Tanda Tangan
Nama : MUHAMMAD FILLAH
Mahasiswa
NPM : 10060318034 Prodi: FARMASI
Kelas : A No. Urut Absensi:
1. A.) 10 Faktor/tanda zaman yang dapat membawa kehancuran suatu bangsa menurut Thomas Licona
yaitu :
I. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja
II. Ketidakjujuran yang membudaya
III. Semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru dan figure pemimpin
IV. Pengaruh kelompok/group (geng) terhadap tindakan kekerasan
V. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian
VI. Penggunaan Bahasa yang memburuk
VII. Penurunan etos kerja
VIII. Menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara
IX. Meningginya perilaku merusak diri
X. Semakin kaburnya pedoman moral
(Sumber: https://mantapbelajarblog.wordpress.com)
(Sumber: https://mantapbelajarblog.wordpress.com)
Iman
A.) Definisi Iman
Menurut bahasa iman yaitu penbenaran hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah :
Ini pendapat menurut jumhur ulama dan imam syafi’i mewariskan ijma’ para sahabat, tabi’in dan
orang-orang sesudah mereka yang sezaman dengan beliau atas pengertian tersebut.
“Mengamalkan dengan anggota badan” maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan,
sedang anggota badan mengamalkan dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
Ihsan berasal dari kata Ahsana-Yuhsinu-Ihsaanan yang artinya “berbuat baik”. Sedangkan
pengertian Ihsan menurut istilah adalah menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya jika tidak
biasa demikian maka sesungguhnya Allah maha melihat. Maka Ihsan adalah ajaran tentang
penghayatan diri sebagai yang sedang menghadap Allah dan berada di kehadirat-Nya ketika
beribadah.
Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam arti sesungguhnya. Ihsan di
analogkan sebagai bangunan Islam ( rukun Iman adalah pondasi dan rukun Islam adalah
bangunannya). Ihsan berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan ke islaman seseorang. Jika
seseorang berbuat ihsan, maka amal-amal islam lainnya akan terpelihara dan tahan lama dengan
fungsinya sebagai atap bangunan.
(T. ibrahim, darsono, 2009, Membangun akidah dan akhlak XI, Solo: PT Tiga serangkai pustaka
mandiri.)
Ihsan yang didalamnya termuat akhlak/budi pekerti merupakan keharusan untuk kegiatan
manusia, baik yang berkaitan dengan keimanan maupun amaliyahnya. Contoh sopan santun
terhadap sesama, terhadap hewan, tumbuhan, lingkungan, dan juga terhadap diri sendiri.
Ketiga unsur diatas semestinya menyatu. Ibadah tidak sah tanpa mempercayai akidah Islam,
akidah menuntut yang mempercayainya untuk mengamalkan tuntunan ibadah, dan baik akidah
maupun syari’ah tidak boleh di lepaskan dari akhlak/ihsan. Ada akhlak terhadap Allah, Rasul,
Malaikat, dll. Sebagaimana ada juga akhlak dalam bersyahadat, shalat, zakat, puasa, haji.
Kesemuanya menyatu dalam ajaran Islam lalu setelah itu ksemuanya berkaitan dengan
kehidupan duniawi. Akidah yang benar menghasilkan pengawasan melekat dan dorongan untuk
melakukan pekerjaan dalam bentuk terbaik, serta tanggung jawab yang tinggi. Kesadraan
tentang hal-hal diatas membentengi manusia dari godaan nafsu dan setan. Karena itu pula semua
tuntunan agama Islam memilik aspek sosial.
(Fathul Baari Shahih Al- Bukhari, karya Ibnu Hajar Asqalani, I/60)
3. A.) faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya akhlak atau moral seseorang Menurut Hamzah
Ya’qub :
Menurut Hamzah Ya‟kub faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak atau moral
pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama yaitu factor internal dan faktor
eksternal [Hamzah Ya‟qub, Buku Etika Islam, (Bandung :Diponegoro, 1993), hlm. 57].
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang
merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian
anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya.
Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki naluri keagamaan yang nantinya akan
mempengaruhi dirinya seperti unsur-unsur yang ada dalam dirinya yang turut membentuk
akhlak atau moral, diantaranya adalah ;
a) Instink (naluri)
Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa latihan
sebelumnya, terarah pada tujuan yang berarti bagi si subyek, tidak disadari dan berlangsung
secara mekanis. Ahli-ahli psikologi menerangkan berbagai naluri yang ada pada manusia
yang menjadi pendorong tingkah lakunya, diantaranya naluri makan, naluri berjodoh, naluri
keibu-bapakan, naluri berjuang, naluri bertuhan dan sebagainya.
b) Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah kebiasaan atau adat
istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga
menjadi mudah dikerjakan.
Kebiasaan dipandang sebagai fitrah yang kedua setelah nurani. Karena 99% perbuatan
manusia terjadi karena kebiasaan. Misalnya makan, minum, mandi, cara berpakaian itu
merupakan kebiasaan yang sering diulang- ulang.
c) Keturunan
Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifat- sifat tertentu dari orang tua kepada
keturunannya, maka disebut al- Waratsah atau warisan sifat-sifat.
Warisan sifat orang tua terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung dan tidak
langsung. Artinya, langsung terhadap anaknya dan tidak langsung terhadap anaknya,
misalnya terhadap cucunya. Sebagai contoh, ayahnya adalah seorang pahlawan, belum tentu
anaknya seorang pemberani bagaikan pahlawan, bisa saja sifat itu turun kepada cucunya.
d) Keinginan atau kemauan keras
Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia adalah kemauan
keras atau kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu.
Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam. Itulah yang menggerakkan manusia berbuat
dengan sungguh-sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut
ilmu di negeri yang jauh berkat kekuatan azam (kemauan keras).
Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang berat dan hebat memuat
pandangan orang lain karena digerakkan oleh kehendak. Dari kehendak itulah menjelma niat
yang baik dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku menjadi baik dan buruk
karenanya.
e) Hati nurani
Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan
(isyarat) apabila tingkah laku manusia berada di ambang bahaya dan keburukan. Kekuatan
tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam bahasa arab disebut dengan
“dhamir”. Dalam bahasa Inggris disebut “conscience”. Sedangkan “conscience” adalah
sistem nilai moral seseorang, kesadaran akan benar dan salah dalam tingkah laku.
Fungsi hati nurani adalah memperingati bahayanya perbuatan buruk dan berusaha
mencegahnya. Jika seseorang terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak
senang (menyesal), dan selain memberikan isyarat untuk mencegah dari keburukan, juga
memberikan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang baik.
Oleh karena itu, hati nurani termasuk salah satu faktor yang ikut membentuk akhlak
manusia.
[Hamzah Ya‟qub, Buku Etika Islam, (Bandung :Diponegoro, 1993), hlm. 57].
2. Faktor eksternal
Adapun faktor eksternal adalah faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi
kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi ;
a. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu masyarakat
adalah lingkungan (milleu). Milleu adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang
hidup.30 Misalnya lingkungan alam mampu mematahkan/mematangkan pertumbuhan
bakat yang dibawa oleh seseorang ; lingkungan pergaulan mampu mempengaruhi pikiran,
sifat, dan tingkah laku.
b. Pengaruh keluarga
Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga dalam pendidikan
yaitu memberikan pengalaman kepada anak baik melalui penglihatan atau pembinaan
menuju terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua.
Dengan demikian orang tua (keluarga) merupakan pusat kehidupan rohani sebagai
penyebab perkenalan dengan alam luar tentang sikap, cara berbuat, serta pemikirannya di
hari kemudian. Dengan kata lain, keluarga yang melaksanakan pendidikan akan
memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan akhlak.
c. Pengaruh sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dimana dapat
mempengaruhi akhlak anak. Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus sebagai berikut ;
“Kewajiban sekolah adalah melaksanakan pendidikan yang tidak dapat dilaksanakan
di rumah tangga, pengalaman anakanak dijadikan dasar pelajaran sekolah, kelakuan
anak-anak yang kurang baik diperbaiki, tabiat-tabiatnya yang salah dibetulkan,
perangai yang kasar diperhalus, tingkah laku yang tidak senonoh diperbaiki dan
begitulah seterunya.36
[Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta : Agung, 1978), hlm. 31].
(Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Solo : Tiga Serangkai, 2011), hlm. 420.)
(Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Solo : Tiga Serangkai, 2011), hlm. 420.)
2.) Kita wajib meyakini bahwa tidak akan menimpa dan mengenai kita, apakah bentuknya penyakit,
wabah, bahaya, bencana dan lainnya kecuali apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah
takdirkan dan Allah sudah tulis di Lauh Mahfuzh.
ََب ٱهَّلل ُ لَنَا هُ َو َموْ لَ ٰىنۚ”َا َو َعلَى ٱهَّلل ِ فَ ْليَتَ َو َّك ِ”ل ْٱل ُم ْؤ ِمنُون ِ قُل لَّن ي
َ ُصيبَنَٓا إِاَّل َما َكت
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang
yang beriman.” [At-Taubah/9 : 51]
ب ِّمن قَ ْب ِل أَن نَّب َْرأَه َۚٓا إِ َّن ٰ َذلِكَ َعلَى ٱهَّلل ِ يَ ِسي ٌ”ر
ٍ َض َواَل فِ ٓى أَنفُ ِس ُك ْم إِاَّل فِى ِك ٰت
ِ ْصيبَ ٍة فِى ٱأْل َر
ِ اب ِمن ُّم
َ صَ ََمٓا أ
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis
dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu
mudah bagi Allah.” [Al-Hadid/57 : 22]
Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
َوإِ ِن اجْ تَ َم ُع””وا َعلَى أَ ْن، َك بِ َش ْي ٍء لَ ْم يَ ْنفَعُوْ كَ إِالَّ بِ َش ْي ٍء قَ ْد َكتَبَ”هُ هللاُ لَ””ك
َ ْت َعلَى أَ ْن يَ ْنفَعُو ْ َوا ْعلَ ْم أَ َّن األُ َّمةَ لَ ِو اجْ تَ َم َع
ِ َّت األَ ْقالَ ُم َو َجف
ُت الصُّ ُحف ِ ُرفِ َع، َك إِالَّ بِ َش ْي ٍء قَ ْد َكتَبَهُ هللاُ َعلَ ْيك ”َ ْيَضُرُّ وْ كَ بِ َش ْي ٍء لَ ْم يَضُرُّ و
“…Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh ummat berkumpul untuk memberi suatu manfaat
kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu
yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan
suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan
kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.
Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” [HR At-Tirmidzi (no. 2516) Hadits ini
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam kitab Zhilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah
(no. 315-318) dan Hidayatur Ruwat (no.5232)].
(Buku Wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas, Yazid bin Abdul
Qadir Jawas, Pustaka at-Taqwa Bogor)
Kita harus meyakini, tidak akan menimpa kita sesuatu apa pun, kecuali apa yang Allah telah
menetapkannya untuk kita, sehingga tidak akan menimbulkan ketakutan yang luarbiasa seperti
yang terjadi sekarang ini. Semua Allah sudah takdirkan, kita wajib usaha yang dibenarkan
menurut syari’at, dan menurut dokter yang ahli dalam masalah wabah ini. Tapi serahkan semua
urusan kepada Allah. Jangan takut berlebihan. Apa yang Allah takdirkan untuk kita, itu yang
terbaik untuk kita. Dan Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.