PEndahuluan Dokumen UKL UPL
PEndahuluan Dokumen UKL UPL
PENDAHULUAN
1
PT MMI memiliki komitmen yang tinggi di bidang lingkungan
hidup yang dijabarkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
bagi pelaksanaan penambangan sebagai pra penambangan yaitu
penambangan urugan tanah diharapkan akan dapat menimbulkan dampak
penting.
Studi UKL-UPL yang dilakukan merupakan bagian dari proses
perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan
lingkungan hidup.
2
negatif berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan
penambangan yang dimaksud.
Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus
diperhatikan guna mengoptimalkan dampak penting
kegiatan terhadap lingkungan hidup dan saran tindak dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Penyusunan UKL dan UPL penambangan tanah urug ini
memiliki kegunaan sebagai berikut:
Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa
dalam hal ini penambangan tanah urug di dusun Mojolebak
desa Mojogeneng kecamatan Jetis kabupaten Mojokerto,
yaitu untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan
yang diselenggarakan.
Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal
ini Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten
Mojokerto serta institusi pengawas yang berwenang.
3
Penanggung jawab : Drs. N. Surenggono, MS.
Jabatan : Kepala
Anggota Tim :
1.4. Peraturan dan Perundang - undangan sebagai Acuan UKL dan UPL
4
3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
5
BAB II
RENCANA KEGIATAN
Peta Lokasi Quary Mojolebak dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-1.
Sebelah
Selatan : Jati
Sebelah : Kebun campuran
6
Barat
2.3.3. Areal Kegiatan
Luas
lahan ± 12,3 ha
Wilayah Mojokerto
Jenis Tanah Urug
Desa Mojolebak
Tabel 2-1
7
Kerja
3. Pengoperasian komersial Unit 1 November
4. Pengoperasian komersial Unit 2 November
1. Survei Lapangan
2. Pengadaan Lahan
3. Sosialisasi Warga
5. Mobilisasi Peralatan
1. Pengoperasian Tambang
8
2.4.1.1. Survei Lapangan
9
masyarakat pengguna lahan, inventarisasi dan klarifikasi luasan dan status
lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai lahan, tanaman di atas lahan
dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan penyerahan ganti rugi atau
kompensasi. Semuanya bisa melalui kontrak sewa maupun pembebasan
lahan.
10
Sarana infrastruktur jalan adalah menggunakan sarana jalan yang
pernah dipakai penambangan sebelumnya dengan terlebih dahulu
dilakukan perbaikan dan penambahan pengurugan. Adapun jarak sarana
jalan menuju lokasi tambang dari jalan umum adalah lebih kurang 600
meter sedangkan saat ini kondisi jalan yang ada adalah sepanjang 550m,
jadi masih kurang 50 meter lagi.
Tabel 2-2
11
2.4.1.6. Pembukaan dan Pematangan Lahan
12
Tabel 2-3
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Pra operasi dan operasi
1 Manajerial 5
2 Supervisi 2
3 Tenaga kerja trampil 20
4 Tenaga kerja kasar 10
Selain daripada itu control pengaturan setiap unit kerja akan selalu
dilaksanakan selaras dengan aktifitas kerja yang dilakukan. Untuk itu
monitoring dan laporan berkala akan dilakukantermasuk juga pengawasan
terhadap kondisi lingkungan yang mungkin ditimbulkan dengan adanya
aktifitas penambangan tersebut sehingga selain dapat mencegah terhadap
akses – akses yang ditimbulkan juga demi mengantisipasi terhadap
dampak yang tidak diinginkan antara lain debu yang ditimbulkan karena
lalu lalangnya kendaraan dan penyelamatan biota air maupun darat.
13
2.4.4. Rencana Kegiatan Tahap Pasca Operasi
14
berupa tanah rata dengan elevasi yang sudah tidak seperti
sebelumnya.
BAB III
3.1.1 Iklim
15
Barat menyebabkan musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam
bulan Mei – Oktober.
16
dalam kawasan rencana Lokasi tambang, (2) persimpangan Jalan Akses
dengan jalan Raya, dan (3) dalam kawasan pertigaan Mojokerto.
Tabel 3-1
Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana
pengoperasian tambang dan daerah sekitarnya
17
Kecepatan angin m/s 2–4 2–5 3–5 -
Temperatur OC 30 32 32 -
udara
Kelembaban % 65 46 45 -
udara
2 Debu μg/m3 39,31 64,27 274,34 230
3 Kebisingan dBA 36,45 50,12 50,04 55 / 70
Baku Mutu Kualitas Udara menurut PP. Nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
Tabel 3-2
18
5 Pemukiman Jalan Poros 233,92 0,5106 2,6956 1.377,32
Hasil pengukuran debu dalam bulan Oktober 2014 pada studi UKL-UPL
ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 – 274,38 (µg/m 3)
lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 – 526,32
µg/m3). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di
udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora
tumbuhan yang terbang ditiup angin.
3.1.4 Geologi
3.1.5 Hidrologi
20
menjadi sukar untuk diairi. Maka dengan dilakukan penambangan
selain materialnya bermanfaat untuk pengurukan tanah, lokasi yang
ditambang kontur ketinggiannya bisa menjadi turun serta memiliki
potensi lebih besar untuk diairi karena ketinggiannya terkurangi.
21
Pengamatan terhadap kualitas fisik dan kimia air permukaan
dilaksanakan pada sungai dan aliran air (creek) yang terdapat di dekat
lokasi tambang. Studi yang mencakup 2 titik pengamatan (site
sampling) di dalam areal DAS. Hasil pengukuran kualitas air pada ke
empat lokasi pengamatan tersebut secara lengkap dapat di lihat di
Lampiran Teks 3-3 (hasil analisis laboratorium). Hasil analisis
menunjukkan parameter kualitas airnya masih berada dalam kisaran
yang diperbolehkan menurut baku mutu air golongan B.
3.1.9 Tanah
22
dilakukan dengan menggunakan ring sample dan contoh tanah terusik
dengan cara pemboran pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Sampel
tanah kemudian diambil dan dianalisa di Laboratorium Kualitas Tanah
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Brawijaya Malang.
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tapak lokasi tambang dan di
lingkungan sekitar tambang dengan menggunakan konsep katena
(toposequen) pada tiga posisi lereng antara lain; (1). Punggung bukit (T
1), (2). Pelembahan (T 2), dan (3). Puncak bukit (T 3).
Tabel 3-3
1 Tekstur
23
7 N-total % 0.16 0.12 0.17 0.12 0.17 0.13
24
(29.25 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam
(pH H2O = 4.25 ; pH KCl = 3.57). Tekstur tanah tergolong liat.
25
tergolong sangat rendah (8.77 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong
sangat rendah (1.95 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat
digolongkan rendah (13.60 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium
digolongkan sangat rendah (0.04 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah
(0.11 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan sangat rendah (0.30
me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.65 me/100 g).
Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (19.22%), dengan kapasitas tukar kation
(KTK) dikelaskan rendah (16.11 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH
yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.45; pH KCl = 3.61). Tekstur tanah
tergolong lempung berliat.
26
Kalsium digolongkan rendah (2.60 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan
rendah (21.07%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (15.44
me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH
H2O = 4.85; pH KCl = 3.64). Tekstur tanah tergolong lempung berliat.
Tabel 3-4
27
5 T 3 (0-30 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Tabel 3-5
Lokasi
No. R K LS CxP A
Pemantauan
Keterangan :
28
R = Erosivitas hujan K = Erodibilitas tanah
LS = Panjang lereng dan slope C = Faktor vegetasi
P = Faktor pengelolaan A = Erosi (ton/ha/tahun)
29
Penetapan TBE didasarkan pada pembandingan nilai kedalaman
solum tanah yang dihubungkan dengan erosi maksimum tanah dari
masing-masing lokasi yang menunjukan nilai erosi antara 57.08
hingga 143.57 ton/ha./tahun. Berdasarkan kriteria tingkat bahaya
erosi pada Tabel 3-6 terlihat bahwa tingkat bahaya erosi pada
masing-masing lokasi memiliki tingkat bahaya erosi sedang (S).
Tabel 3-6
Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi
> 90 SR S S B SB
60 – 90 R B B SB SB
30 – 60 S SB SB SB SB
< 30 B SB SB SB SB
Keterangan :
SR = sangat rendah B = berat R = rendah S = sedang SB = sangat berat
30
minutiflora), bengkirai (Trema amboinensis), mahang (Macaranga
hypoleuca) dan jambu-jambuan ( Eugenia sp). Sedang tumbuhan bawah
pada tapak ini didominasi oleh jenis alang-alang, hering, rio-rio,
karamunting kodok, kacang polong. Secara keseluruhan keadaan
vegetasi di areal tapak tambang dari segi keragaman dan potensi tidak
terlalu besar.
31
Dari seluruh perhitungan kelimpahan sel planktonik yang
diidentifikasi tersebut dapat dihitung tingkat keanekaragaman hayati
biota planktonik pada setiap stasiun pengamatan.
Tabel 3-7
Nama Indonesia
No. Nama Spesies atau Famili Sumber Status
atau Lokal
Mamalia
32
5. Babi Sus barbatus I -
Reptilia
Aves
34
Dari hasil analisa sampel benthos, juga dijumpai keberadaan jenis
zoobenthos secara kuantitatif yang sedikit. Dari hasil analisa hanya
ditemukan 5 genera (Lampiran Teks 3-5), diantaranya Valvata
tricarinata dan Viviparus intertextus. Dari data yang diperoleh dengan
nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,6822 – 1,5644 dapat dikatakan
bahwa perairan di wilayah studi termasuk agak tercemar.
3.3.1 Kependudukan
35
10. Bangsal 27.027 26.370 53.397
11. Puri 39.984 39.411 79.395
12. Trowulan 40.158 39.303 79.461
13. Sooko 39.878 39.168 79.046
14. Gedeg 31.237 30.859 62.096
15. Kemlagi 31.421 31.374 62.795
16. Jetis 44.913 43.855 88.768
17. Dawarblandong 27.115 27.545 54.660
18. Mojoanyar 26.411 25.786 52.197
Jumlah 585.135 577.495 1.162.630
3.3.2 Ekonomi
36
Pengeluaran rumah tangga tertinggi di desa Mojolebak dan Desa
Bendung sebanyak Rp 1.500.000,- dan terendah terdapat di Desa
Mojolebak dan Desa Bendung sebanyak Rp 300.000,- per bulan.
Pengeluaran rumah tangga tergantung dari penghasilan/pendapatan.
b. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Barang Kulit dan Alas kaki 204051.42956956 217151.42956956 231214.77425014
c. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 184734.90613973 197384.90613973 211474.70199184
37
d. Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan 826704.69346783 883904.69346783 946806.73989487
e. Industri Pupuk, Kimia, Barang Dari Karet dan Plastik 189622.80332787 203522.80332787 219241.97880271
f. Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 113410.76740362 122210.76740362 131763.29156191
4.2 Gas
a. Angkutan Rel
c. Angkutan Laut
e. Angkutan Udara
38
Keterangan : *) Angka
diperbaiki **) Angka
sementara
39
pendanaannya. Penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan
terhadap RKPD Kabupaten, serta menyepakati prioritas pembangunan.
40
harus digaris bawahi. Infrastruktur umum yang nyaman, berbanding
lurus dengan kesejateraan masyarakat. Upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat, akan didukung penuh oleh Pemkab. Program
Bedah Rumah diharapkan akan mampu mengangkat dan memperbaiki
kesejahteraan dan kualitas standar hidup masyarakat Mojokerto.
41
• Mayoritas responden di Desa Mojolebak mengetahui rencana
pembangunan Tambang.
42
Rona lingkungan komponen kesehatan masyarakat digambarkan
dari kejadian kesakitan selama tiga tahun terakhir (2004, 2005 dan
2006). Kejadian kesakitan inik diperoleh dari data sekunder yang
berasal dari Puskesmas Jetis Kabupaten Mojolebak yang wilayah
kerjanya mencakup rencana lokasi pembangunan dan operasional
tambang. Sebagai pertimbangan digunakannya data kesehatan yang
berasal dari puskesmas setempat ini yaitu wilayah ekologis sebaran
polutan udara yang diprediksi dapat mencapai seluruh wilayah kerja
puskesmas. Selengkapnya angka 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja
Puskesmas Jetis Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada tabel 3-8.
Tabel 3-8
No Jenis Penyakit
2004 2005 2006
44
gizi buruk. Kondisi ini dalam standar skala kualitas lingkungan
termasuk dalam kategori baik dengan nilai 5.
45
Sumber air bersih yang sering digunakan oleh penduduk baik untuk
keperluan mandi, cuci dan minum adalah 43,5 % mengambil air dari
sumur gali, 43,7 % dari air sungai dan sisanya 12, 8% menggunakan air
yang berasal dari PDAM. Penduduk yang mengambil air untuk
kebutuhan sehari-hari dari PDAM adalah penduduk yang berada di
Desa Mojolebak yang terutama digunakan untuk keperluan minum,
sedangkan untuk keperluan lainnya kadang-kadang mereka juga
menggunakan air sungai, karena desanya yang berada di tepi sungai.
Kondisi demikian dalam skala kualitas lingkungan termasuk dalam
kategori jelek dengan nilai 2.
46