Sebagai sebuah ilmu, desain grafis juga memiliki sejumlah aturan untuk menyusun berbagai elemen desain hingga menjadi
sebuah desain yang dapat menarik perhatian orang yang melihatnya.
Meskipun sifatnya tidak mutlak, namun penggunaan prinsip desain bisa dijadikan sebagai panduan terbaik jika Anda ingin
menghasilkan desain menarik. Berikut ini ada 7 prinsip desain grafis yang perlu Anda ketahui & pelajari.
Pada dasarnya, prinsip desain grafis merupakan metode yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan desain yang dilakukan
oleh seorang desainer grafis profesional. Sudut pandang yang dilihat oleh orang awam dan seorang profesional di bidang desain
grafis tentu berbeda.
Pada orang awam prinsip desain bukanlah suatu hal yang penting, sebab mereka hanya melihat desain secara keseluruhan.
Sedangkan seorang desainer grafis profesional akan berusaha membuat desain yang mampu menyajikan kreativitas berdasar
pada prinsip desain, sebab mereka tidak sembarangan dalam mendesain tanpa pertimbangan yang matang apalagi jika
berpotensi merusak proyek desain yang sedang dikerjakannya.
Contohnya jika Anda awam terhadap ilmu desain grafis yang termasuk di dalamnya mempelajari 7 prinsip desain grafis maka
Anda akan dengan mudahnya menghamburkan kreativitas pada selembar desain. Jika Anda menggunakan 5 jenis font dan
warna sekaligus akan membuat desain yang Anda buat menjadi terlihat kacau.
Oleh sebab itu, seorang desainer grafis profesional susah seharusnya memiliki kemampuan untuk dapat mengolah berbagai
prinsip desain grafis tersebut agar dapat menghasilkan sebuah desain yang bukan hanya terlihat bagus dari segi estetika namun
juga efektif untuk mencuri perhatian orang yang melihatnya sehingga pesan dalam desain tersebut juga lebih mudah
tersampaikan.
Keseimbangan (Balance)
Satu hal yang perlu Anda ketahui dalam sebuah desain adalah setiap elemennya memiliki bobot. Dalam hal ini bobot yang
dimaksud bisa berupa warna, bentuk, ukuran serta tekstur. Jadi, ketika Anda mempelajari keseimbangan dalam suatu desain
maka Anda akan mempelajari agar penempatan elemen pada desain tersebut terlihat seimbang.
Penempatan elemen pada sebuah desain, harus dilakukan dengan pertimbangan yang matang, hindari penempatan elemen
yang terhambur secara sembarangan atau penempatan elemen yang hanya berkumpul di satu titik saja. Hal tersebut perlu
dilakukan agar tercipta kesatuan desain yang membuat semua elemen pada desain tersebut terlihat penting.
Contoh penempatan elemen pada sebuah desain yang tidak mengikuti salah satu dari 7 prinsip desain grafis terkait
keseimbangan adalah memaksakan untuk menempatkan elemen berbobot tinggi hanya pada satu titik saja. Hal seperti itu
hanya akan menimbulkan kesan negatif sebab menyiratkan bahwa bagian lain pada desain tersebut bukan elemen yang penting.
Suatu desain jika dibuat tanpa mengindahkan prinsip desain keseimbangan, maka akan membuat orang yang melihat desain
tersebut malah tidak fokus terhadap desain yang Anda buat. Oleh sebab itu, agar nyaman untuk dilihat serta mudah untuk
dipahami, sebuah desain grafis harus memenuhi prinsip desain keseimbangan.
Berbicara mengenai keseimbangan, sebenarnya dalam ilmu desain grafis prinsip keseimbangan itu tidak bisa diukur namun
dapat dirasakan, sebab keseimbangan dalam desain merupakan keadaan yang membuat sebuah karya tersusun atas sejumlah
bagian yang tidak saling membebani satu sama lain. Prinsip keseimbangan dalam desain grafis terdiri dari 2 pendekatan dasar,
yaitu:
Keseimbangan Simetris
Susunan elemen yang dimulai dari pusat dan kemudian disusun sedemikian rupa agar terlihat merata antara sisi kiri dan kanan.
Desain yang simetris akan menciptakan keseimbangan lewat penempatan elemen desain yang memiliki bobot sama yang
disejajarkan pada kedua sisi dari garis tengah.
Keseimbangan Asimetris
Asimetris kebalikan dari simetris, pada dasarnya jenis pendekatan dasar keseimbangan asimetris ini adalah pengaturan yang
berbeda dengan bobot elemen yang sama pada setiap sisi halaman. Sementara itu untuk unsur penyeimbangnya ada beberapa
unsur yang digunakan yaitu, warna, ukuran, bentuk serta teksturnya.
Jadi, contohnya seperti penggunaan bobot elemen secara berlawanan dalam sebuah desain namun dengan cara
mengkontraskan antara satu elemen berbobot besar dengan sejumlah elemen yang bobotnya lebih kecil, sehingga walaupun
komposisinya tidak merata namun masih terlihat kesetimbangan dalam sebuah desain tersebut.
Bila disimpulkan, desain grafis yang menggunakan pendekatan dasar dari prinsip desain keseimbangan simetris memang lebih
menyenangkan walaupun penggunaan yang terlalu sering akan membuat desain menjadi terlihat membosankan. Sedangkan,
asimetris lebih berani walau memang diperlukan kehati-hatian yang ekstra untuk membuatnya terlihat memiliki kesetimbangan.
Penekanan (Emphasis)
Penekanan (Emphasis) yang merupakan salah satu dari 7 prinsip desain grafis ini mengacu pada adanya pemberian fokus untuk
satu bagian tertentu dalam sebuah desain.
Misalnya saja, jika Anda membuat sebuah poster untuk sebuah acara seminar, maka Anda perlu terlebih dahulu menyusun
beberapa bagian dalam bentuk pertanyaan, diantaranya seperti:
Informasi apa yang pertama kali diperlukan untuk diketahui oleh orang yang melihat poster tersebut?
Jika, nama pembicara seminar adalah informasi yang menurut Anda paling penting dalam sebuah desain poster yang Anda buat
tersebut, maka letakkan informasi tersebut di bagian tengah poster agar menjadikannya sebagai elemen yang bobotnya paling
besar pada poster tersebut.
Selain itu, tentunya Anda juga perlu menggunakan kombinasi warna sehingga informasi paling penting tersebut akan lebih
terlihat menonjol.
Penekanan (Emphasis) juga terdiri dari beberapa jenis, diantaranya seperti:
Hierarki
Jika Anda memiliki beberapa unsur yang akan dimasukkan dalam desain Anda, maka penekanan bisa diberikan melalui jenis
penekanan hierarki. Contohnya seperti penulisan pesan utama yang ditulis dengan font dengan warna berbeda atau font yang
ditebalkan.
Selain itu, Anda juga bisa menulis pesan utama dalam desain poster dengan cara menempatkannya di bagian atas poster
ataupun Anda juga bisa menggunakan bingkai khusus.
Cara penekanan (emphasis) seperti ini akan membuat mata orang yang melihat desain poster tersebut akan langsung tertuju ke
bagian pesan utama yang telah diberi salah satu dari 7 prinsip desain yaitu penekanan jenis hierarki.
Selain mempelajari tentang ketiga jenis dari salah satu 7 prinsip desain grafis mengenai penekanan (emphasis) tersebut, Anda
sebaiknya juga perlu mempelajari cara mengkombinasikan pilihan warna sehingga Anda bisa lebih memfokuskan pada elemen
paling penting dalam sebuah desain.
Misalnya seperti Anda bisa memberikan warna putih pada tulisan pesan yang berisi nama pembicara seminar, tempat dan waktu
seminar dan harga tiket untuk mengikuti seminar tersebut.
Sementara Anda bisa memberikan warna latar belakang desain poster dengan warna merah yang tentunya akan membuat
desain poster tersebut terlihat kontras.
Kontras
Jenis penekanan (emphasis) lainnya pada prinsip desain grafis adalah kontras. Prinsip desain ini memungkinkan untuk
menempatkan dua unsur desain yang saling bertentangan antara yang satu dengan lainnya.
Contohnya seperti gelap dan terang atau hitam dan putih. Menggunakan penekanan dalam bentuk kontras akan membuat Anda
bisa lebih mudah dalam pengaturan pesan yang terkandung dalam desain sebuah poster, agar lebih mudah ditangkap pesannya
oleh orang yang melihatnya.
Penggunaan prinsip desain penekanan (emphasis) jenis kontras ini akan memudahkan Anda untuk mengarahkan orang yang
melihat sebuah desain untuk langsung tertuju arah pandangannya ke bagian paling penting pada desain tersebut.
Regular
Regular merupakan pola pengulangan yang memiliki bentuk dan jarak yang sama. Biasanya, pola pengulangan yang seperti ini
sering digunakan untuk desain bingkai.
Flowing (Mengalir)
Pola pengulangan yang flowing atau mengalir ini sesuai namanya akan menimbulkan kesan bergerak dan dinamis. Biasanya, pola
pengulangan seperti ini dapat terbentuk dengan menggunakan garis, kurva, spiral dan juga bentuk lingkaran.
Progresif /Gradual
Pola pengulangan dalam bentuk progresif/gradual adalah dengan menyertakan perubahan bentuk yang terjadi dalam setiap
tahapannya.
Sementara itu, ritme (rhythm) digunakan untuk mengatur pengulangan yang lebih terstruktur sehingga hasil dari desain tersebut
lebih berseni. Ada beberapa jenis ritme yang perlu diketahui, yaitu linear, bergantian, dan gradasi.
Gerakan (Movement)
Salah satu dari 7 prinsip desain grafis yang berikutnya adalah gerakan (movement), yang merupakan pengendalian elemen
dalam sebuah komposisi desain grafis. Hal tersebut akan membuat orang yang melihatnya seakan-akan diarahkan untuk
berpindah dari satu elemen ke elemen lainnya.
Bila sudah seperti itu, maka pesan atau informasi yang ingin disampaikan kepada setiap orang yang melihat desain tersebut akan
lebih tepat sasaran. Hal tersebut disebabkan karena, orang yang melihat hasil dari desain grafis tersebut melihat secara
keseluruhan, dan prinsip desain grafis yang berkaitan dengan gerakan ini akan dapat menciptakan narasi dan cerita yang
terkandung dalam desain grafis tersebut.
Contohnya seperti sebuah poster dari sebuah acara seminar yang akan digelar di lokasi ini, waktu dan nama pembicaranya,
lengkap dengan syarat untuk bisa menuju ke lokasi.
Oleh sebab itu, dalam desain poster tersebut, segala informasi diatas akan diurutkan dari yang paling penting secara menurun,
sehingga akan menciptakan alur yang secara tidak langsung akan mengarahkan pandangan orang yang melihatnya.
Sebuah desain grafis yang dirancang untuk sebuah poster memang sangat perlu menempatkan prinsip desain grafis gerakan
(movement) ini sebab jika tanpa prinsip desain ini, maka desain tersebut bisa terlihat acak dan malah membuat orang yang
melihat desain poster tersebut jadi bingung karena informasinya tidak secara berurutan dijelaskan.
Kesatuan (Unity)
Prinsip desain grafis berikutnya yang perlu diketahui dan dipelajari adalah kesatuan (unity). Salah satu dari 7 prinsip desain grafis
ini dapat diartikan sebagai pengaturan yang tepat pada berbagai elemen desain agar mampu memberikan efek yang selaras
secara keseluruhan desain.
Hal tersebut akan membuat elemen-elemen yang terdapat dalam desain tersebut akan membentuk komposisi yang terlihat
saling berhubungan.
Perlu diketahui, bahwa pada saat elemen memiliki keterkaitan visual yang jelas antara satu elemen dan elemen lainnya dalam
sebuah desain tersebut, maka akan semakin mudah untuk disatukan:
Kedekatan (Closure)
Prinsip desain kesatuan jenis ini akan bisa membantu Anda untuk menciptakan hubungan antara unsur serupa yang saling
berkaitan. Berbagai unsur tersebut memang tidak perlu dikelompokkan.
Namun tetap perlu untuk dihubungkan menggunakan font, warna dan ukuran sehingga akan tetap terlihat menjadi sebuah
kesatuan visual.
Kesinambungan (Continuity)
Anda tidak bisa membuat sebuah desain hanya dengan mengandalkan latar belakang dan kemudian menyelaraskan semua
elemen ke pusat. Agar tercipta sebuah desain grafis yang saling berkesinambungan, Anda perlu mengarahkan mata orang yang
melihat desain tersebut ke bagian tertentu kemudian baru ke bagian lainnya.
Kesamaan (Similarity)
Unsur yang memiliki bentuk, proporsi, warna serta font yang sama akan membuat kecenderungan desain tersebut terlihat
sebagai kesatuan yang harmonis.
Perataan (Alignment)
Jenis prinsip desain kesatuan ini berperan penting untuk bisa menciptakan tampilan visual yang saling terkait dengan elemen
desain. Selain itu melalui prinsip desain ini tampilan desain yang Anda buat akan lebih terlihat terstruktur.
Ruang (Space)
Prinsip desain terakhir yang perlu diketahui dan dipelajari dari 7 prinsip grafis ini adalah ruang kosong yang mengacu pada jarak
dan area tertentu dalam sebuah komposisi desain. Ruang kosong dalam prinsip desain grafis, terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
Ruang negatif (negative space) adalah area kosong dalam sebuah desain grafis yang mengelilingi subjek. Sifat dari
prinsip desain ruang kosong yang satu ini lebih pasif dan juga didefinisikan sebagai tepi dari ruang positif yang terdapat
disekitar ruang kosong negatif tersebut
Ruang positif (positif space) adalah area dimana tempat subjek utama dalam sebuah komposisi desain akan menjadi
titik fokus dalam sebuah kesatuan desain
Ruang tiga dimensi (3D) adalah area dimana tempat subjek tersebut sudah diberi dengan sentuhan kedalaman.
Sentuhan yang dimaksud dapat berupa warna terang ke gelap atau Anda juga bisa memberikan arsiran untuk
menunjukkan adanya ruang kosong 3 dimensi dalam desain tersebut.
Ruang dua dimensi (2d) adalah area dimana bentuk visual dalam desain tersebut terlihat datar dan tidak memiliki
kedalaman seperti yang ditampilkan oleh desain ruang kosong 3 dimensi. Orang yang melihat desain seperti itu akan
langsung berasumsi bahwa desain tersebut hanya memiliki panjang dan lebar.
White space adalah ruang kosong di antara dan di sekitar unsur-unsur desain layout atau halaman. Hal ini meliputi: ruang di
sekitar grafik dan gambar, margin dan ruang antara kolom, atau bahkan ruang antara jenis baris. White space disebut juga
sebagai negative space. Negative space juga tidak menyiratkan arti bahwa hanya warna putih yang dapat digunakan dalam
pembuatan desain yang dibuat tetapi juga warna – warna lain yang dapat diaplikasikan. Karena yang dapat dikategorikan
sebagai white space adalah setiap ruang yang tidak berisi atau sengaja dibiarkan kosong. Oleh karena itu, bisa berwarna
hitam, hijau ataupun merah asalkan benar-benar kosong tanpa tulisan dan gambar.
Prinsip desain terdiri atas 5 hal yaitu keseimbangan (balance), kesatuan (unity), ritme (rhytm), penekanan
(emphasis), dan proporsi. Berikut penjelasan dan contohnya masing-masing dalam bentuk media poster.
Keseimbangan (balance)
Keseluruhan komponen-komponen desain harus tampil seimbang. Tidak berat sebelah. Desainer harus
memadukan keseimbangan antara tulisan, warna, atau pun gambar sehingga tidak muncul kesan berat
sebelah.
Kesatuan (unity)
Kesatuan dalam prinsip desain grafis adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan
isi pokok dari komposisi. Dengan prinsip kesatuan dapat membantu semua elemen menjadi sebuah kepaduan
dan menghasilkan tema yang kuat, serta mengakibatkan sebuah hubungan yang saling mengikat.
Ritme (rhythm)
Ritme adalah pembuatan desain dengan prinsip yang menyatukan irama. Bisa juga berarti pengulangan atau
variasi dari komponen-komponen desain grafis.
Penekanan (emphasis)
Setiap bentuk desain ada hal yang perlu ditonjolkan lebih dari yang lain. Tujuan utama dari penekanan ini
adalah untuk mewujudkan hal itu sehingga dapat mengarahkan pandangan khalayak sehingga apa yang mau
disampaikan tersalur.
Proporsi
Proporsi dapat diartikan pula sebagai perubuhan ukuran/size tanpa perubahan ukuran panjang, lebar, atau
tinggi, sehingga gambar dengan perubahan proporsi sering terlihat distorsi.