Anda di halaman 1dari 4

Mie sedAAp (vs) Mie sedAAAp : Contoh Pertarungan HAKI di Indonesia

21 Comments

Pernahkah kita menyadari ada dua jenis mie sedap yang beredar di pasaran ; yang satu
mie sedaap dengan dua huruf “a”, yang satu lagi mie sedaaap dengan 3 huruf “a”? Mungkin
banyak yang ga sadar kalo kedua produk mie sedap itu berbeda dan keduanya berada di
pasaran.

Toh yang kita tangkap selama ini melalui iklan-iklan di TV hanyalah kata-kata yang terdengar
sebagai “mie sedap”, tanpa membedakan berapa jumlah huruf “a”-nya. Ketika kita
membicarakan kedua produk ini pun, juga tak akan terdengar perbedaan panjang harokat
dari mie sedaap (yang seharusnya dibaca dua harokat) dan mie sedaaap (yang seharusnya
dibaca 3 harokat) {kok jadi kayak lagi di pengajian gini yak? 8) }.

Nah, sekarang kita mulai membicarakan keduanya dari sisi HAKI (Hak Atas kekayaan
Intelektual) yang lebih menjurus kepada paten atau trademark (merek dagang) produk mie
sedap.

Untuk produk mie sedaap yang pertama, merupakan produk dengan merek “mie sedap”
yang lebih dahulu muncul, dimana perusahaan WINGSFOOD lah yang memproduksinya.
Sedangkan pesaingnya, yaitu mie sedaaap adalah yang kedua (merk tiruan) yang diproduksi
oleh SUPERMI. Pertanyaan utama yang harus dijawab adalah “kenapa perusahaan pembuat
produk bermerk mie sedaap (WINGSFOOD) tidak menuntut kepada perusahaan pembuat
produk mie sedaaap (SUPERMI)?”. Padahal, jikalau perusahaan pioneer ini menuntut ke
perusahaan imitator, maka persaingan pasar produk bermerek “mie sedap” akan
dimenangkan.

Berbagai jawaban muncul ketika dosen menyampaikan pertanyaan ini di salah satu
perkuliahan teknik industri (sistem pengembangan produk). Ada yang beragumen kalau
sang pioneer menikmati hasil dari iklan yang dibuat perusahaan imitator. Dikarenakan
Supermi memang lebih terkenal dan berfokus pada produk mi, maka Wingsfood mendapat
keuntungan karena “sedap” diiklankan juga oleh Supermi. — Tapi, bukannya justru akan
berbalik yah? Konsumen akan memilih produk yang memang dibuat oleh perusahaan yang
lebih terkenal akan produk mie dibanding perusahaan Wingsfood yang baru-baru ini saja
membuat produk mie.

Argumen lainnya ialah karena masalah prestise. Wingsfood yang sebelumnya tidak pernah
membuat mie, ternyata berhasi menjadi pioner merk dagang mie sedap mengalahkan
Supermi. Hal ini menyebabkan Wingsfood tidak menuntut Supermi agar mengharap
konsumen “memuja-muja” pioneer. — Tapi apakah benar dengan menganggap ini sebuah
prestise lantas Wingsfood membiarkan begitu saja merk dagang nya dicontek? Toh sebagian
besar konsumen ga sadar kalo ada dua produk mie sedap di pasaran. Bukannya justru lebih
baik Wingsfood menuntut sehingga dia bisa menghilangkan Mie sedAAp (vs) Mie sedAAAp :
Contoh Pertarungan HAKI di Indonesia

 21 Comments

     Pernahkah kita menyadari ada dua jenis


mie sedap yang beredar di pasaran ; yang satu mie sedaap dengan dua huruf “a”, yang satu
lagi mie sedaaap dengan 3 huruf “a”? Mungkin banyak yang ga sadar kalo kedua produk
mie sedap itu berbeda dan keduanya berada di pasaran.

Toh yang kita tangkap selama ini melalui iklan-iklan di TV hanyalah kata-kata yang terdengar
sebagai “mie sedap”, tanpa membedakan berapa jumlah huruf “a”-nya. Ketika kita
membicarakan kedua produk ini pun, juga tak akan terdengar perbedaan panjang harokat
dari mie sedaap (yang seharusnya dibaca dua harokat) dan mie sedaaap (yang seharusnya
dibaca 3 harokat) {kok jadi kayak lagi di pengajian gini yak? 8) }.

Nah, sekarang kita mulai membicarakan keduanya dari sisi HAKI (Hak Atas kekayaan
Intelektual) yang lebih menjurus kepada paten atau trademark (merek dagang) produk mie
sedap.
Untuk produk mie sedaap yang pertama, merupakan  produk dengan merek “mie sedap”
yang lebih dahulu muncul, dimana perusahaan WINGSFOOD lah yang memproduksinya.
Sedangkan pesaingnya, yaitu mie sedaaap adalah yang kedua (merk tiruan) yang diproduksi
oleh SUPERMI. Pertanyaan utama yang harus dijawab adalah “kenapa perusahaan pembuat
produk bermerk mie sedaap (WINGSFOOD) tidak menuntut kepada perusahaan pembuat
produk mie sedaaap (SUPERMI)?”. Padahal, jikalau perusahaan pioneer ini menuntut ke
perusahaan imitator, maka persaingan pasar produk bermerek “mie sedap” akan
dimenangkan.

Berbagai jawaban muncul ketika dosen menyampaikan pertanyaan ini di salah satu
perkuliahan teknik industri (sistem pengembangan produk). Ada yang beragumen kalau
sang pioneer menikmati hasil dari iklan yang dibuat perusahaan imitator. Dikarenakan
Supermi memang lebih terkenal dan berfokus pada produk mi, maka Wingsfood mendapat
keuntungan karena “sedap” diiklankan juga oleh Supermi. — Tapi, bukannya justru akan
berbalik yah? Konsumen akan memilih produk yang memang dibuat oleh perusahaan yang
lebih terkenal akan produk mie dibanding perusahaan Wingsfood yang baru-baru ini saja
membuat produk mie.

Argumen lainnya ialah karena masalah prestise. Wingsfood yang sebelumnya tidak pernah
membuat mie, ternyata berhasi menjadi pioner merk dagang mie sedap mengalahkan
Supermi. Hal ini menyebabkan Wingsfood tidak menuntut Supermi agar mengharap
konsumen “memuja-muja” pioneer. — Tapi apakah benar dengan menganggap ini sebuah
prestise lantas Wingsfood membiarkan begitu saja merk dagang nya dicontek? Toh sebagian
besar konsumen ga sadar kalo ada dua produk mie sedap di pasaran. Bukannya justru lebih
baik Wingsfood menuntut sehingga dia bisa menghilangkan pesaingnya?

Ada pula yang beragumen bahwa Mie Sedaap Wingsfood tak perlu takut menghadapi Mie
Sedaaap Supermi karena masalah rasa. Untuk yang ini saya setuju karena bagi saya mie
sedaap memang lebih enak dibanding mie sedaaap. — Tapi, masalah rasa ini khan kembali
kepada selera/cita rasa konsumen. Bisa jadi konsumen yang lain justru lebih menyukai mie
sedaaap-nya Supermi karena lebih terbiasa mengkonsumsi produk supermi dibanding mie
dari perusahaan lain.

Berbagai jawaban lainnya muncul, tapi ternyata alasan yang paling mungkin ialah karena
pertarungan paten (menurut dosen saya loh, bukan saya). Memang benar Wingsfood
merupakan pemilik merk dagang “mie sedap” dan dapat menuntut Supermi. Tapi, apa
jadinya jika Supermi menuntut juga kepada Wingsfood? nah lo, emangnya ada yang bisa
dituntut oleh Supermi ke Wingsfood? Tentu ada, yaitu masalah paten produknya. Boleh lah
Wingsfood punya merk dagang “mie sedap”, tapi khan soal asal muasal mie itu sendiri, yang
punya khan si Supermi. Jadi, kalo Wingsfood berani macem-macem nuntut hak merk
dagang, maka Supermi akan ngebales dengan menuntut hak paten produk (mie, tepung

yang digunakan). Makanya, mendingan damai aja lah ya   !

pesaingnya?

Ada pula yang beragumen bahwa Mie Sedaap Wingsfood tak perlu takut menghadapi Mie
Sedaaap Supermi karena masalah rasa. Untuk yang ini saya setuju karena bagi saya mie
sedaap memang lebih enak dibanding mie sedaaap. — Tapi, masalah rasa ini khan kembali
kepada selera/cita rasa konsumen. Bisa jadi konsumen yang lain justru lebih menyukai mie
sedaaap-nya Supermi karena lebih terbiasa mengkonsumsi produk supermi dibanding mie
dari perusahaan lain.

Berbagai jawaban lainnya muncul, tapi ternyata alasan yang paling mungkin ialah karena
pertarungan paten (menurut dosen saya loh, bukan saya). Memang benar Wingsfood
merupakan pemilik merk dagang “mie sedap” dan dapat menuntut Supermi. Tapi, apa
jadinya jika Supermi menuntut juga kepada Wingsfood? nah lo, emangnya ada yang bisa
dituntut oleh Supermi ke Wingsfood? Tentu ada, yaitu masalah paten produknya. Boleh lah
Wingsfood punya merk dagang “mie sedap”, tapi khan soal asal muasal mie itu sendiri, yang
punya khan si Supermi. Jadi, kalo Wingsfood berani macem-macem nuntut hak merk
dagang, maka Supermi akan ngebales dengan menuntut hak paten produk (mie, tepung
yang digunakan). Makanya, mendingan damai aja lah ya !

Anda mungkin juga menyukai