Anda di halaman 1dari 17

BAHAN AJAR

Identitas sekolah

Nama : Sabat Pirriyadi


Institusi : SMK Negeri 1 Kokap
Tahun Ajaran : 2022/2023
Jenjang Sekolah : SMK
Kelas : XI Desain Komunikasi visual
Fase/elemen :F/ Prinsip Dasar Desain dan Komunikasi

A . Tujuan Pembelajaran
1. Setelah peserta didik mempelajari Prinsip Dasar Desain dan Komunikasi
diharapkan: dapat menerapkan Prinsip-prinsip Dasar Desain dan
Komunikasi pada karya DKV secara mandiri

B. Materi Pembelajaran

7 Prinsip Desain Grafis yang Perlu Dipahami dan Kuasai oleh Designer Pemula

Pada dasarnya, terdapat 7 prinsip desain grafis yang perlu dipahami dan
dikuasai oleh setiap desainer pemula. Ketujuh prinsip desain grafis tersebut
mencakup keseimbangan (balance), penekanan (emphasis), pengulangan
(repetition), ritme (rhythm), gerakan (movement), kesatuan (unity), dan ruang
(space). Dengan memahami prinsip-prinsip ini, Anda bisa lebih mudah menciptakan
aneka desain grafis yang cantik, estetik dan sarat akan makna.
Apa sajakah penjelasan dari masing-masing prinsip desain tersebut? Berikut
ini adalah jawabannya, dicatat baik-baik ya!

1. Keseimbangan (Balance)
Prinsip desain grafis pertama adalah keseimbangan atau balance.
Keseimbangan dari sebuah karya seni menjadi faktor yang paling mudah dinilai oleh
setiap designer profesional. Bahkan dalam sekali pAndang pun, seorang desainer
profesional dapat menilai apakah karya seni desain grafis Anda sudah memiliki
keseimbangan yang tepat.
Keseimbangan yang dimaksud di sini adalah bobot dari setiap elemen dalam sebuah
desain grafis. Elemen-elemen tersebut bisa berupa warna, ukuran, tekstur dan
bentuk-bentuk yang digunakan dalam karya desain grafis. Setiap elemen tersebut
selalu memiliki peran dan bobotnya masing-masing dalam semua karya seni.
Jadi, pelajaran pertama Anda sebagai seorang desainer grafis pemula adalah
mempelajari keseimbangan suatu desain grafis. Cari tahu bagaimana cara terbaik
untuk menempatkan setiap elemen desain agar tampak seimbang ketika
dikombinasikan menjadi satu.
Hindari penempatan elemen-elemen seni secara sembarangan seperti
menempatkan setiap elemen di satu titik saja dan mengabaikan ruang-ruang kosong
yang lain. Hal ini akan menjadikan karya seni Anda tampak berat sebelah.
Jadi, Anda harus menempatkan seluruh elemen seni desain grafis dengan
pertimbangan yang matang dan baik. Otomatis, karya seni Anda pun nantinya akan
terlihat memiliki satu kesatuan elemen yang utuh dan estetik.
Contoh kesalahan penempatan elemen desain grafis yang sering dilakukan
oleh desainer grafis pemula adalah memaksakan penempatan elemen-elemen
berbobot tinggi pada satu titik ruang dalam karya desainnya.
Ketika elemen-elemen berat atau berbobot tinggi ini terfokus pada satu titik
dalam kanvas design, maka karya seni Anda akan memiliki kesan yang negatif. Kesan
tersebut tak lain adalah Anda menganggap area lain dalam desain tidak penting,
sebab, semua elemen berbobot tinggi dikumpulkan di suatu titik.
Lalu apa efek nyata dari pelanggaran prinsip desain yang satu ini?
Jawabannya bisa bermacam-macam. Namun satu yang pasti adalah karya seni desain
Anda menimbulkan penilaian yang negatif dari siapapun yang melihatnya.
Penilaian negatif ini dapat berupa kebingungan dalam benak pemirsa, rasa
tidak fokus terhadap desain grafis yang dibuat, hingga merasa tidak nyaman ketika
mengamati karya seni Anda. Sekali lagi, agar karya seni desain grafis Anda dapat
dengan mudah dan nyaman untuk dipahami oleh audiens, maka karya tersebut
harus memenuhi prinsip desain balance (keseimbangan) ini.
Catatan penting untuk Anda: prinsip keseimbangan dalam ilmu desain grafis
sesungguhnya tidak bisa diukur secara pasti seperti menggunakan rumus
matematika. Prinsip keseimbangan ini hanya dapat dirasakan oleh para designer
menggunakan jiwa seni mereka.
Intinya, keseimbangan sebuah karya seni akan terwujud ketika karya seni
tersebut dapat memberikan kesan kepada Anda sebagai satu kesatuan produk yang
utuh, tidak ada ada elemen yang membebani satu sama lain, dan tidak ada ruang-
ruang kosong yang menimbulkan kesan diabaikan.
Terdapat dua pendekatan dasar dalam prinsip keseimbangan desain grafis, yakni
keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Perbedaan keduanya adalah
sebagai berikut:
a. Keseimbangan Simetris
Keseimbangan simetris adalah sebuah rangkaian susunan elemen-
elemen seni yang dimulai dari titik pusat, lalu bergerak disusun sedemikian
rupa agar merata di sisi kiri dan kanan kanvas design.
Prinsip keseimbangan simetris ini menekankan pada kesetaraan posisi
proporsi dan peletakan elemen-elemen seni dalam desain grafis. Adapun
hasil akhir dari desain yang simetris ini akan menimbulkan keseimbangan
pada karya seni, melalui peletakan elemen-elemen desain yang berbobot
sama atau setara dan secara sejajar di kedua sisi serta garis tengah gambar.

b. Keseimbangan Asimetris
Selanjutnya adalah keseimbangan asimetris, yang pada dasarnya
berkebalikan dari konsep keseimbangan simetris. Di keseimbangan asimetris,
elemen yang memiliki bobot sama diatur dalam cara-cara yang berbeda.
Dengan menggunakan sistem keseimbangan asimetris, Anda bisa mengatur
setiap elemen berbobot sama secara lebih fleksibel pada sisi-sisi halaman
kanvas. Untuk menyeimbangkan karya seni desain grafis ini, Anda bisa
memakai unsur-unsur penyeimbang yakni warna, ukuran, bentuk serta
tekstur desain.

Semisal Anda menggunakan bobot elemen secara berlawanan di karya seni


yang sedang dikerjakan. Pengaplikasian elemen secara berlawanan ini dilakukan
dengan cara mengontraskan satu elemen berbobot besar dengan sejumlah elemen
yang bobotnya lebih kecil.

Alhasil, walaupun komposisi bobot elemen tidak merata secara simetris,


namun setiap audiens yang melihat karya seni Anda masih bisa merasakan
keseimbangan yang dipancarkan oleh karya.

Jika disimpulkan, prinsip desain keseimbangan simetris memang tampak


lebih menyenangkan dan mudah. Meskipun, karya seni keseimbangan simetris dapat
membuat desain terlihat membosankan, khususnya jika audience sering melihat
karya seni Anda.
Sementara prinsip desain asimetris tampak lebih berani dan fleksibel saat
dikerjakan. Namun Anda akan dituntut untuk mengerahkan seluruh fokus dan
kehati-hatian ekstra saat menyusun elemen-elemen yang berbeda bobotnya dengan
metode keseimbangan asimetris.

2. Penekanan (Emphasis)

Selanjutnya adalah prinsip penekanan atau emphasis. Prinsip penekanan


(emphasis) ini mengacu pada pemberian fokus untuk satu elemen tertentu dalam
sebuah desain grafis. Seperti apa penekanan yang dimaksud?

Mari ambil contoh sebagai berikut. Semisal Anda diminta untuk mendesain
sebuah poster bagi sebuah acara seminar. Tentunya dalam poster tersebut, Anda
akan memasukkan sejumlah informasi penting agar para pembaca poster bisa
menangkap informasi-informasi esensial tentang seminar. Pun kemudian poster
tersebut dapat digunakan sebagai media untuk menarik rasa penasaran audiens.

Sebelum Anda membuat desain grafis poster seminar itu, maka Anda perlu
menyusun beberapa bagian desain dalam bentuk pertanyaan terlebih dahulu
seperti:

Informasi apa yang pertama kali wajib untuk diketahui oleh orang yang
melihat poster tersebut?

Apakah judul atau topik dari seminar?

Apakah nama pembicara dalam seminar tersebut?

Ataukah harga tiket masuk seminar?

Apakah prioritas Anda terletak pada manfaat yang bisa didapat oleh
audience jika mengikuti seminar?

Ataukah Anda ingin menonjolkan tempat dan waktu berlangsungnya acara


seminar?

Pada intinya, prinsip emphasis mengarah pada hal-hal dalam desain yang
perlu untuk ditekankan atau ditonjolkan. Dengan begini, pesan yang terkandung
dalam desain Anda dapat dengan lebih mudah serta kuat untuk disalurkan ke
pemahaman audiens.

Lalu bagaimana caranya agar Anda bisa dengan mudah menentukan


penekanan (emphasis) dalam sebuah desain? Jawabannya ternyata sederhana, Anda
cukup membuat garis besar dan memilih unsur apa yang lebih penting untuk
ditonjolkan. Selanjutnya, Anda bisa mengatur susunan informasi tersebut pada
sebuah layout desain.
Jika Anda perhatikan sebuah poster pada umumnya, informasi yang
ditonjolkan akan dibuat dalam ukuran yang besar dan se-eye catching mungkin.
Sementara informasi-informasi yang bersifat minor atau detil pelengkap akan dibuat
lebih kecil dan tidak terlalu mencolok perhatian.

Kembali pada contoh kasus di atas saat membuat poster. Dapatkah kini Anda
memperkirakan bagaimana susunan isi poster yang akan Anda desain? Jika menurut
Anda nama pembicara seminar adalah informasi yang paling penting, semisal Anda
hendak mengundang presiden atau influencer paling terfavorit di kota tempat
tinggal Anda, maka sudah sepantasnya Anda meletakkan nama pemateri tersebut di
bagian tengah atau atas poster.

Dengan begitu, Anda sudah memberikan penekanan khusus pada elemen


nama pemateri seminar, sekaligus menjadikannya sebagai elemen dengan bobot
paling besar dalam desain.

Selain itu, Anda juga perlu menggunakan kombinasi warna yang menarik atau
mencolok agar informasi terpenting dalam desain poster Anda dapat terlihat lebih
menonjol. Untuk mempercantik desain, Anda bisa menambahkan foto dari sosok
narasumber dalam Seminar. Penggunaan foto sering kali menjadi strategi penekanan
desain yang efektif untuk menarik perhatian audiens.

Prinsip penekanan (Emphasis) terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:

a. Hierarki

Jenis emphasis yang pertama adalah hierarki. Anda dapat memasukkan


sejumlah unsur dalam desain menggunakan jenis penekanan hierarki. Sesuai
namanya, hierarki berarti jenis penekanan yang ditentukan berdasarkan urutan atau
susunan.

Semisal pada desain poster seminar tadi, penulisan nama narasumber


sebagai informasi utama dalam poster dapat dilakukan dengan memberikan warna
tulisan yang berbeda atau bentuk font yang ditebalkan secara khusus.

Setiap informasi utama dalam sistem penekanan hierarki pasti akan lebih
ditonjolkan dibandingkan informasi-informasi lainnya yang dirasa kurang penting.
Contoh lain dari pengaplikasian metode emphasis hierarki adalah menuliskan pesan
utama dalam desain poster dengan menempatkan posisinya di bagian teratas poster.

Anda juga bisa memakai bingkai khusus di sekitar informasi utama tersebut.
Metode penekanan hierarki ini mampu menonjolkan informasi penting dan menarik
mata siapapun yang melihat poster Anda. Dengan demikian, pandangan masyarakat
bisa langsung tertuju ke pesan utama yang telah ditandai khusus.
b. Skala dan Proporsi

Selanjutnya adalah sistem basis berdasarkan skala dan proporsi. Contoh


pengaplikasian metode ini adalah dengan meletakkan dua elemen yang bobotnya
saling berlawanan seperti besar dan kecil di halaman desain yang sama.

Dengan metode desain penekanan skala dan proporsi ini, Anda bisa
menonjolkan informasi utama dengan ukuran font yang lebih besar atau memakan
space desain yang lebih banyak dibandingkan informasi-informasi pendukung lain.

Kembali pada contoh desain poster di atas. Ketika Anda memutuskan bahwa
nama pemateri seminar adalah informasi terpenting untuk ditonjolkan, maka sudah
pasti Anda akan memperbesar ukuran nama sang pemateri dibandingkan informasi
harga tiket masuk seminar yang menjadi di informasi pendukung poster. Inilah
contoh nyata dari pengaplikasian sistem penekanan skala dan proporsi.

Anda juga bisa menonjolkan informasi penting melalui metode


pengombinasian pilihan warna dalam desain. Sehingga elemen-elemen terpenting
dapat terlihat menonjol.

Semisal Anda memberikan warna putih di bagian nama pemateri seminar,


tempat, waktu dan harga tiket. Sedangkan elemen desain lainnya diberikan warna
yang berbeda, alhasil bagian desain tulisan putih dapat terlihat menonjol.

c. Kontras

Jenis penekanan (emphasis) berikutnya pada prinsip desain grafis adalah


kontras. Metode penekanan menggunakan prinsip kontras sangat sering
diaplikasikan oleh banyak designer grafis profesional. Hal ini dikarenakan metode
kontras sangat mudah untuk diaplikasikan.

Metode penekanan desain dengan cara kontras memungkinkan Anda untuk


menempatkan dua unsur desain yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya
dalam satu frame design. Dengan metode kontrasepsi ini pun, elemen desain yang
saling bertentangan pun dapat tampak selaras dan menciptakan satu desain yang
utuh dan baik.

Contohnya seperti ini. Semisal desain poster seminar Anda memakai


komposisi warna gelap dan terang, atau hitam dan putih. Kita semua tahu bahwa
warna-warna gelap dan terang adalah dua komponen yang kontras alias bertolak
belakang.

Namun penggunaan warna-warna yang kontras untuk memberikan


penekanan dalam desain akan membuat pesan yang terkandung dalam desain
poster lebih mudah untuk disampaikan serta ditangkap oleh audiens.

Anda pun bisa lebih mudah mengatur komposisi desain agar tampak lebih
menarik. Bahkan tak sedikit desainer yang menghindari penggunaan warna-warna
senada dalam karya desainnya, sebab cara ini akan membuat desain grafis Anda
menjadi tidak jelas maksud serta maknanya.

Bayangkan desain poster Anda menggunakan warna-warna yang senada


seperti merah muda, merah tua, merah jambu, dan warna ungu. Warna-warna yang
senada ini tidak dapat menonjolkan pesan atau maksud yang tertuang dalam desain
poster Anda. Jangankan berhasil menangkap pesan yang disampaikan oleh poster,
mayoritas audiens sudah tidak tertarik untuk melihat poster ketika memandangnya
saja

Prinsip penekanan desain melalui metode kontras jauh lebih memudahkan


Anda untuk mengarahkan audiens melihat desain yang dipasang. Warna-warni yang
kontras dapat langsung menangkap sorot pandang masyarakat ke arah desain dalam
satu kali lirikan saja. Alhasil pesan yang dikandung dalam desain tersebut pun dapat
tersampaikan dengan baik.

3. Pengulangan (Repetition)

Prinsip desain grafis ketiga adalah pengulangan (repetition). Prinsip


pengulangan adalah prinsip desain grafis yang digunakan untuk memperkuat
tampilan keseluruhan dari sebuah desain grafis itu sendiri.

Prinsip pengulangan ini pun sekilas tampak mirip dengan prinsip penekanan,
di mana kedua prinsip ini sama-sama bertujuan untuk memperkuat tampilan dari
desain grafis ke audiens.

Bedanya, prinsip pengulangan lebih menghubungkan berbagai elemen yang


berbeda dalam desain grafis Anda agar dapat terlihat lebih teratur dan konsisten.
Terdapat 3 jenis prinsip pengulangan dalam desain grafis yaitu regular, mengalir, dan

progresif atau gradual. Penjelasan ketiganya antara lain:

a. Regular

Prinsip desain grafis pengulangan regular adalah pola-pola


pengulangan dalam bentuk yang simetris. Ada juga yang mendefinisikan
prinsip desain grafis pengurangan regular sebagai suatu pola pengulangan
yang dilakukan dalam bentuk elemen dan jarak yang sama. Pengaplikasian
dari pola pengulangan regular ini sering digunakan pada desain-desain
bingkai foto.

Itulah mengapa kita seringkali melihat desain-desain bingkai foto


tampak rapi, dan memiliki pola-pola repetitif atau pengulangan yang
seimbang.
b. Flowing (Mengalir)

Pola pengulangan yang kedua dalam desain grafis adalah pola


mengalir atau flowing. Pola pengulangan mengalir atau flowing, sesuai
namanya, ditujukan untuk menciptakan kesan gambar yang bergerak secara
dinamis dan rapi.

Adapun contoh nyata dari pengaplikasian pola pengulangan flowing


atau mengalir ini dapat Anda temukan pada gambar garis, spiral, kurva, dan
bentuk-bentuk lingkaran. Bentuk-bentuk tersebut mampu memberikan kesan
atau efek visual ke audiens sebagai gambar yang bergerak secara dinamis.

c. Progresif (Gradual)

Bentuk pola pengulangan yang terakhir adalah pengulangan progresif


atau gradual. Pola pengulangan progresif atau gradual adalah pola-pola
repetitif dalam desain yang menyertai setiap perubahan bentuk yang terjadi
dalam desain.

Alhasil, pola pengulangan yang dibentuk secara progresif menjadikan


karya desain tampak lebih estetik. Dengan sistem progresif, Anda seolah-olah
diajak melihat sebuah desain yang berkembang dari satu tahap ke tahap
berikutnya.

4. Ritme (rhythm)

Selain prinsip pengulangan, terdapat pula prinsip yang tak kalah penting yaitu
prinsip ritme (rhythm). Prinsip ritme pada dasarnya sama seperti prinsip
pengulangan. Bedanya, prinsip ritme digunakan untuk mengatur pengulangan
sehingga menjadi lebih terstruktur. Sebagai hasil akhirnya, desain yang dibuat
menggunakan prinsip ritme akan menjadi lebih memiliki nilai seni.

Beberapa jenis dan contoh ritme yang biasa digunakan oleh para desainer
profesional yaitu ritme linear, ritme bergantian, ritme gradasi ataupun bentuk yang
lebih rumit. Sesuai dengan nama masing-masing, ritme linear disusun secara sejajar;
ritme bergantian dibuat secara berselang-seling; sedangkan ritme gradasi
memberikan karya desain sebuah efek gradasi khusus saat dibuat.

5. Gerakan (Movement)

Salah satu dari 7 prinsip desain grafis selanjutnya adalah gerakan


(movement). Adapun prinsip gerakan atau movement ini merupakan bentuk
pengendalian elemen dalam sebuah komposisi desain grafis.
Kegunaan dari komponen gerakan ini adalah menjadikan setiap orang yang
melihat karya seni Anda merasa seolah-olah “diarahkan” untuk berpindah dari satu
elemen seni ke elemen seni lainnya.

Dengan cara seperti ini, setiap pesan atau informasi yang ingin Anda
sampaikan lewat karya seni desain grafis dapat tersampaikan secara utuh dan lebih
tepat sasaran. Hal ini dikarenakan setiap audiens menikmati karya seni desain grafis
Anda secara keseluruhan. Melalui prinsip gerakan, setiap orang mendapat tuntunan
lengkap untuk memahami setiap detil dari karya desain grafis Anda.

Prinsip gerakan ini juga dapat menciptakan suatu “cerita” dan “narasi”
tersendiri dari karya seni desain grafis. Jadi, pesan dalam karya desain grafis Anda
pun dapat tersampaikan dan ditangkap dengan lebih mudah oleh masyarakat umum.

Mari kembali ambil contoh pada desain poster seminar yang hendak Anda
buat tadi. Ketika menerapkan prinsip desain gerakan atau movement, maka Anda
akan menyusun informasi dalam poster dengan suatu alur khusus yang mudah untuk
dibaca masyarakat.

Semisal poster acara seminar Anda harus memuat banyak informasi seperti
nama pemateri, tempat dan waktu seminar, biaya pendaftaran dan judul serta topik
dari seminar yang akan dilangsungkan.

Untuk memudahkan dicerna oleh masyarakat, informasi-informasi tersebut


akan Anda susun secara seksama mulai dari informasi yang paling penting, kemudian
disambung oleh informasi pendukung lainnya. Rangkaian arus informasi pada desain
grafis poster Anda akan dibuat dengan alur menurun: mulai dari yang paling penting
hingga yang paling tidak penting.

Alur tak kasat mata inilah yang nantinya akan menuntun pandangan setiap
orang yang membaca poster Anda untuk memahami setiap informasi yang
terkandung dalam desain grafis. Jadi tidak akan ada satupun detil informasi yang
terlewatkan oleh masyarakat.

Prinsip gerakan atau movement ini memang selalu diterapkan pada karya
desain grafis yang memuat banyak informasi, seperti poster, brosur, flyer, baliho dan
lain-lain.

Sebab, apabila Anda mendesain produk-produk tersebut tanpa


mempertimbangkan prinsip desain grafis gerakan, maka desain Anda akan terlihat
sangat berantakan serta acak-acakan. Efeknya, masyarakat tidak dapat menangkap
secara jelas apa inti informasi yang hendak Anda sampaikan ke mereka.

Ketidakrapian susunan informasi dalam desain grafis Anda hanya akan


membuat masyarakat bingung mencerna pesan. Mereka pun pada akhirnya akan
mengabaikan desain pamflet yang telah Anda buat dengan susah payah. Tentunya
Anda tidak ingin hal ini terjadi, bukan?
6. Kesatuan (Unity)

Prinsip penting dalam desain grafis berikutnya yang perlu dipahami dan
dipelajari dengan baik oleh desainer grafis pemula adalah prinsip kesatuan (unity).
Prinsip desain kesatuan atau unity ini dapat diartikan sebagai sebuah mekanisme
pengaturan beragam elemen desain secara tepat pada frame design.

Prinsip kesatuan atau unity memiliki peranan penting agar desain Anda
mampu menjadi sebuah karya yang utuh. Selain itu, prinsip kesatuan atau unity
mampu memberi efek selaras serta keseluruhan pada desain grafis yang Anda buat.

Dengan kata lain, seluruh elemen dan komponen yang berbeda bobotnya
dalam karya desain grafis Anda dapat terlihat saling berhubungan, selaras dan saling
mengisi satu sama lain.

Selain itu prinsip kesatuan bisa membantu mewujudkan kepaduan karya seni
dan menguatkan tema yang diusung oleh karya tersebut. Tujuan utama dari
kesatuan atau unity dalam karya seni desain grafis umumnya mencakup konsistensi,
kohesi, keutuhan dan ketunggalan komposisi karya.

Perlu dipahami baik-baik bahwa ketika semua elemen karya visual design
Anda saling terkait erat atau bersatu, hal tersebut akan membawa dampak positif
dalam benak audiens yang melihat karya Anda.

Mereka akan menilai karya desain grafis Anda mempunyai komposisi yang
rapi, tidak membingungkan, lebih terorganisir dan berkualitas. Selain itu, pesan yang
terkandung di dalam desain dapat dengan lebih mudah ditangkap serta dicerna oleh
mereka.

Ada 4 jenis prinsip dalam unsur kesatuan atau unity, yakni kedekatan,
kesinambungan, kesamaan, dan perataan. Penjelasan masing-masing dari keempat
prinsip tersebut antara lain:

a. Kedekatan (Closure)

Pertama adalah prinsip kesatuan dari segi kedekatan. Prinsip desain


kedekatan atau closure dapat membantu Anda untuk menciptakan hubungan
yang kuat antara unsur-unsur desain yang serupa, sekaligus saling berkaitan.

Anda tidak perlu repot melakukan pengelompokan khusus bagi unsur-


unsur desain yang tampak serupa ini. Cukup dengan menerapkan prinsip
kedekatan saja, maka Anda sudah bisa mengaitkan unsur-unsur desain yang
sama sehingga saling bersinergi.
Contoh pengaplikasian prinsip kedekatan adalah menghubungkan
setiap unsur desain memakai jenis font, warna dan ukuran yang serupa.
Alhasil desain Anda pun dapat tampak sebagai sebuah satu kesatuan visual
yang utuh.

b. Kesinambungan (Continuity)

Selanjutnya adalah unsur kesinambungan (continuity). Untuk


menciptakan sebuah karya desain grafis yang saling berkesinambungan, Anda
harus mengarahkan mata audiens ke bagian tertentu dalam desain grafis
Anda, sebelum ke bagian yang lain.

Jadi, saat mendesain, Anda tidak akan sekadar membuat sebuah karya
dengan mengandalkan gambar latar belakang kemudian menyelaraskan
semua elemen lain ke elemen pusat. Cara desain ini dinilai tidak efektif dan
menjadikan karya seni Anda agak susah untuk dipahami audiens.

c. Kesamaan (Similarity)

Unsur kesatuan yang ketiga adalah kesamaan atau similarity dari


setiap elemen. Sebuah karya desain grafis bisa memiliki unsur-unsur yang
serupa atau sama, baik dari segi proporsi, bentuk, warna dan lainnya.
Kesamaan bentuk proporsi, warna serta font yang dipakai dalam desain dapat
menciptakan kesan tampilan gambar yang menyatu serta harmonis. Selain
itu, tampilan desain menjadi lebih enak untuk dilihat.

Jika Anda sempat mengamati karya-karya desain grafis profesional,


tentunya akan sangat mudah untuk mengenali karakteristik yang satu ini.
Pengaplikasian prinsip kesamaan atau similarity dapat menguatkan nuansa
serta tema yang diusung oleh karya seni desain tersebut.

d. Perataan (Alignment)

Prinsip kesatuan yang terakhir adalah perataan atau alignment.


Adapun prinsip desain kesatuan yang satu ini mempunyai peranan penting
guna menciptakan tampilan visual yang utuh serta saling terkait dengan
setiap elemen dalam desain.

Selain itu, prinsip desain perataan berguna untuk menjadikan


tampilan desain yang Anda buat tampak lebih terstruktur dan rapi.
7. Ruang (Space)

Prinsip desain grafis terakhir yang perlu dipahami dan dipelajari oleh desainer grafis
pemula adalah prinsip ruang atau space. Prinsip desain grafis ini tak lain berarti sebagai
sebuah ruang kosong dalam karya seni desain.

Adapun “ruang kosong” yang dimaksud merujuk pada jarak dan area tertentu dalam
sebuah komposisi desain. Ada empat bagian ruang kosong dalam karya seni desain grafis,
yaitu sebagai berikut:

a. Ruang Negatif (Negative Space)

Ruang negatif adalah area kosong dalam desain. Area kosong ini biasanya
mengelilingi subjek dalam sebuah desain grafis. Oleh sebab itu, prinsip desain ruang
kosong selalu lebih pasif dibandingkan ruang-ruang lainnya.

Ada juga yang yang mendefinisikan ruang negatif dalam desain grafis sebagai
tepi dari ruang positif. Tepi tersebut terdapat di sekitar ruang kosong negatif itu
sendiri.

b. Ruang Positif (Positif Space)

Selanjutnya adalah ruang positif yang berkebalikan dari ruang negatif. Ruang
positif adalah sebuah area yang menjadi lokasi titik fokus bagi subjek utama dalam
sebuah komposisi desain. Kehadiran ruang positif ini pun turut membangun desain
yang utuh.

c. Ruang Tiga Dimensi (3D)

Ruang tiga dimensi adalah area bagi subjek dalam desain grafis untuk
mendapat sentuhan kedalaman secara khusus, sehingga subjek seolah-olah memiliki
volumenya tersendiri. Adapun sentuhan yang dimaksud dapat berupa warna-warna
terang atau gelap yang dikhususkan untuk mempertajam subjek. Semisal Anda
memberikan arsiran warna-warna terang dan gelap untuk menciptakan kesan subjek
tiga dimensi, sekaligus menonjolkan posisi subjek dalam desain.

d. Ruang Dua Dimensi (2D)

Tipe ruang yang terakhir adalah ruang dua dimensi. Berkebalikan dengan
ruang tiga dimensi, ruang dua dimensi merupakan area khusus di mana subjek visual
desain tampak datar, tidak memiliki kedalaman khusus seperti ruang kosong tiga
dimensi.

Jadi para audiens hanya dapat melihat subjek desain dalam versi panjang dan
lebarnya saja
Demikianlah pembahasan kali ini terkait 7 prinsip utama dalam desain grafis.
Ketujuh prinsip di atas tidak bersifat mutlak atau kaku saat diimplementasikan.

Anda masih bebas untuk berkarya sesuai gaya dan kreativitas masing-masing.
Namun diharapkan prinsip-prinsip desain grafis di atas dapat membantu
memudahkan Anda untuk menuangkan ide-ide seni ke media kanvas.

https://markey.id/blog/development/7-prinsip-desain-grafis

https://www.youtube.com/watch?v=G-xD1bDoNl4

https://www.ruangguru.com/blog/unsur-dan-prinsip-dasar-desain-grafis
Kokap, November 2022
Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Kokap Guru Mata Pelajaran

Caecilia Luppi Satesti, S.Pd., M.Hum. Sabat Pirriyadi


NIP. 19590801 199203 2 003 NIP. -

Anda mungkin juga menyukai