Anda di halaman 1dari 6

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Penyusunan KLHS RDTR Perkotaan Nanga Bulik telah mengikuti Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 69
tahun 2017 tentang Pelaksanaan PP No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan KLHS. Metode dalam penyusunan Daya Dukung Lingkungan Hidup
juga mengacu kepada Permen LH No. 17 Tahun 2009 dengan tambahan metode dari
referensi yang digunakan. Adapun beberapa hasil penting dalam KLHS RDTR Nanga
Bulik ini adalah:
1. Dihasilkan sebanyak 46 isu dari proses FGD dengan stakeholder yang
selanjutnya dikelompokkan menjadi 9 isu pembangunan berkelanjutan
berdasar kriteria dampak yang meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
dan menjadi 3 isu pembangunan berkelanjutan berdasar isu tata ruang.
Setelah dilakukan penapisan untuk menghasilkan isu strategis pembangunan
berkelanjutan dan isu prioritas pembangunan berkelanjutan maka dihasilkan
4 isu pembangunan berkelanjutan prioritas yang meliputi
a. Belum Optimalnya penanganan Sampah;
b. Terdapat banjir dan genangan di perkotan;
c. Pemasalahan air bersih dan sanitasi perkotaan yang buruk;
d. Permasalahan Lahan.
2. Identifikasi Muatan KRP RDTR Perkotaan Nanga Bulik disepakati beberapa
rencana yang berpotensi berdampak terhadap kondisi lingkungan hidup.
Rencana-rencana tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok kebijakan dan
rencana berikut.
a. Kebijakan Penataan Ruang meliputi tujuan dan strategi penataan ruang
b. KRP Struktur Ruang meliputi meliputi :
 Sistem Jaringan Transportasi

VII - 1
c. KRP Pola Ruang meliputi
 Kawasan Perumahan
 Kawasan Peruntukan Industri
 Sentra Industri Kecil dan Menengah
d. KRP Sub BWP yang Diprioritaskan meliputi :
 Sub BWP I
3. Seluruh muatan KRP yang berpotensi berdampak terhadap lingkungan hidup
memiliki dampak terhadap lingkungan yang harus dilakukan mitigasi terutama
terkait dengan perubahan tutupan lahan terutama pengurangan lahan
pertanian dan hutan, dan peningkatan potensi limpasan air. Kondisi tersebut
secara langsung berdampak pada ancaman penurunan produksi pangan,
peningkatan potensi bencana banjir, penurunan kawasan resapan air dan
penyimpanan karbon dan penurunan jasa ekosistem.
4. Ditinjau dari isu pembangunan berkelanjutan prioritas yang telah disepakati
maka kebijakan dalam RDTR Perkotaan Nanga Bulik secara langsung telah
menempatkan 5 isu menjadi tujuan penting sehingga perlu disusun beberapa
rencana yang bertujuan melakukan mitigasi isu pembangunan berkelanjutan
tersebut.
5. Rekomendasi perbaikan KRP sebagai upaya melakukan mitigasi dampak
lingkungan hidup dan untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan
telah dimasukkan dalam RDTR Perkotaan Nanga Bulik dilakukan pada yaitu
(a) draf raperda RDTR yang terbagi dalam dua bagian yaitu muatan kebijakan
dan rencana. Rekomendasi muatan kebijakan dalam draf Perda RDTR yang
menjadi usulan integrasi ke dalam dokumen RDTR Nanga Bulik yang akan di
Perda kan antara lain adalah :
a. Tujuan RDTR perlu dipertegas melalui penjelasan terkait.
 Sektor industri merupakan ekonomi basis harus dapat memberikan
kontribusi positif terhadap potensi lokal
 Perlu mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dalam tujuan penataan ruang sehingga perlu ditambahkan dalam
penjelasan perwujudan tujuannya bahwa tujuan penataan ruang
berbasis pada daya dukung dan data tampung lingkungan hidup untuk

VII - 2
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan pada seluruh tingkat
pelayanan.
b. Strategi pengembangan prasarana wilayah perlu mengantisipasi
peningkatan kegiatan industri melalui penyediaan ruang kawasan
peruntukkan industri. Dampaknya adalah meningkatnya kebutuhan
infrastruktur dasar bagi industri seperti jalan, air bersih, energi,
telekomunikasi dan jaringan prasarana lainnya. Dengan demikian
perhitungan kebutuhan dan rencana jaringan tidak hanya berbasis jumlah
penduduk tetapi berbasis pada rencana kegiatan terutama industri yang
pertumbuhannya diperkirakan tidak linier.
c. Strategi pengembangan jaringan prasarana wilayah lainnya perlu
mengantisipasi beberapa hal berikut.
 Peningkatan kebutuhan air bersih dan pengelolaan limbah baik cair,
padat dan B3 dari kegiatan industri
 Peningkatan kebutuhan irigasi bagi lahan KP2B terutama sawah tadah
hujan dan lahan kering untuk pangan
 Peningkatan kebutuhan pengelolaan sampah karena daya tampung TPA
yang tidak mencukupi dan peningkatan timbulan sampah baik dari
rumah tangga, kegiatan pariwisata dan industri
d. Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup
perlu diperkuat dengan beberapa hal berikut :
 Peningkatan kebutuhan air baku dan ancaman kualitas dan kuantitas
air baku akibat limbah dan sedimentasi dapat semakin memperburuk
daya dukung air
 Ancaman pemanfataan CAT untuk pemenuhan air bersih yang melebihi
kemampuan pengisian kembali
e. Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan
kegiatan budidaya perlu mempertimbangkan hal berikut.
 membangun sinergi kegiatan industri dengan sektor ekonomi lokal
lainnya meliputi pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan
melalui pengembangan agroindustri
 sinergi kegiatan budidaya yang juga memberikan manfaat ekonomi dan
lingkungan secara berkelanjutan

VII - 3
6. Rekomendasi dalam tingkat pelaksanan kegiatan atau proyek secara umum
dan kebijakan pendukung lainnya adalah.
a. Perubahan lahan akibat pembangunan infrastruktur terutama jaringan
transportasi darat maka pada tataran proyek perlu dilakukan:
 Perubahan lahan dari berhutan harus ada penggantian dalam
pembukaan RTH secara teknis pada sepanjang jalan/jalur transportasi
yang baru dibuka. Luasan rekomendasi dan jenis tutupan lahan telah
disampaikan pada analisis KLHS.
 Perubahan lahan akibat pembangunan untuk kepentingan umum harus
mengganti lahan pertanian baik lahan kering maupun lahan basah
beserta sarana prasarana pendukung terutama sistem irigasi.
b. Pengembangan kawasan perumahan / permukiman yang terus mengikuti
kebutuhan penduduk diarahkan dengan:
 Efisiensi lahan dan infrastruktur pendukung permukiman,
pengembangan permukiman perlu diatur secara kompak dan vertikal
terutama di kawasan perkotaan. Daerah-daerah perkotaan perlu diatur
tingkat kepadatan sebagai indikator efisiensi. Arahan kepadatan dan
permukiman vertikal digunakan untuk mengukur efisiensi lahan dan
investasi infrastruktur pemerintah. Pengembangan perumahan vertikal
dapat melalui pembangunan rumah susun baik oleh pemerintah
maupun swasta.
 IMB diarahkan untuk diterapkan di seluruh wilayah untuk pengendalian
kawasan peruntukan industri:
c. Pengembangan industri diarahkan untuk mengembangkan potensi lokal
yaitu, perkebunan yang menjadi basis ekonomi sesuai tujuan tata ruang
perkotaan Nanga Bulik. Industri besar dan menengah diarahkan pada
kawasan industri yang memiliki sarana prasarana terpadu dan dikelola
oleh sebuah manajemen pengelola.
 Perlunya arahan ruang untuk mengarahkan klaster-klaster industri kecil
rumah tangga dimana tingkat pencemaran secara individual perusahaan
kecil tetapi secara akumulatif besar. Klaster-klaster ini perlu pembinaan
sehingga memiliki sistem pengelolaan yang baik.

VII - 4
d. Pembangunan drainase dan tampungan air harus dilakukan setiap terjadi
perubahan lahan menjadi terbangun untuk menghindari peningkatan
bencana banjir dan genangan. Perhitungan terhadap kebutuhan drainase
dan tampungan air juga harus mempertimbangkan adanya perubahan
iklim dengan meningkatnya kenaikan muka air laut, peningkatan cuaca
ekstrem pada perairan laut dan peningkatan curah hujan.
e. Analisis Dampak Lingkungan terhadap kegiatan-kegiatan dalam skala
proyek sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan wajib dilakukan
untuk meminimalisir dampak lingkungan hidup yang potensial
ditimbulkan oleh proyek.
f. Pengelolaan pembangunan dan lingkungan hidup harus mengikuti
kewenangan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku seperti
dalam pengelolaan hutan dan pengelolaan sumber daya air.

7.2. Saran
1. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjadi dasar pelaksanaan
KLHS merupakan prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan Pengendalian pembangunan untuk mencapai kondisi
keberlanjutan lingkungan hidup (environmental sustainability) serta
keselamatan, kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang sekurang
kurangnya menerapkan prinsip ketergantungan, keseimbangan dan keadilan.
2. POKJA KLHS RDTR Perkotaan Nanga Bulik diharapkan dapat mengawal proses
integrasi hasil KLHS ke dalam proses penyusunan Peraturan Daerah dan
menyampaikan hasil KLHS kepada seluruh OPD terutama yang membidangi
program untuk integrasi rekomendasi. Hal ini penting dilakukan untuk
memastikan implementasi rencana yang dilaksanakan melalui OPD dalam
kegiatan. Selain itu yang lebih penting bahwa RDTR Perkotaan Nanga Bulik
juga harus diintegrasikan ke dalam RPJMD yang menjadi dasar bagi
pemerintah daerah melalui OPD untuk memprogramkan dan melaksanakan
dalam tingkat kegiatan.
3. Selain integrasi ke dalam RDTR Perkotaan Nanga Bulik, Pemerintah Kabupaten
Lamandau juga sebaiknya ketika melakukan evaluasi lima tahunan terhadap
pelaksanaan RDTR Perkotaan Nanga Bulik juga melihat kembali dokumen

VII - 5
KLHS RDTR Perkotaan Nanga Bulik untuk memastikan upaya-upaya mitigasi
terhadap dampak lingkungan hidup dan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan telah diwujudkan dalam pelaksanaan kegiatan dan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
4. Monitoring dan evaluasi terhadap kondisi daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup penting dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi
tersebut tidak terlampaui sehingga dapat dilakukan tindakan segera untuk
melakukan mitigasi sebelum kerusakan lingkungan yang lebih parah dan
dapat mengancam sektor ekonomi dan sosial Perkotaan Nanga Bulik. Upaya
pengendalian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup agar lebih
kuat secara politik dan anggaran maka perlu disusun dalam bentuk peraturan
daerah, salah satu bentuk Perda yang dapat segera dikembangkan adalah
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH).
5. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan proses yang
inklusif sehingga peran serta masyarakat dan swasta juga diharapkan dapat
membantu pemerintah dalam mewujudkan lingkungan berkelanjutan. Perlu
dilakukan publikasi hasil KLHS ini kepada publik agar masyarakat dan swasta
dapat memberikan kontribusi baik dalam implementasi maupun dalam
pengawasan dan pengendalian proses pembangunan.

VII - 6

Anda mungkin juga menyukai