Analisis RTRW Terhadap Peta Dki Jakarta - Nasywaap - Xiimipa5
Analisis RTRW Terhadap Peta Dki Jakarta - Nasywaap - Xiimipa5
Dari analisis peta di atas, dapat dilihat bahwa wilayah DKI Jakarta tidak memiliki kawasan lindung dan
tidak memadukan antara ruang pemanfaatan dengan ruang pengendalian. Banyak sekali wilayah yang
dibangun sebagai wilayah perkantoran, perdagangan, jasa, pemukiman, industri, dan pergudangan.
Sektor – sektor tersebut hanya memerhatikan pola pemanfaatan wilayah, sementara tidak berhasil
memadukannya dengan pola pengendalian serta keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
perkotaan. RTRW tidak berhasil mengembangkan kawasan lindung sebagai aspek pemeliharaan
kelestarian lingkungan dan hanya mendorong pemanfaatan wilayah sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi. Sehingga, RTRW tidak memenuhi tujuan awalnya untuk memadukan dan menyerasikan tata
guna lahan, udara, air, dan sumber daya lainnya. Ketika suatu wilayah hanya diambil pemanfaatannya
tanpa diselingi dengan usaha pemeliharaan, maka wilayah tersebut tidak memenuhi unsur-unsur
RTRW. Hal ini berakibat pada kerusakan lingkungan di wilayah DKI, seperti degradasi lahan, bencana
alam, dan pertumbuhan wilayah kumuh. Bencana alam akibat ketidakberhasilan dalam penataan ruang
DKI Jakarta adalah banjir yang terjadi akibat pembangunan di wilayah resapan serta ketiadaan lahan
dan tanaman dalam sistem penyerapan air. Lahan-lahan DKI Jakarta mengalami proses penurunan
produtivitas terutama di wilayah industri yang terpapar pencemaran. Selain itu, tanah di DKI Jakarta
pada saat ini terus mengalami penurunan muka tanah akibat beban gedung dan erosi tanah. Sehingga,
bila dibiarkan dalam beberapa puluh tahun, pantai di wilayah utara dapat menguasai setengah dari
kawasan perkotaan DKI Jakarta. Pusat pertumbuhan ekonomi dan pelayanan perkotaan tetap harus
dijalankan serta dikembangkan, tetapi bukan berarti abai terhadap aspek perlindungan dan
keseimbangan antara lingkungan alam dengan lingkungan perkotaan. Jumlah pembangunan harus
berbanding lurus dengan jumlah perlindungan kawasan lingkungan dan budidaya. Dapat dilihat bahwa
NASYWA AQILAH PUTRI (28) – XII MIPA 5
kawasan budidaya pun hanya menempati sepertiga wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yang
mana tidak berbanding lurus dengan pengembangan sektor pemukiman, perdagangan, perkantoran,
jasa, industri, dan pergudangan. Pembangunan infrastruktur tidak memerhatikan prinsip berkelanjutan
dan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Sehingga, menurut analisis saya dapat disimpulkan
bahwa wilayah DKI Jakarta tidak memenuhi kaidah RTRW sebagai alat perencana yang harus
memadukan dan menyerasikan tata guna lahan, udara, air, dan sumber daya lainnya guna merencanakan
pembangunan jangka panjang untuk mencapai keserasian dan keseimbangan.