Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN

ALAM GAHARU ( Aquilaria malaccensis Lamk)


(Auksin Effect on the Growth of Natural Breeding Scraped Gaharu (Aquilaria
malaccensis Lamk)

Gusniar Purwanti, Togar F. Manurung, Herlina Darwati


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
Email : gusniarpurwanti@gmail.com

ABSTRACT
Seeds scraped nature is one seed source alternative to breed the type of agarwood (Aquilaria
malaccensis Lamk). To support of its growth is very essential role of growth hormone in
particular is auxin. The aim of this research is to determine the effect of auxin on the growth of
seedlings of natural chum aloes (A. malaccensis Lamk). Treatment of hormone auxin
concentration and immersion time gives a good 1effect on the percentage of the speed of life
and sprout, for the parameters of leaves just long immersion treatment which gives a good
effect. Of all the treatments, the concentration of auxin treatment and a good long soaking the
seeds for the growth of natural chum aloes (A. malaccensis Lamk) is a treatment A2B2 (5
gr/200 ml of auxin concentration and soaking time 5 minutes).

Keywords: Auxin, Aquilaria malaccensis Lamk, seeds scraped nature.

PENDAHULUAN Bibit cabutan alam diperoleh


Gaharu (Aquilaria malaccensis dengan cara mengambil anakan
Lamk) merupakan salah satu tanaman tumbuhan yang ada di alam. Cara
yang memiliki peluang pasar yang pengambilam bibit ini dapat dilakukan
sangat besar pada saat ini. dengan cara dicabut langsung dan
Berkembangnya ilmu dan teknologi dengan cara putaran (tanah disekitar
industri serta berkembangnya bibit digemburkan terlebih dahulu
paradigma dunia pengobatan untuk kemudian bibit dicabut). Keberhasilan
kembali memanfaatkan tumbuhan alami perkembangbiakan tanaman dengan
(back to nature), gaharu memiliki nilai cara cabutan alam dipengaruhi oleh
guna sebagai parfum, kosmetika serta faktor lingkungan dan faktor dari
sebagai bahan baku obat herbal, tanaman itu sendiri. Faktor lingkungan
sehingga tumbuhan gaharu dapat terdiri dari media tumbuh, suhu,
dikelompokan sebagai tumbuhan kelembaban, intensitas cahaya matahari
berguna Indonesia (Heyne dalam dan lain – lain. Faktor dari tanaman
Sumarna, 2007). Budidaya jenis gaharu diantaranya berupa sifat genetik dari
dapat dilakukan dengan berbagai cara, tanaman tersebut. Hormon (zat pengatur
dikarenakan potensi dari jenis ini. tumbuh) adalah salah satu faktor yang
Budidaya pohon penghasil gaharu dapat berpengaruh terhadap proses per-
dilakukan melalui cara generatif tumbuhan tanaman. Dalam mendukung
maupun vegetatif. cabutan alam adalah keberhasilan pertumbuhan bibit cabutan
salah satu cara generatif untuk alam ini peran hormon sangatlah
membudidayakan jenis ini. penting. Salah satu hormon tumbuhan
yang digunakan dalam pembudidayaan

6
tanaman adalah hormon auksin. gaharu (A. malaccensis Lamk), pasir,
Hormon auksin berperan dalam proses tanah, hormon auksin yaitu NAA
pemanjangan sel, terdapat pada titik (Napthalene Acetic Acid) dengan merk
tumbuh pucuk tumbuhan yaitu pada Rootone F, dan air. Alat yang
ujung akar dan ujung batang tumbuhan. digunakan adalah gunting, ember,
Dalam kegiatan pembudidayaan thermohigrometer, gelas ukur,
tanaman biasanya digunakan hormon lightmeter, polybag, hand sprayer dan
buatan (zat pengatur tumbuh) untuk timbangan analitik.
mendukung pertumbuhan tanaman Persiapan Bibit Cabutan Alam A.
tersebut. Zat pengatur tumbuh (ZPT) malaccensis Lamk
dapat diartikan sebagai senyawa yang Bibit cabutan alam A. malaccensis
mempengaruhi proses fisiologi Lamk diambil dari dusun Pak Dacing,
tanaman, pengaruhnya dapat men- Desa Ngarak, Kecamatan Mandor,
dorong dan menghambat proses Kabupaten Landak. Bibit cabutan alam
fisiologi tanaman (Nuryanah dalam berasal dari 2 pohon induk yang sama
Nurnasari dan Djumali, 2012). jenisnya. Pengambilan cabutan alam
Proses pertumbuhan tanaman dilakukan dengan cara dicabut
dapat berhasil dengan baik jika kemudian dimasukan dalam ember,
pemberian hormon ini sesuai dengan kemudian akar cabutan dibasahkan
respon tanaman tersebut terhadap dengan air, supaya akar tetap segar.
hormon yang digunakan. Menurut Selang waktu pengambilan bibit
(Nuryanah dalam Nurnasari dan cabutan alam sampai penanaman adalah
Djumali, 2012) pengaruh fisiologis dari 3 hari. Kemudian daun tanaman yang
auksin antara lain pengguguran daun, ditinggalkan 4 – 5 lembar dan dipotong
absisik daun dan buah, pembungaan, 2/3 dari ukuran daun. Penanaman bibit
pertumbuhan bagian bunga, serta dapat cabutan alam dilakukan setelah bibit
meningkatkan bunga betina pada diberi perlakuan perendaman dengan
tanaman Dioecious melalui etilen. hormon auksin. Perlakuan pada
Tujuan dari penelitian ini adalah penelitian meliputi konsentrasi hormon
untuk mengetahui pengaruh pemberian auksin (A) dan lama perendaman (B).
auksin terhadap pertumbuhan cabutan Bibit direndam pada masing – masing
alam A. malaccensis Lamk dan larutan hormon dengan masing –
mengetahui perlakuan auksin terbaik masing konsentrasi (A0 = 0 gr/200 ml/
untuk pertumbuhan cabutan alam A. kontrol; A1 = 4 gr/200 ml; A2 = 5
malaccensis Lamk. gr/200 ml; A3 = 6 gr/200 ml dan A4 = 7
gr/200 ml) dan lama perendaman (B0 =
METODOLOGI PENELITIAN 0 menit/ kontrol; B1= 3 menit; B2 = 5
Penelitian ini dilakukan di Desa menit; B3 = 7 menit dan B4 = 9 menit),
Kayu Tanam, Kecamatan Mandor, kemudian ditanam dipolybag.
Kabupaten Landak. Waktu penelitian Analisa Data
selama ± 2 bulan. Bahan yang Percobaan ini menggunakan
digunakan adalah bibit cabutan alam Percobaan Faktorial dengan Rancangan

7
Acak Lengkap yang terdi rdiri dari dua diulang sebanyak 3 ka kali, jadi jumlah
faktor, yaitu : Faktor A ( konsentrasi bibit cabutan alam yyang digunakan
auksin) dan Faktor B (lama adalah 5 x 5 x 3 = 75 tanaman. Data
perendaman). Faktor A ( konsentrasi dianalisis dengan sidik
dik ragam dan uji
auksin) terdiri dari, A0 : kont
kontrol; A1 : 4 lanjut menggunakan uj uji Tukey (Beda
gr/200 ml = 20.000 ppm;; A A2 : 5 gr/200 Nyata Jujur / BNJ).
ml = 25.000 ppm; A3 : 6 gr/200 ml =
30.000 ppm dan A4 : 7 ggr/200 ml = HASIL DAN PEMB MBAHASAN
35.000 ppm. Faktor B ( lama a. Persentase Hidup
perendaman) terdiri darii B0 B : kontrol; Persentase hidup bibit
bit cabutan alam
B1 : 3 menit; B2 : 5 menit;it; B3 : 7 menit gaharu (A. malaccensis
nsis Lamk) dapat
dan B4 : 9 menit. Setia tiap perlakuan dilihat pada Gambar 1.

Rerata Persentase Hidup (%)

100
Persentase (%)

80
60
40
20
0
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A0B4
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
A4B0
A4B1
A4B2
A4B3
A4B4
Perlakuan

Gambar 1. Rerata Persentase


tase Hidup Bibit Cabutan Alam (The Mean Perc
ercentage of
Seeds Scraped Living
L Nature)

Hasil pengamatan yan


yang dilakukan dan lama perendamaan memberikan
pada bibit cabutan alam m gaharu (A. pengaruh nyata terhad hadap persentase
malaccensis Lamk) secarasec umum hidup bibit cabutan aalam. Perlakuan
menunjukan bahwa konsent entrasi hormon A4B0, A4B3 dan A4 A4B4 tidak ada
auksin memberikan penga engaruh yang cabutan alam yang berha
rhasil tumbuh. Hal
cukup baik untuk pertum umbuhan bibit ini disebabkan oleh konse
konsentrasi hormon
cabutan alam gaharu. BibitBi cabutan yang terlalu tinggi. Jik
Jika dibandingkan
alam gaharu (A.malacce censis Lamk) dengan konsentrasi perperlakuan lainnya,
yang tumbuh sebesar 58,67
67 %. cabutan alam denga gan konsentrasi
Hasil perhitungan
an analisis tertinggi ( A4 = 7 gr/200
200 ml) lebih kecil
keragaman menunjukan
ukan bahwa persentase tumbuhnya dadari pada cabutan
perlakuan konsentrasi hormon
hor auksin alam dengan konsentra ntrasi yang lebih

8
rendah (A0 = 0 gr/200ml.. A A1 = 4 gr/200 dosis hormon yang diguna
digunakan. Dosis
ml, A2 = 5 gr/200 ml, A3 = 6 gr/200 yang digunakan pada da penelitian ini
ml). Dari beberapa konsententrasi tersebut, sangat tinggi sehingga
ngga bibit cabutan
A2 = 5 gr/200 ml member berikan jumlah alam gaharu (A. mala alaccensis Lamk)
persentase terbanyak dari konsentrasi mati.
lainnya, yaitu sebesar 80 %. Menurut Sura
urata (2008),
Perlakuan lama perend
rendaman yang Konsentrasi Rootone one F 100 ppm
baik dari hasil penelitian ini adalah lama memberikan pengaruh yyang baik untuk
perendaman 5 menit (B2). ). Bibit cabutan pertumbuhan stump cen endana (Santalum
alam yang tumbuh pada perlakuan
pe ini album Linn), dengan lamlama perendaman
lebih besar jumlahnyaa dari pada untuk semua stump 5 m menit. Walaupun
perlakuan lama perendam daman lainnya jenis tanaman dan carara pembudidayaan
yaitu 80 %. Menurut Sum umarna (2008), yang digunakan pada kkedua penelitian
pengaruh dosis hormon Rootone
Root F 10 ini berbeda, ternyata lam
lama perendaman
ppm memberikan penga ngaruh yang yang baik untuk
uk mendukung
optimal terhadap pertum umbuhan stek pertumbuhan adalah 5 m menit.
pucuk karas (A. malacce ccensis Lamk) b. Jumlah Daun
sebesar kurang lebih 85 %. % Perbedaan Rerata jumlah daun bibi
bibit cabutan alam
dengan hasil penelitian ini adalah pada dapat dilihat pada Gambabar 2.

Rerata Jumlah Daun (Helai)

1.4
1.2
1
0.8
Helai

0.6
0.4
0.2
0
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A0B4
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
A4B0
A4B1
A4B2
A4B3
A4B4

Perlakuan

Gambar 2. Rerata Jumlah


ah Daun Bibit Cabutan Alam (The Mean Num
Number of Seeds
Scraped Leaf Nature)
Nat

Berdasarkan hasill perhitungan pada bibit cabutan ala


alam gaharu (A.
analisis sidik ragam,, perlakuan malaccensis Lamk),
), sedangkan
konsentrasi Hormon auksin
auksi tidak perlakuan lama perendaman
memberikan pengaruh yyang nyata memberikan pengaruhuh yang nyata
terhadap jumlah daun yang
ya tumbuh terhadap jumlah daun
un bibit cabutan

9
alam gaharu. Dari semua ua perlakuan ini kemungkinan dise disebabkan oleh
lama perendaman, perlakualakuan dengan tingginya konsentrasi si hormon yang
lama perendaman 5 menit m (B2) digunakan dan lam
lamanya waktu
memberikan rerata jumlah jum daun penelitian.
terbanyak, yaitu sebesar 0,8 helai daun. Penelitian pada ccabutan Sentang
hasil penelitian cabutann alam gaharu (Melia excelsa Jack.),, mmemberikan rata
menghasilkan jumlah daun aun terbanyak – rata jumlah daun te terbanyak yaitu
adalah 3 helai, yaitu pada perlakuan pada perlakuan ukurann bbibit 36 – 60 cm
konsentrasi auksin 5 gr/200
00 ml dan lama dengan dosis Rootoneootone – F 100
perendaman 5 menit (A2B2).2). mg/semai yaitu mengha enghasilkan daun
Berdasarkan hasil
sil penelitian sebanyak 7 helai daun,
un, sedangkan bibit
Jayusman (2005), konsentr ntrasi Rootone yang berukuran 10 – 35 ccm menghasilkan
F 1,5 gr/40 ml memberika rikan pengaruh 5 helai daun (Suartini, 22006). Perbedaan
yang nyata terhadap jumla lah daun stek hasil jumlah daun denga
ngan penelitian ini
batang dan stek pucuk puc gaharu kemungkinan disebabka bkan oleh waktu
(Aquilaria mallacensis), ), daun yang penelitian. Pada penelitia
itian semai cabutan
dihasilkan untuk stek bat batang dengan sentang waktu penelitia
itiannya adalah 4
jumlah 1 – 3 daun dan untuk
ntuk stek pucuk bulan, sedangkan pada da penelitian ini
2 – 4 daun. Jika dibanding
ndingkan dengan waktu penelitiannya adal
dalah kurang lebih
hasil penelitian ini, jumlah
lah daun yang 9 minggu.
tumbuh kurang lebih sama, sa pada c. Kecepatan Bertunas
penelitian ini jumlah daunaun terbanyak Rerata kecepatan bertununas bibit cabutan
yang berhasil tumbuh sa sampai akhir alam gaharu dapat diliha
lihat pada Gambar
penelitian sebanyak 3 helaelai daun. Hal 3.

R
Rerata Kecepatan Bertunas (Hari)

60

50

40
Hari

30

20

10

0
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A0B4
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
A4B0
A4B1
A4B2
A4B3
A4B4

Perlakuan

Gambar 3. Rerata Kecepata


atan Bertunas Bibit Cabutan Alam (The Mean Sp
Speed of Natural
Uprooted Seedlings
dlings Germinate)

10
Hasil perhitungan analisis Perlakuan – perlakuan tersebut
keragaman menunjukan bahwa dianggap memberikan pengaruh yang
konsentrasi hormon auksin memberikan kurang baik untuk kecepatan bertunas
pengaruh yang sangat nyata terhadap cabutan alam, karena pada perlakuan –
kecepatan bertunas cabutan alam perlakuan tersebut cabutan alam banyak
gaharu. Dari semua perlakuan mati dari pada perlakuan lama
konsentrasi hormon auksin, perlakuan perendaman B2 (5 menit). Dari
yang memberikan pengaruh yang baik keseluruhan kombinasi perlakuan, dapat
untuk kecepatan bertunas adalah dilihat bahwa perlakuan konsentrasi
konsentrasi A2 (5 gr/200 ml), yaitu auksin 5 gr/200 ml (A2) dan lama
dengan rerata kecepatan bertunas perendaman 5 menit (B2) memberikan
sebesar 15,87 hari. Rerata kecepatan pengaruh yang baik untuk parameter
bertunas pada konsentrasi auksin 7 kecepatan bertunas, rerata kecepatan
gr/200ml (A4) lebih kecil dari pada bertunas untuk perlakuan ini yaitu 14,33
konsentrasi auksin 5 gr/200ml (A2), hari).
konsentrasi A4 tidak dianggap Menurut Listari (2007)
memberikan pengaruh yang baik konsentrasi Rootone F tidak
terhadap kecepatan bertunas bibit memberikan pengaruh yang nyata
cabutan alam karena pada konsentrasi terhadap kecepatan bertunas stump
ini bibit cabutan alam banyak yang gaharu. Pada umumnya pertumbuhan
mati, hanya 2 bibit cabutan alam tunas dipengaruhi oleh hormon
tumbuh tunas. sitokinin, tetapi hormon buatan yang
Perlakuan lama perendaman digunakan dalam penelitian ini lebih
memberikan pengaruh yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar
nyata terhadap kecepatan bertunas bibit tanaman. Perbedaan dosis pengaruh dari
cabutan alam gaharu (A. malaccensis zat pengatur tumbuh ini kemungkinan
Lamk). Dari semua perlakuan lama disebabkan oleh perbedaan cara
perendaman, perlakuan yang mem- pemberiannya. Pada penelitian stump
berikan pengaruh yang baik untuk gaharu menggunakan Rootone F bentuk
kecepatan bertunas bibit cabutan alam pasta, sedangkan pada penelitian ini
gaharu (A. malaccensis Lamk) adalah menggunakan larutan hormon auksin (
lama perendaman 5 menit (B2) dengan merk Rootone F) dan ada proses lama
rerata kecepatan bertunas 24,8 hari. perendaman yang dapat mendukung
Data pada Lampiran 10 menunjukan dalam penyerapan hormon.
perlakuan lama perendaman B0 (0
menit) rerata kecepatan bertunasnya KESIMPULAN DAN SARAN
15,33 hari, B3 (7 menit) rerata Kesimpulan
kecepatan bertunasnya 23 hari dan B4 Dari hasil penelitian dapat
(9 menit) rerata kecepatan bertunasnya disimpulkan, perlakuan konsentrasi
9,2 hari, perlakuan (B0, B3, dan B4) auksin dan lama perendaman yang baik
rerata kecepatan bertunasnya lebih kecil dari untuk pertumbuhan bibit cabutan
dari pada rerata kecepatan bertunas B2. alam gaharu (A. malaccensis Lamk)

11
adalah konsentrasi auksin 5 gr/200 ml Sumarna Y. 2007. Komoditi Hasil
(A2) dan lama perendaman 5 menit Hutan Bukan Kayu (HHBK)
(B2) . Berpotensi dan Bernilai
Komersial Tinggi. Pusat Litbang
Saran
Hutan dan Konservasi Alam
Disarankan untuk penelitian (Makalah pada Ekspose dan Gelar
selanjutnya menggunakan konsentrasi Teknologi Hasil – hasil
hormon auksin yang lebih rendah dari Penelitian” IPTEK untuk
konsentrasi auksin yang digunakan pada Mendukung Pembangunan Daerah
penelitian ini. dan Kesejahteraan Masyarakat
Provinsi Kalimantan Barat).
Pontianak.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarna Y. 2008. Teknik Perbanyakan
Jayusman. 2005. Perbanyakan Gaharu Tumbuhan Karas (Aquilaria
Melalui stek. Jurnal Penelitian malaccensis Lamk) dengan Stek
Hutan Tanaman 2: 117 – 124. Pucuk. Info Hutan 5 (1): 79 – 87.
Listari L. 2007. Pengaruh Diameter Surata K I. 2008. Penggunaan zat
Stump dan Konsentrasi Rootone F Pengatur Tumbuh Rootone – F
Terhadap Pertumbuhan Bibit Pada Stump cendana (Santalum
Gaharu (Aquilaria sp) di album Linn). Jurnal Penelitian
Persemaian [skripsi] Pontianak : Hutan Tanaman 5 (1) :237 – 248.
Fakultas Kehutanan, Universitas
Tanjungpura.
Nurnasari E, Djumali. 2012. Respon
Tanaman Jarak Pagar (Tatropa
curcas L) Terhadap Lima Dosis
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Asam Naftalen Asetat (NAA).
Agrovigor 5 (1) : 26 – 33.
Suartini S. 2006. Pengaruh Dosis
Rootone F Terhadap Pertumbuhan
Semai Cabutan Sentang (Melia
excelsa jack.) [skripsi] Bogor :
Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.

12

Anda mungkin juga menyukai