Anda di halaman 1dari 27

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA N 1 Kendal


Mata pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/Semester : X/ Gasal
Materi Pokok : Tembang Pangkur
Alokasi Waktu : 2 X Pertemuan ( 2 X 45 Menit)

A. Kompetensi Inti (KI)

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku a. jujur, b. disiplin, c. Santun, d.
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), e. Bertanggung jawab, f.
Responsif, dan g. pro-aktif, dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan kawasan internasional.
KI 3: Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.1.1 Mengidentifikasi struktur dan
3.1 Menelaah teks Serat Wedhatama
kaidah tembang Pangkur lisan
pupuh Pangkur.
maupun tulisan.
3.1.2 Menjelaskan arti kata yang
terdapat dalam tembang
Pangkur lisan maupun tulisan.
3.1.3 Menunjukkan pitutur luhur
tembang Pangkur lisan maupun
tulisan.
3.1.4 Menemukan relevansi pitutur
luhur tembang Pangkur dengn
kondisi saat ini
4.1.1 Menyampaikan pendapat tentang
4.1 Menanggapi isi Serat Wedhatama
isi serat Wedhatama pupuh
pupuh Pangkur dan menulis, serta
pangkur..
menyajikan syair tembang Pangkur
4.1.2 Memroduksi syair tembang
dengan bahasa sendiri.
Pangkur lisan maupun tulisan.
4.1.3 Menilai syair tembang Kinanthi
karya teman.
4.1.4 Menyajikan tembang Pangkur
lisan maupun tulisan.

C. Tujuan Pembelajaran

Melalui pendekatan saintifik pembelajaran model Discovery learning, pesrta didik


dapat mengidentifikasi struktur dan kaidah tembang pangkur, menjelaskan arti kata
tembang pangkur, menganalisis pitutur luhur tembang pangkur, menentukan pitutur
luhur tembang pangkur, menentukan relevansi pitutur luhur tembang pangkur, dan
pesrta didik terampil menyampaikan pendapat tentang isi serat Wedhatama pupuh
pangkur, memproduksi syair tembang pangkur, menilai syair tembang pangkur karya
teman dan menyajikan tembang pangkur secara lisan maupun tertulis.

D. Materi Pembelajaran

Fakta:
 Satu pupuh Tembang Pangkur dalam Serat Wedhatama
Konsep:
 Kaidah (Makna, watak) tembang Pangkur
 Struktur tembang Pangkur.
Prinsip:
 Karakteristik tembang Pangkur
Prosedur:
 Langkah-langkah memroduksi syair tembang Pangkur
 Lngkah-langkah menilai syair tembang macapat Pangkur

1
 Langkah-langkah menyajikan tembang Pangkur.

E. Pendekatan /Model/ Metode Pembelajaran


 Pendekatan : saintifik
 Model : discovery learning
 Metode : Tanggung jawab, diskusi, penugasan, presentasi

F. Media/Alat/Bahan

1. Media :
 Internet
 Power point
2. Alat/bahan
 LCD,laptop
 Naskah tembang Pangkur
 Buku, koran, majalah, dan kliping tentang tembang Pangkur, dll.

G. Sumber Belajar
• Mardimin, Yohanes. 1990. Sekitar Tembang Macapat. Semarang: Satya Wacana.
• Santosa, Imam Budhi. 2010. Nguri-uri Paribasan Jawi. Klaten: Intan Pariwara.
• Sasangka, Sry Satriya Wisnu. 2013. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa Edisi
Revisi Cetakan Ke-4. Jakarta: Yayasan Pasramalingua.
• Suseno, Franz Magnis. 1985. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang
Kebijakan Hidup Jawa, Cetakan Kedua. Jakarta: PT Gramedia.

H. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Waktu


Pendahuluan
1. Peserta didik merespon salam dari 15
menit
pendidik;
2. Salah seorang peserta didik
memimpin doa;
3. Peserta didik menyanyikan lagu
Indonesia Raya atau lagu wajib
lainnya yang dipimpin oleh teman
sejawatnya.
4. Peserta didik dan pendidik

2
melakukan curah pendapat tentang
tembang yang pernah dipelajari di
mata pelajaran Bahasa Jawa
sewaktu di SMP;
a. Pernahkah kalian membaca Teks
tembang?
b. Dimanakah kalian pernah
membaca Teks Tembang?
c. Berisi tentang apa Teks
Tembang yang kalian baca itu?
d. Menurut kalian, sulitkah
membaca atau menembangkan
tembang pangkur itu?
5. Peserta didik mengamati beberapa
tembang macapat, lalu
mengidentifikasi tembang macapat
tersebut manakah yang termasuk
tembang pangkur.
6. Peserta didik mencoba membaca
naskah tembang.
7. Peserta didik mencoba menjelaskan
struktur dan kaidah tembang
pangkur.
8. Peserta didik menerima informasi
kompetensi, indikator, materi,
manfaat, dan langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan.

Kegiatan Inti
65
Stimulation menit
(stimulasi/pemberian 1. Peserta didik membaca contoh
rangsangan) teks tembang macapat (pupuh
Pangkur)
1. Peserta didik menanyakan butir-
Problem statement butir penting meliputi struktur
(pertanyaan/identifikasi
masalah) (guru gatra,guru lagu dan guru
wilangan), watak dan makna
tembang Pangkur

3
2. Peserta didik mencoba menjawab
butir-butir pertanyaan tentang
struktur, watak dan makna
tembang Pangkur
3. Peserta didik mencoba menjawab
pertanyaan pemilihan kata dan
Data Collection
(pengumpulan data) relevansi makna dengan jaman
sekarang

1. Peserta didik mendata


persamaan dan perbedaan
Data procesing
(pengolahan data) tembang Pangkur dengan
tembang macapat lainnya dan
teks tembang Pangkur yang
sudah dibaca
1. Melalui diskusi dalam
kelompok peserta didik
mendiskusikan persamaan teks
tembang Pangkur dengan
tembang macapat lainnya
2. Melalui diskusi
mendiskusikan perbedaan teks
Verification(pembuktian
)
tembang pangkur dengan
tembang macapat lainnya baik
struktur isi (guru gatra, guru
lagu dan guru wilangan),
makna dan watak tembang
Pangkur pada teks yang dibaca

Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi) 1. Peserta didik
menyampaikan hasil diskusi
kelompok dalam diskusi kelas

1. Peserta didik menarik


simpulan dan merevisi
temuannya tentang persamaan
dan perbedaan teks tembang
Pangkur dengan tembang

4
macapat lainnya
2. Peserta didik membuat
rangkuman tentang
struktur isi (guru lagu,guru
gatra dan guru
wilangan) serta watak dan
makna tembang
Pangkur
3. Peserta didik bersama
guru menyimpulkan isi teks
tembang Pangkur dan
relevansinya dengan jaman
sekarang
4. Peserta didik dengan
panduan pendidik
melakukan refleksi
Penutup
1. Peserta didik mencatat 10
menit
informasi tentang tugas
2. Salah satu peserta
didik memimpin do’a
untuk mengakhiri
pembelajaran
3. Guru mengucapkan
salam dilanjutkan dengan
“sugeng siyang”

Pertemuan 2

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Waktu


Pendahuluan
1. Siswa merespon salam dan 15
menit
pertanyaan dari guru
berhubungan dengan

5
karasteristik tembang Pangkur

2. Siswa menerima informasi


tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya ( isi
tembang Pangkur) dengan
pembelajaran yang akan
dilaksanakan (nilai-nilai luhur
yang terdapat dalam tembang
Pangkur dan menulis tembang
macapat pangkur)
3. Siswa menerima informasi
kompetensi, materi, tujuan,
manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan
dilaksanakan
Apersepsi dan motivasi

Kegiatan Inti
1. Peserta didik melihat teks 65
Stimulation menit
(stimulasi/pemberian tembang Pangkur melalui LCD
rangsangan)
dan mendengarkan tembang
Pangkur
1. Peserta didik menanyakan
butir-butir penting meliputi
struktur (guru gatra,guru lagu
Problem statement
dan guru wilangan), watak dan
(pertanyaan/identifikasi
masalah) makna tembang Pangkur
2. Peserta didik mencoba
menjawab butir-butir
pertanyaan tentang struktur,
watak dan makna tembang
Pangkur

3. Peserta didik

6
mengidentifikasi dan
menanyakan kata-kata sukar
yang terdapat dalam teks
tembang Pangkur
4. Peserta didik mencoba
menjawab pertanyaan
pemilihan kata dan relevansi
makna dengan jaman
sekarang

1. Peserta didik mendata


persamaan dan perbedaan teks
tembang Pangkur dengan
Data Collection tembang macapat lainnya
(pengumpulan data)
diantaranya struktur (guru
gatra, guru lagu dan guru
wilangan)
2. Peserta didik mendata
penggunaan kata-kata sukar
dalam teks tembang Pangkur

1. Melalui diskusi dalam


kelompok peserta didik
mendiskusikan guru gatra, guru
lagu dan guru wilangan
Data procesing 2. Melalui diskusi kelompok
(pengolahan data)
peserta didik mendiskusikan
arti kata-kata sukar dalam teks
tembang Pangkur sehingga
diketahui makna atau nilai-nilai
luhur tembang Pangkur

7
1. Peserta didik menyampaikan
hasil kelompok dalam kelas

Verification(pembuktian 1. Peserta didik menarik


)
kesimpulan tentang struktur isi
tembang Pangkur (guru gatra,
guru wilangan dan guru lagu)
2. Peserta didik merangkum
Generalization (menarik tentang watak dan makna
kesimpulan/generalisasi)
tembang Pangkur serta kata-
kata sukar beserta artinya

Penutup
1. Peserta didik mencatat tugas 10
menit
menuliskan tembang Pangkur
menggunakan bahasa sendiri
2. Guru bersama-sama peserta
didik melakukan refleksi
tentang proses dan hasil
pembelajaran yang telah
dicapai.
3. Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam
dan “sugeng siyang

I. Penilaian Hasil Pembelajaran

1. Jenis/teknik penilaian
a. Kompetensi Sikap:
 Observasi
 Penilaian Jurnal
b. Kompetensi Pengetahuan:
 Tes Tertulis
c. Kompetensi Keterampilan:

8
 Produk
 Tes Praktik
2. Bentuk instrumen dan instrumen
3. Pedoman penskoran

9
Lampiran Instrumen Penilaian

1. Pertemuan Pertama
a. Contoh Penilaian Sikap

Observasi
LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI

Mata Pelajaran : Bahasa Jawa


Kelas/Program : X/ IPA-IPS-BB
Kompetensi : Sikap
Materi : Tembang Pangkur
Jml
N Sikap Pribadi Sikap Ilmiah Nilai
Nama Siswa Skor
o Jjur Displ Tgjwb Kritis Objek Tolr
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1
2
1. 3
2. 4
3. 5

Keterangan pengisian skor


4. Sangat baik 2. cukup
3. Baik 1. Kurang

Penilaian Jurnal

No Nama Catatan Keterangan


Siswa

b. Penilaian Pengetahuan

10
Indikator Pencapaian Teknik Bentuk
Instrumen
Kompetensi Penilaian Penilaian
Memahami Tes lisan/ Uraian
wataktembang tertulis Sebutna kepiye watake tembang
Pangkur lisan maupun Pangkur!
tulisan.

Mengidentifikasi Tes lisan/ Uraian


struktur dan kaidah tertulis Kepiye guru gatra, guru wilangan,
tembang Pangkur lisan lan guru lagune tembang Pangkur?
maupun tulisan.

Menganalisis pitutur Uraian


luhurtembang Pangkur Tes lisan/ Pitutur luhur apa kang bisa
lisan maupun tulisan. tertulis kotemokake ing tembang Pangkur
kang kowaca?
Mengevaluasi
relevansi dengan Tes lisan/ Uraian Pitutur luhur kang kotemokake ing
masa kini pitutur tulis tembang Pangkur kang kowaca apa
luhurtembang Pangkur isih jumbuh yen dicakake/
lisan maupun tulisan. diterapake ing jaman saiki?

Menginterpretasi Tes lisan/ Uraian Apa sliramu/siswa setuju karo


pitutur luhur tembang tertulis pitutur luhur kang kotemokake ing
Pangkurlisan maupun tembang Pangkur kang kowaca?
tulisan.

Kunci Jawaban (kalau memungkinkan, jawaban siswa diusahakan


menggunakan bahasa Jawa ragam krama):
1. Watake tembang Pangkur iku madhep mantep, banter, nesu. Cocok kanggo
ngandharake pitutur, katresnan, crita kang nyata, lan sapiturute.
2. Tembang Pangkur kadadean saka 7 gatra.
Guru wilangan lan guru lagune: 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i

11
3. Pitutur luhur ing tembang Pangkur adate/biasane gegayutan karo pepeling
supaya ora tumindak ala lan mrenahake supaya tumindak becik.
4. Pitutur luhur ing tembang Pangkur isih cocog/jumbuh karo kahanan jaman
saiki.
5. (Siswa setuju marang pitutur luhur ing tembang Pangkur, redaksi bahasa
siswa).
Pedoman Penskoran penilaian pengetahuan
1. Soal nomor 1
Aspek Tingkat Nilai
Siswa menjawab dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa menjawab benar dan baik B 3
Siswa menjawab benar dan sedang S 2
Siswa menjawab kurang benar K 1
NILAI MAKSIMAL 4

2. Soal nomor 2
Aspek Tingkat Nilai
Siswa menjawab dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa menjawab benar dan baik B 3
Siswa menjawab benar dan sedang S 2
Siswa menjawab kurang benar K 1
NILAI MAKSIMAL 4

3. Soal nomor 3
Aspek Tingkat Nilai
Siswa menjawab dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa menjawab benar dan baik B 3
Siswa menjawab benar dan sedang S 2
Siswa menjawab kurang benar K 1
NILAI MAKSIMAL 4

4. Soal nomor 4
Aspek Tingkat Nilai
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan baik B 3
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sedang S 2
Siswa mendeskripsikan dengan kurang benar K 1
NILAI MAKSIMAL 4

5. Soal nomor 5
Aspek Tingkat Nilai
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sangat baik AB 4

12
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan baik B 3
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sedang S 2
Siswa mendeskripsikan dengan kurang benar K 1
NILAI MAKSIMAL 4

c. Penilaian Keterampilan
Penilaian Praktik Menulis
Kompetensi Dasar :

Indikator Soal :

Rubrik dan Pedoman Penskoran Keterampilan

No Kriteria/Rambu-rambu Jawaban Skor


1. Kesesuaian isi dengan informasi pada naskah debat dan pendapat
a. Uraian isi naskah debat dan pendapat sesuai dengan informasi 3
pada naskah debat 2
b. Uraian isi naskah debat dan pendapat kurang sesuai dengan 1
informasi pada naskah debat 0
c. Uraian isi naskah debat dan pendapat tidak sesuai dengan
informasi pada naskah debat
d. Tidak membuat uraian
2. Keefektifan kalimat
a. Penggunaan kalimat pada uraian naskah debat efektif 2
b. Penggunaan kalimat pada uraian naskah debat kurang efektif 1
3. Penggunaan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)
a. Tidak ada kesalahan penggunaan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan 3
Bahasa Indonesia)
b. Terdapat 1 s.d 5 kesalahan penggunaan PUEBI (Pedoman Umum 2
Ejaan Bahasa Indonesia)
c. Terdapat lebih dari 5 kesalahan penggunaan PUEBI (Pedoman 1
Umum Ejaan Bahasa Indonesia)
Jumlah skor 8

Penilaian Praktik
Penilaian Produk
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Penilaian
Kompetensi
Memroduksi Tes Unjuk Uji petik Gawea cakepan (syair)
syair tembang Kerja produk tembang Pangkur sapada
Pangkur lisan adhedhasar guru gatra,
maupun tulisan. guru wilangan lan guru
lagu!
Kunci jawaban:
Ancer- ancer cakepan tembang Pangkur
Pangkur
Para siswa ayo dha sregep sinau

13
Supaya miguna
Kanggo bangsa lan nagari
Dadi tuladha kang becik ing bebrayan
Pedoman penskoran:
1. Paugeran ( Guru Gatra, Guru Wilangan, Guru Lagu)
Aspek Nilai
Jawaban Benar (Jika sesuai 3 aturan tembang /lengkap) 4
Jawaban Mendekati Benar ( Jika sesuai 2 aturan tembang / 3
kurang lengkap)
Jawaban Kurang Benar ( Jika sesuai hanya 1 aturan 2
tembang)
Jawaban salah (Tidak sesuai aturan tembang) 1
NILAI MAKSIMAL 4
2. Diksi atau Pilihan Kata
Aspek Nilai
Jawaban Benar (Jika sesuai dengan Ejaan Yang 4
Disempurnakan Bahasa Jawa)
Jawaban Kurang Benar (Jika kurang sesuai dengan Ejaan 3
Yang Disempurnakan Bahasa Jawa)
Jawaban Salah ( Jika tidak sesuai dengan Ejaan Yang 1-2
Disempurnakan Bahasa Jawa)
NILAI MAKSIMAL 4
3. Isi
Aspek Nilai
Jawaban Benar (Jika sesuai dengan Tema) 4
Jawaban Kurang Benar (Jika kurang sesuai dengan Tema) 3
Jawaban Salah ( Jika tidak sesuai dengan Tema) 1-2
NILAI MAKSIMAL 4

Contoh Format Penilaian

Sing Di Biji Gunggunge/


Paugeran Jumlah

Diksi/
Nama Guru Guru Guru Makna/
pilihan
Gatra wilangan Lagu Teges
tembung
( 10) ( 20) (10) (30)
( 30)

14
Penyuntingan

Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Penilaian
Kompetensi
Menyunting Tes Tertulis Uraian Ijolna cakepan tembang
syairtembang Pangkur garapanmu
Pangkurkarya marang kanca samejamu,
teman banjur telitinen lan biji
garapane kancamu!
Sawise kok teliti banjur
balekna kanthi menehi
pamrayoga/saran
saprelune!

Kunci Jawaban :
Penilaian sikap dan tanggung jawab dalam menyunting pekerjaan teman
Pedoman Penskoran
1. Paugeran ( Guru Gatra, Guru Wilangan, Guru Lagu)
Aspek Nilai
Jawaban Benar (Jika sesuai 3 aturan tembang /lengkap) 4
Jawaban Mendekati Benar ( Jika sesuai 2 aturan tembang / 3
kurang lengkap)
Jawaban Kurang Benar ( Jika sesuai hanya 1 aturan 2
tembang)
Jawaban salah (Tidak sesuai aturan tembang) 1
NILAI MAKSIMAL 4

2. Diksi atau Pilihan Kata


Aspek Nilai
Jawaban Benar (Jika sesuai dengan Ejaan Yang 4
Disempurnakan Bahasa Jawa)
Jawaban Kurang Benar (Jika kurang sesuai dengan Ejaan 3
Yang Disempurnakan Bahasa Jawa)
Jawaban Salah ( Jika tidak sesuai dengan Ejaan Yang 1-2
Disempurnakan Bahasa Jawa)

15
NILAI MAKSIMAL 4

3. Isi
Aspek Nilai
Jawaban Benar (Jika sesuai dengan Tema) 4
Jawaban Kurang Benar (Jika kurang sesuai dengan Tema) 3
Jawaban Salah ( Jika tidak sesuai dengan Tema) 1-2
NILAI MAKSIMAL 4

Ancer-ancer pambiji/ contoh format penilaian


Sing Di Biji Gunggunge/
Paugeran Jumlah

Diksi/
Nama Guru Guru Guru Makna/
pilihan
Gatra wilangan Lagu Teges
tembung
( 10) ( 20) (10) (30)
( 30)

Kunci jawaban:
Tes Praktik
Ancer – ancer Pambiji
Pedoman Penskoran
Aspek Tingkat Nilai
Siswa mennyanyikan dengan benar dan sangat baik ( lafal jelas, AB 4
intonasi tepat, ekspresi sangat baik, dan nada tepat/ memenuhi
keempat unsur)
Siswa menyanyikan dengan benar dan baik ( jika ketiga unsur B 3
yang tepat, salah satu ada yang kurang)
Siswa menyanyikan dengan benar dan sedang ( jika hanya dua S 2
unsur yang tepat, yang dua unsur lainnya kurang tepat)
Siswa menyanyikan dengan kurang benar ( jika yang tepat K 1
hanya satu unsur, yang ketiga unsur kurang tepat)
NILAI MAKSIMAL 4
Contoh Format Penskoran
Nam Sing Di Biji
a Lafal/Ked Intonas Ekspresi/Perform Ketepata Gunggunge/Juml
al i er n Nada ah

16
LAMPIRAN PERTEMUAN 1

Lampiran 1 Materi

Lampiran Materi

Serat Wedhatama
Serat Wédhatama ("tulisan mengenai ajaran utama") adalah sebuah karya sastra Jawa
Baru yang bisa digolongkan sebagai karya moralistis-didaktis yang sedikit
dipengaruhi Islam. Karya ini secara formal dinyatakan ditulis oleh
KGPAAMangkunegara IV. Walaupun demikian didapat indikasi bahwa penulisnya
bukanlah satu orang. Serat Wedhatama adalah Sastra tembang atau kidungan jawa
(berasal dalam bahasa  Jawa; Wredhatama) yang berarti serat (tulisan/karya) wedha
(Ajaran) tama (keutamaan/utama) Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk
membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi
diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi
salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat
universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama
bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming  ersu dan ancaman neraka,
melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak” bagi siapapun yang ingin
menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Mudah diikuti dan
dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntun step by step secara rinci. Puncak dari

17
“laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang
sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti.

Serat ini dianggap sebagai salah satu puncak estetika sastra Jawa abad ke-19 dan
memiliki karakter mistik yang kuat. Bentuknya adalah tembang, yang biasa dipakai
pada masa itu.

Isi

Serat ini terdiri dari 100 pupuh (bait, canto) tembang macapat, yang dibagi dalam
lima lagu, yaitu

 Pangkur (14 pupuh, I - XIV))


 Sinom (18 pupuh, XV - XXXII)
 Pocung (15 pupuh, XXXIII - XLVII)
 Gambuh (35 pupuh, XLVIII - LXXXII)
 Kinanthi (18 pupuh, LXXXIII - C)

Isinya adalah merupakan falsafah kehidupan, seperti hidup bertenggang rasa,


bagaimana menganut agama secara bijak, menjadi manusia seutuhnya, dan menjadi
orang berwatak ksatria.

Pangkur, bait 1 (I):

Mingkar mingkuring angkara


Akarana karenan mardi siwi
Sinawung resmining kidung
Sinuba sinukarta
Mrih kretarta pakartining ngèlmu luhung
Kang tumrap ning tanah Jawa
Agama ageming aji

Menghindarkan diri dari angkara


Bila akan mendidik putra
Dikemas dalam keindahan syair
Dihias agar tampak indah

18
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai
Yang berlaku di tanah Jawa
Agama pegangan para pemimpin

1. Mingkar-mingkuring ukara, akarana karenan mardi siwi, sinawung resmining


kidung, sinuba sinukarta, mrih kretarta pakartining ilmu luhung,kang tumrap ing
tanah Jawa, agama ageming aji.
Meredam nafsu angkara dalam diri, Hendak berkenan mendidik putra-putri.
Tersirat dalam indahnya tembang, dihias penuh variasi, agar menjiwai hakekat 
ilmu luhur, yang berlangsung di tanah Jawa (nusantara) agama sebagai “pakaian”
kehidupan.
2. Jinejer ing Weddhatama, mrih tan kemba kembenganing pambudi,mangka
nadyan tuwa pikun, yen tan mikani rasa, yekti sepi sepa lir sepah
asamun,samasane pakumpulan, gonyak-ganyuk nglelingsemi.
Disajikan dalam serat Wedhatama, agar jangan miskin pengetahuan, walaupun
sudah tua pikun, jika tidak memahami rasa sejati (batin), niscaya kosong tiada
berguna bagai ampas, percuma sia-sia, di dalam setiap pertemuan sering bertindak
ceroboh memalukan.
3. Nggugu karsane priyangga, nora nganggo peparah lamun angling,lumuh ingaran
balilu, uger guru aleman, nanging janma ingkang wus waspadeng semu, sinamun
samudana, sesadoning adu manis .
Mengikuti kemauan sendiri, Bila berkata tanpa dipertimbangkan  (asal bunyi),
Namun tak mau dianggap bodoh, Selalu berharap  dipuji-puji. (sebaliknya) Ciri
orang yang sudah memahami  (ilmu sejati) tak bisa ditebak berwatak rendah hati,
selalu berprasangka baik.
4. Si pengung nora nglegewa, sangsayarda denira cacariwis, ngandhar-andhar
angendukur, kandhane nora kaprah, saya elok alangka longkangipun, si wasis
waskitha ngalah, ngalingi marang sipingging.
(sementara) Si dungu tidak menyadari, Bualannya semakin menjadi jadi,
ngelantur bicara yang tidak-tidak, Bicaranya tidak masuk akal, makin aneh tak ada
jedanya. Lain halnya, Si Pandai cermat dan mengalah, Menutupi aib si bodoh.
5. Mangkono ilmu kang nyata, sanyatane mung we reseping ati,bungah ingaran
cubluk, sukeng tyas yen den ina, nora kaya si punggung anggung gumunggung,
ugungan sadina dina, aja mangkono wong urip.
Demikianlah ilmu yang nyata, Senyatanya memberikan ketentraman hati, Tidak

19
merana dibilang bodoh, Tetap gembira jika dihina Tidak seperti si dungu yang
selalu sombong, Ingin dipuji setiap hari. Janganlah begitu caranya orang hidup.
6. Uripa sapisan rusak, nora mulur nalare ting saluwir, kadi ta guwa kang sirung, 
sinerang ing maruta, gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung, pindha
padhane si mudha, prandene paksa kumaki.
Hidup sekali saja berantakan, Tidak berkembang, pola pikirnya carut marut.
Umpama goa gelap menyeramkan, Dihembus angin, Suaranya gemuruh
menggeram, berdengung Seperti halnya watak anak muda masih pula berlagak
congkak
7. Kikisane mung sapala, palayune ngendelken yayah wibi, bangkit tur bangsaning
luhur, lah iya ingkang rama, balik sira sarawungan bae  ersua, mring atining
tata  ersu, nggon-anggon agama suci.
Tujuan hidupnya begitu rendah, Maunya mengandalkan orang tuanya, Yang
terpandang serta bangsawan Itu kan ayahmu ! Sedangkan kamu kenal saja belum,
akan hakikatnya tata  ersu dalam ajaran yang suci
8. Socaning jiwangganira, jer katara lamun pocapan pasthi, lumuh asor kudu
unggul, sumengah sesongaran,yen mangkono kena ingaran katungkul, karem ing
reh kaprawiran, nora enak iku kaki.
Cerminan dari dalam jiwa raga mu, Nampak jelas walau tutur kata halus, Sifat
pantang kalah maunya  menang sendiri Sombong besar mulut, Bila demikian itu,
disebut orang yang terlena, Puas diri berlagak tinggi Tidak baik itu nak !
9. Kekerane ngelmu karang, kakarangan saking bangsaning gaib, iku boreh
paminipun, tan rumasuk ing jasad,  ersu aneng sajabaning daging kulup, Yen
kapengkok pancabaya,
ubayane mbalenjani.
Di dalam ilmu yang dikarang-karang (sihir/rekayasa), Rekayasa dari hal-hal gaib,
Itu umpama bedak. Tidak meresap ke dalam jasad, Hanya ada di kulitnya saja nak,
Bila terbentur marabahaya, bisanya menghindari.
10. Marma ing sabisa-bisa, babasane muriha tyas basuki, puruitaa kang patut, lan
traping angganira, Ana uga angger ugering kaprabun, abon aboning panembah,
kang kambah ing siang ratri.
Karena itu sebisa-bisanya, Upayakan selalu berhati baik, Bergurulah secara tepat,
Yang sesuai dengan dirimu, Ada juga peraturan dan pedoman bernegara, Menjadi
syarat bagi yang berbakti, yang berlaku siang malam.

20
11. Iku kaki takokena, marang para sarjana kang martapi, mring tapaking tepa tulus,
kawawa nahen hawa, Wruhanira mungguh sanjataning ngelmu, tan mesthi neng
janma wreda, tuwin muda sudra kaki.
Tulah nak, tanyakan Kepada para sarjana yang menimba ilmu, Kepada jejak hidup
para suri tauladan yang benar, dapat menahan hawa nafsu, Pengetahuanmu adalah
senyatanya ilmu, Yang tidak harus dikuasai orang tua, Bisa juga bagi yang muda
atau miskin, nak !
12. Sapantuk wahyuning Allah, gya dumilah mangulah ngelmu bangkit, bangkit mikat
reh mangukut, kukutaning Jiwangga, Yen mangkono kena sinebut wong sepuh,
liring sepuh sepi hawa, awas roroning ngatunggil.
Siapapun yang menerima wahyu Tuhan, Dengan cermat mencerna ilmu tinggi,
Mampu menguasai ilmu kasampurnan, Kesempurnaan jiwa raga, Bila demikian
pantas disebut “orang tua”. Arti “orang tua” adalah tidak dikuasai hawa nafsu,
Paham akan dwi tunggal (menyatunya sukma dengan Tuhan)
13. Tan samar pamoring Sukma, sinukma ya winahya ing ngasepi, sinimpen telenging
kalbu, Pambukaning waana, tarlen saking liyep layaping ngaluyup, pindha
pesating supena, sumusuping rasa jati.
Tidak lah samar sukma menyatu, meresap terpatri dalam keheningan  semadi,
Diendapkan dalam lubuk hati menjadi pembuka tabir, berawal dari keadaan antara
sadar dan tiada, Seperti terlepasnya mimpi Merasuknya rasa yang sejati.
14. Sajatine kang mangkono, wus kakenan nugrahaning Hyang Widi, bali alaming
ngasuwung, tan karem karamean, ingkang sipat wisesa winisesa wus, mulih mula
mulanira, mulane wong anom sami.
Sebenarnya ke-ada-an itu merupakan anugrah Tuhan, Kembali  ersuas yang
mengosongkan, tidak mengumbar nafsu duniawi, yang bersifat kuasa menguasai.
Kembali ke asal muasalmu Oleh karena itu, wahai anak muda sekalian.

Serat Wedhatama
Serat Wédhatama ("tulisan mengenai ajaran utama") adalah sebuah karya sastra Jawa
Baru yang bisa digolongkan sebagai karya moralistis-didaktis yang sedikit
dipengaruhi Islam. Karya ini secara formal dinyatakan ditulis oleh
KGPAAMangkunegara IV. Walaupun demikian didapat indikasi bahwa penulisnya
bukanlah satu orang. Serat Wedhatama adalah Sastra tembang atau kidungan jawa

21
(berasal dalam bahasa  Jawa; Wredhatama) yang berarti serat (tulisan/karya) wedha
(Ajaran) tama (keutamaan/utama) Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk
membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi
diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi
salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat
universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama
bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming  ersu dan ancaman neraka,
melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak” bagi siapapun yang ingin
menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Mudah diikuti dan
dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntun step by step secara rinci. Puncak dari
“laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang
sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti.

Serat ini dianggap sebagai salah satu puncak estetika sastra Jawa abad ke-19 dan
memiliki karakter mistik yang kuat. Bentuknya adalah tembang, yang biasa dipakai
pada masa itu.

Isi

Serat ini terdiri dari 100 pupuh (bait, canto) tembang macapat, yang dibagi dalam
lima lagu, yaitu

 Pangkur (14 pupuh, I - XIV))


 Sinom (18 pupuh, XV - XXXII)
 Pocung (15 pupuh, XXXIII - XLVII)
 Gambuh (35 pupuh, XLVIII - LXXXII)
 Kinanthi (18 pupuh, LXXXIII - C)

Isinya adalah merupakan falsafah kehidupan, seperti hidup bertenggang rasa,


bagaimana menganut agama secara bijak, menjadi manusia seutuhnya, dan menjadi
orang berwatak ksatria.

Pangkur, bait 1 (I):

Mingkar mingkuring angkara


Akarana karenan mardi siwi

22
Sinawung resmining kidung
Sinuba sinukarta
Mrih kretarta pakartining ngèlmu luhung
Kang tumrap ning tanah Jawa
Agama ageming aji

Menghindarkan diri dari angkara


Bila akan mendidik putra
Dikemas dalam keindahan syair
Dihias agar tampak indah
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai
Yang berlaku di tanah Jawa
Agama pegangan para pemimpin

15. Mingkar-mingkuring ukara, akarana karenan mardi siwi, sinawung resmining


kidung, sinuba sinukarta, mrih kretarta pakartining ilmu luhung,kang tumrap ing
tanah Jawa, agama ageming aji.
Meredam nafsu angkara dalam diri, Hendak berkenan mendidik putra-putri.
Tersirat dalam indahnya tembang, dihias penuh variasi, agar menjiwai hakekat 
ilmu luhur, yang berlangsung di tanah Jawa (nusantara) agama sebagai “pakaian”
kehidupan.
16. Jinejer ing Weddhatama, mrih tan kemba kembenganing pambudi,mangka
nadyan tuwa pikun, yen tan mikani rasa, yekti sepi sepa lir sepah
asamun,samasane pakumpulan, gonyak-ganyuk nglelingsemi.
Disajikan dalam serat Wedhatama, agar jangan miskin pengetahuan, walaupun
sudah tua pikun, jika tidak memahami rasa sejati (batin), niscaya kosong tiada
berguna bagai ampas, percuma sia-sia, di dalam setiap pertemuan sering bertindak
ceroboh memalukan.
17. Nggugu karsane priyangga, nora nganggo peparah lamun angling,lumuh ingaran
balilu, uger guru aleman, nanging janma ingkang wus waspadeng semu, sinamun
samudana, sesadoning adu manis .
Mengikuti kemauan sendiri, Bila berkata tanpa dipertimbangkan  (asal bunyi),
Namun tak mau dianggap bodoh, Selalu berharap  dipuji-puji. (sebaliknya) Ciri
orang yang sudah memahami  (ilmu sejati) tak bisa ditebak berwatak rendah hati,
selalu berprasangka baik.

23
18. Si pengung nora nglegewa, sangsayarda denira cacariwis, ngandhar-andhar
angendukur, kandhane nora kaprah, saya elok alangka longkangipun, si wasis
waskitha ngalah, ngalingi marang sipingging.
(sementara) Si dungu tidak menyadari, Bualannya semakin menjadi jadi,
ngelantur bicara yang tidak-tidak, Bicaranya tidak masuk akal, makin aneh tak ada
jedanya. Lain halnya, Si Pandai cermat dan mengalah, Menutupi aib si bodoh.
19. Mangkono ilmu kang nyata, sanyatane mung we reseping ati,bungah ingaran
cubluk, sukeng tyas yen den ina, nora kaya si punggung anggung gumunggung,
ugungan sadina dina, aja mangkono wong urip.
Demikianlah ilmu yang nyata, Senyatanya memberikan ketentraman hati, Tidak
merana dibilang bodoh, Tetap gembira jika dihina Tidak seperti si dungu yang
selalu sombong, Ingin dipuji setiap hari. Janganlah begitu caranya orang hidup.
20. Uripa sapisan rusak, nora mulur nalare ting saluwir, kadi ta guwa kang sirung, 
sinerang ing maruta, gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung, pindha
padhane si mudha, prandene paksa kumaki.
Hidup sekali saja berantakan, Tidak berkembang, pola pikirnya carut marut.
Umpama goa gelap menyeramkan, Dihembus angin, Suaranya gemuruh
menggeram, berdengung Seperti halnya watak anak muda masih pula berlagak
congkak
21. Kikisane mung sapala, palayune ngendelken yayah wibi, bangkit tur bangsaning
luhur, lah iya ingkang rama, balik sira sarawungan bae  ersua, mring atining
tata  ersu, nggon-anggon agama suci.
Tujuan hidupnya begitu rendah, Maunya mengandalkan orang tuanya, Yang
terpandang serta bangsawan Itu kan ayahmu ! Sedangkan kamu kenal saja belum,
akan hakikatnya tata  ersu dalam ajaran yang suci
22. Socaning jiwangganira, jer katara lamun pocapan pasthi, lumuh asor kudu
unggul, sumengah sesongaran,yen mangkono kena ingaran katungkul, karem ing
reh kaprawiran, nora enak iku kaki.
Cerminan dari dalam jiwa raga mu, Nampak jelas walau tutur kata halus, Sifat
pantang kalah maunya  menang sendiri Sombong besar mulut, Bila demikian itu,
disebut orang yang terlena, Puas diri berlagak tinggi Tidak baik itu nak !
23. Kekerane ngelmu karang, kakarangan saking bangsaning gaib, iku boreh
paminipun, tan rumasuk ing jasad,  ersu aneng sajabaning daging kulup, Yen
kapengkok pancabaya,

24
ubayane mbalenjani.
Di dalam ilmu yang dikarang-karang (sihir/rekayasa), Rekayasa dari hal-hal gaib,
Itu umpama bedak. Tidak meresap ke dalam jasad, Hanya ada di kulitnya saja nak,
Bila terbentur marabahaya, bisanya menghindari.
24. Marma ing sabisa-bisa, babasane muriha tyas basuki, puruitaa kang patut, lan
traping angganira, Ana uga angger ugering kaprabun, abon aboning panembah,
kang kambah ing siang ratri.
Karena itu sebisa-bisanya, Upayakan selalu berhati baik, Bergurulah secara tepat,
Yang sesuai dengan dirimu, Ada juga peraturan dan pedoman bernegara, Menjadi
syarat bagi yang berbakti, yang berlaku siang malam.
25. Iku kaki takokena, marang para sarjana kang martapi, mring tapaking tepa tulus,
kawawa nahen hawa, Wruhanira mungguh sanjataning ngelmu, tan mesthi neng
janma wreda, tuwin muda sudra kaki.
Tulah nak, tanyakan Kepada para sarjana yang menimba ilmu, Kepada jejak hidup
para suri tauladan yang benar, dapat menahan hawa nafsu, Pengetahuanmu adalah
senyatanya ilmu, Yang tidak harus dikuasai orang tua, Bisa juga bagi yang muda
atau miskin, nak !
26. Sapantuk wahyuning Allah, gya dumilah mangulah ngelmu bangkit, bangkit mikat
reh mangukut, kukutaning Jiwangga, Yen mangkono kena sinebut wong sepuh,
liring sepuh sepi hawa, awas roroning ngatunggil.
Siapapun yang menerima wahyu Tuhan, Dengan cermat mencerna ilmu tinggi,
Mampu menguasai ilmu kasampurnan, Kesempurnaan jiwa raga, Bila demikian
pantas disebut “orang tua”. Arti “orang tua” adalah tidak dikuasai hawa nafsu,
Paham akan dwi tunggal (menyatunya sukma dengan Tuhan)
27. Tan samar pamoring Sukma, sinukma ya winahya ing ngasepi, sinimpen telenging
kalbu, Pambukaning waana, tarlen saking liyep layaping ngaluyup, pindha
pesating supena, sumusuping rasa jati.
Tidak lah samar sukma menyatu, meresap terpatri dalam keheningan  semadi,
Diendapkan dalam lubuk hati menjadi pembuka tabir, berawal dari keadaan antara
sadar dan tiada, Seperti terlepasnya mimpi Merasuknya rasa yang sejati.
28. Sajatine kang mangkono, wus kakenan nugrahaning Hyang Widi, bali alaming
ngasuwung, tan karem karamean, ingkang sipat wisesa winisesa wus, mulih mula
mulanira, mulane wong anom sami.
Sebenarnya ke-ada-an itu merupakan anugrah Tuhan, Kembali  ersuas yang

25
mengosongkan, tidak mengumbar nafsu duniawi, yang bersifat kuasa menguasai.
Kembali ke asal muasalmu Oleh karena itu, wahai anak muda sekalian.

26

Anda mungkin juga menyukai