Anda di halaman 1dari 25

Pengembangan Sistem Informasi

Dosen Pengampu : Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si

Disusun Oleh :
Nama : Khalista Atma Dewantari
NIM : 43218110133
Jurusan : Akuntansi

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Mercubuana
Jakarta
ABSTRAK
Perkembangan sistem informasi di seluruh dunia telah membuat hidup manusia
semakin lebih mudah. Terutama sejak diciptakannya internet, komunikasi menjadi semakin
tidak terbatas dan tanpa hambatan, baik hambatan geografis ataupun hambatan waktu. Kita
dapat berkomunikasi dengan keluarga/teman/rekan bisnis yang berada di belahan dunia lain
secara langsung melalui jaringan internet. Manfaat perkembangan sistem informasi ini sangat
menguntungkan banyak pihak terutama perusahaan ataupun bidang usaha, sehingga sekarang
ini banyak perusahaan yang menggunakan sistem informasi untuk menunjang aktifitas
perusahaannya. Sistem informasi sendiri dapat mempermudah untuk memanajemen aktifitas
perusahaan, khususnya sistem informasi yang berbasiskan web. Web merupakan jaringan
komputer yang saling terhubung antara jaringan satu dengan jaringan lainnya di seluruh
dunia. Kebutuhan akan website diperlukan di era globalisasi ini, karena persaingan usaha
yang semakin ketat. Perusahaan membutuhkan web untuk menambah daya saing dan
memberikan kepuasan terhadap pelanggan.
Pemanfaatan dan pengembangan sistem informasi yang dapat mengintegrasikan
seluruh proses bisnis untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan banyak dilakukan melalui
proyek pengadaan paket software atau hardware yang siap pakai di pasaran dan langsung
mengimplementasikannya. Implementasi sistem informasi akan melibatkan semua aktivitas
organisasi yang berhubungan dengan penggunaan dan manajemen dari sistem informasi
tersebut sehingga menyebabkan perubahan proses bisnis. Perubahaan organisasi yang tidak
dikelola dengan baik menjadi penyebab utama kegagalan proyek sistem informasi.
Manajemen perubahan yang didukung oleh puncak manjeman dan memiliki kemampuan
dalam penguasaan teknologi, pengetahuan proses bisnis dan budaya organisasi perusahaan
menjadi kunci keberhasilan proyek implementasi sistem informasi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pengembangan sistem informasi saat ini telah menjadi salah satu indikator
dari kinerja organisasi yang menjadi sorotan, bukan saja dari aspek operasional perusahaan,
tetapi juga hubungannya dengan kepercayaan pelanggan. Suatu organisasi/perusahaan dengan
dukungan IT (Information Technology) yang baik dan memadai akan memiliki nilai tambah
dari pesaingnya berupa respon yang lebih cepat, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
pekerjaan yang meningkat, identifikasi dan penanganan masalah secara lebih akurat, serta
kepercayaan terhadap delivery pekerjaan.
Keunggulan-keunggulan tersebut yang membuat banyak pihak meningkatkan konsentrasi
dalam pembangunan sistem informasinya. Di lain pihak, proses pembangunan sistem
informasi terkadang bersifat temporary dan menimbulkan banyak masalah seperti kurangnya
SDM yang handal, besarnya biaya investasi bagi pelatihan dan pengembangan, dukungan
hardware yang kurang memadai hingga masalah klasik, kurangnya waktu manajemen untuk
memperhatikan detil pengembangan sistem informasi.
Agar sistem informasi dapat bekerja secara tepat, kita harus mengelola secara aktif,
menyesuaikan tehnologi dengan situasi dan menerima tanggung jawab baik untuk
keberhasilan maupun kegagalannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis mengangkat rumusan masalah sebagai
berikut.
 Apa Pengertian Sistem Informasi?
 Apa Manfaat Pengembangan Sistem Informasi?
 Apa saja Model Pengembangan Sistem?
 Apa saja Tahap-Tahap Pengembangan S.I?
 Bagaimana Durasi Pengembangan Sistem?
 Bagaimana Cara Mengembangkan S.I?
 Apa Masalah dan Tantangan dalam Implementasi Pengembangan S.I?

C. Rumusan Masalah
 Untuk mengetahui pengertian sistem informasi
 Untuk mengetahui manfaat pengembangan sistem informasi
 Untuk mengetahui apa saja model pengembangan sistem
 Untuk mengetahui tahap-tahap pengembangan S.I
 Untuk mengetahui durasi pengembangan sistem
 Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan S.I
 Untuk mengetahui apa masalah dan tantangan dalam implementasi pengembangan S.I
LITERATUR TEORI
Dalam mendefinisikan sistem, terdapat dua kelompok pendekatan, pertama lebih
menekankan pada prosedur dan lebih menekankan pada komponen atau elemennya. Kedua
pendekatan sistem yang merupakan jaringan kerja dari prosedur lebih menekankan urut-
urutan operasi di dalam sistem. Pendekatan sistem lebih menekankan pada prosedur dan lebih
menekankan pada komponen atau elemennya itu sendiri. Jerry Fitz Gerald, Andra F. Fitz
Gerald, Warren D. Stallings, Jr., (1981), mengugkapkan bahwa suatu sistem adalah suatu
jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama
untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
Pendekatan sistem kedua lebih menekankan pada jaringan kerja dari prosedur lebih
menekankan urut-urutan operasi didalam sistem untuk mendefinisikan sistemnya. Hal ini
diungkapkan Richard F. Neuschel (1960) bahwa suatu prosedur adalah suatu urut-urutan
operasi klerikal (tulis menulis), biasanya melibatkan beberapa orang didalam satu atau lebih
departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-
transaksi bisnis yang terjadi
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya mendefinisikan
bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Kedua kelompok definisi ini adalah benar dan tidak bertentangan, yang
berbeda adalah cara pendekatannya. Karena pada hakekatnya setiap komponen sistem, untuk
dapat saling berinteraksi dan untuk dapat mencapai tujuan tertentu harus melakukan sejumlah
prosedur, metode, dan cara kerja yang juga saling berinteraksi. Hal ini diungkapkan oleh
beberapa penulis yang banyak menggunakan pendekatan komponen dalam memberikan
definisi sistem diantaranya adalah Barry E. Cushing (1974), Gordon B. Davis (1974), Robert
G. Murdick, Thomas C. Fuller, Joel E.Ross (1978), George H. Bodnar (1980), Robert J.
Verzello / John Reuter III (1982), Henry C. Lucas, Jr., (1982), Robert A. Leitch / K. Roscoe
Davis (1983), Stephen A. Moscove dan Mark G. Simkin (1984), Frederick H. Wu (1984),
John F. Nash, Martin B. Roberts (1984), Robert H. Blissmer (1985), James O. Hicks, Jr.,
Wayne E. Leininger (1986).
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Informasi


Sistem informasi merupakan suatu tatanan yang terorganisasi dalam pengaturan sumber
daya yang ada yang meliputi pengumpulan data lalu mengolahnya sehingga bisa dengan
mudah untuk dikonsumsi dan lebih mudah dalam hal penyebarannya. Lebih jauh yang
meliputi sumber daya meliputi: manusia, hardware, software, data dan jaringan yang terdapat
di dalamnya (O’Brien, 2005).

1. Manusia (Brainware)
Sumber daya manusia meliputi pengguna akhir (end users) dan pengelola sistem (sistem
information managing team). Pengguna akhir adalah meraka yang menggunakan sistem
informasi ataupun informasinya saja, dapat berupa individu ataupun organisasi. Sedangkan
pengelola sistem adalah mereka yang membangun, mengoperasikan, dan merawat sistem
informasi.

2. Perangkat Keras (Hardware)


Sumber daya perangkat keras mencakup mesin pengolah (processing machine), repositori
(media penyimpanan) data (memory), pencetak informasi, dan unit Input/Output
(peripherals) seperti scanner, stylus pen, camera, digitizer, mouse, light pen, keyboard,
terminals (monitors), printer, plotter, microphone, speaker, modem, data display. Suatu
sistem informasi yang menggunakan basis sistem komputer sebagai processing machine,
lebih dikenal dengan istilah CBIS (Computer-Based Information Sistem). Dalam paper ini
konteks diskusi kita adalah CBIS.

3. Perangkat Lunak (Software)


Sumber daya perangkat lunak mencakup sekumpulan aturan-aturan atau panduan untuk
kelangsungan aktivitas sistem informasi, progam aplikasi komputer, program pengembangan,
dan program sistem operasi (Operating Sistem Software).

4. Jaringan (Netware)
Sumber daya jaringan meliputi seluruh sarana untuk telekomunikasi yang meliputi media
telekomunikasi, prosesor telekomunikasi, aliran (jalur) telekomunikasi, topologi & aturan
(protokol) telekomunikasi, keamanan serta zona telekomunikasi.
5. Data (Dataware)
Sumber daya data meliputi semua fakta-fakta hasil pengukuran, pengamatan, perhitungan,
atau transaksi yang perlu dihimpun dan disimpan untuk mendukung keseluruhan aktivitas
sistem informasi. Informasi berbeda dari data. Informasi adalah data yang telah diolah dan
disajikan dalam konteks yang bermanfaat bagi pengguna. Oleh sebab itu untuk menentukan
data apa yang harus dihimpun dan disimpan, tergantung dari informasi apa yang diperlukan
oleh pengguna maupun pengelola sistem informasi. Data yang dihimpun dapat berupa teks,
citra (image), audio, atau video atau gabungan dari data-data tersebut yang dikenal dengan
data multimedia.

6. Input
Kegiatan yang meliputi penangkapan dan menyusunan elemen-elemen untuk dimasukkan
dalam sistem dan diproses.

7. Proses
Kegiatan yang meliputi proses transformasi yang mengubah input menjadi output.

8. Output
Kegiatan yang meliputi penyampaian elemen yang diproduksu oleh sebuah proses
transformasi menuju tujuan akhir.

9. Data Store
Data yang diolah wajib disimpan dalam suatu basis data atau database karena dapat
digunakan untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu
diorganisasikan dengan baik agar dapat menghasilkan informasi yang berkualiatas dan
berguna juga untuk efisiensi kapasitas penyimpanan. Basis data diakses atau dimanipulasi
menggunakan perangkat lunak yang disebut DBMS (Database Management Sistem).

10. Sistem Kontrol


Pengendalian kelangsungan suatu sistem perlu diterapkan dan dimonitoring untuk
meyakinkan bahwa sistem berjalan dengan normal dan baik sehingga jika terjadi bugs
ataupun error, hal tersebut dapat segera diperbaiki agar kegiatan operasional berjalan lancar.
Pengembangan sistem informasi manajemen dilakukan melalui beberapa tahap, dimana
masing-masing langkah menghasilkan suatu hasil yang lebih rinci dari tahap sebelumnya.
Tahap awal dari pengembangan sistem informasi umumnya dimulai dengan mendeskripsikan
kebutuhan pengguna dari sisi pendekatan sistem rencana stratejik yang bersifat makro, diikuti
dengan penjabaran rencana stratejik dan kebutuhan organisasi jangka menengah dan jangka
panjang, lazimnya untuk periode 3 sampai 5 tahun.
Masukan (input) utama yang dibutuhkan dalam tahap ini mencakup:
• Kebutuhan strategis perusahaan
• Aspek legal pendukung perusahaan
• Masukan kebutuhan dari pengguna sistem strategis sebagai berikut :
a. Visi dan misi
Strategi pengembangan sistem membutuhkan keputusan politis dari pimpinan tertinggi
yang telah dijabarkan dalam strategi aktivitas organisasi.
b. Analisis Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi dan kompetensi yang dimiliki.
Analisis Tupoksi akan mengarah pada seberapa jauh pencapaian kinerja organisasi dapat
dicapai, dengan menggunakan trend – trend penting, risiko – risiko yang harus dihadapi
dan potensi peluang yang dimiliki (menggunakan analisis SWOT).
Analisa kompetensi akan memberikan gambaran yang lengkap mengenai efektifitas
perusahaan yang dapat dilihat dari 4 hal yaitu : sumberdaya, infrastruktur, produk
layanan/jasa dan kepuasan pelanggan/masyarakat yang dilayani.
B. Manfaat Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
1. Perlunya Pengembangan Sistem :
Adanya permasalahan yang timbul pada sistem yang lama. Permasalahan yang timbul
dapat berupa :
 Ketidak beresan sistem internal
 Pertumbuhan organisasi/perusahaan
 Untuk meraih kesempatan (opportunities)
 Teknologi informasi yang berkembang dengan cepatnya
 Adanya instruksi-instruksi khusus
2. Prinsip Pengembangan Sistem
3. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
4. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar
Investasi modal harus mempertimbangkan 2 hal :
 Semua alternatif yang ada harus diinvestigasi
 Investasi yang terbaik harus bernilai
 Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik

Sistem informasi mempunyai peranan yang sangat penting, semakin pesat perkembangan
suatu perusahaan maka sistem informasinya juga mempunyai peranan yang semakin penting.
Tuntutan keberadaan sistem informasi yang semakin baik adalah akibat adanya tuntutan
perkembangan perusahaan, perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah, perubahan
prosedur serta tuntutan kebutuhan informasi.
Adapun pengertian pengembangan sistem informasi adalah:
1. Kumpulan kegiatan para analisis sistem, perancang dan pemakai yang mengembangkan
dan mengimplementasikan sistem informasi
2. Tahapan kegiatan yang dilakukan selama pembangunan sistem informasi
3. Proses merencanakan, mengembangkan dan mengembangkan dan mengimplementasikan
sistem informasi dan mmenggunakan metode, teknik dan alat bantu pengembangan
tertentu.
Pengembangan sistem informasi dilakukan melalui beberapa tahap, dimana masing-masing
langkah menghasilkan suatu yang lebih rinci dari tahap sebelumnya. Tahap awal dari
pengembangan sistem umumnya dimulai dengan mendeskripsikan kebutuhan pengguna dari
sisi pendekatan sistem rencana stratejik yang bersifat makro, diikuti dengan penjabaran
rencana stratejik dan kebutuhan organisasi jangka menengah dan jangka panjang, lazimnya
untuk periode 3(tiga) sampai 5 (lima) tahun.
Pengembangan SI perlu dilakukan, hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal:
1. Adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul di sistem yang lama.
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan
3. Adanya instruksi dari pimpinan/ adanya peraturan pemerintah
C. Model Pengembangan Sistem
Pendekatan suatu pengembangan sistem yang sederhana, lebih dikenal sebagai model air
terjun (waterfall model). Model air terjun ini mendeskripsikan alur proses pengembangan
sistem informasi seperti tampak pada gambar sebagai berikut

Pekerjaan pengembangan sistem dengan model air terjun dimulai dengan pembuatan
spesifikasi kebutuhan suatu sistem. Setelah spesifikasi kebutuhan ini selesai, lantas
dilakukanlah suatu analisis dan deskripsi logika sistem/ analisis dan deskripsi logika sistem
yang dibuat secara bersama-sama dengan spesifikasi kebutuhan.
Rancangan sistem kemudian diselesaikan dan diikuti dengan implementasi modul
yang lebih kecil. Modul-modul ini pertama-tama diuji secara sendirisendiri dan kemudian
secara bersama-sama. Ketika pengujian integrasi terakhir telah diselesaikan, keseluruhan
sistem dapat diserahkan ke pemakai serta dimulailah tahap pemeliharaan.
Model air terjun ini memberi penekanan bahwa seseorang harus menyelesaikan suatu
tahap sebelum masuk ke tahap berikutnya. Model air terjun ini telah memberikan pengaruh
besar pada metode rekayasa perangkat lunak. Model ini sebenarnya tidak pernah
dimaksudkan untuk dilaksanakan secara kaku pada saat pertama kali diperkenalkan. Akan
tetapi, belakangan disadari bahwa model air terjun ini harus direvisi agar benar-benar
menggambarkan siklus pengembangan sistem.
Problem utama model air terjun ini dalam kebanyakan kasus adalah pada tahap
pemeliharaan. Dalam kenyataannya, tahap pemeliharaan mengandung juga spesifikasi
kebutuhan, analisis, dan perancangan baru berikutnya Karena itu, berbagai model baru
dikembangkan untuk menggambarkan kenyataan tersebut Diantara berbagai model yang ada,
model yang paling populer adalah model spiral. Model spiral dapat menggambarkan
bagaimana suatu versi dapat dikembangkan secara bertingkat (incremental), seperti tampak
pada gambar.
Menurut R. Eko Indrajit di dalam bukunya "Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi
Informasi", menyatakan bahwa pengembangan sistem informasi dapat dikategorikan dalam
tiga kelompok besar, yaitu:
1. Proyek yang bersifat pembangunan jaringan infrastruktur teknologi informasi (mulai dari
pengadaan dan instalasi komputer sampai dengan perencanaan dan pengembangan
infrastruktur jaringan LAN dan WAN).
2. Implementasi dari paket program aplikasi yang dibeli di pasaran dan diterapkan di
perusahaan, mulai dari perangkat lunak kecil seperti produkproduk ritel Microsoft
sampai dengan aplikasi terintegrasi yang berbasis teknologi tinggi.
3. Perencanaan dan pengembangan aplikasi yang dibuat sendiri secara khusus (customized
software), baik oleh internal organisasi maupun kerja sama dengan pihak luar, seperti
konsultan dan software house.
D. Tahap-Tahap Pengembangan S.I
Lepas dari perbedaan karakteristik yang melatarbelakangi ketiga jenis pengembangan
tersebut, secara garis besar ada enam tahap yang biasa dijadikan sebagai batu pijakan/ model
dalam melaksanakan aktivitas pengembangan tersebut, yaitu: perencanaan, analisis, desain,
konstruksi, implementasi, dan pasca implementasi seperti digambarkan pada diagram berikut.

1. Tahap Perencanaan/Survei
Tahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang melatarbelakangi
pelaksanaan pengembangan sistem tersebut dilontarkan. Dalam tahap perencanaan
pengembangan sistem harus mendapatkan perhatian yang sama besarnya dengan
merencanakan proyek-proyek besar lainnya, seperti perencanaan pengadaan perangkat
jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor 15 tingkat dan
sebagainya. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika proyek pengembangan sistem
informasi direncanakan secara matang, mencakup:
a. Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas. Unit organisasi, kegiatan
ataupun sistem yang mana yang akan dilibatkan dalam pengembangan ini? unit mana
yang tidak dilibatkan? Informasi ini memberikan perkiraan awal besarnya sumber daya
yang diperlukan.
b. Dapat mengidentifikasi wilayah/area permasalahan potensial. Perencanaan akan
menunjukkan hal-hal yang mungkin bisa terjadi suatu kesalahan, sehingga hal-hal
demikian dapat dicegah sejak awal.
c. Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak sekali tugas-tugas terpisah dan harus berjalan
secara bersamaan/ paralel yang diperlukan untuk pengembangan sistem. Tugas-tugas ini
diatur dalam urutan logis berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk efisiensi.
Dalam gambar diatas merupakan model grafik pada tahap perencanaan pengembangan
sistem, Pada tahap awal pengembangan sistem, sistem analis bertindak sebagai spesialis
informasi yang bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan pengguna. Anggota tim
lainnya, seperti pengelola database dan spesialis jaringan, berperan sebagai pendukung.
Kegiatan-kegiatan dalam tahap perencanaan di sini, meliputi antara lain:
a. Perumusan awal terhadap kebutuhan rinci atau target yang harus dicapai dari proyek
pengembangan sistem yang akan dilakukan.
b. Penyusunan proposal.
c. Penentuan metodologi dan sistem informasi yang digunakan.
d. Penunjukan tim untuk proyek yang akan dilaksanakan.
e. Instruksi untuk mengeksekusi (memulai) proyek yang bersangkutan
f. Identifikasi kendala-kendala sistem.
Ada dua pihak yang terlibat langsung dalam perencanaan ini, yaitu pihak yang membutuhkan
sistem informasi dan pihak yang akan melakukan perancangan atau penyusunan sistem
informasi.
Keluaran (output) yang harus dihasilkan dalam tahap ini adalah jadwal detail dari kelima
tahapan berikutnya (khusunya yang menyangkut masalah waktu untuk penyelesaian), target
yang dapat disampaikan, personil yang bertanggung jawab, aspek-aspek keuangan, dan hal-
hal lain yang berkaitan dengan pendayagunaan sumber daya yang dipergunakan dalam
proyek.

2. Tahap Analisis
Ada dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu aspek bisnis/ manajemen dan aspek
teknologi. Tujuan dilakukannya langkah ini adalah untuk mengetahui posisi atau peranan
teknologi informasi yang paling sesuai dan relevan di organisasi dan mempelajari fungsi-
fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh atau memiliki
dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan implementasi.
Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama dengan manajer, dan komite pengarah
sistem informasi terlibat dalam titik-titik yang penting mencakup kegiatan sebagai berikut:
 Menetapkan rencana penelitian sistem
 Mengorganisasikan tim proyek
 Mendefinisikan kebutuhan informasi
 Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
 Menyiapkan usulan rancangan sistem
 Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan sistem
Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-masalah penting yang harus
segera ditangani, analisis penyebab dan dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa
kemungkinan skenario pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta
potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.
3. Tahap Desain
Tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis atau manajemen melakukan
perancangan komponen-komponen sistem terkait. Tim teknologi informasi akan melakukan
perancangan teknis dari teknologi informasi yang akan dibangun, seperti sistem basis data,
jaringan komputer, teknik koversi data, metode migrasi sistem, dan sebagainya. Sementara
itu, secara paralel dan bersama-sama tim bisnis atau manajemen, dan tim teknologi informasi
akan melakukan perancangan terhadap komponenkomponen organisasi yang terkait, seperti:
standard operating procedures (SOP), struktur organisasi, kebijakan-kebijakan, teknik
pelatihan, pendekatan SDM, dan sebagainya. Langkah-langkah tahap rancangan sistem
mencakup :
a. Menyiapkan detail rancangan sistem
b. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi/rancang bangun sistem
c. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem
d. Memilih konfigurasi terbaik
e. Menyiapkan usulan penerapan/aplikasi
f. Menyetujui atau menolak aplikasi sistem

4. Tahap Konstruksi
Dari semua tahapan yang ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya paling banyak
melihatkan sumber daya terbesar, terutama dalam hal penggunaan SDM, biaya, dan waktu.
Pengendalian terhadap manajemen proyek pada tahap konstruksi harus diperketat agar
penggunaan sumber daya dapat efektif dan efisien. Bagaimanapun, hal ini akan berdampak
terhadap keberhasilan proyek sistem informasi yang diselesaikan secara tepat waktu. Akhir
dari tahap konstruksi biasanya berupa uji coba atas sistem informasi yang baru
dikembangkan.

5. Tahap Implementasi
Secara umum tujuan dari tahapan ini adalah untuk melaksanakan uji coba atas konsep
pengembangan sistem yang telah disusun. Dalam tahapan ini kegiatan dititikberatkan pada
penelitian apakah konsep sistem yang telah disusun itu dapat dilaksanakan dengan
benar/tidak. Keluaran yang dihasilkan adalah suatu rekomendasi uji coba atas hasil penelitian
selama pelaksanaan uji coba dalam jangka waktu tertentu. Pekerjaan utama dalam
implementasi sistem biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut :
 Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi
 Mengumumkan rencana implementasi
 Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak
 Menyiapkan database
 Menyiapkan fasilitas fisik
 Memberikan pelatihan dan workshop
 Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem)
 Penggunaan sistem baru
Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat sebelum
tahap implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi risiko kegagalan, pemberian pelatihan
juga berguna untuk menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan.
Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah menerima sistem tersebut dan
memeliharanya dengan baik di masa-masa mendatang.

6. Tahap Pasca Implementasi


Seperti halnya sumber daya yang lain, sistem informasi akan mengalami perkembangan di
kemudian hari. Hal-hal seperti modifikasi sistem, berpedoman ke sistem lain, perubahan hak
akses sistem, penanganan terhadap fasilitas pada sistem yang rusak, merupakan contoh dari
kasus-kasus yang biasanya timbul dalam pemeliharaan sistem. Disinilah diperlukan
dokumentasi yang memadai dan pemindahan pengetahuan dari pihak penyusun sistem
kepengguna untuk menjamin terkelolanya dengan baik proses-proses pemeliharaan sistem.
Dari perspektif manajemen, tahap pasca-implementasi adalah berupa suatu aktivitas di mana
harus ada personil atau divisi yang dapat melakukan perubahan atau modifikasi terhadap
sistem informasi sejalan dengan perubahan kebutuhan bisnis yang dinamis.
E. Durasi Pengembangan Sistem
Sebagaimana sudah dijelaskan, pengembangan sistem informasi meliputitahap-tahap
yang telah diuraikan sebelum ini, dimana pengembangan sistem selalu terjadi secara
inkremental. Pengembangan sistem baru biasanya diawali dari suatu ketidakjelasan. Dari
berbagai model pengembangan yang ada, kita harus menggunakan model pengembangan
yang dapat membantu kita untuk mencapai proses pengembangan yang mantap. ldealnya,
untuk mencapai maksud tersebut, kita seharusnya bekerja cukup lama dalam tahap analisis,
untuk memahami sistem secara keseluruhan. Akan tetapi, di tahap ini kita tidak boleh terlalu
lama membahas hal-hal rinci yang sebenarnya akan dimodifikasi dalam tahap berikutnya,
yaitu perancangan. Dengan kata lain, sebenarnya, secara relatif sebagian besar waktu yang
dicurahkan dalam pengembangan sistem adalah pada tahap analisis.

Dalam pengembangan sistem, pada awalnya hanya sedikit saja SDM yang terlibat,
yaitu dalam tahap analisis dan perancangan. Aktivitas ini biasanya dilakukan secara berulang.
Ketika struktur sistem semakin mantap, semakin banyak SDM dilihatkan dalam implementasi
dan pengujian. Namun, sering kali terjadi, aktivitas analisis dan perancangan terjadi juga
ketika pengujian dilakukan. Pada tahap ini, perubahan penting dalam analisis dan
perancangan harus dilakukan.
F. Cara Mengembangkan S.I
Ada banyak cara dalam mengembengkan sistem informasi, seperti
insourcing,prototyping, pemakai paket perangkat lunak.

1. Insourcing
Merupakan pekerjaan yang dilakukan dengan memanfaatkan spesialis yang ada dalam
perusahaan tersebut. Contohnya adalah usaha pengembangan ICT dalam perusahaan, dengan
membentuk divisi khusus yang berkompeten di bidangnya, seperti departemen EDP
(Electronic Data Processing). Pada umumnya, alasan utama dari penerapan in-sourcing
adalah faktor biaya.
Keuntungan pengembangan sistem informasi melalui pendekatan in-sourcing
a. Perusahaan dapat mengontrol sistem informasinya sendiri.
b. Biaya untuk pekerja dalam perusahaan biasanya lebih
c. Mengurangi biaya operasional perusahaan, seperti transport dan lain-lain.
d. Kedekatan departemen IT dan end user akan mempermudah komunikasi dalam
pengembangan sistem.
e. Pengembangan sistem dilakukan oleh orang IT, sehingga penerapan software/hardware
relatif lebih sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
f. Biaya yang lebih murah karena tidak ada kontrak.
g. Respon yang cepat ketika terjadi masalah dalam sistem karena yang menangani masih
dalam perusahaan yang sama .
h. Fleksibel, karena perusahaan dapat meminta perubahan sistem pada karyawannya sendiri
tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.
Kelemahan Penggunakan in-sourcing
a. Perusahaan perlu memperhatikan masalah investasi dari pengembangan sistem
informasi, jangan sampai pengembangan memakan waktu terlalu lama yang akan
memangkas biaya lebih lagi.
b. Mengurangi fleksibilitas strategi.
c. Supplier yang berpotensi memberikan produk dan layanan yang mahal.
d. Kinerja karyawan cenderung menurun ketika sudah menjadi pegawai tetap, karena faktor
kenyamanan yang dimiliki pegawai tetap.
e. Tidak ada batasan biaya dan waktu yang jelas, karena tidak ada target.
f. Kebocoran data yang dilakukan oleh karyawan IT, dikarenakan tidak ada reward dan
punishment yang jelas.
g. End user tidak terlibat secara langsung, sehingga terdapat kemungkinan hasil
implementasi sistem tidak sesuai dengan kebutuhan end user.
2. Prototyping
Merupakan suatu pendekatan yang membuat suatu model yang memperlihatkan fitur-fitur
suatu produk, layanan, atau sistem usulan. Modelnya dikenal dengan sebutan prototipe.
Keuntungan pengembangan sistem informasi melalui pendekatan Prototyping
a. End user dapat berpartisipasi aktif
b. Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan
c. Mempersingkat waktu pengembangan SI
d. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan
e. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan
f. Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan sistem
g. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem
h. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya.
Kelemahan penggunaan prototyping
a. Proses analisis dan perancangan terlalu singkat
b. Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah
c. Bisanya kurang fleksible dalam mengahadapi perubahan
d. Prototype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah

3. Pemakai paket perangkat lunak


Pada prakteknya, sebuah paket perangkat lunak seringkali belum sesuai dengan semua
kebutuhan perusahaan. Namun, adakalanya kemampuan yang ditawarkan sebuah paket
perangkat lunak jauh melebihi dari kebutuhan. Oleh karena itu, diperlukan pula tindakan
untuk mengidentifikasi perbedaan antara kemampuan yang ditawarkan paket perangkat lunak
dengan kebutuhan perusahaan. Pada keadaan seperti ini, tentu saja modul-modul yang
sekiranya belum diperlukan dapat tidak dibeli.
Keuntungan pengembangan sistem informasi melalui pemakaian perangkat lunak
a. Menurangi kerja untuk perancangan, pemprograman, installasi dan pemeliharaan
b. Dapat menghemat waktu dan biaya jika yang dikembangkan adalah aplikasi bisnis yang
umum
c. Mengurangi kebutuhan sumber daya internal bidang sistem informasi
Kelemahan
a. Kemungkinan tidak cocok dengan kebutuhan organisasi yang bersifat unik
b. Kemungkinan tidak dapat melakukan beberapa fungsi bisnis dengan baik
c. Pencocokan dengan kebutuhan menaikan biaya pengembangan
4. Selfsourcing
Merupakan suatu model pengembangan dan dukungan sistem teknologi informasi yang
dilakukan oleh para pekerja pada suatu area fungsional dalam organisasi dengan sedikit
bantuan dari pihak spesialis sistem informasi atau tanpa sama sekali. Model ini juga dikenal
dengan end-user computing atau end-user development.
Keuntungan
a. Pemakai mengendalikan pembuatan sistem
b. Menghemat waktu dan biaya pengembangan
c. Mengurangi ketertinggalan aplikasi yang dikehendaki
Kelemahan
a. Dapat membuat sistem informasi berkembang biak tanpa dapat dikendalikan
b. Sistem tidak selalu memenuhi dengan standar jaminan mutu

5. Outsourcing
Pelimpahan suatu proses bisnis kepada pihak di luar organisasi yang dianggap mahir dibidang
tersebut. Perusahaan mengambil pendekatan ini untuk lebih fokus meningkatkan performa
“core competency” perusahaan. Misalnya perusahaan konsultan keuangan dengan 100
karyawan, yang menyerahkan urusan terkait IT, termasuk penyewaan, pemeliharaan
komputer, pembuatan program dan sebagai, kepada suatu perusahaan outsource IT,
sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak lain.
Keuntungan perusahaan yang menggunakan pendekatan outsource dalam mengembangkan
sistem informasinya adalah :
a. Perusahaan dapat lebih fokus pada bisnis intinya.
b. Dapat melakukan alih skill dan kepandaian yang berasal dari perusahaan atau organisasi
lain dalam mengembangkan produk yang diinginkan.
c. Dapat memprediksi biaya yang dikeluarkan di masa datang
d. Sistem yang dibangun perusahaan outsource biasanya merupakan teknologi yang
terbaru,sehingga dapat menjadi competitive advantage bagi perusahaan pengguna.
e. Dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
f. Bahasa pemrograman dan database disesuaikan dengan software yang sudah ada,
sehingga menjadi seragam
g. Dapat diintegrasikan dengan software yang telah ada, karena staff IT mengetahui source
codenya. Dengan tambahan keuntungan yaitu ditangani oleh tim yang lebih profesional
di bidangnya, sehingga software yang dikembangkan lebih bagus kualitasnya.
h. Secara keseluruhan pendekatan outsourcing termasuk pendekatan dengan biaya yang
rendah dibandingkan dengan insourcing, karena risiko kegagalan dapat diminimalisir
Kelemahan perusahaan yang menggunakan pendekatan outsource antara lain :
a. Biayanya lebih mahal dibandingkan mengembangkan sendiri
b. Kurangnya perusahaan dalam mengerti teknik sistem informasi agar bisa dikembangkan
di masa yang akan datang
c. Menurunkan kontrol perusahaan terhadap SI yang dikembangkan.
d. Informasi-informasi yang berhubungan dengan perusahaan kadang diperlukan oleh pihak
pengembang aplikasi, dan kadang informasi penting juga perlu diberikan, hal ini akan
menjadi ancaman bagi perusahaan bila bertemu dengan pihak pengembang yang nakal.
e. Ketergantungan dengan perusahaan lain yaitu perusahaan pengembang sistem informasi
akan terbentuk.
G. Masalah dan Tantangan dalam Implementasi Pengembangan S.I
Sebuah program aplikasi yang baik tidak hanya menterjemahkan proses manual ke dalam
system dalam bentuk medianya tetapi meliputi proses yang terdapat didalamnya dengan
memberikan kemudahan bagi penggunanya dan tentu saja memberikan nilai tambah bagi
perkembangan suatu organisasi. Perubahan proses akan mengubah SOP (Standard
Operasional Procedure) yang sudah ada, dan tentu saja akan melibatkan orang-orang yang
ada didalamnya.
Tantangan dalam implementasi pengembangan system informasi adalah orang-orang
yang terlibat dalam pengembangan system informasi yaitu departemen operasional sebagai
end-user dan IT sebagai pengembang dan tentu saja sebagai support dan manajemen sebagai
leader yang membuat definisi goal yang akan dicapai. Jika system yang akan di-
implementasikan adalah system informasi yang terintegrasi maka tantangannya akan sangat
besar karena meliputi keseluruhan organisasi yang bisa saja melibatkan pihak eksternal.
Masalah yang dihadapi dalam implementasi tersebut biasanya adalah sebagai berikut :
1. Pengguna tidak mengetahui kemampuan teknologi yang dapat digunakan untuk
membantu proses bisnis yang dikerjakannya setiap hari, dan pada tahap analisa developer
juga tidak mengetahui benar-benar proses bisnis yang berlangsung atau juga karena
standard dari developer yang kurang dalam membuat program sehingga program yang
dihasilkan adalah program yang baik dari kacamata developer bukan dari kedua belah
pihak. Karena ketidak tahuan pengguna maka masalah ini bisa diabaikan dimana
pengguna juga tidak keberatan dengan program yang diberikan untuk digunakan.
2. Kedua belah pihak tidak memahami asumsi dan ketergantungan yang ada dalam system
dan bisnis proses, sehingga pada tahap implementasi jika ada bagian dari proses bisnis
yang belum di cover oleh system dan kemudian dibuatkan fungsi baru yang ternyata
menimbulkan masalah, dan penyelesaian masalah menimbulkan masalah baru seperti
melakukan tambal sulam yang berakibat pada benang kusut akan membuat suatu aplikasi
yang tidak dapat di andalkan. Dan aplikasi hanya dibuat sebagai program untuk
melakukan entry data.
3. Dalam implementasi system terintegrasi, dimana pengguna tidak dapat menjadikan
implementasi sebagai prioritas pertama, dimana pengguna yang sudah disibukkan dengan
kegiatan operasional akan berpura-pura menyetujui, menjalankan dan mengikutinya
tetapi pada kenyataannya semuanya tidak berjalan sesuai dengan harapan. Akan
membutuhkan CETL yang lama jika dijadikan sebagai resource untuk aplikasi BI.
Operasional adalah departemen yang secara langsung memberikan kontribusi nilai
terhadap suatu organisasi; mencetak penjualan, memberikan pelayanan kepada pelanggan dan
lain sebagainya, sedangkan IT adalah departemen support untuk operasional. Walaupun ada
beberapa ahli yang mengatakan implementasi ERP lebih sulit dibandingkan membangun
pabrik baru atau memasarkan produk baru, saya tidak bisa membayangkan jika operasional
bekerja tanpa dibantu dengan system, dan jika IT memaksakan implementasi tanpa
mempertimbangkan asumsi dan ketergantungan dalam proses bisnis maka bukannya
menambah nilai tetapi hanya menjadi beban bagi operasional dan berimbas mengurangi nilai
organisasi.
Jika kedua belah pihak tidak terjalin kerjasama yang baik maka akan menciptakan
kondisi deadlock, dimana user tidak dapat menjelaskan kebutuhannya, dan UATtidak ada
atau terkesan dipaksakan sehingga data pada aplikasi tidak sesuai dan tidak bisa diandalkan.
Dengan demikian kepemimpinan manajemen sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan
ini. Dan perlu diketahui bersama, teknologi hanya bersifat membantu bukan menggantikan
karena seperti anda ketahui ‘there is no brain and heart inside’ sehingga pengembangan
system informasi bersifat kontinyu, dan mungkin akan ada asumsi dan ketergantungan yang
tidak dapat diterjemahkan kedalam system dan ini semua tentang people power untuk
kehidupan yang lebih baik.
KESIMPULAN
Setelah membaca uraian di atas maka dapat saya simpulkan, ada beberapa faktor yang
memengaruhi pengembangan sistem informasi baik dari intrenal maupun eksternal. Faktor-
faktor tersebut yaitu teknologi eksternal dan internal, serta bisnis eksternal maupun internal.
Bisnis eksternal menyangkut tentang pasar, pelanggan, perusahaan, pemerintah,
dan perangkat hukum. Sedangkan bisnis internal meliputi struktur organisasi, infrastruktur
atau aset, proses, sumber daya manusia, serta budaya perusahaan. Adapun teknologi eksternal
yaitu ilmu pengetahuan, dan teknologi yang berkembang dalam lingkungan eksternal
organisasi. Dan teknologi internal meliputi software, hardware, aplikasi, dan infrastruktur.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, ada pula faktor pertimbangan dalam
perencanaan sistem. Di antaranya yaitu lingkungan di mana organisasi harus melakukan
fungsi, struktur organisasi hirarki, spesialisasi, standar prosedur operasi, budaya dan politik
organisasi, riwayat organisasi: investasi dalam bidang teknologi informasi yang telah
dilakukan, skill yang dimiliki, program-program penting, dan sumberdaya manusia,
dan lain-lain. Juga ada pendekatan pengembangan sistem informasi, serta tahap
pengembangan sistem informasi.
Jadi kesimpulan yang saya ambil dari tugas artikel ini adalah perkembangan sistem
informasi sudah ada sejak zaman dahulu, namun tidak sepesat seperti sekarang ini. Majunya
pengembangan sistem informasi dipengaruhi oleh canggihnya teknologi yang semakin waktu
kian pesat, serta tingginya kebutuhan masyarakat, maka semakin cepat pula sistem informasi
berkembang.
Informasi sangat bermanfaat bagi manusia karena dapat membantu dalam pekerjaan
sehari-hari, dan teknologi informasi akan lebih membantu manusia untuk mendapatkan
banyak informasi. Walau begitu seiap pengguna teknologi informasi harus menggunakannya
dengan semestiya dan tidak merugikan siapapun.
Sebuah informasi yang baik dapat dihasilkan oleh sebuah sistem informasi yang baik
pula. Pengembangan sistem informasi berguna untuk meningkatkan kualitas informasi yang
dihasilkan. Dengan melakukan pengembangan sistem informasi dapat memperbaiki
kesalahan- kesalahan atau problem pada sistem informasi dan dapat menghemat biaya
pengeluaran bagi sebuah perusahaan atau organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen : Pengembangan
Sistem Informasi. FEB – Universitas Mercu Buana : Jakarta.
Falahah, Dhewanto Wawan , ERP Menyelaraskan Teknologi Informasi dengan Strategi
Bisnis, Informatika, Bandung, 2007
http://farid52e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2015/02/02/pengembangan-sistem-informasi-
perusahaan-dengan-pendekatan-sistem-insourcing-outsourcing/
https://goindoti.blogspot.com/2016/08/pengembangan-sistem-informasi.html
https://www.kompasiana.com/unita/54ffa59ca333110f4551128d/tantangan-implementasi-
pengembangan-sistem-informasi-operasional-dan-ti-dibawah-kepemimpinan-manajemen

Anda mungkin juga menyukai