intensitas cahayanya cukup untuk melekukan proses
fotosintesis. Hal tersebut juga di alami oleh mikroorganisme Fitoplankton yang merupakan
produsen utama mahluk hidup yang di konsumsi oleg Zooplankton dan beberapa jenis ikan serta
larva yang masih muda.[ CITATION Yul12 \l 1033 ]
Dari berbagai definisi tentang plankton, di sebutkan bahwa plankton merupakan kumpulan dari
organisme pelagis yang sangat mudah hanyut oleh gerakan massa air. Dalam klasifikasinya,
organisme plankton dapat dibedakan menurut : cara memperoleh makanan, kehidupan alamiah
dan ukuran. Klasifikasi plankton menurut cara memperoleh makanannya memberikan pembagian
plankton yang disebut fitoplankton dan zooplankton. Klasifikasi plankton berdasarkan pada
kehidupan alamiah yang khususnya ditujukan pada organisme zooplankton, membedakan
plankton menjadi dua bagian yaitu holoplankton dan meroplankton. Holoplankton adalah
kumpulan dari organisme zooplankton yang seluruh daur hidupnya sebagai plankton. Sedangkan
meroplankton diartikan sebagai organisme yang sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonis
dan selanjutnya mengalami perubahan / metamorfosis menjadi nekton atau bentos. Menurut
ukurannya plankton dibedakan menjadi tujuh kategori: femtoplankton (0,02 - 0,2 μm);
pikoplankton (0,2 - 2,0 μm); nanoplankton (2,0 – 20 \xn); mikroplankton (20 - 200 μm);
mesoplankton (0,2 – 20 mm); makroplankton (2 - 20 cm) dan ukuran megaplankton (20 - 200
cm). Pada umumnya organisme plankton berukuran dari 0,2 μm - 2.000 μm.[ CITATION And06 \l
1033 ].
BAB III
FitoPlankton
Fitoplankton adalah komponen autotroph plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu
menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organic dari bahan anorganik
dengan bantuan enerji seperti matahari dan kimia. Komponen autotroph berfungsi sebagai
produsen.
Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, Phyton atau “tanaman” dan Planktos, berarti
“pengembara” atau “penghanyut”. Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk
dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah besar, mereka
dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-sel nya
(walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena
kandungan klorofil yang berbeda atau memiliki tambahan pigmen sperti Phycobilliprotein).
(Thurman. H., 1997)
Fitoplankton memperoleh energi melalui proses yang dinamakan fotosintesis sehingga mereka
harus berada pada bagian permukaan(disebut sebagai zona euphotic)lautan,danau,atau kumpulan
air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi
atmosfer Bumi.(Thurman, H.V., 1997)
Kemampuan mereka untuk mensistesis sendiri bahan organiknya menjadikan mereka sebagai
dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan di ekosistem air tawar.
(Richel,M.,2007)
Disamping cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung dengan ketersediaan nutrisi untuk
pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi seperti nitrat,fosfat,atau asam silikan,
yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan antara mekanisme yang disebut pompa biologis
dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam. Akan tetapi, pada beberapa tempat di
Samudera Dunia seperi di Samudera bagian selatan, fitoplankton juga dipengaruhi oleh
ketersediaan mikronutrisi esi. Hal ini menyebabkan beberapa ilmuan menyarankan penggunaan
pupuk besi untuk membantu mengatasi karbondioksida akibat aktivitas manusia di
atmosfer(RicheI, M., 2007)
BAB IV
ZOOPLANKTON
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil
yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan.
Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan
migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah
sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans,
1986).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
sebagai meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian
hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok ini disebut
meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota
yang sepanjang hidupnya sebagai plankton (Arinardi dan Trimaningsih, 1994).
Meroplankton terdiri atas larva dari Filum Annelida, Mollusca, Byrozoa, Echinodermata,
Coelenterata atau Planula cnidaria, berbagai macam Nauplius dan Zoea sebagai Artrhopoda
yang hidup di dasar, juga telur dan tahap larva kebanyakan ikan. Kemudian yang termasuk
holoplankton antara lain: Filum Arthopoda terutama Subkelas Copepoda, Chaetognata,
Chordata kelas Appendiculata, Ctenophora, Protozoa, Annelida Ordo Tomopteridae dan
sebagian Mollusca
1. Salinitas
Salinitas adalah komposisi ion-ion dalam perairan (Wetzel, 1979). Ion-ion yang terdapat dalam
perairan laut terdiri dari enam elemen, yaitu klorin, sodium, magnesium, sulfur, kalsium dan
potassium. Salinitas atau kadar garam merupakan jumlah total material terlarut dalam air.
Salinitas dapat berfluktuasi karena pengaruh penguapan dan hujan. Salinitas dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan zooplankton, pada kisaran salinitas yang
tidak sesuai berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidupnya dan pada tingkat
pertumbuhannya. Salinitas yang ekstrim dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan
kematian pada zooplankton (Odum, 1993). Pada salinitas 0-10 ppt hidup plankton air tawar, pada
salinitas 10-20 ppt hidup plankton air payau, sedangkan pada salinitas yang lebih besar dari 20
ppt hidup plankton air laut.
2. Suhu
Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap fekunditas, lama hidup,
dan ukuran dewasa zooplankton. Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan
komposisi dan kemelimpahan zooplankton. Suhu mempengaruhi daur hidup organisme dan
merupakan faktor pembatas penyebaran suatu jenis dalam hal ini mempertahankan kelangsungan
hidup, reproduksi, perkembangan dan kompetisi. Menurut Davis (1955) suhu yang baik bagi
biota laut untuk hidup normal adalah 20-35ºC dengan fluktuasi tidak lebih dari 5ºC dan suhu
yang baik untuk kelimpahan zooplankton di daerah tropika secara umum berkisar antara 24-30 ̊C.
3. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan,
sehingga sering dipakai untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Menurut Ramli (1989),
pH dapat mempengaruhi plankton dalam proses perubahan dalam reaksi fisiologis dari berbagai
jaringan maupun pada reaksi enzim. Kisaran pH optimum bagi pertumbuhan plankton adalah
5,6-9,4.
4. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam
lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut menentukan kecepatan
metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi kelangsungan dan pertumbuhan organisme
air. Kandungan oksigen terlarut akan berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Nybakken,
1982). Menurut Ramli (1989), konsentrasi darioksigen terlarut paling rendah yang dibutuhkan
oleh organisme perairan adalah 1 ppm.
5. Amonia dan Nitrit
Amonia (NH3) yang terkandung dalam suatu perairan merupakan salah satu hasil dari proses
penguraian bahan organik. Amonia ini berada dalam dua bentuk yaitu amonia tak berion (NH3
dan amonia berion (NH4). Amonia tak berion bersifat racun sedangkan amonia berion tidak
beracun. Tingkat peracunan amonia tak berion berbeda untuk setiap species, tetapi pada kadar
0,6 ppm dapat menyebahayakan organisme tersebut (Fachrul, 2007). Amonia biasanya timbul
akibat kotoran organisme dan aktifitas jasad renik dalam proses dekomposisi bahan organik yang
kaya akan nitrogen. Tingginya kadar amonia biasanya diikuti naiknya kadar nitrit. Tingginya
kadar nitrit terjadi akibat lambatnya perubahan dari nitrit ke nitrat oleh bakteri nitrobakter
(Magurran, 1988).
BAB V
PENGGOLONGAN PLANKTON
BAB VI
Adaptasi Plankton
Hewan air juga mengalami adaptasi ketika suhu pada laut mengalami perubahan, adaptasi
yang di lakukan berupa tingkah laku yang berbeda, perubahan jenis makanan, adaptasi fisiologi
(Muhamat,dkk, 2017).
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk
bertahan hidup . adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu , adaptasi morfologi adalah adaptasi yang
meliputi bentuk tubuh , adaptasi fisiologi adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat – alat tubuh
dan adaptasi tingkah laku adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku .
Zooplankton merupakan biota yang sangat penting peranannya dalam rantai makanan di lautan .
mereka menjadi kunci utama dalam transfer energi dari produsen utama ke konsumen pada
tingkatan pertama dalam topik ecologi , seperti ikan laut , mamalia laut , penyu dan hewan
terbesar dilaut seperti halnya paus pemakan zooplankton . selain itu , zooplankton juga berguna
dalam renegerasi nitrogen dilautan dengan proses penguraiannya sehingga berguna bagi bakteri
dan produktivitas phytoplankton di laut ( Richardson , 2008 ) .
Organismme yang memiliki sifat autotroph ialah fitoplankton, plankton jenis ini dapat
mengubah bahan anorganik menjadi organik dangan cara fotosintesis melalui bantuan cahaya
matahari, terutama jenis diatom memiliki kontribusi lebih besar. Fitoplankton melakukan
distribusi secaa horizontal yang banyak di pengaruhi faktor fisik seperti pergerakan massa air dan
kimia, seperti nutrient (wulandari,dkk,2014).
Terdapat beberapa genus memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap
beberapa lingkungan tertentu. Genus coscinodicus (kelas bacillariophyceae) memiliki
kemampuan daya adaptasi salinitas yang lebih baik dibaning dengan kelas lain, banyaknya kelas
ini karena terdapat banyak nutrient seperti nitrat dan fosfat pada sekitar perairan. Genus
Coscinodiscus dan Nitzschia mampu bertahan pada perairan yang intesitasnya cahayanya rendah
dan salinitas rendah. Disisi lain genus Coscinodicus mampu bertahan pada perairan tercemar
(wiyarsih,dkk, 2019).
BAB VII
TERMINOLOGI DAN KLASIFIKASI FITOPLANKTON
Plankton didefinisikan sebagai organisme renik yang bergerak mengikuti arus apapun
yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas
plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal
makanan untuk kehidupan akuatik.
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri
atas sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil. Walaupun termasuk makhluk hidup,
plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang
menghanyutkannya.
Terminologi Fitoplankton
Fitoplankton adalah organisme pertama yang akan terganggu oleh masuknya beban
pencemar diperairan.Hal dal ini disebabkan karena fitoplankton merupakan organisme yang
langsung memanfaatkan beban pencemaran tersebut.Fitoplankton adalah plankton nabati yang
kurang lebih 90% berasal dari alga yang mengandung klorofil yang mampu mensitesa nutrisi
anorganik menjadi anorganik melalui proses fotosintesis dengan energi yang berasal dari sinar
matahari.Menurut Apridayanti dalam Pratiwi fitoplankton sendiri dijadikan sebagai bioindikator
perairan karena sifat hidupnya relative menetap dengan jangka hidup yang relative panjang dan
mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan,hal ini disebabkan karena fitoplankton merupakan
organisme yang langsung memanfaatkan beban pencemaran.
Peningkatan kelimpahan yang dialami oleh fitoplankton sangat dipengaruhi oleh proses
eutrofikasi,menurut Effendi dalam Choirun et.al (2015) nitrat merupakan senyawa nitrogen yang
palinh dominan diperairan alami dang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman alga. Risamsu
dan Prayitno dalam Chotun et.al (2015) mengatakan bahwa senyawa ini dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen diperairan ,selain nitrat kandungan zat hara yaitu fosfat jika
melimpah diperairan memiliki dampak positif pada peningkatan produksi fitoplankton dan total
produksi ikan.Namun jika konsentrasi yang tinggi dapat menimbuilkan dampak negative yaitu
terjadinya ledakan fitoplankton jenis toksik atau disebut juga dengan istilah Harmful Algal
Bloom yang menyebabkan menurunnya kandungan oksigen diperairan sehingga menyebabkan
kematian missal biota air.
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887,dan
disempurnakan oleh Haeckel tahun 1890.Definisi tentang plankton telah banyak dikemukakan
oleh para ahli dengan pendapat yang hamper sama yakni seluruh kumpulan organsime baik
hewan maupun tumbuhan yangn hidup terapung atau melayang dalam air.Menurut Nyabakken
dalam Fajrina (2013) peningkatan populasi fitoplankton secara drastis dikenal dengan istilah
blooming,jenis fitoplankton yang berpotensu blooming adalah diantaranya kelompok
Dinoflagellatta yaitu Alexandrium spp., Gymodinium spp., dan Dinophysis spp.Fitoplankton
terdiri dari dua kelompok besar yang dapat terjaring oleh planktonnet yaitu kelompok
dinoflagelata dan diatom,sedangkan kelompok fitoplankton lainnya yang merupakan kelompok
minoritas adalah berbagai jenis alga hijau – biru.
Klasifikasi Fitoplankton
Plankton dibagi menjadi 2, yaitu : Fitoplankton dan Zooplankton.
Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, Phyton atau "tanaman" dan Planktos
berarti "pengembara" atau "penghanyut".Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil
untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar,
mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-
selnya (walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena
kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen seperti Phycobiliprotein).
1. Cyanophyceae
Cyanophyceae atau ganggang hijau biru merupakan fitoplankton yang bersifat prokariotik.
Bentuk sel Cyanophyceae umumnya berupa sel tunggal, koloni atau filamen. Dalam bentuk
koloni atau filamen alga ini mampu melakukan proses fiksasi nitrogen sehingga dapat
menyebabkan ledakan populasi blooming baik diperairan tawar maupun perairan laut (Sachlan,
1982).
2. Chlorophyceae
Nama yang popular untuk Chlorophyceae adalah alga hijau. Hal itu dikarenakan warna
yang dimilikinya. Produk yang dihasilkan dari alga ini adalah berupa kanji (amilose dan
amilopektin), beberapa dapat menghasilkan produk berupa minyak. Alga ini sangat penting
sebagai sumber makanan bagi protozoa dan hewan air (Kimball, 1996)
Banyak diantara anggota divisi ini yang benar-benar menyerupai tumbuhan. Keberadaan
dinding sel yang terdiri dari klorofil a dan b adalah ciri-ciri tumbuhan dan hal ini menunjukkan
bahwa alga hijau merupakan kerabat dekat protista. Reproduksi dilakukan dengan pembelahan
biasa. Dinding sel terbuat dari selulosa, Hydroxyl-proline Glucosides, Xilans, dan Mannans.
Kelas ini biasanya melimpah pada perairan yang relatif tenang. (Arinardi et al., 1997).
3. Dinophyceae
Alga jenis ini lebih populer dengan sebutan Dinoflagellata. Produk yang dihasilkan dari
alga ini adalah berupa kanji, beberapa dapat berupa minyak. Dinoflagellata merupakan produser
primer kedua setelah diatom. Kelas Dynophyceae berukuran kecil, uniseluler, memiliki dua
cambuk yang dapat digunakan untuk bergerak, dinding tipis atau berkotak-kotak dan memiliki
warna kuning-hijau dan kemerah-merahan (Sachlan, 1982).
4. Bacillariophyceae
Diatom yang merupakan sebutan lain untuk kelas Bacillariophyceae, merupakan
fitoplankton yang dominan di laut. Bentuk diatom dapat berupa sel tunggal atau rangkaian sel
panjang, setiap sel dilindungi oleh dinding silica yang menyerupai kotak (Sachlan, 1982;
Arinardi et al., 1994). Jenis-jenis diatom yang banyak ditemukan di perairan pantai atau mulut
sungai adalah chaetoceros, rhizosolenia, dan coscinodiscus (Arinardi et al., 1994). Distribusi
diatom sangat luas meliputi air laut sampai air tawar, baik dalam komunitas plankton maupun
bentik. Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan reproduksi diatom yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok fitoplankton lainnya.
BAB VIII
KLASIFIKASI ZOOPLANKTON
Zooplankton merupakan jenis plankton yang bersifat seperti hewan, yang memiliki peran
sebagai konsumen primer pada suatu ekosistem perairan baik air tawar maupun air laut.
Kelompok zooplankton yang paling sering ditemui pada suatu ekosistem perairan adalah jenis
Crustacae, (Copepoda dan Clodosera) dan Rotifera (Barus, 2000 dalam Utomo,2013). Rotifera
pada umumnya memiliki ukuran yang paling terkecil. Clodosera memiliki ukuran tubuh yang
lebih besar dibandingkan dengan Rotifera dan dapat mencapai ukuran maksimal mencapai 1-2
mm. Pada umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil dan gerakan renangnya sangat
lemah.(Utomo,2013). Zooplankton merupakan salah satu makanan alami bagi larva ikan. Ukuran
tubuh dan jenis dari zooplankton dinyatakan sebagai penentu kecocokan zooplankton sebagai
makanan alami bagi larva ikan, karena larva ikan yang memiliki ukuran yang kecil hanya dapat
mengkonsumsi mikroorganisme yang cukup dengan mulutnya salah satunya yaitu zooplankton
(Puspasari, 2013).
Zooplankton dibagi menjadi 2 berdasarkan ukurannya yaitu mikrozooplankton (20–200
μm) dan mesozooplankton (200 μm–20 mm). Untuk ukuran plankton net yang digunakan untuk
sampling juga berbeda microzooplankton dapat disaring dengan plankton net berukuran 40 μm
sedangkan untuk mesozooplankton menggunakan plankton net ukuran 100 μm (Puspasari, 2013).
Klasifikasi merupakan penyusunan/penggolongan secara sistematis berdasarkan aturan
yang ditetapakan. Jadi klasifikasi zooplankton yaitu yaitu penggolongan zooplankton
berdasarkan bentuk fisik dari spesies zooplankton. Zooplankton memiliki 6 filum yang terdiri
dari Arthropoda, Protozoa, Aschelminthes, Moluska, Chaetognatha dan Annelida.(Puspasari,
2013)
1. Arthropoda
Memiliki kelas Crustacea dimana pada kelas ini memiliki sub kelas Copepoda yang memiliki
species seperti Arcatia sp, Calanus sp, Centropages sp, Eucalanus sp, Microsetella, Balanus sp,
Oithona sp, Oncaea sp, Paracalanus sp, Tortanus sp, Temora sp, dan Labidocera sp. Pada sub
kelas Brachiopoda memiliki spesies Evadne sp. Sedangkan pada subkelas Malacostraca terdapat
nauplius.
2. Protozoa
Dibagi menjadi 3 kelas. Kelas Cilliata memiliki kelas Holotrica yang memiliki spesies seperti
Codonelopsis sp, Leprotintinus sp, Tintinus sp, Tintinopsis sp, Parundella sp, dan Favella sp.
Pada Kelas Chromonadea memiliki subkelas Silicoflagellata memiliki spesies seperti Dinophysis
sp dan Ornithocercus sp. Sedangkan pada kelas Sarcodina memiliki subkelas Rhizopoda yang
memiliki spesies seperti Globigerina sp, Globigeronoides sp, dan Sticolonche sp.
Codonellopsis sp. Dinophysis sp. Globigerina buloides
3. Aschelminthes
Memiliki Kelas Rotatoria memiliki species seperti Brachionus sp.
4. Moluska
Memiliki 2 Kelas. Kelas Gastropoda yang memiliki species Limacina sp. Sedangkan pada kelas
Bivalvia memiliki spesies Larva Veliger.
5. Chaetognatha
Memiliki Kelas Sagittoidea yang memiliki species seperti Sagitta sp.
Sagitta sp. Parasagitta setosa
6. Annelida
Memiliki kelas Polychaeta yang memiliki species seperti Tomopteris sp dan Lapadorrhynchus
sp.
BAB IX
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton
Plankton dapat didefinisikan sebagai setiap organisme yang hanyut yang menempati zona pelagic
di samudra maupun laut dan perairan tawar. Mereka menyediakan sumber makanan bagi
organisme organisme akuatik lainya seperti ikan dan mamalia laut. Meskipun sebagian besar
organisme plankton berukuran mikro namun sebgaian organisme plankton memeiliki ukuran
yang cukup besar ( Sidiq, 2008 )
Keberadaan plankton di setiap perairan khususnya perairan air asin sangat lah penting dan hal
tersebut juga sangat didukung oleh faktor lingkungan yaitu fisika kimia perairan. Faktor faktor
yang termasuk didalamnya adalah nutrient sangat diperlukan oleh setiap jenis plankton, namun
tidak semua plankton mempunyai kemampuan yang sama dalam memanfaatkan nutrien yang
tersedia, sehingga kecepatan tumbuh setiap jenis plankton dalam suatu badan air berbeda. Faktor
faktor tersebut diantaranya :
1. Cahaya
Cahaya merupakan saah satu fator yang penting bagi kehidupan plankton dan sejumlah
tumbuhan serta hewan di suatu perairan, salah sat pengaruh terbesar dari cahaya dirasakaoleh
jenis plankton fitoplankton, dimana cahaya yang didapatkan oleh fitoplankton nantinya akan
diguankan untuk proses fotosintesis. Laju pertumbuhan plankton ini sangat bergantung dengan
ketersediaan cahaya dan apabila pada perairan dimana fitoplankton tersebut memeiliki
pencahayaan yang minim maka akan sangat memungkinkan fitoplankton terhambat
pertumbuhanya bahkan dapat mati.
2. Derajat PH
Kadar PH sangatlah berpengaruh pada setiap organsme terutama organisme yang
bertempat tinggal di perairan termasuk diantaranya plankton, jika suatu periarn memiliki kadar
PH yang cukup tinggi maka akan mempengaruhi proses fisiologis plankton tersebut.
3. Tingkat kekeruhan
pada suatu perairan tingkat kekeruhan memiliki pengaruh yang penting bagi kehidupan
plankton, dikarenakan apabila tingkat kekeruhan cukup besar akan mengakibatkan salah satu
faktor lainya yaitu cahaya tidak data menembus sampai ke dalam laut sehingga organisme dan
mikroorganisme yang membutuhkan cahaya seperti fitoplankton dapat terganggu
keberlangsungan hidupnya karena tidak dapat melakukan proses fotosintesis.
4. Tingkat kekeruhan
Faktor nutrisi memiliki peran penting untuk pertumbuhan plankton, salah satu nutrisi
yang paling penting dalam hal ini adalah nitrat ( no3 ) dan phosphat ( po4 ). Sebenarnya
fitotoplankton mengkonsumsi nitrogen dalam banyak bentuk, seperti nitrogen dari nitrat,
ammonia, urea, asam amino. Akan tetapi fitoplankton lebih cendrung mengkonsumsi nitrat dan
amonia. Nitrat lebih banyak didapati di dasar laut yang banyak mengandung unsur organik
ketimbang dari air laut, nitrat juga bisa diperoleh dari siklus nitrogen. Nitrogen dari nitrat adalah
salah satu unsur penting untuk pertumbuhan blue green alga dan fitoplankton lainnya.
5. Tingkat salinitas
Dalam distribusi biota akuatik kadar dari salinitas suatu perairan sangatlah penting, pada
daerah pesisir pantai merupakan perairan dinamis, yang menyebabkan variasi salinitas tidak
begitu besar ( Nybakken, 1992 ). Organisme yang hidup di perairan cenderung mempunyai
toleransi terhadap perubahan salinitas sampai dengan 15 ‰, sehingga apabila salinitas di suatu
perairan memiliki tingkat yang lebih tinggi dapat mengganggu kehiduan organisme di tempat
tersebut salah satunya adalah plankton.
6. Tingkat nutrisi
Dalam perairan,Nutrisi sangat berperan penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi
yang paling penting dalam hal ini adalah nitrat ( no3 ) dan phosphat ( po4 ) phytoplankton
mengkonsumsi nitrogen dalam banyak bentuk, seperti nitrogen dari nitrat, ammonia, urea, asam
amino. Tetapi phytoplankton lebih cendrung mengkonsumsi nitrat dan ammonia. Nitrat lebih
banyak didapati di dasar yang banyak mengandung unsur organik ketimbang dari air laut, nitrat
juga bisa diperoleh dari siklus nitrogen. Nitrogen dari nitrat adalah salah satu unsur penting
untuk pertumbuhan blue green alga dan phytoplankton lainnya.
BAB X
MENGUKUR POPULASI PLANKTON
Plankton terbagi menjadi dua jenis yaitu fitoplankton dan zooplankton. Plankton merupakan
organisme yang memiliki ukuran mikro. Sehingga jika untuk mengambil sampel plankton
dari suatu perairan dibutuhkan alat bantu seperti plankton net. Cara menghitung populasi
yaitu dengan dua macam metode yaitu menggunakan Sedgwick Rafter dan Haemocytometer.
A. Pengamatan dengan Sedgwick Rafter
gambar 1. 1 Sedgwick Rafter
Catatan :
· Apabila sampel langsung diambil dari kolam, tanpa net plankton maka
perhitungan pada sedgwick rafter langsung jumlah unit / ml.
· Disarankan untuk analisa dahulu sebelum diberi formalin, untuk mengetahui
keberadaan dinoflagellata.
B. Pengamatan dengan Haemocytometer.
Untuk pengamatan dengan sel yang ukurannya lebih dari 8 micron dan tidak terlalu padat
untuk dihitung, penghitungan dapat dilakukan langsung pada blok A,B,C,D dan hasilnya
dibagi 4(empat) = N cell / ml.
gambar 1. 2 Haemocytometer
Volume yang tertampung setiap blok (1 mm2) dengan atas ditutup cover glass
ð 0.1mm x 1mm x 1mm = 0.1 mm3 = 10-4 ml
BAB XI
Perubahan iklim dan plankton
Palnkton adalah biota baik berupa tumbuhan maupun hewan hidupnya
mengapung dan melayang di dalam air yang kemapuan berenangnya terbatas, sehingga
plankton ini dipengaruhi oleh arus. Ukuran plankton sangatlah kecil sehingga di butuhkan
mikroskop. Namun ada beberapa jenis plankton berukuran besar termasuk dalam
zooplankton yaitu ubur-ubur (jely fish). Ada juga Kelompok plankton (fitoplankton),
memiliki kemampuan berfotosintesis dengan menfaatkan gas karbon dioksida (CO2). Untuk
menghasilkan senyawa organik yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di laut.
Pertumbuhan fitoplankton sendiri disebabkan oleh faktor lingkungan diantarannya kesuburan
tanah, intensitas cahaya dan stabilitas kolom air. kompenen tersebut dipengaruhi oleh
kekuataan, kecepatan, dan frekuensi angin, curah hujan dan faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan plankton tersebut. Kondisi lingkungan ini mempengaruhi tingkat konsumen dan
produsen. Ketika intensitas cahaya akan mudah menyusut karena pemantulan dan
penyerapan, maka kedalaman di atas kedalaman 40 meter atau pada lapisan yang masih
tersedia nutrisi. Banyak kelompok jenis plankton ini khususnya dari mikroplankton
mempunyai bagian tubuh yang keras seperti karbonat dan silikat. Setelah mati tubuh plankton
ini tenggelam dan mengendap di dasar laut. Banyak plankton yang tidak pernah sampai di
lapisan laut sehingga telah terurai oleh bakteri yang dindingnya yang keras berkapur dan
mengandung silikat akan terlarut dalam air. plankton jenis foram globigerina yang
cangkangnya berkapur pada kedalaman 3000 meter dengan kedalaman 3000 meter tidaka
akan ditemukan sedimennya. Hal ini berbeda dengan plankton yang mengandung silikat
seperti radiolaria, diatom yang lebih tahan terhadap pelarutan hingga mencapai dasar laut
yang dalam. Ada keterkaitan plankton foraminifera, cocolitopora, dan dinoflagelata untuk
menginterpretasikan perubahan iklim di laut.
Berdasarkan hasil survei tersebut PCR (plankton continuos recorder) di laut atlantik utara
calcofi (california coast in the pasific survey) bahwa adanya indikasi penurunan kelimpahan
plankton dan variasi komponen lain yang mempengaruhi seperti temperatur dan salinitas. Hal
ini kondisi geografi menjadi faktor kecenderungan negatif dan positif atau adanya hubungan
(teleconnection) antara kawasan laut dari berbagai belahan bumi dengan pemanasan iklim
global (global warming).
Sering dikaitan oleh peristiwa tejadinya fenomena el nino merupakan contoh perubahan iklim
yang mempengaruhi terhadap plankton sering terjadi pada gejala lokal di sepanjang pantai
barat amerika selatan pantai peru. Perairan ini dikenal dengan penghasil perikanan anchovy
terbesar di dunia terkait dengan lokasi upwelling yang mengakibatkan planktonnya tinggi
untuk menunjang sektor perikanan el nino disebut juga air hangat yang masuk kawasan
perairan peru dampak terjadinya el nino sendiri berhentinya penurunan hasil produksi
perikanan anchovy serta banyaknya burung laut mati karena kurangnya pasokan plankton dan
anchony.
Seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan fenomena el nino bukan bersifat lokal
tetapi bersifat global dan kompleks ada hubungannya dengan dinamis antara atmosfer dan
laut. Bahwa diindikasikan perbedaan tekanan suhu udara yang tinggi daerah pasifik timur dan
tekanan udara yang rendah daerah pasifik barat. Menyebabkan angin pasat di daerah
katulistiwa selatan mengalir dari timur ke barat mengalami pemanasan yang akhirnya akan
menumpuk di utara papua sehingga perairan di daerah ini hangat.
Air hangat dengan udara lembab ini banyak menimbulkan awan dan hujan yang
menyebabkan indonesia mempunyai curah hujan tinggi sedangkan di daerah pantai timur
pasifik disekitar wilayah peru terjadi upwelling untuk mengisi kekosongan air di wilayah
khatulistiwa selatan yang mengalir ke barat menjauhi benua amerika selatan. Fenomena
perubahan iklim sendiri yang berpengaruh terhadap kehidupan di bumi. Perubahan iklim
antara plankton dan perubahan iklim. Terkait dengan jumlah gas karbon dioksida yang
dibutuhkan oleh fitoplankton. Apabila tekanan gas parsial C02 di atmosfer lebih besar dari
dalam air maka komsumsi fitoplankton dalam berfotosintesis dan akan mempengaruhi suhu
atmosfer di bumi. Penelitian nasa telah membuktikan bahwa produksi fitoplankton telah
berkurang sejak tahun 1908. Sehingga karbon yang diserap akan lebih sedikit yang
mempengaruhi daur karbon.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1:
Sahami, Femy M dkk.2014. Lingkungan perairan dan produktivitasnya. Yogyakarta :
Deepublish
BAB 2:
Andria Agusta, I. S. (2006). Peranan plankton dalam ekosistem perairan : Indonesia, lautan
red tide? Berita Biologi.
Mulyadi, H. A. (2012). Zooplankton, strategi daur hidup, biodiversitas dan faktor lingkungan.
Oseana, 57-71.
Yuliana, E. M. (2012). Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan parameter fisik
kimiawi perairan di teluk jakarta. Jurnal Akuatika, 169-179.
BAB 3 :
Richtel, M. 2007. "Recruiting Plankton to Fight Global Warming", New York Times
Thurman, H. V. 1997. Introductory Oceanography. New Jersey, USA, USA: Prentice Hall
College. ISBN 0132620723.
BAB 4 :
Arinardi, O. H, dan Trimaningsih. 1994. Kisaran kelimpahan dan Komposisi Plankton
Predominan di Sekitar Pulau Sumatera. Pusat Litbang Oseanologi. LIPI.
Davis, C. C. 1955. The Marine and Fresh-Water Plankton. United States of America:
Michigan State University Press.
Fachrul, Melati Ferianata. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. New Jersey: Princeton
University Press.
Nybakken, J.W. 1982. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. Jakarta: Gramedia.
BAB 6 :
Putri , Mariska Putri . 2015 . Distribusi Vertikal Harian dan Kelimpahan Planktondi Danau
Laut Tawar Aceh . Universitas Gadjah Mada .
Richardson , Anthony J . 2008 . In Hot Water : Zooplankton and Climate Change . ICES
Journal of Marine Science . 65 : 279 – 295 .
Wiyarsih , Buddy , dkk . 2019 . Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Laguna Segara
Anakan , Cilacap . Bulletin Oseanografi Marina . ISSN : 2089 – 3507 .
Wulandari , Dwi Yuni , dkk . 2014 . Distribusi Spasial Fitoplankton di Perairan Pesisir
Tangerang ( Spatial Distribution Of Phytoplankton In The Coast Of Tangerang ) .
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia ( JIPI ) . Vol 19 (3) . ISSN : 0853 – 4217 .
Wetzel, R.G. dan Likens. 1979. Limnological Analyses. London: W.B.Saunders Company.
BAB 7:
Choitun,Arianto.2015,Identifikasi Fitoplankton Spesies Harmfull Algae Bloom saat Kondisi
Pasang di Perairan Pesisir Brondong,Lamongan Jawa Timur.Lamongan.Jurnal
Ilmu Kelautan dan Perikanan.25(2).58-66
Pratiwi,Ariane.tt.Bioindikator Kualitas Perairan Sungai.Jakarta.Universitas
Trisakti,Jakarta,Indonesia
Wikipedia
Ariz. 2012. Struktur komunitas fitoplankton dot com.
BAB 8 :
Puspasari, Reny. 2013. FRAKSIONASI UKURAN BIOMASSA DAN KOMPOSISI JENIS
ZOOPLANKTON DI PERAIRAN LAGUNA PULAU PARI KEPULAUAN
SERIBU. Widyariset. Vol. 16. No. 3. Halaman 361 – 364.
Wikipedia.
BAB 9 :
Hamza,faisal dll.2015. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Stuktur Komunitas Plankton
Pada Ekosistem Mangrove Muara Angke, Jakarta Utara.Bali;
Abd.saddammujib.2010.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN PLANKTON LAUT di
http://wwwscienceletter07.blogspot.com/2010/07/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html (diakses tanggal 6 oktober)
BAB 11 :
Agus Hanung mulyadi. 2011. PERANAN PLAKTON DALAM PERUBAHAN IKLIM.
Jurnal Oseana. Ambon. Upt loka konservasi biota laut. Volume XXXVI
nomor 4. ISSN 0216-1877