Anda di halaman 1dari 3

HUBUNGAN STRUKTUR ORGANISASI DAN INOVASI PERSEPSIAN DI SEKTOR

MANUFAKTUR INDIA

ABSRACT

Studi ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan struktur organisasi pada inovasi persepsian di
sektor industri manufaktur di India. Variabel struktur organisasi yang digunakan adalah
kompleksitas vertical dan horizontal, formalisasi, sentralisasi, konsentrasi kewenangan, dan
partisipasi dalam pembuatan keputusan. Inovasi diukur dengan variabel persepsi, sehinggan
disebut inovasi persepsian.

Data diambil dari 250 karyawan dari 4 perusahaan manufaktur di India. Dua mewakili
sektor farmasi atau kimia, dua mewakili sektor alat berat.

Hubungan yang signifikan ditemukan antara kompleksitas horizontal dan inovasi


persepsian. Hubungan yang positif dan signifikan juga ditemukan antara formalisasi dan inovasi
persepsian, dan antara pembuatan keputusan dan inovasi persepsian. Sentralisasi dan inovasi
persepsian berhubungan secara negative.

Latar Belakang

Di lingkungan bisnis dengan persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, perusahaan perlu
berinovasi agar dapat bertahan. Inovasi dilakukan di level organisasional (secara menyeluruh),
sehingga dalam artikel ini digunakan variabel struktur organisasi. Struktur organisasi tidak hanya
membentuk inovasi, tetapi juga menentukan keberhasilan implementasi itu sendiri.

Inovasi adalah mengimplementasikan suatu perubahan pada sesuatu yang sudah ada.
Contoh inovasi dalam perusahaan adalah pengembangan produk atau jasa baru, perubahan
kegiatan operasi, taktik manajer, dan strategi bisnis. Inovasi tidak melulu soal membuat sesuatu
yang baru, melainkan lebih ke proses membangun, meningkatkan dan beradaptasi.

Struktur merupakan faktor yang paling signifikan yang dapat dimodifikasi untuk
berinovasi. Pembuat keputusan tingkat organisasional secara langsung mempengaruhi inovasi.
Maka dari itu, studi mengenai hubungan struktur organisasi dan inovasi perlu dilakukan untuk
memahami hal ini. Selain itu, konsep inovasi persepsian masih baru dalam literature, terutama
konsep yang membahas inovasi pada tahap input, proses, dan output, sehingga perlu dilakukan
pembahasan lebih lanjut.

Tujuan studi:

 Untuk mempelajari hubungan komponen strutur organisasi dan inovasi persepsian


 Untuk membandingkan hubungan struktur-inovasi di antar dua perusahaan yang berbeda
di sektor manufaktur
 Untuk mendesain skala untuk mengukut inovasi persepsian
Review Literature

Kompleksitas vertical dan inovasi

Robbins (1999)  kompleksitas vertical yang tinggi penting untuk memotivasi inovasi, karena
struktur organisasi yang flat/datar/pendek/tidak kompleks mengurangi promosi dan kesempatan
bertumbuh.

Leavitt (2003)  walaupun struktur organisasi yang kompleks dianggap negative, banyaknya
hirarki dalam organisasi menunjukkan kemampuan adaptabilitas yang tinggi.

Anderson, Dreu, &* Nijstad (2004)  ekspektasi terhadap reward dalam hal kesempatan untuk
bertumbuh (naik jabatan) dapat memotivasi karyawan untuk berinovasi.

Smith & Ainsworth (2005)  hirarki memungkinkan manajer untuk memenuhi kebutuhan
kekuasaan, kewenangan, dan status.

H1: Kompleksitas vertical berpengaruh signifikan terhadap inovasi

Kompleksitas horizontal dan inovasi

Bartol & Martil (1991)  sadar akan masalah dan kesempatan pada areanya (departemennya)
dapat menimbulkan ide kreatif.

Bommer & Jalajas (2004)  inovasi terbesar terjadi ketika unit fungsional saling berinteraksi
untuk mengembangkan produk dan proses yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.

H2: Kompleksitas horizontal memiliki hubungan signifikan dengan inovasi.

Formalisasi dan Inovasi

Srivastava (1991)  formalisasi melalui aturan dan prosedur meningkatkan kejelesan peran
dalam suatu organisasi dan menurukan konflik peran. Hal ini dapat menimbulkan komitmen dan
keterlibatan karyawan.

H3: Formalisasi mempunyai hubungan positif dengan inovasi

Sentralisasi, Konsentrasi Kewenangan dan Inovasi

Rothwell (1982)  peningkatan partisipasi pembuatan keputusan pada level yang lebih rendah
dapat mengurangi permintaan persetujuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan (kalau
yang membuat keputusan level atas aja, mereka harus minta persetujuan level bawah sehingga
membutuhkan waktu lama).

Khandwalla (1995)  desentralisasi memotivasi karyawan


West (2000)  sentralisasi yang tinggi berpengaruh negative terhadap inovasi.

Kanter (2004)  organisasi inovatif lebih terdesentralisasi.

Samaratunge (2003)  desentralisasi meningkatkan pembuatan keputusan demokratis, memicu


respon karyawan, meningatkan kemampuan level bawah untuk mempengaruhi manajemen.

H4: Sentralisasi mempunyai hubungan negative dengan inovasi

H5: Konsentrasi kewenangan mempunyai hubungan negative dengan inovasi

Pembuatan keputusan partisipatif dan inovasi

Khandwalla dan Mehta (2004)  inovasi muncul ketika karyawan dilibatkan dalam
pengambilan keputusan.

H6: Partisipasi dalam pembuatan keputusan mempunyai hubungan positif terhadap inovasi

Konsep Inovasi

Studi ini menggunakan alat ukur Bart (2004) untuk mengukur inovasi dengan bertanya pada
responden mengenai:

Seberapa inovatif mereka mempersepsikan organisasi mereka (10-point scale)

Seberapa penting inovasi bagi organisasinya (10-point scale)

Anda mungkin juga menyukai