Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Mata Kuliah : PAI IV (Akhlak)


Semester : Genap
Dosen : Parihat Kamil, Dra., M.Si.
Hari/Tanggal : Kamis, 02 April 2020

Tanda Tangan
Nama : MUHAMMAD FILLAH
Mahasiswa
NPM : 10060318034 Prodi: FARMASI
Kelas : A No. Urut Absensi:

1. A.) 10 Faktor/tanda zaman yang dapat membawa kehancuran suatu bangsa menurut Thomas Licona
yaitu :
I. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja
II. Ketidakjujuran yang membudaya
III. Semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru dan figure pemimpin
IV. Pengaruh kelompok/group (geng) terhadap tindakan kekerasan
V. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian
VI. Penggunaan Bahasa yang memburuk
VII. Penurunan etos kerja
VIII. Menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara
IX. Meningginya perilaku merusak diri
X. Semakin kaburnya pedoman moral
(Sumber: https://mantapbelajarblog.wordpress.com)

B.) Contoh masing-masing Faktor :


I. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja.
Contoh : Terjadinya tawuran antar prodi di Universitas Negeri Medan.
II. Ketidakjujuran yang membudaya.
Contoh : Antar sesama sahabat atau teman melakukan kebohongan demi kepentingan pribadi.
III. Semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru dan figure pemimpin.
Contoh : Seorang anak yang melawan kepada orang tua.
IV. Pengaruh kelompok/group (geng) terhadap tindakan kekerasan.
Contoh : Terjadi tawuran yang di rencanakan oleh sekelompok orang atau geng.
V. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian.
Contoh : Memiliki sifat kecurigaan dan kebencian terhadap sesama teman dikarenakan iri
atau dengki terhadap teman tersebut.
VI. Penggunaan Bahasa yang memburuk.
Contoh : Keluarnya kata kasar ketika berbicara di kalangan remaja
VII. Penurunan etos kerja.
Contoh : Budi mengalami penurunan etos kerja sejak kemarin dikarenakan lagi ada masalah
keluarga.
VIII. Menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara.
Contoh : Dimas tidak bertanggung jawab setelah memecahkan kaca warung milik warga di
kampung.
IX. Meningginya perilaku merusak diri.
Contoh : Banyak nya pekerja seks komersial (PSK) di kalangan remaja.
X. Semakin kaburnya pedoman moral.
Contoh : Ridwan tidak menghargai agama lain di sekolahnya.

(Sumber: https://mantapbelajarblog.wordpress.com)

2. A.) Makna Islam, Iman dan Ihsan


 Islam
Definisi Islam :

Islam bersal dari kata as-salamu-as-salmu-danassilmu yang berarti: menyerahkan diri, pasrah,


tunduk, dan patuh. Sedangkan islam menurut istilah yaitu sikap penyerahan diri (kepasrahan,
ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup, di
dunia maupun di akhirat.

(Busyra, Zainuddin Ahmad,2010, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis,Yogyakarta:


Azna Books).

 Iman
A.) Definisi Iman
Menurut bahasa iman yaitu penbenaran hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah :

‫ َو َع َم ٌل بِاْألَرْ َكا ِن‬،‫ان‬ ِ ‫ق بِاْلقَ ْل‬


ِ ‫ َوإِ ْق َرا ٌر بِاللِّ َس‬،‫ب‬ ٌ ‫تَصْ ِد ْي‬
“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan”.

Ini pendapat menurut jumhur ulama dan imam syafi’i mewariskan ijma’ para sahabat, tabi’in dan
orang-orang sesudah mereka yang sezaman dengan beliau atas pengertian tersebut.

(Busyra, Zainuddin Ahmad,2010, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis,Yogyakarta:


Azna Books).

B.) Penjelasan Definisi Iman


Menurut bahasa iman yaitu penbenaran hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah :
“membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan
perbuatan”.“Membenarkan dengan hati” maksudnya menerima segala sesuatu yang dibawa
rasullullah SAW.

“Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya, mengucapkan dua kalimat syahadat, “Laa


Ilaahaillallah Wa Anna Muhammadarrosulullah” ( Tidak ada sesembahan yang haq kecuali
Allah SWT dan bahwa nabi muhammad adalah utusan Allah SWT).                       

“Mengamalkan dengan anggota badan” maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan,
sedang anggota badan mengamalkan dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.

(Busyra, Zainuddin Ahmad,2010, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis,Yogyakarta:


Azna Books).
 Ihsan
Definisi Ihsan :

Ihsan berasal dari kata Ahsana-Yuhsinu-Ihsaanan yang artinya “berbuat baik”. Sedangkan
pengertian Ihsan menurut istilah adalah menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya jika tidak
biasa demikian maka sesungguhnya Allah maha melihat. Maka Ihsan adalah ajaran tentang
penghayatan diri sebagai yang sedang menghadap Allah dan berada di  kehadirat-Nya ketika
beribadah.

Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam arti sesungguhnya. Ihsan di
analogkan sebagai bangunan Islam ( rukun Iman adalah pondasi dan rukun Islam adalah
bangunannya). Ihsan berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan ke islaman seseorang.  Jika
seseorang berbuat ihsan, maka amal-amal islam lainnya akan terpelihara dan tahan lama dengan
fungsinya sebagai atap bangunan.

(T. ibrahim, darsono, 2009, Membangun akidah dan akhlak XI, Solo: PT Tiga serangkai pustaka
mandiri.)

B.) Contoh implementasi dari trilogy ajaran Islam


Hal yang berkaitan dengan amaliyah yaitu menjalankan apa yang menjadi tuntutan-Nya dan
menjauhi apa yang menjadi larangannya dinamakan syari’ah yang dilandasi oleh akidah/
keimanan yang bersumber dari 2 dasar besar yaitu Al-Quran dan Hadist.

Ihsan yang didalamnya termuat akhlak/budi pekerti merupakan keharusan untuk kegiatan
manusia, baik yang berkaitan dengan keimanan maupun amaliyahnya. Contoh sopan santun
terhadap sesama, terhadap hewan, tumbuhan, lingkungan, dan juga terhadap diri sendiri.

Ketiga unsur diatas semestinya menyatu. Ibadah tidak sah tanpa mempercayai akidah Islam,
akidah menuntut yang mempercayainya untuk mengamalkan tuntunan ibadah, dan baik akidah
maupun syari’ah tidak boleh di lepaskan dari akhlak/ihsan. Ada akhlak terhadap Allah, Rasul,
Malaikat, dll. Sebagaimana ada juga akhlak dalam bersyahadat, shalat, zakat, puasa, haji.
Kesemuanya menyatu dalam ajaran Islam lalu setelah itu ksemuanya berkaitan dengan
kehidupan duniawi. Akidah yang benar menghasilkan pengawasan melekat dan dorongan untuk
melakukan pekerjaan dalam bentuk terbaik, serta tanggung jawab yang tinggi. Kesadraan
tentang hal-hal diatas membentengi manusia dari godaan nafsu dan setan. Karena itu pula semua
tuntunan agama Islam memilik aspek sosial.

(Fathul Baari Shahih Al- Bukhari, karya Ibnu Hajar Asqalani, I/60)
3. A.) faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya akhlak atau moral seseorang Menurut Hamzah
Ya’qub :
Menurut Hamzah Ya‟kub faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak atau moral
pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama yaitu factor internal dan faktor
eksternal [Hamzah Ya‟qub, Buku Etika Islam, (Bandung :Diponegoro, 1993), hlm. 57].
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang
merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian
anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya.
Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki naluri keagamaan yang nantinya akan
mempengaruhi dirinya seperti unsur-unsur yang ada dalam dirinya yang turut membentuk
akhlak atau moral, diantaranya adalah ;

a) Instink (naluri)
Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa latihan
sebelumnya, terarah pada tujuan yang berarti bagi si subyek, tidak disadari dan berlangsung
secara mekanis. Ahli-ahli psikologi menerangkan berbagai naluri yang ada pada manusia
yang menjadi pendorong tingkah lakunya, diantaranya naluri makan, naluri berjodoh, naluri
keibu-bapakan, naluri berjuang, naluri bertuhan dan sebagainya.
b) Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah kebiasaan atau adat
istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga
menjadi mudah dikerjakan.
Kebiasaan dipandang sebagai fitrah yang kedua setelah nurani. Karena 99% perbuatan
manusia terjadi karena kebiasaan. Misalnya makan, minum, mandi, cara berpakaian itu
merupakan kebiasaan yang sering diulang- ulang.

c) Keturunan
Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifat- sifat tertentu dari orang tua kepada
keturunannya, maka disebut al- Waratsah atau warisan sifat-sifat.
Warisan sifat orang tua terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung dan tidak
langsung. Artinya, langsung terhadap anaknya dan tidak langsung terhadap anaknya,
misalnya terhadap cucunya. Sebagai contoh, ayahnya adalah seorang pahlawan, belum tentu
anaknya seorang pemberani bagaikan pahlawan, bisa saja sifat itu turun kepada cucunya.
d) Keinginan atau kemauan keras
Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia adalah kemauan
keras atau kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu.
Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam. Itulah yang menggerakkan manusia berbuat
dengan sungguh-sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut
ilmu di negeri yang jauh berkat kekuatan azam (kemauan keras).
Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang berat dan hebat memuat
pandangan orang lain karena digerakkan oleh kehendak. Dari kehendak itulah menjelma niat
yang baik dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku menjadi baik dan buruk
karenanya.
e) Hati nurani
Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan
(isyarat) apabila tingkah laku manusia berada di ambang bahaya dan keburukan. Kekuatan
tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam bahasa arab disebut dengan
“dhamir”. Dalam bahasa Inggris disebut “conscience”. Sedangkan “conscience” adalah
sistem nilai moral seseorang, kesadaran akan benar dan salah dalam tingkah laku.
Fungsi hati nurani adalah memperingati bahayanya perbuatan buruk dan berusaha
mencegahnya. Jika seseorang terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak
senang (menyesal), dan selain memberikan isyarat untuk mencegah dari keburukan, juga
memberikan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang baik.
Oleh karena itu, hati nurani termasuk salah satu faktor yang ikut membentuk akhlak
manusia.

[Hamzah Ya‟qub, Buku Etika Islam, (Bandung :Diponegoro, 1993), hlm. 57].

2. Faktor eksternal
Adapun faktor eksternal adalah faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi
kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi ;
a. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu masyarakat
adalah lingkungan (milleu). Milleu adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang
hidup.30 Misalnya lingkungan alam mampu mematahkan/mematangkan pertumbuhan
bakat yang dibawa oleh seseorang ; lingkungan pergaulan mampu mempengaruhi pikiran,
sifat, dan tingkah laku.
b. Pengaruh keluarga
Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga dalam pendidikan
yaitu memberikan pengalaman kepada anak baik melalui penglihatan atau pembinaan
menuju terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua.
Dengan demikian orang tua (keluarga) merupakan pusat kehidupan rohani sebagai
penyebab perkenalan dengan alam luar tentang sikap, cara berbuat, serta pemikirannya di
hari kemudian. Dengan kata lain, keluarga yang melaksanakan pendidikan akan
memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan akhlak.
c. Pengaruh sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dimana dapat
mempengaruhi akhlak anak. Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus sebagai berikut ;
“Kewajiban sekolah adalah melaksanakan pendidikan yang tidak dapat dilaksanakan
di rumah tangga, pengalaman anakanak dijadikan dasar pelajaran sekolah, kelakuan
anak-anak yang kurang baik diperbaiki, tabiat-tabiatnya yang salah dibetulkan,
perangai yang kasar diperhalus, tingkah laku yang tidak senonoh diperbaiki dan
begitulah seterunya.36

Di dalam sekolah berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan.


Pada umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari kecakapan- kecakapan
pada umumnya, belajar bekerja sama dengan kawan sekelompok melaksanakan tuntunan-
tuntunan dan contoh yang baik, dan belajar menahan diri dari kepentingan orang lain.

[Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta : Agung, 1978), hlm. 31].

B.) Contoh masing-masing factor :


1.) Faktor Internal
 Instink (naluri)
Contoh : Satya memiliki sifat naluri keibu-bapakan yang baik dan penyayang.
 Kebiasaan
Contoh : Rudi memiliki kebiasaan membersihkan halaman rumah setiap pagi hari.
 Keturunan
Contoh : Steven memiliki sifat kepahlawanan dari keturunan ayah dan ibunya.
 Keinginan atau kemauan keras
Contoh : Satya memiliki keinginan dan kemauan keras untuk berhasil dan menggapai cita-
citanya.
 Hati Nurani
Contoh : Meskipun Rudi di jahatin oleh budi setiap hari tetapi rudi tidak membalasnya karena
rudi memiliki hati Nurani yang baik dan tidak memiliki sifat dendam.
[Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak) terj. Farid Ma‟ruf, (Jakarta : Bulan Bintang,1975), hlm. 35].

2.) Faktor Eksternal


 Lingkungan
Contoh : Satya berubah sifat yang awal nya anak yang baik menjadi anak yang bandal dan
suka berjudi akibat pengaruh lingkungan pergaulan disekitarnya.
 Pengaruh Keluarga
Contoh : Rudi diajarkan sopan santun oleh orang tua nya sejak ia lahir sehingga membuat
rudi menjadi anak yang baik sejak sampai sekarang.
 Pengaruh Sekolah
Contoh : Akhlak andi berubah dari yang awalnya baik menjadi tukang tawuran akibat
pengaruh teman-teman nya disekolah.
[Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak) terj. Farid Ma‟ruf, (Jakarta : Bulan Bintang,1975), hlm. 35].
4. A.) Pengertian Akhlak Mahmudah (Terpuji) dan Akhlak Mazmumah (Tercela).
1.) Akhlak Mahmudah (Terpuji)
Akhlak mahmudah (terpuji) adalah perbuatan yang dibenarkan oleh agama (Allah dan
RasulNya). Contohnya : disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup
sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun,  tolong-menolong,
hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh
pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal, ber-tauhiid, ikhlaas, khauf, taubat,
ikhtiyaar, shabar, syukur, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif,
produktif, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida,
amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja, serta pengenalan
tentang tasawuf.

(Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Solo : Tiga Serangkai, 2011), hlm. 420.)

2.) Akhlak Mazmumah (Tercela)


Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama (Allah dan
RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka,
khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah,
fasik, dan murtad, kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur,
hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar
(seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf,  tabdzir.

(Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Solo : Tiga Serangkai, 2011), hlm. 420.)

B.) 10 Contoh Akhlak Mahmudah dan Akhlak Mahmudah


1.) Akhlak Mahmudah (Terpuji)
Contohnya : 
 Disiplin dalam melakukan pekerjaan
 Hidup bersih setiap hari
 Ramah kepada warga disekitar
 Sopan-santun kepada orang tua
 Bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
 Berhidup sederhana tidak mewah
 Memiliki sifat Rendah hati
 Bersikap jujur kepada siapa pun
 Memiliki Kasih sayang kepada hewan
 Tolong-menolong sesama manusia
 Hormat dan patuh kepada Orang tua

2.) Akhlak Mazmumah (Tercela)


Contohnya :
 Hidup kotor Setiap hari
 Berbicara jorok/kasar kepada teman
 Berbohong kepada orang tua
 Memiliki sifat sombong
 Durhaka kepada orang tua
 Berkhianat kepada teman
 Memiliki Sifat iri
 Berjudi
 Berzina
 Mencuri
 Mengkonsumsi narkoba
5. Sikap Kita sebagai seorang Muslim menghadapi musibah virus COVID-19 adalah :
1.) Kita wajib beriman dan yakin bahwa semua urusan ditangan Allah, apa yang terjadi semua
dengan kehendak Allah, dan takdir Allah ditetapkan 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan
bumi.

‫ض بِخَ ْم ِس ْينَ أَ ْلفَ َسنَ ٍة‬


َ ْ‫ت َو ْاألَر‬ َ ُ‫ق قَب َْل أَ ْن يَ ْخل‬
َ ‫ق ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬ ِ ِ‫َب هللاُ َمقَا ِدي َْر ْالخَ الَئ‬
َ ‫ َكت‬.
“Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk 50.000 (lima puluh ribu) tahun sebelum
menciptakan langit dan bumi.” [HR Muslim (no. 2653 (16) dan at-Tirmidzi (no. 2156), Ahmad
(II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi (no. 557), dari Sahabat  Abdullah bin Amr bin al-Ash.
Lafazh ini milik Muslim]

َ َ‫ َربِّ َو َما َذا أَ ْكتُبُ ؟ ق‬:‫ال‬


ُ‫ اُ ْكتُبْ َمقَا ِد ْي َر ُكلِّ َش ْي ٍء َحتَّى تَقُوْ َم السَّا َعة‬:‫ال‬ َ َ‫ اُ ْكتُبْ ! ق‬:ُ‫ قَا َل لَه‬،‫ق هللاُ ْالقَلَ َم‬
َ َ‫إِ َّن أَ َّو َل َما خَ ل‬.
“Sesungguhnya makhluk yang pertama diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena). Allah
berfirman kepadanya, ‘Tulislah.’ Ia menjawab, ‘Wahai Rabb-ku, apa yang harus aku tulis?’
Allah berfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya hari Kiamat.’” [HR. Abu
Dawud (no. 4700), at-Tirmidzi (no. 2155, 3319), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 102),
Ahmad (V/317), dan selainnya dari Ubadah bin Shamit]
[Buku Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Yazid bin Abdul Qadir Jawas (hlm. 337),
Pustaka Imam Syafi’i Jakarta]

2.) Kita wajib meyakini bahwa tidak akan menimpa dan mengenai kita, apakah bentuknya penyakit,
wabah, bahaya, bencana dan lainnya kecuali apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah
takdirkan dan Allah sudah tulis di Lauh Mahfuzh.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

َ‫َب ٱهَّلل ُ لَنَا هُ َو َموْ لَ ٰىنۚ”َا َو َعلَى ٱهَّلل ِ فَ ْليَتَ َو َّك ِ”ل ْٱل ُم ْؤ ِمنُون‬ ِ ‫قُل لَّن ي‬
َ ‫ُصيبَنَٓا إِاَّل َما َكت‬
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang
yang beriman.” [At-Taubah/9 : 51]

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

‫ب ِّمن قَ ْب ِل أَن نَّب َْرأَه َۚٓا إِ َّن ٰ َذلِكَ َعلَى ٱهَّلل ِ يَ ِسي ٌ”ر‬
ٍ َ‫ض َواَل فِ ٓى أَنفُ ِس ُك ْم إِاَّل فِى ِك ٰت‬
ِ ْ‫صيبَ ٍة فِى ٱأْل َر‬
ِ ‫اب ِمن ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َمٓا أ‬
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis
dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu
mudah bagi Allah.” [Al-Hadid/57 : 22]

Allah ‘Azzawa Jalla berfirman :


‫صيبَ ٍة إِاَّل بِإِ ْذ ِن ٱهَّلل ۗ ِ َو َمن ي ُْؤ ِم ۢن بِٱهَّلل ِ يَ ْه ِد قَ ْلبَ ۚۥهُ َوٱهَّلل ُ بِ ُك ِّل َش ْى ٍء َعلِي ٌم‬
ِ ‫اب ِمن ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َمٓا أ‬
“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan
barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [At-Taghabun/64 : 11].

Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

‫ َوإِ ِن اجْ تَ َم ُع””وا َعلَى أَ ْن‬، َ‫ك بِ َش ْي ٍء لَ ْم يَ ْنفَعُوْ كَ إِالَّ بِ َش ْي ٍء قَ ْد َكتَبَ”هُ هللاُ لَ””ك‬
َ ْ‫ت َعلَى أَ ْن يَ ْنفَعُو‬ ْ ‫َوا ْعلَ ْم أَ َّن األُ َّمةَ لَ ِو اجْ تَ َم َع‬
ِ َّ‫ت األَ ْقالَ ُم َو َجف‬
ُ‫ت الصُّ ُحف‬ ِ ‫ ُرفِ َع‬، َ‫ك إِالَّ بِ َش ْي ٍء قَ ْد َكتَبَهُ هللاُ َعلَ ْيك‬ ”َ ْ‫يَضُرُّ وْ كَ بِ َش ْي ٍء لَ ْم يَضُرُّ و‬

“…Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh ummat berkumpul untuk memberi suatu manfaat
kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu
yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan
suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan
kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.
Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” [HR At-Tirmidzi (no. 2516) Hadits ini
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam kitab Zhilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah
(no. 315-318) dan Hidayatur Ruwat (no.5232)].
(Buku Wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas, Yazid bin Abdul
Qadir Jawas, Pustaka at-Taqwa Bogor)

Kita harus meyakini, tidak akan menimpa kita sesuatu apa pun, kecuali apa yang Allah telah
menetapkannya untuk kita, sehingga tidak akan menimbulkan ketakutan yang luarbiasa seperti
yang terjadi sekarang ini. Semua Allah sudah takdirkan, kita wajib usaha yang dibenarkan
menurut syari’at, dan menurut dokter yang ahli dalam masalah wabah ini. Tapi serahkan semua
urusan kepada Allah. Jangan takut berlebihan. Apa yang Allah takdirkan untuk kita, itu yang
terbaik untuk kita. Dan Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.

Anda mungkin juga menyukai