Anda di halaman 1dari 18

UNIT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI

(UKBM 3.9/4.9/3/5.1)

1. Identitas
a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia XI (Wajib)
b. Semester : 3 (Ganjil)
c. Kompetensi Dasar :
3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek.
4.9 Mengonstruksi cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur pembangunnya.

d. Materi Pokok : Teks Cerita Pendek


e. Alokasi Waktu : 8 x 45 JP
f. Tujuan Pembelajaran :

Melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, penugasan, presentasi dan analisis


dengan model discovery learning dan pendekatan saintifik, peserta didik dapati,
menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek, menelaah teks cerita pendek
berdasarkan struktur dan kaidah kebahasaan, dan terampil menentukan topik
tentang kehidupan dalam cerita pendek, serta terampil menulis cerita pendek
dengan memperhatikan unsur-unsur pembangunnya sehingga peserta didik dapat
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya melalui belajar bahasa
Indonesia, mengembangkan sikap jujur, peduli, dan bertanggung jawab, serta
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi,

g. Materi Pembelajaran
 Bacalah bacaan pada Buku Teks Pelajaran (BTP): Bahasa Indonesia Buku Siswa SMA/ MA/
SMK/ MAK Kelas XI. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, edisi revisi 2017,
halaman 118 s.d. 140.

2. Peta Konsep

Menentukan unsur-unsur
Menganalisis unsur- pembangun cerita pendek
unsur pembangun
cerita pendek
Meneladani Menelaah struktur dan
Kehidupan dari kaidah kebahasaan cerita
Cerpen pendek

Menentukan topik tentang


Mengonstruksi kehidupan dalam cerita
cerpen dengan pendek
memprhatikan
unsur
Menyunting cerpen dengan
memperhatikan unsur-
unsur pembangunnya

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


3.Kegiatan Pembelajaran
a. Pendahuluan

Sebelum mempelajari materi ini, silakan Anda membaca dan memahami teks di bawah ini!

Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu
tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan berbagai
karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis. Keduanya merupakan cerminan
nyata dari kehidupan di dunia. Namun, dari karakter tokoh tersebut kita dapat
menemukan nilai-nilai kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan
perbuatan buruk yang harus kita jauhi.

Untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut, silakan kalian lanjutkan ke kegiatan berikut dan ikuti
petunjuk yang ada dalam UKB ini.

b. Kegiatan Inti

1. Petunjuk Umum UKBM


a. Baca dan pahami materi pada Buku Siswa Bahasa Indonesia XI Wajib yang
diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, halaman 118 s.d. 140.
b. Setelah memahami isi materi dalam bacaan berlatihlah untuk berpikir tinggi melalui
tugas-tugas yang terdapat pada UKBM ini baik bekerja sendiri maupun bersama
teman sebangku atau teman lainnya.
c. Kerjakan UKBM ini di buku kerja atau langsung mengisikan pada bagian yang telah
disediakan. Anda bisa bekerja sendiri, namun akan lebih baik apabila bekerja sama
dengan teman lain
d. Anda dapat belajar bertahap dan berlanjut melalui kegitan ayo berlatih, apabila
Anda yakin sudah paham dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan
dalam kegiatan belajar 1, 2, 3 dan 4 Anda boleh sendiri atau mengajak teman lain
yang sudah siap untuk mengikuti tes formatif agar Anda dapat belajar ke UKBM
berikutnya.

2. Kegiatan Belajar
Ayo ikuti kegiatan belajar berikut dengan penuh kesabaran dan konsentrasi!!!

Kegiatan Belajar 1

Menentukan Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Seperti halnya jenis teks lainnya, cerita pendek dibentuk oleh sejumlah unsur. Adapun unsur yang
berada langsung di dalam isi teksnya, dinamakan dengan unsur intrinsik, yang meliputi tema, amanat,
alur, penokohan, latar dan gaya bahasa.
Penjelasannya silakan baca dalam buku teks pelajaran (BTP) halaman 118 s.d. 121

Ayo Berlatih!
BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]
1. Unsur intrinsik apa saja yang dominan pada cuplikan-cuplikan cerita berikut? Berkelompoklah
untuk mendiskusikan unsur-unsur cerpen tersebut .

a. Kalau begitu mengapa Syarifudin meninggal pada hari kedua, setelah dia disunat? Darah tak banyak
keluar dari lukanya. Syarifudin kan juga penurut, pendiam. Setengah bulan, hampir, dia mengurung diri
karena kau mengatakan kelakuan abangnya sehari sebelum disunat itu. Aku tidak percaya jika hanya oleh
melompat-lompat dan berkejaran setengah malam penuh. Aku tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-
desus itu bahwa kau orang yang tamak. Orang yang kikir. Penghisap. Lintah darat. Inilah ganjarannya! Aku
mulai percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilu luka sunatan anak-anak kita. Aku mulai
yakin, mereka menaruh racun dipisau dukun-dukun itu
Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang mereka sakitkan hati?Aku telah lama mengubah sikapku.
Tiap ada derma, aku sumbang.Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang dari mereka yang tidak kuundang
tadi malam. Kaulihatkan, tiga teratak itu penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah
menerimaku,memaafkanku.

b. “Terus solusinya bagaimana?”


”Kita berempat sudah berunding. Karena Maya takut gelap, dia harus selalu tidur lebih dulu dari kami
tidur minimal setengah jam sesudahnya supaya ketika kami mematikan lampu, dia udah tidur. Kalau dia
terlambat berarti risiko dia. Tapi karena kami baik, he ... he...” Siwi tertawa sejenak. ”Jika ternyata kami
sudah tidur dan dia belum dia boleh menyalakan lampu minyak. Nah ... biar yang lain tidak terganggu
sinarnya lampu minyak itu, dia pindah ke tempat tidur yang paling ujung. Bergantian dengan Dinda. Begitu,
Bu.”

2. Kerjakanlah latihan berikut sesuai dengan instruksinya!


a. Perhatikanlah kutipan-kutipan di bawah ini!
b. Bagaimana watak dari tokoh yang ada pada cuplikan-cuplikan tersebut?
c. Dalam diskusi kelompok, jelaskan cara pengarang di dalam menggambarkan watak dari tokoh-
tokoh tersebut!
1) Aku tahu emak tentu tidak akan datang. Tidak mau, katanya tidak pantas. “Sekolah itu kan
tempat priayi lho, Gus. Emakmu ini apakah, ndak ilok kalau berada di tempat itu.”“Oalah, Mak, Mak! Priayi
itu zaman dulu, sekarang ini orang sama saja, yang membedakan itu kan isinya,” aku menekankan telunjuk
ke keningku.“Itulah Gus yang Emak maksudkan priayi. Emak tidak mau ke tempat yang angker itu. Nanti
Emakmu ini hanya akan jadi tontonan saja, karena plonga-plongo kayak kerbau. Kasihan kamu, Gus.”

2) “Kau punya anak, punya istri. Dari itu kau punya pegangan hidup,punya tujuan minimal. Tapi
yang terpenting kau punya tangan.Hingga kau dapat mencapai apa saja yang kau maui. Sebagaisuami,
sebagai ayah, sebagai lelaki, sebagai manusia juga, sepertiyang kita omongkan dulu, kau dapat mencapai
sesuatu yangkauinginkan. Alangkah indahnya hidup ini, kalau kita mampuberbuat apa yang kita inginkan.
Tapi kini aku tentu saja tak dapat berbuat apa yang kuinginkan. Masa mudaku habis sudah ditelan
kebuntungan ini.”

Kutipan Nama Tokoh Watak Cara Penggambaran

1)

2)

3. Bagaimana keberadaan latar yang ada pada cuplikan-cuplikan berikut?

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


1) Kalau Bapak mengizinkan, saya ingin meminjam kendaraan untuk membawanya ke rumah
sakit. “Maaf, Pak, pada malam hari kendaraan umum sangat jarang ada”. “Boleh, Pak Asmar. Bawalah anak
itu cepat-cepat ke dokter! Ini kunci mobil dan sedikit uang untuk berobat !”
2) Terdengar bunyi langkah di beranda muka, kemudian suara mengucapkan, “Selamat Malam.”
Kus terkejut, sebab suara itu dikenalnya, dr. Hamzah, selalu saja ia memburu aku. Apa pula teorinya sekali
ini. Didengarnya dr.Hamzah dengan orang tuanya bercakap-cakap dan sekali-sekali kedengaran namanya
disebu tmeskipun kurang jelas benar percakapan itu ke kamarnya. Akhirnya Kus hendak serta duduk di
sana. Jangan-jangan yang tidak-tidak nanti dibicarakannya tentang aku.

Jenis Latar
Kutipan
Waktu Tempat Suasana

1)

2)

4. Bagaimana keberadaan unsur-unsur intrinsik dari cerpen “Robohnya Surau Kami”?


Paparkanlah dengan berdiskusi kelompok!

Unsur-Unsur Cerita Paparan


a. Tema

b. Amanat

c. Penokohan

d. Latar

e. Alur

f. Nilai budaya, sosial, agama,


moral, politik, ekonomi

Kegiatan Belajar 2

Menelaah Teks Cerita Pendek Berdasarkan Struktur dan Kaidah

Struktur cerpen merupakan rangkaian kejadian/ cerita yang membentuk cerpen itu sendiri. Dengan demikian,
struktur cerpen tidak lain berupa unsur yang berupa alur atau plot., yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk
oleh hubungan sebab akibat ataupun secara kronologis. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-
bagian berikut.

1. Bagian abstrak merupakan ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah teks cerita pendek bersifat
opsional/ pilihan (boleh ada, boleh tidak).

2. Pengenalan situasi cerpen (exposition, orientation) Tahapan


orientasi merupakan struktur yang berisi pengenalan latar cerita yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


suasana terjadinya peristiwa dalam cerpen. Latar merupakan sarana pengekspresian watak, baik secara
fisik maupun psikis

3. Pengungkapan peristiwa (complication) Tahapan


komplikasi berisi urutan kejadian yang dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan
atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Pada tahapan ini kalian akan mendapati karakter atau
watak pelaku cerita yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
yang diekspresikan melalui ucapan dan tindakan tokoh. Dalam komplikasi ini berbagai kerumitan
bermunculan.

4. Tahapan evaluasi (evaluation) Kerumitan yang terjadi


bisa saja terdiri lebih dari satu konflik. Berbagai konflik ini pada akhirnya akan mengarah pada klimaks,
yaitu saat sebuah konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi. Klimaks merupakan keadaan yang
mempertemukan berbagai konflik dan menentukan bagaimana konflik tersebut dapat diselesaikan dalam
sebuah cerita. Untuk mencapai sebuah selesaian atau leraian, diperlukan evaluasi. Pada tahapan evaluasi
ini konflik yang terjadi diarahkan pada pemecahan sehingga mulai tampak penyelesaiannya.

5. Tahapan penyelesaian atau resolusi (resolution/ ending/ coda)


Pada tahapan resolusi , pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh.
Namun ada pula cerpen yang penyelesaiannya diserahkan kepada imaji pembaca, Jadi, akhir ceritanya
dibiarkan menggantung tanpa ada penyelesaian. Resolusi berkaitan dengan koda. Ada juga yang menyebut
koda dengan istilah reorientasi. Koda merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang dapat dipetik oleh
pembaca dari sebuah teks cerita. Sama dengan tahapan abstrak, koda juga bersifat opsional.Struktur teks
cerpen dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Abstrak

2. Orientasi

3. Komplikasi
Struktur Cerpen

4. Evaluasi

6. Koda 5. Resolusi
Cerpen tergolong ke dalam jenis teks fiksi naratif. Dengan demikian,terdapat pihak yang berperan sebagai
tukang cerita (pengarang). Terdapat beberapa kemungkinan posisi pengarang di dalam menyampaikan
ceritanya, yakni sebagai berikut.
1. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita yang
bersangkutan. Dalam hal ini pengarang menggunakan kata orang pertama dalam menyampaikan ceritanya,
misalnya aku,saya, kami.
2. Berperan sebagai orang ketiga, berperan sebagai pengamat. Ia tidak terlibat di dalam cerita.
Pengarang menggunakan kata dia atau nama orang untuk tokoh-tokohnya.

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


Cerpen juga memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti berikut.
1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsi-fungsi keterangan
yang bermakna kelampauan, seperti ketika itu, beberapa tahun yang lalu, telah terjadi.
2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh:
sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti
menyuruh, membersihkan, menawari, melompat,menghindar.
4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan
tentang,mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.
5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan,mengarapkan, mendambakan, mengalami.
6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan kata kerja
yang menunjukkan tuturan langsung.
Contoh:
a. Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!” b. “Di mana
keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani padatemannya. c. “Tidak. Sekali saya
bilang, tidak!” teriak Lani.
7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat,
atau suasana.
Contoh:
Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang: Bahkan, kamarnya sekarang sangat rapi dan
bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang, teratur rapi dan tertata dengan baik. Ia
adalah juru masak terbaik yang pernah dilihatnya, ahli dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat
‘yang sangat sedap’. Ayahnya telah menjadi pencandu beratnya.
8. Menggunakan gaya bahasa dan kosakata
Contoh gaya bahasa: metafora, personifikasi, hiperbola, litotes, ironi, dll.
Contoh kosakata : surau, garin, lebai, gulai, rebung,dll.

Ayo Berlatih!

1. Jawablah dengan berdiskusi!


a. Apa yang dikenalkan pada bagian awal cerpen?
b. Pengungkapan peristiwa di dalam cerpen biasanya berupa apa?
c. Puncak konflik dalam suatu cerpen ditandai oleh apa?
d. Apakah setiap cerpen selalu mengandung koda?
e. Dalam cerpen, koda itu fungsinya sebagai apa?
2. Kerjakan latihan berikut sesuai dengan instruksinya!
a. Perhatikan kembali cerpen berjudul “Robohnya Surau Kami”.
b. Dengan 4-6 orang teman, diskusikanlah struktur cerpen tersebut!
c. Gunakanah format seperti berikut!

Struktur Cerpen Kutipan Penjelasan


1) Abstrak
2) Pengenalan cerita/ orientasi
3) Komplikasi
4) Evaluasi
5) Penyelesaian/ resolusi
6) Koda
pulan S Simpulan

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


3. Cermatilah cerpen berjudul “Juru Masak” karya Damhuri Muhammad di bawah ini!
Diskusikanlah struktur dan kaidah kebahasaan yang menandai cerpen tersebut terkait dengan ciri-cirinya
yang telah dibahas!
a. Apakah semua struktur dan kaidah itu tampak pada cerpen tersebut?
b. Adakah ciri kebahasaan lainnya yang dominan di dalamnya?
Format Analisis
Kaidah Kebahasaan
BeberapaKaidah
tahun yang lalu,
Kebahasaanpesta perkawinan Gentasari dan Rustamadji
Kutipan dalam yang digelar
Cerita
dengan menyembelih tiga belas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari ,
a. Kata ganti orang pertama/ketiga
tidak berjalan mulus bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa
b. Kalimat bermakna lampau
dibohongi
c. oleh keluarga
Konjungsi mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua
kronologis
urusan
d. masak-
Verba memasak selama kenduri
yang menggambarkan berlangsung akan diserahkan kepada
peristiwa
Makaji,
e. juru
Katamasak nomor
kerja yang satu di Lareh
menunjukkan Panjang ini. Namun, di hari perhelatan,
kalimat
ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, gulai kambing, gulai nangka, gulai
tak langsung
f.
rebung, Menggunakan
dan katayang
aneka hidangan kerjatersaji
yang ternyata bukan masakan Makaji.
menyatakan pikiran/perasaan
“Kalau
g. besok gulai nangka
Menggunakan dialogmasih sehambar ini, kenduri tak usah dilanjutkan!”
h.
Ancam Gaya bahasa
Sutan dan kosakata
Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.
ulan S“Apa susahnya
Simpulan
mendatangkan Makaji?”

“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang bikin malu.”
Bacalah cerita pendek di bawah ini secara saksama!
Begitu pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kendururi terasa hambar,
sehambar gulai kambing dan gulai Juru rebung karena bumbu-bumbunya tak diracik
Masak
oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak
Karya:dulu, Makaji
Damhuri tidak pernah keberatan membantu
Muhammad
keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah
Perhelatan
hajatan bisa terpandang
itu orang kacau tanpayang kehadiran lelaki
tamunya itu. Gulaiatau
membludak kambing
orangakan
biasaterasa
yang
hambar lantaran racikan bumbu tidak meresap ke dalam daging.
hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-Kuah gulai
kentang
satunya danmasak
juru gulai rebung bakal di
yang tersisa encer karena
Lareh menakar
Panjang. jumlah
Di usia kelapa
senja, paruttangguh
ia masih hingga
setiap menu masakan kekurangan santan.Akibatnya berseraklah
menahan kantuk. Tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga fitnah dan cela
yang mesti ditanggung tuan rumah. Bukan karena kenduri kurang meriah, tidak
semalam-suntuk.
pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap
***dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak
menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tetapi helat tak bikin kenyang. Ini
“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini,
celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tidak dilibatkan
bagaimana kalau tanggung jawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran
Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.
“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti.” “Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga
tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu, balas Makaji waktu itu. “Kalau memang
masih ingin menjadi juru masak, bagaimana kalau ayah jadi juru masak di salah satu
rumah makan saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah.

Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orang tua memang selalu
begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit
empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji
memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orang tua mana yang tak mau
berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini gayung telah bersambut, sekali
saja ia mengangguk, Azrial akan segera memboyongnya ke rantau. Makaji tetap
akan mempunyai kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di rumah makan
milik anaknya sendiri.
BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]

“Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!” “Kenduri siapa?” tanya Azrial
“Mangkudun. Anak gadisnya baru dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi,
malu kalau tiba-tiba di batalkan.”
Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun
kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari
Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal beleng itu.
Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang ia dijuluki tuan tanah,
hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh
Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya. Mereka tinggal menyebutkan
sawah, ladang, atau tambak ikan sebagai agunan. Dengan senang hati Mangkudun
akan memegang gadaian itu.

Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dan akademi
perawat di kota. Tidak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi
seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan
menjadi juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah
aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa.
Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.

“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!”
bentak Mangkudun. Dan tak lama berselang, kabar ini berdengung juga di telinga
Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggung jawab, Renggo yakin kami berjodoh.”
Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan
kau jodoh yang lebih bermartabat!”

“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?” “Jatuh martabat keluarga kita bila
laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?”
***

Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak
berpematang, tak ada yang bisa diandalkan. Tetapi tidak patut rasanya Mangkudun
memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan
Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. ***

Awalnya, ia hanya tukang cuci piring di rumah makan milik seorang perantau dari
Lareh Panjang yang lebih duku mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit
dikumpulkannya modal agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat
kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan,
punya enam rumah makan dan dua puluh empat anak buah yang tiap hari sibuk
melayani pelanggan. Barangkali ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting
anak gadis Mangkudun. Kini lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang
paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula
sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat.
Adik-adiknya sudah terbang hambur pula ke negeri orang.

Meski hidup Azrial sudah berada, tetapi ia masih tetap membujang. Banyak yang
BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]
ingin mengambilnya sebagai menantu, tetapi tak seorang perempuan pun yang
mampu meluluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau
jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.
***
Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke
langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan
sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan
orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para
tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan
mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak
gadis orang terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan
orang kebanyakan, tetapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas,
anak bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya,
Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu sejak dari sebelum ia lulus di
akademi kepolisian hingga resmijadi perwira muda. Terdengar kabar bahwa
perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang
dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi.

Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan


mencarikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih
bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan
Yusnaldi,perwira muda polisi yang bila tidak “macam-macam” tentu kariernya lekas
menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tetapi pesta yang
digelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu
tidak begitu ramai dikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari
pertama, sekadar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk
menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat. Bahkan
ada yang belum sempat mencicipi hidangan, sudah tergesa pulang.

“Gulai kambingnya tak ada rasa,”bisik seorang tamu. “Kuah gulai rebungnya encer
seperti sayur toge. Kembung perut kami dibuatnya.” “Masakannya tak
mengenyangkan, tak mengundang selera.” “Pasti juru masaknya bukan Makaji!”

Makin ke ujung kenduri makin sepi. Rombonganpengantar mempelai pria diam-


diam juga kecewa pada tuan rumah karena mereka hanya dijamu dengan menu
masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer, dan daging yang tak kempuh.
Padahal mereka bersemangat datang karena pesta perkawinan di Lareh Panjang
mempunyai keistimewaan tersendiri, yaitu rasa masakan hasil olah tangan juru
masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji?

“Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka
bertanya-tanya. “Sia-sia saja kenduri itu bila bukan Makaji yang meracik bumbu.”
“Ah, menyesal kami datang ke pesta itu.”

Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji datang dari
Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru mmasak itu sudah berada di
Jakarta, mungkintak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat
BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]
anaknya. Orang Lareh Panjang akan kehilangan juru masak handal yang pernah ada
di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru
Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuhnya perasaan
Azrial setelah mendengar kekasihnya telah dipersunting lelaki lain.
Kegiatan Belajar 3

Menentukan Topik tentang Kehidupan dalam Cerita Pendek


Topik cerpen dapat diambil dari kehidupan diri sendiri atau pun pengalaman orang lain. Tugas seorang
penulis cerpen adalah memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur
emosi memang penting dalam menulis cerpen. Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan suasana
”emosi”, sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, katakata
tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan yang kita pilih adalah kata-kata yang
mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan mengalirapa adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah
karya yang segar, menarik, dan alamiah.

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif. Pemilihan kata-kata yang biasa-biasa
saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak akan begitu menarik bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan
kota Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramaian
kotanya, berarti dalam karangan itu tidak ada yang baru. Akan tetapi, ketika seorang penulis melukiskan
keadaan kota Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka penggambaran itu
menjadi begitu menarik.

Perhatikan Contoh Berikut!

”Lampu-lampu yang berkilau terasa menusuk-nusuk matanya,sedangkan kebisingan


kota menyayat-nyayat hatinya. Samar-samar dia sadari bahwa dia telah kehilangan
adiknya: Paijo tercinta!
Pak Pong yang malang menatap kota dengan dendam di dalam hati.Jakarta,
kesibukannya, Bina Graha, gedung-gedung itu....”
(Sumber: “Jakarta”, Totilawati Tj.)

Perhatikan pula cuplikan berikut!


Lelaki berkacamata itu membuka kancing baju kemejanya bagianatas. Ia kelihatan
gelisah, berkeringat, meski ia sedang berada di dalam ruangan yang berpendingin. Akan
tetapi, ketika seorang perempuan cantik muncul dari balik koridor menuju tempat lelaki
berkacamata itu menunggu, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. Seakan lelaki itu
begitu pandai menyimpan kegelisahannya.
“Sudah lama?” tanya perempuan cantik itu sambil melempar senyum.
“Baru setengah jam,” jawabnya setengah bergurau.

Gerak-gerik tokoh, identitasnya (berkacamata), serta situasi kejiwaannya jelas tergambar


dalam cuplikan di atas. Karakter tokoh benar-benar hidup sesuai dengan kondisi dan keadaan cerita yang
dialaminya. Penulis mewakilkan situasi kejiwaan tokoh yang gelisah melalui kata-kata membuka kancing
baju kemejanya, berkeringat, berubah menjadi berseriseri.

Ayo Berlatih!

1. Buatlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman hidup yang kamu alami sendiri ataupun
pengalaman orang lain.

2. Tentukanlah topiknya yang menarik dan dianggap khas atau langka.


3. Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik; lalu susunlah menjadi kerangka cerpen secara
krologis.
4. Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen yang utuh dengan menggunakan kekuataan emosi.
5. Lakukanlah silang baca dengan teman sebangku untuk saling memberikan koreksi berkaitan dengan pilihan
kata, ejaan, dan tada bacanya.

Kegiatan Belajar 4

Menyunting Teks Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur

Menulis karangan, baik itu berupa cerita atau pun jenis karangan yang lain jarang yang bisa sekali jadi.
Akan ada saja kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki. Mungkin hal itu berkaitan dengan isi tulisan,
sistematikanya, keefektifan kalimat, kebakuan kata, atau pun ejaan/tanda bacanya. Oleh karena itu,

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


peninjauan ulang atau langkah penyuntingan atas karangan yang telah kita buat, merupakan sesuatu yang
penting dilakukan.
Berikut beberapa persoalan yang perlu diperhatikan berkenaan dengan penyempurnaan karangan.
1. Apakah ide yang dikemukakan dalam karangan itu sudah tepat atau tidak, dan sudah padu atau belum?
2. Apakah sistematika penulisannya sudah benar atau perlu perbaikan? Uraian yang bolak-balik dan
banyaknya pengulangan tentu akan menjadikan karangan itu tidak menarik.
3. Apakah karangan itu bertele-tele atau terlalu sederhana? Karangan yang bertele-tele, haruslah
disederhanakan. Namun, sebaliknya apabila karangan itu terlalu sederhana, perlulah dikembangkan lagi.
4. Apakah penggunaan bahasanya cukup baik atau tidak? Perhatikan keefektifan kalimat dan kejelasan makna
kata-katanya! Buku ejaan, tata bahasa, dan kamus, perlu dijadikan pendamping. Buku-buku tersebut dapat
dijadikan rujukan, terutama ketika ingin memastikan kebenaran atau ketepatan penggunaan bahasa.
5. Penulisan kata asing harus dimiringkan, kalimat langsung ,diberi dua tanda petik(“...”),

Ayo Berlatih!

Tak lagi dijajah oleh bangsa lain. Tidak lagi berperang gerilya keluar masuk hutan. Tapi
ia1.juga seringMarilah berlatihsetiap
meratap-ratap menyunting penggalan
kali membaca c erita
koran berikut!
yang memberitakan keadaan
negara a. ini
Perhatikanlah
semakin miskinisi, struktur, dan aspek
akibat korupsi yangkebahasaan dari cuplikan
telah dianggap wajar bagicerita berikut!
semua pengelola b.
negara. Dengan berdiskusi, perbaikilah beberapa kesalahan yang ada di dalamnya , seperti penulisan kata asing,
nama orang, kata depan, tanda baca, atau pun kalimat tidak efektif.
Banyak kekayaan negara juga dikuras habis-habisan oleh perusahaan-perusahaan asing
yang Bacakanlah
berkolaborasi hasil perbaikan
dengan kelompokmu
elite politik. terhadap
Kini, semua elitecuplikan novel dalam
politik hidup tersebut untuk mendapatkan
kemewahan,
persistanggapan dari pengkhianat
seperti para kelompok lain. bangsa sebelum negara ini merdeka. Dulu, pada masa
penjajahan, para pengkhianat bangsa menjadi mata-mata Kompeni.
Mereka tega mengorbankan anak bangsa sendiri demi keuntunganpribadi. Mereka
mendapat berbagai fasilitas mewah. Seperti rumah, mobil dan juga perempuan-
perempuan cantik. Ia tiba-tiba teringat pengalamannya membantai sejumlah pengkhianat
bangsa dimasa penjajahan.
Saat itu ia ditugaskan oleh jenderal sudirman untuk membersihkan negara ini dari
pengkhianat bangsa yang telah tega mengorbankan siapa saja demi keuntungan pribadi.
”Para pengkhianat bangsa adalah musuh yang lebih berbahaya dibanding Kompeni.
Mereka
lelakitaktua
pantas
itu hidup
selalu disuka
negara sendiri. Kitalencana
mengenakan harus menumpasnya
merah putih sampai
yang dihabis. Mereka
sematkan
tak mungkin
dibajunya. bisa diajak
Dimana berjuang
saja berada, karenamerah
lencana sudahputihnyataselalu
nyatamenghiasi
berkhianat, jenderal sudirman
penampilannya.
berbisik di telinganya
Ia memang seorangketika
pejuangia ikut bergerilya
yang di tengah hutan.
pernah berperang bersama para pahlawan di masa
Ia kemudian
penjajahan bergerilya
sebelum bangsa kedan
kota-kota
negaramenumpas
ini merdeka. kaum
Kinipengkhianat
semua temanbangsa. Ia berjuang
seperjuangannya
sendirian menumpas kaum pengkhianat bangsa. Dengan menyamar
telah tiada. Sering ia bersyukur karena mendapat karunia umur panjang. Ia bisa sebagai penjual tape
singkong dan air perasan tape
menyaksikan rakyat hidup dalam kedamaian. singkong yang bisa diminum sebagai pengganti arak atau
tuak . ia mendatangi rumah-rumah kaum pengkhianat bangsa. Banyak pengkhianat bangsa
yang gemar membeli air perasan tape singkong.
Dasar kaum pengkhianat, senangnya hanya mengumbar nafsu saja , ia bergumam. Ia
begitu dendam kepada kaum pengkhianat bangsa. Mereka harus ditumpas habis dengan
cara apa saja. Dan ia memilih cara paling mudah tapi sangat ampuh untuk menumpas
kaum pengkhianat bangsa. Air perasan tape singkong sengaja dibubuhi racun yang
diperoleh dari seorang sahabatnya berkebangsaan Tionghoa yang sangat mendukung
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Entah terbuat dari bahan apa, racun itu sangat berbahaya. Jika dicampur dengan air
perasan tape singkong, lalu diminum, maka dalam waktu dua jam setelah meminumnya,
maka si peminum akan tertidur untuk selamanya. Tak ada yang tahu, betapa kaum
pengkhianat bangsa tewas satu persatu setelah menenggak air perasan tape singkong yang
telah dicampur dengan racun.
Dokter-dokter yang menolong mereka menduga mereka matiakibat serangan jantung.
Dukun-dukun yang mencoba menolong mereka menduga mereka mati akibat terkena
santet. Pemukapemuka agama yang mencoba menolong mereka menduga mereka mati
akibat kutukan Tuhan karena mereka telah banyak berbuat dosa.
BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]

(Cerpen: “Pejuang” oleh Maria Maghdalena Bhoernomo


dengan beberapa perubahan)
2. Lakukanlah silang baca dengan teman sebangku untuk saling memberikan koreksi berkaitan dengan
pilihan kata, ejaan, tanda baca, dan penggunaan kalimat efektif dalam cerpenmu yang kamu tulis
pada kegiatan belajar 3!

c. Penutup

agaimana kalian sekarang?


etelah Anda belajar bertahap dan berlanjut melalui kegiatan belajar 1, 2, 3, dan 4 berikut diberikan tabel untuk
mengukur diri Anda terhadap materi yang sudah Anda pelajari. Jawablah sejujurnya terkait dengan penguasaan
materi pada UKBM ini di tabel berikut.

Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi


No Pertanyaan Ya Tidak

1. Dapatkah Anda menentukan unsur pembangun cerita pendek?

2. Dapatkah Anda menelaah cerita pendek berdasarkan struktur


dan kaidahnya?

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


3. Dapatkah Anda menentukan topik tentang kehidupan dalam
cerita pendek?
4. Dapatkah Anda menulis cerita pendek dengan memperhatikan
unsur-unsur pembangunnya?
5. Dapatkah Anda menyunting cerpen berdasarkan struktur dan
kebahasaannya?

ika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah kembali materi tersebut dalam
Buku Teks Pelajaran (BTP) dan pelajari ulang kegiatan belajar 1, 2, 3, atau 4 yang sekiranya perlu Anda ulang
dengan bimbingan Guru atau teman sejawat. Jangan putus asa untuk mengulang lagi!. Apabila Anda
menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan berikut.

Di mana posisimu?
Ukurlah diri Anda dalam menguasai materi Teks Cerpen dalam rentang 0 – 100, tuliskan ke dalam kotak yang
ersedia.

etelah kalian menuliskan penguasaan terhadap materi Teks Cerita Pendek, lanjutkan kegiatan berikut untuk
mengevaluasi penguasaan kalian!

Yuk Cek Penguasaan Kalian terhadap Materi Teks Cerita Pendek!

Agar dapat dipastikan bahwa kalian telah menguasai materi Teks Cerita Pendek, maka kerjakan soal berikut
ecara mandiri di buku kerja Anda.

. Analisislah cerpen di bawah ini berdasarkan unsur-unsur pembangunnya!


b. Analisislah cerpen di bawah ini berdasarkan struktur dan kaidah kebahasaanya!
. Bacalah dengan saksama cerita pendek berikut!

Banun
Karya Damhuri Muhammad

Bila ada yang bertanya, siapa makhluk yang paling kikir di kampung itu, tidak akan
da yang menyanggah bahwa perempuan ringkih yang punggungnya telah melengkung
erupa sabut kelapa itulah jawabannya. Semula ia hanya dipanggil Banun. Namun, lantaran
ifat kikirnya dari tahun ke tahun semakin mengakar. Pada sebuah pergunjingan yang
penuh dengan kedengkian, seseorang menembahkan kata “kikir” di belakang nama ringkas
tu, hingga ia ternobat sebagai Banun Kikir. Konon, hingga riwayat ini disiarkan, belum ada
ang sanggup menumbangkan rekor kekikiran Banun.

Ada banyak Banun di perkampungan lereng bukit yang sejak dulu tanahnya subur hingga

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


ersohor sebagai daerah penghasil padi kwalitet nomor satu itu. Pertama, Banun dukun
patah tulang yang dangau uangnya kerap didatangi laki-laki pekerja keras bila pinggang
tau pangkal lengannya terkilir akibat terlampau bergairah mengayun cangkul. Disebut-
ebut kemampuan-temurun Banun ini tak hanya ampuh mengobati patah tulang orang-
rang tani, tapi juga bisa mempertautkan kembali lutut kuda yang retak akibat bendi yang
dihelanya terguling lantaran sarat muatan. Kedua, Banun dukun beranak yang
ehandalannya lebih dipercaya daripada bidan desa yang belum apa-apa sudah angkat
angan, lalu menyarankan pasien buntingnya bersalin di rumah sakit kabupaten.
edemikian mumpuninya kemampuan Banun kedua ini, bidan desa merasa lebih banyak
menimba pengalaman dari dukun itu ketimbang daribuku-buku semasa di akademi. Ketiga,
Banun tukang lemang yang hanya akan tampak sibuk pada hari Selasa dan Sabtu, hari
berburu yang nyaris tak sekali pun dilewatkan oleh para penggila buru babi dari berbagai
pelosok. Di hutan mana para pemburu melepas anjing, di sana pasti tegak lapak lemang-
apai milik Banun. Berburu seolah tidak afdol tanpa lemang-tapai bikinan Banun, yang
hingga kini belum terungkap rahasianya.

Tapi, hanya ada satu Banun Kikir yang karena riwayat kekikiranya begitu menakjubkan,
anpa mengurangi rasa hormat pada Banun-Banun yang lain, sepatutnyalah ia menjadi
akom dalam cerita ini. ***

Di sepanjang usianya, Banun Kikir tak pernah membeli minyak tanah untuk mengasapi
dapur keluarganya.Perempuan itu menanak nasi dengan cara menyorongkan seikat daun
elapa kering ke dalam tungku dan setelah api menyala lekas disorongnya pula beberapa
eping kayu bakar yang selalu tersedia di bawah lumbungnya. Saban petang, selepas
bergelimang dengan lumpur sawah, daun-daun kelapa kering itu dipikulnyadari kebun
ang sejak lama telah digarapnya. Mungkin sudah tak terhitung berapa jumlah simpanan
Banun selama ia menahan diri untuk tidak membeli minyak tanah guna menyalakan
ungku. Sebab, daun-daun kelapa kering di kebunnya tiada bakal pernah berhenti
berjatuhan.

“Hasil sawah yang tak seberapa itu hendak dibawa mati, Mak?” tanya Rimah suatu
etika. Kuping anak gadis Banun itu panas karena gunjing perihal Banun Kikir tak kunjung
eda. “Mak tak hanya kikir pada orang lain, tapi juga kikir pada perut sendiri,” gerutu
Nami, anak kedua Banun.

“Tak usah hiraukan gunjinagan orang! Kalau benar apa yang mereka tuduhkan, kalian tak
bakal mengenyam bangku sekolah dan seumur-umur akan jadi orang tani,” bentak Banun.
“Sebagai anak yang lahir dari rahim orang tani, semestinya kalian paham bagaimana tabiat
petani sejati.”

ejak itulah Banun menyingkapkan rahasia hidupnya pada anak-anaknya, termasuk pada
Rimah, anak bungsunya itu. Ia menjelaskan kata “tani” sebagai penyempitan dari “tahani”,
ang bila diterjemahkan ke dalambahasa orang kini berarti: “menahan diri”. Menahan diri
untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat diperoleh dengan cara bercocok tanam.
ebutlah misalnya, sayur-mayur, cabai, bawang seledri, kunyit, lengkuas, jahe. Di sepanjang
iwayatnya dalam menyelenggarakan hidup, orang tani hanya akan membeli garam.
Minyak goreng sekali pun, sedapat-dapatnya dibikin sendiri. Begitu ajaran mendiang suami
Banun, yang meninggalkan perempuan itu ketika anak-anaknya belum bisa mengelap

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


ngus sendiri. Semakin banyak yang “ditahani” Banun, semakin kokoh ia berdiri sebagai
rang tani.

Maka, selepas kesibukannya menanam, menyiangi, dan menuai padi di sawah milik sendiri,
dengan segenap tenaga yang tersisa, Banun menghijaukan pekarangannya dengan
bermacam-macam sayuran, cabai, seledri, bawang, lengkuas, jahe, kunyit, gardamunggu,
eruk nipis, hingga kebutuhannya untuk memasak tersedia hanya beberapa jengkal dari
dapurnya. Bila kebutuhan memasak harus dibeli Banun dengan penghasilan sebagai petani
padi, tentu akan jauh dari memadai. Bagi Banun segala sesuatu yang dapat tumbuh di
anahnya, akan ditanamnya agar ia terhindar dari keharusan membeli. Dengan begitu,
penghasilan dari panen padi kelak bakal terkumpul guna membeli lahan sawah yang lebih
uas lagi. Dan, setelah bertahun-tahun menjadi petani, tengoklah keluarga Banun kini.
Hampir separuh dari lahan sawah yang terbentang di wilayah kampung tempat ia lahir dan
dibesarkan, telah jatuh ke tangannya. Orang-orang menyebutnya tuan tanah yang seolah
idak pernah kehabisan uang guna meladeni mereka yang terdesak keperluan biaya anak-
nak sekolah. Tak jarang pula untuk biaya keberangkatan anak-anak gadis mereka ke luar
negeri untuk menjadi TKW, lalu menggadaikan, bahkan menjual lahan sawah. Empat orang
nak Banun telah disarjanakan dengan kucuran peluhnya selama menjadi orang tani.
**

esungguhnya Banun tidak pernah lupa pada orang yang pertama kali menjulukinya Banun
Kikir hingga nama buruk itu melekat sampai umurnya hampir berkepala tujuh. Orang itu
dalah Palar, laki-laki ahli waris tunggal kekayaan ibu-bapaknya. Namun, karena tak
erbiasa berkubang lumpur sawah, Palar tak pernah sanggup menjalankan lelaku orang
ani. Untuk sekebat sayur kangkung pun, Zubaidah, istri Palar, harus berbelanja ke pasar.
Pekarangan rumahnya gersang. Kolamnya kering. Bahkan sebatang pohon singkong pun
menjadi tumbuhan langka. Selam masih tersedia di pasar, kenapa harus ditanam? Begitu
ira-kira prinsip hidup Palar. Baginya, bercocok tanam aneka tumbuhan untuk kebutuhan
makan sehari-hari hanya akan membuat pekerjaan di sawah jadi terbengkalai. Lagi pula
bukankah ada tauke yang selalu berkenan memberi pinjaman, selama orang tani masih
mau menyemai benih? Namun, tauke-tauke yang selalu bermurah hati itu, bahkan sebelum
awah digarap, akan mematok harga jual padi seenak perutnya dan para petani tidak
berkutik dibuatnya. Perangai lintah darat itu sudah merajalela, bahkan sejak Banun belum
mahir menyemai benih. Palar salah satu korbannya. Dua pertiga lahan sawah yang
ddiwarisinya telah berpindah tangan pada seorang tauke, lantaran dari musim ke
musimhasil panennya merosot.

Palar juga terpaksa melego beberapa petak sawah guna membiayai kuliah Rustam, anak
aki-laki satu-satunya, yang kelak bakal menyandang gelar insinyur pertanian. Dalam
belitan hutang yang entah kapan bakal terlunasi, Palar mendatangi rumah Banun, hendak
meminang Rimah untuk Rustam.
Karena kita sama-sama orang tani, bagaimana kalau Rimah kita nikahkan dengan
Rustam?” bujuk Palar masa itu. “Pinanganmu terlambat. Rimah sudah punya calon suami,”
balas Banun dengan sorot mata sinis.
Keluargamu beruntung bila menerima Rustam. Ia akan menjadi satu-satunya insinyur
pertanian di kampung ini dan hendak menerapkan cara bertani zaman kini, hingga orang-
rang tani tidak lagi terpuruk dalam kesusahan,” ungkap Palar sebelum meninggalkan

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


umah Banun. “Maafkan saya, Palar.”

Rupanya penolakan Banun telah menyinggung perasaan Palar. Lelaki itu merasa terhina.
Mentang-mentang sudah kaya, Banun mentah-mentah menolak pinangannya. Dan, yang
ebih menyakitakan, ini bukan penolakan yang pertama. Tiga bulan setelah suami Banun
meninggal, Palar menyampaikan niatnya hendak mempersunting janda kembang itu. Tapi,
Banun bertekad akan membesarkan anak-anaknya tanpa suami baru. Itu sebabnya, Palar
menggunakan segala siasat dan muslihat agar Banun termaklumatkan sebagai perempuan
paling kikir di kampung itu. Palar hendak membuat Banun menanggung malu, bila perlu
ampai ajal datang menjemputnya. ***

Meski kini sudah zaman gas elpiji, Banun masih mengasapi dapur dengan daun kelapa
ering dan kayu bakar, hingga hingga ia menyandang julukan si Banun Kikir. “Nasi tak
erasa sebagai nasi bila dimasak dengan elpiji,” kilah Banun saat menolak tawaran Rimah
ang hendak akan membelikannya kompor gas. Rimah sudah hidup berkecukupan
bersama suaminya yang bekerja sebagai guru di ibu kota kabupaten. Begitu pula dengan
Nami dan dua anak Banun yang lain. Sejak menikah, mereka tinggal di rumah masing-
masing. Setiap Jumat, Banun datang berkunjung, menjenguk cucu secara bergiliran.

Kalau Mak menerima pinangan Rustam, tentu julukan buruk itu tak pernah ada,” sesal
Rimah suatu hari. “Masa itu kenapa Mak mengatakan bahwa aku sudah punya calon suami,
padahal belum, bukan?”
Bukankah calon menantu Mak calon insinyur?”
Tak usah kau ungkit-ungkit lagi cerita lama. Mungkin Rustam bukan jodohmu!” sela
Banun. “Tapi seandainya kami berjodoh, Mak tak akan dinamai Banun Kikir!”

esaat Banun diam. Tanya-tanya nyinyir Rimah mengingatkan ia pada Palar yang begitu
bangga punya anak bertitel insinyur pertanian, yang katanya dapat melipatgandakan hasil
panen dengan mengjarkan teori-teori pertanian. Tapi, bagaimana mungkin Rustam akan
memberi contoh cara bertani modern, sementara sawahnya sudah ludes terjual? Kalau
memang benar Palar orang tani yang sesungguhnya, ia tidak akan gampang menjual lahaqn
awah, meski untuk mencetak insinyur pertanianbila tidak mengamalkan laku orang tani?
Banun menolak pinangan itu bukan karena Palar sedang terbelit hutang, tidak pula karena
a sudah jadi tuan tanah, tapi karena perangai buruk Palar yang dianggapnya sebagai
penghinaan pada jalan hidup orang tani. (*)

. Tunjukkanlah bagian abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda dalam teks
cerita pendek tersebut di atas! b. Jelaskan
makna kosakata teknik dalam cerpen tersebut!
. Identifikasilah kalimat yang berupa majas dan termasuk majas apakah kalimat tersebut! dal

etelah menyelesaikan soal di atas dan mengikuti kegiatan belajar 1, 2, 3, dan 4, silakan Anda berdiskusi dengan
eman sebangku atau teman lain jika memang masih ada beberapa hal yang perlu dikaji ulang.
ni adalah akhir dari UKBM materi Meneladani Kehidupan dari Cerita Pendek, mintalah tes formatif kepada
Guru Anda sebelum belajar ke UKBM berikutnya.

BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]


BM SMAN 1 PURWOSARI [AUTHOR NAME]

Anda mungkin juga menyukai