Anda di halaman 1dari 48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

a. Sejarah UPTD Puskesmas Ampah

UPTD Puskesmas Ampah terletak di Kecamatan Dusun Tengah,

Kabupaten Barito Timur, Propinsi Kalimantan Tengah dengan jumlah

penduduk sebanyak 25.173 jiwa, Alamat Jalan Veteran No.73

Kelurahan, Ampah Kota. UPTD Puskesmas Ampah merupakan

Puskesmas Rawat Inap milik Pemerintah Daerah Kabupaten Barito

Timur, Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Ampah terdiri dari 9 desa

dengan jumlah Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

sebanyak 54 UKBM yang terdiri dari 5 Pustu, 7 Polindes, 9 Desa

Siaga, 2 Posyandu Madya, 23 Posyandu Purnama dan 8 Posyandu

Lansia.

b. Motto, visi dan misi

1) Motto

” Melayani Dengan Hati Memberi Tindakan Dengan Ilmu”

2) Visi

“ Masyarakat Dusun Tengah Sehat yang Mandiri Dan Sejahtera”.

3) Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, UPTD Puskesmas Ampah

memiliki misi sebagai berikut :

a) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

pemberdayaan masyarakat

44
45

b) Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk membudayakan

hidup bersih dan sehat

c. Jenis pelayanan UPTD Puskesmas Ampah

1) Pelayanan Dalam Gedung

Kegiatan pelayanan yang bersifat Usaha Kesehatan

Masyarakat (UKM) serta Usaha Kesehatan Perseorangan

(UKP) dalam gedung yang diantara lain; Rawat Inap, UGD,

Poli Umum, Poli Gigi, Promkes, KIA & KB, Gizi, Pengendalian

dan Pencegahan Penyakit (P2P), Kesehatan Lingkungan,

Perkesmas , Farmasi dan Laboratorium

2) Pelayanan Luar Gedung

Kegiatan pelayanan yang bersifat Usaha Kesehatan

Masyarakat (UKM) serta Usaha Kesehatan Perseorangan

(UKP) di luar gedung yang diantara lain; Promkes, KIA & KB,

Gizi, Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P),

Kesehatan Lingkungan melalui kegiatan penyuluhan,

sosialissi, advokasi serta pemberdayaan masyarakat di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Ampah.

3) Pelayanan penunjang lainnya

Pelayanan penunjang terdiri dari pelayanan apotik/farmasi,

pelayanan laboratorium yang meliputi enam jenis pemeriksaan

pada tahap sederhana kimia gula darah, hematologi, serologi,

bakteriologi, tinja dan urine, pelayanan BPJS dan pelayanan

gizi
46

d. Sumber daya manusia

Ketenagaan yang ada di UPTD Puskesmas Ampah dilihat

pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Ketenagaan UPTD Puskesmas Ampah Tahun 2019

No Jenis Tenaga Jumlah (Orang)


1 Pejabat struktural 2
2 Dokter umum 2
3 Dokter Gigi 1
3 Perawat 41
4 Perawat gigi 2
5 Bidan 21
6 Apoteker 2
7 Asisten Apoteker 5
8 Analis 3
9 Nutrisionis 2
10 Kesling 3
11 Kesehatan masyarakat 4
12 Rekam Medis 1
13 Pekarya 1
14 Administrasi 4
15 Sopir 1
16 Cleaning Service 4
17 Security 2
Jumlah 101

B. PENGUJIAN HIPOTESIS

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat dari usia, pendidikan, jenis

kelamin, pekerjaan dari pasien yang sudah menggunakan layanan

kesehatan sejak sebelum akreditasi.

a. Usia

Usia responden yang diteliti sebagian besar berusia berkisar 26-

45 tahun (Masa Dewasa) sebanyak 23 orang (76,7%), sementara

berusia 46-65 tahun ( Masa Lansia) sebanyak 7 orang (23,3%).


47

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Frekuensi Presentase
Karakteristik
(n) (%)
Masa Remaja (17-25 Tahun) 0 0
Umur Masa Dewasa (26-45 Tahun) 23 76,7
Masa Lansia (46-65 Tahun) 7 23,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer tahun 2020

b. Pendidikan

Sebagaian besar responden mempunyai latar belakang

pendidikan SLTA sebanyak 21 orang (70%), semantara latar

belakang pendidikan SLTP sebanyak 4 orang (13,3%), dan yang

relative sedikit adalah latar belakang pendidikan responden SD

sebanyak 5 orang, (16,7%).

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Frekuensi Presentase
Karakteristik
(n) (%)
SD 5 16,7
SLTP 4 13,3
Pendidikan
SLTA 21 70
Perguruan Tinggi 0 0
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer tahun 2020

c. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki laki

sebanyak 14 orang (46,7%), sementara perempuan sebanyak 16

orang (53,3%).

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frekuensi Presentase
Karakteristik
(n) (%)
Laki-Laki 14 46,7
Jenis Kelamin Perempuan 16 53,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer 2019

d. Pekerjaan

Pekerjaan responden sebagian besar adalah swasta sebanyak 9

orang (30%), tani sebanyak 14 orang (46,7%), Karyawan sebanyak 3


48

orang (10%) dan yang lebih sedikit adalah PNS sebanyak 4 orang,

13,3%).

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Frekuensi Presentase
Karakteristik
(n) (%)
PNS 4 13,3
Swasta 9 30
Umur Karyawan 3 10
Buruh/Tani 14 46,7
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer tahun 2020

e. Menggunakan Layanan Kesehatan Sejak Sebelum tahun 2016-

sekarang

Pada penelitian ini responden yang dijadikan sampel yaitu pasien

yang sudah menggunakan layanan kesehatan di UPTD Puskesmas

Ampah sejak sebelum akreditasi (sebelum tahun 2017).

2. Variabel Kualitas Pelayanan

Variabel kualitas pelayanan kesehatan diukur dengan

menggunakan model skala likert yang terdiri dari empat tingkat dengan

operasionalisasinya adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju.

a. Dimensi kompetensi teknis

1) Teliti dan Terampil Dalam Melaksanakan Tindakan

Sebagian besar pendapat responden terhadap teliti dan

terampil dalam melaksanakan tindakan yang dimiliki petugas

kesehatan saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien

saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 14 orang atau

46,7%, berpendapat tidak baik sebanyak 14 orang atau 46,7% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2 orang atau 6,7%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap teliti dan terampil dalam


49

melaksanakan tindakan yang dimiliki petugas kesehatan pada saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sangat

baik sebanyak 26 orang atau 86,7%, dan berpendapat baik 4 orang

atau 13,3%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6. Teliti dan Terampil Dalam Melaksanakan Tindakan

Teliti dan terampil Sebelum Akreditasi Sesudah


dalam Akreditasi
melaksanakan Jumlah % Jumla %
tindakan h
Sangat Baik - - 26 86,7
Baik 14 46,7 4 13,3
Tidak Baik 14 46,7 -
Sangat Tidak Baik 2 6,7 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

2) Memberikan Informasi Tentang Segala Pelayanan Kesehatan

Yang Akan Dilaksanakan

Sebagian besar pendapat responden terhadap memberikan

informasi tentang segala pelayanan kesehatan yang akan

dilaksanakan saat memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 18 orang atau

60%, dan berpendapat tidak baik sebanyak 12 orang atau 40%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap memberikan informasi tentang

segala pelayanan kesehatan yang akan dilaksanakan pada saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sangat

baik sebanyak 20 orang atau 66,7%, dan berpendapat baik 10

orang atau 33,3%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel

berikut:
50

Tabel 4.7. Memberikan Informasi Tentang Segala Pelayanan

Kesehatan Yang Akan Dilaksanakan

Memberikan Sebelum Sesudah


Informasi Tentang Akreditasi Akreditasi
Segala Pelayanan Jumlah % Jumlah %
Kesehatan Yang
Akan Dilaksanakan
Sangat Baik - - 20 66,7
Baik 18 60 10 33,3
Tidak Baik 12 40 -
Sangat Tidak Baik - - -
Sumber: Data Primer tahun 2020

b. Dimensi keterjangkauan atau akses

1) Menawarkan Bantuan Ketika Mengalami Kesulitan Walau Tanpa

Diminta

Sebagian besar pendapat responden terhadap menawarkan

bantuan ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta yang

dimiliki petugas kesehatan saat memberikan pelayanan kesehatan

kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 16

orang atau 53,3%, dan berpendapat tidak baik sebanyak 12 orang

atau 40% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2 orang

atau 6,7%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap menawarkan bantuan ketika

mengalami kesulitan walau tanpa diminta yang dimiliki petugas

kesehatan pada saat memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien adalah sangat baik sebanyak 26 orang atau 86,7%, dan

berpendapat baik 4 orang atau 13,3%. Secara lebih rinci dapat

dilihat pada tabel berikut:


51

Tabel 4.8. Menawarkan Bantuan Ketika Mengalami Kesulitan Walau

Tanpa Diminta

Menawarkan Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


Bantuan Ketika Jumlah % Jumlah %
Mengalami
Kesulitan Walau
Tanpa Diminta
Sangat Baik - - 26 86,7
Baik 16 53,3 4 13,3
Tidak Baik 12 40 -
Sangat Tidak Baik 2 6,7 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

2) Segera Menangani Sampai Di Ruang Pelayanan

Sebagian besar pendapat responden terhadap memberikan

segera menangani sampai di ruang pelayanan kepada pasien saat

sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 16 orang atau 53,3%, dan

berpendapat tidak baik sebanyak 12 orang atau 40% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2 orang atau 6,7%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap memberikan segera menangani

sampai di ruang pelayanan kepada pasien adalah sangat baik

sebanyak 22 orang atau 73,3%, dan berpendapat baik 8 orang atau

26,7%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Segera Menangani Sampai Di Ruang Pelayanan

Segera Menangani Sebelum Sesudah


Sampai Di Ruang Akreditasi Akreditasi
Pelayanan Jumlah % Jumlah %
Sangat Baik - - 22 73,3
Baik 16 53,3 8 26,7
Tidak Baik 12 40 -
Sangat Tidak Baik 2 6,7 -
Sumber: Data Primer tahun 2020
52

c. Dimensi efektivitas

1) Mampu Menangani Masalah Dengan Tepat Dan Professional

Sebagian besar pendapat responden terhadap mampu

menangani masalah dengan tepat dan professional dalam

melaksanakan tindakan yang dimiliki petugas kesehatan saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 10 orang atau 33,3%, berpendapat

tidak baik sebanyak 16 orang atau 53,3% dan berpendapat sangat

tidak baik sebanyak 4 orang atau 13,3%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap mampu menangani masalah

dengan tepat dan professional dalam melaksanakan tindakan yang

dimiliki petugas kesehatan pada saat memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien adalah sangat baik sebanyak 14 orang

atau 46,7%, dan berpendapat baik 16 orang atau 53,3%. Secara

lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Mampu Menangani Masalah Dengan Tepat Dan

Professional

Mampu Menangani Sebelum Sesudah


Masalah Dengan Akreditasi Akreditasi
Tepat Dan Jumlah % Jumlah %
Professional
Sangat Baik - - 14 46,7
Baik 10 33,3 16 53,3
Tidak Baik 16 53,3 -
Sangat Tidak Baik 4 13,3 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

2) Memberi Perhatian Terhadap Keluhan Kesehatan Yang Di Rasakan

Sebagian besar pendapat responden terhadap memberikan

informasi tentang segala pelayanan kesehatan yang akan


53

dilaksanakan saat memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 8 orang atau

26,7%, dan berpendapat tidak baik sebanyak 16 orang atau 53,3%

dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 6 orang atau 20%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap memberikan informasi tentang

segala pelayanan kesehatan yang akan dilaksanakan pada saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sangat

baik sebanyak 20 orang atau 66,7%, dan berpendapat baik 10

orang atau 33,3%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.11. Memberi Perhatian Terhadap Keluhan Kesehatan Yang

Di Rasakan

Memberi Perhatian Sebelum Sesudah


Terhadap Keluhan Akreditasi Akreditasi
Kesehatan Yang Di Jumlah % Jumlah %
Rasakan
Sangat Baik - - 20 66,7
Baik 8 26,7 10 33,3
Tidak Baik 16 53,3 -
Sangat Tidak Baik 6 20 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

d. Dimensi efesiensi

1) Memberi Informasi Tentang Administrasi Yang Berlaku Bagi Pasien

Rawat Jalan

Sebagian besar pendapat responden terhadap memberi

informasi tentang administrasi yang berlaku bagi pasien rawat jalan

yang dimiliki petugas kesehatan saat memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik

sebanyak 10 orang atau 33,3%, berpendapat tidak baik sebanyak


54

18 orang atau 60% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2

orang atau 6,7%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap teliti dan terampil dalam

melaksanakan tindakan yang dimiliki petugas kesehatan pada saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sangat

baik sebanyak 22 orang atau 73,3%, dan berpendapat baik 8 orang

atau 26,7%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12. Memberi Informasi Tentang Administrasi Yang Berlaku

Bagi Pasien Rawat Jalan

Memberi informasi Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


tentang Jumlah % Jumlah %
administrasi yang
berlaku bagi pasien
rawat jalan
Sangat Baik - - 22 73,3
Baik 10 33,3 8 26,7
Tidak Baik 18 60 -
Sangat Tidak Baik 2 6,7 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

2) Selalu Menjaga Kerapian Dan Penampilannya

Sebagian besar pendapat responden terhadap memberikan

informasi tentang segala pelayanan kesehatan yang akan

dilaksanakan saat memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 12 orang atau

40%, berpendapat tidak baik sebanyak 12 orang atau 40% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 6 orang atau 20%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap memberikan informasi tentang

segala pelayanan kesehatan yang akan dilaksanakan pada saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sangat


55

baik sebanyak 24 orang atau 80%, dan berpendapat baik 6 orang

atau 20%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13. Selalu Menjaga Kerapian Dan Penampilannya

Selalu Menjaga Sebelum Sesudah


Kerapian Dan Akreditasi Akreditasi
Penampilannya Jumlah % Jumlah %
Sangat Baik - - 24 80
Baik 12 40 6 20
Tidak Baik 12 40 -
Sangat Tidak Baik 6 20 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

e. Dimensi kesinambungan

1) Memperoleh Obat

Sebagian besar pendapat responden terhadap memperoleh

obat kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak

14 orang atau 46,7%, berpendapat tidak baik sebanyak 12 orang

atau 40% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 4 orang

atau 13,3%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap memperoleh obat kepada pasien

adalah sangat baik sebanyak 20 orang atau 66,7%, dan

berpendapat baik 10 orang atau 33,3%. Secara lebih rinci dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14. Memperoleh Obat

Memperoleh Obat Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


Jumlah % Jumlah %
Sangat Baik - - 20 66,7
Baik 14 66,7 10 33,3
Tidak Baik 12 40 -
Sangat Tidak Baik 2 13,3 -
Sumber: Data Primer tahun 2020
56

2) Pelaksanaan Pelayanan Obat Dan Laboratorium Di Puskesmas

Sebagian besar pendapat responden terhadap pelaksanaan

pelayanan obat dan laboratorium di puskesmas kepada pasien saat

sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 16 orang atau 53,3%, dan

berpendapat tidak baik sebanyak 12 orang atau 40% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2 orang atau 6,7%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap pelaksanaan pelayanan obat dan

laboratorium di puskesmas kepada pasien adalah sangat baik

sebanyak 24 orang atau 80%, dan berpendapat baik 6 orang atau

20%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15 Pelaksanaan Pelayanan Obat Dan Laboratorium Di

Puskesmas

pelaksanaan Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


pelayanan obat dan Jumlah % Jumlah %
laboratorium di
puskesmas
Sangat Baik - - 24 80
Baik 16 53,3 6 20
Tidak Baik 12 40 -
Sangat Tidak Baik 2 6,7 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

f. Dimensi keamanan

1) Menjaga Kebersihan Dan Kerapihan Ruangan Pelayanan

Sebagian besar pendapat responden terhadap menjaga

kebersihan dan kerapihan ruangan pelayanan yang dimiliki petugas

kesehatan saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien

saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 8 orang atau 26,7%,

berpendapat tidak baik sebanyak 14 orang atau 46,7% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 8 orang atau 26,7%.


57

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap menjaga kebersihan dan

kerapihan ruangan pelayanan yang dimiliki petugas kesehatan pada

saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien adalah

sangat baik sebanyak 20 orang atau 66,7%, dan berpendapat baik

10 orang atau 33,3%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.16. Menjaga Kebersihan Dan Kerapihan Ruangan

Pelayanan

Menjaga Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


Kebersihan Dan Jumlah % Jumlah %
Kerapihan
Ruangan
Pelayanan
Sangat Baik - - 20 66,7
Baik 8 26,7 10 33,3
Tidak Baik 14 46,7 -
Sangat Tidak Baik 8 26,7 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

2) Menjaga Kebersihan Dan Kelengkapan Fasilitas Kamar Mandi Dan

Toilet

Sebagian besar pendapat responden terhadap menjaga

kebersihan dan kelengkapan fasilitas kamar mandi dan toilet saat

sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 14 orang atau 46,7%,

berpendapat tidak baik sebanyak 8 orang atau 26,7%, dan

berpendapat sangat tidak baik 8 orang atau 26,7%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap menjaga kebersihan dan

kelengkapan fasilitas kamar mandi dan toilet adalah sangat baik

sebanyak 22 orang atau 73,3%, dan berpendapat baik 8 orang atau

26,7%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:


58

Tabel 4.17. Menjaga Kebersihan Dan Kelengkapan Fasilitas Kamar

Mandi Dan Toilet

menjaga Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


kebersihan dan Jumlah % Jumlah %
kelengkapan
fasilitas kamar
mandi dan toilet
Sangat Baik - - 22 73,3
Baik 14 46,7 8 26,7
Tidak Baik 8 26,7 -
Sangat Tidak Baik 8 26,7 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

g. Dimensi kenyamanan

1) Jujur Dalam Memberikan Informasi Tentang Keadaan Pasien

Sebagian besar pendapat responden terhadap jujur dalam

memberikan informasi tentang keadaan pasien saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 12 orang atau 40%, berpendapat

tidak baik sebanyak 16 orang atau 53,3% dan berpendapat sangat

tidak baik sebanyak 2 orang atau 6,7%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap jujur dalam memberikan informasi

tentang keadaan pasien adalah sangat baik sebanyak 24 orang

atau 80%, dan berpendapat baik 6 orang atau 20%. Secara lebih

rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18. Jujur Dalam Memberikan Informasi Tentang Keadaan

Pasien
59

Jujur Dalam Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


Memberikan Jumlah % Jumlah %
Informasi Tentang
Keadaan Pasien
Sangat Baik - - 24 80
Baik 12 40 6 20
Tidak Baik 16 53,3 -
Sangat Tidak Baik 2 6,7 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

2) Selalu Memberi Salam Dan Senyum Ketika Bertemu

Sebagian besar pendapat responden terhadap selalu memberi

salam dan senyum ketika bertemu kepada pasien saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 6 orang atau 20%, berpendapat

tidak baik sebanyak 18 orang atau 60% dan berpendapat sangat

tidak baik sebanyak 6 orang atau 20%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap selalu memberi salam dan

senyum ketika bertemu kepada pasien adalah sangat baik

sebanyak 18 orang atau 60%, dan berpendapat baik 12 orang atau

40%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.19. Selalu Memberi Salam Dan Senyum Ketika Bertemu

selalu memberi Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


salam dan senyum Jumlah % Jumlah %
ketika bertemu
Sangat Baik - - 18 60
Baik 6 20 12 40
Tidak Baik 18 60 -
Sangat Tidak Baik 6 20 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

h. Dimensi informasi

1) Memberi Tahu Dengan Jelas Tentang Hal-Hal Yang Harus Dipatuhi

Dalam Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien

Sebagian besar pendapat responden terhadap memberi tahu

dengan jelas tentang hal-hal yang harus dipatuhi dalam pelayanan


60

kesehatan kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik

sebanyak 16 orang atau 53,3%, berpendapat tidak baik sebanyak

10 orang atau 33,3% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak

4 orang atau 13,3%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap memberi tahu dengan jelas

tentang hal-hal yang harus dipatuhi dalam pelayanan kesehatan

kepada pasien adalah sangat baik sebanyak 24 orang atau 80%,

dan berpendapat baik 6 orang atau 20%. Secara lebih rinci dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.20. Memberi Tahu Dengan Jelas Tentang Hal-Hal Yang

Harus Dipatuhi Dalam Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien

Memberi Tahu Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


Dengan Jelas Jumlah % Jumlah %
Tentang Hal-Hal
Yang Harus
Dipatuhi Dalam
Pelayanan
Kesehatan Kepada
Pasien
Sangat Baik - - 24 80
Baik 16 53,3 6 20
Tidak Baik 10 33,3 -
Sangat Tidak Baik 4 13,3 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

2) Memberitahu Dengan Jelas Tentang Hal-Hal Yang Dilarang Dalam

Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien

Sebagian besar pendapat responden terhadap memberitahu

dengan jelas tentang hal-hal yang dilarang dalam pelayanan

kesehatan kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik

sebanyak 10 orang atau 33,3%, berpendapat tidak baik sebanyak

14 orang atau 46,7% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak

6 orang atau 20%.


61

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap memberitahu dengan jelas

tentang hal-hal yang dilarang dalam pelayanan kesehatan kepada

pasien adalah sangat baik sebanyak 22 orang atau 73,3%, dan

berpendapat baik 8 orang atau 26,7%. Secara lebih rinci dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.21. Memberitahu Dengan Jelas Tentang Hal-Hal Yang

Dilarang Dalam Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien

memberitahu Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


dengan jelas Jumlah % Jumlah %
tentang hal-hal
yang dilarang
dalam pelayanan
kesehatan kepada
pasien
Sangat Baik - - 22 73,3
Baik 10 33,3 8 26,7
Tidak Baik 14 46,7 -
Sangat Tidak Baik 6 20 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

i. Dimensi ketepatan waktu

1) Ketepatan Waktu Pegawai Puskesmas Tiba Di Ruangan Ketika

Anda Membutuhkan Pelayanan

Sebagian besar pendapat responden terhadap ketepatan waktu

pegawai puskesmas tiba di ruangan ketika anda membutuhkan

pelayanan saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 6 orang

atau 20%, berpendapat tidak baik sebanyak 18 orang atau 60% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 6 orang atau 20%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap ketepatan waktu pegawai

puskesmas tiba di ruangan ketika anda membutuhkan pelayanan

adalah sangat baik sebanyak 22 orang atau 73,3%, dan


62

berpendapat baik 8 orang atau 26,7%. Secara lebih rinci dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.22. Ketepatan Waktu Pegawai Puskesmas Tiba Di

Ruangan Ketika Anda Membutuhkan Pelayanan

ketepatan waktu Sebelum Sesudah


pegawai Akreditasi Akreditasi
puskesmas tiba di Jumlah % Jumlah %
ruangan ketika
anda membutuhkan
pelayanan
Sangat Baik - - 22 73,3
Baik 6 20 8 26,7
Tidak Baik 18 60 -
Sangat Tidak Baik 6 20 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

2) Pegawai Puskesmas Mudah Ditemui Dan Dihubungi Bila Anda

Membutuhkan

Sebagian besar pendapat responden terhadap pegawai

puskesmas mudah ditemui dan dihubungi bila anda membutuhkan

saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 10 orang atau

33,3%, berpendapat tidak baik sebanyak 14 orang atau 46,7% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 6 orang atau 20%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap pegawai puskesmas mudah

ditemui dan dihubungi bila anda membutuhkan adalah sangat baik

sebanyak 22 orang atau 73,3%, dan berpendapat baik 8 orang atau

26,7%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:


63

Tabel 4.23. Pegawai Puskesmas Mudah Ditemui Dan Dihubungi

Bila Anda Membutuhkan

pegawai Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


puskesmas mudah Jumlah % Jumlah %
ditemui dan
dihubungi bila anda
membutuhkan
Sangat Baik - - 22 73,3
Baik 10 33,3 8 26,7
Tidak Baik 14 46,7 -
Sangat Tidak Baik 6 20 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

j. Dimensi hubungan antar manusia

1) Pelayanan Yang Diberikan Pegawai Puskesmas Tidak Memandang

Pangkat/Status Tapi Berdasarkan Kondisi Pasien

Sebagian besar pendapat responden terhadap pelayanan yang

diberikan pegawai puskesmas tidak memandang pangkat/status

tapi berdasarkan kondisi pasien saat sebelum akreditasi adalah baik

sebanyak 16 orang atau 53,3%, berpendapat tidak baik sebanyak

12 orang atau 40% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2

orang atau 6,7%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap pelayanan yang diberikan

pegawai puskesmas tidak memandang pangkat/status tapi

berdasarkan kondisi pasien adalah sangat baik sebanyak 18 orang

atau 60%, dan berpendapat baik 12 orang atau 40%. Secara lebih

rinci dapat dilihat pada tabel berikut:


64

Tabel 4.24. Pelayanan Yang Diberikan Pegawai Puskesmas Tidak

Memandang Pangkat/Status Tapi Berdasarkan Kondisi Pasien

pelayanan yang Sebelum Sesudah


diberikan pegawai Akreditasi Akreditasi
puskesmas tidak Jumlah % Jumlah %
memandang
pangkat/status tapi
berdasarkan kondisi
pasien
Sangat Baik - - 18 60
Baik 16 53,3 12 40
Tidak Baik 12 40 -
Sangat Tidak Baik 2 6,7 -
Sumber: Data Primer tahun 2020

2) Perhatian Dan Memberi Dukungan Moril Terhadap Keadaan Pasien

Sebagian besar pendapat responden terhadap perhatian dan

memberi dukungan moril terhadap keadaan pasien saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 20 orang atau 66,7%, dan

berpendapat tidak baik sebanyak 10 orang atau 33,3%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, sebagian besar

responden berpendapat terhadap perhatian dan memberi dukungan

moril terhadap keadaan pasien adalah sangat baik sebanyak 16

orang atau 53,3%, dan berpendapat baik 14 orang atau 46,7%.

Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.25. Perhatian Dan Memberi Dukungan Moril Terhadap

Keadaan Pasien

perhatian dan Sebelum Akreditasi Sesudah Akreditasi


memberi dukungan Jumlah % Jumlah %
moril terhadap
keadaan pasien
Sangat Baik - - 16 53,3
65

Baik 20 66,7 14 46,7


Tidak Baik 10 33,3 -
Sangat Tidak Baik - - -
Sumber: Data Primer tahun 2020

3. Hasil Analisis Statistik

Pada tahap analisis hasil dilakukan analisis terhadap kualitas

pelayanan dengan keterkaitan antar variabel sebelum dan sesudah

akreditasi. Setelah itu dilaukan uji hipotesis utnuk menjawab rumusan

masalah serta tujuan dari pengerjaan tugas akhir ini.

a) Analisis Inferensial

Pada penelitian ini, analisis inferensia digunakan untuk mengolah data

kuantitatif hasil dari penyebaran kuesioner pada responden dengan

tujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan peneliti

mengenai pengaruh implementasi sebelum dan sesudah akreditasi

terhadap kualiatas pelayanan pada UPTD Puskesmas Ampah

tersebut. Pada penelitian ini, analisis inferensia dilakukan dengan

menggunakan aplikasi online GeSCA (dapat diakses di sem-

gesca.org).

Tabel 4.26. Identifikasi Goodness of FIT.

Model
FIT 0.897
AFIT 0.689
GFI 0.978
SRMR 0.123
NPAR 25
Sumber: Aplikasi GeSCA tahun 2020

1) Identifikasi Nilai FIT

FIT menunjukan varian total dari semua variabel yang dapat

dijelaskan oleh model tertentu. Nilai FIT berkisar dari angka 0

sampai 1. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa model yang


66

terbentuk dapat menjelaskan semua variabel yang ada sebesar

0.897. Keragaman dimensi sebelum akreditasi dan sesudah

akreditasi dan kualitas pelayanan pada pada UPTD Puskesmas

Ampah dapat dijelaskan oleh model sebesar 89,7 %. Berarti model

baik untuk menjelaskan fenomena yang dikaji.

2) Identifikasi Nilai AFIT

Adjusted dari FIT hampir sama dengan FIT. Namun, karena dimensi

yang mempengaruhi kualitas pelayanan terdapat dua variabel,

maka akan lebih baik menggunakan AFIT (FIT yang sudah

terkoreksi). Karena semakin banyak variabel yang mempengaruhi,

maka nilai FIT akan semakin besar. Hal ini disebabkan proporsi

keragaman juga akan meningkat, sehingga untuk menyesuaikan

dengan variabel yang ada dapat menggunakan AFIT. Jika dilihat

dari nilai AFIT, keragaman dimensi sebelum akreditasi, sesudah

akreditasi dan kualitas pelayanan pada UPTD Puskesmas Ampah

dapat dijelaskan oleh model sebesar 68,9 %. Berarti model cukup

baik untuk menjelaskan fenomena yang dikaji.

3) Identifikasi Nilai GFI

Goodness Fit Index (GFI) bertujuan untuk menguji apakah model

yang dihasilkan menggambarkan kondisi aktualnya. Rentang nilai

pada GFI adalah 0 (poor fit) hingga 1 (better fit). GFI yang

dihasilkan pada penelitian ini adalah 0.978 ini menunjukkan bahwa

model yang digunakan dalam penelitian sangat sesuai karena nilai

GFI mendekati 1.

4) Identifikasi NPAR
67

Standardize Root Mean S quare Residual (SRMR) merupakan

penambahan ukuran model fit. Jika nilai SRMR mendekati 0 maka

hal ini mengindikasikan kesesuaian model keseluruhan.Pada

penelitian ini nilai SRMR model sebesar 0.123 berarti model

berdasarkan SRMR tidak sesuai. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh

jumlah sampel yang sedikit, sehingga variasi nilai yang dimiliki

kurang baik.

5) Identifikasi R-Square

R Square digunakan untuk mencari besarnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara simultan atau

bersama-sama. Arti dari R Square tersebut apabila nilai R Square

mendekati 1, maka secara bersama-sama variabel independen

berpengaruh kuat terhadap variabel dependen dan apabila R

square mendekati angka nol, maka variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 4.27 Hasil Uji GeSCA - Identifikasi R-Square

R square of Latent Variable


Sebelum Akreditasi 0,211
Sesudah Akreditasi 0.441
Kualitas Pelayanan 0.892
Sumber: Aplikasi GeSCA tahun 2020

Pada tabel 4.27 dapat dilihat bahwa nilai R Square pada sesudah

akreditasi adalah 0.441 dan pada kualitas layanan adalah 0.892.

Hal ini menunjukkan ketika terjadi peningkatan pelayanan sebelum

akreditasi, maka dapat mempengaruhi pelayanan sesudah

akreditasi sebesar 44,1 %, sedangkan sisanya merupakan

pengaruh dari variabel lain yang tidak masuk dalam model.

Sedangkan untuk nilai R Square pada kualitas pelayanan,

menunjukkan bahwa ketika ada peningkatan terhadap pelayanan


68

sebelum akreditasi dan sesudah akreditasi, maka akan

meningkatkan kualitas pelayanan hingga 89,2 %, sedangkan

sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak masuk

dalam model.

b) Pengujian Hipotesis

Pada tabel 4.28 akan disajikan hasil dari penghitungan koefisien

jalur pada GeSCA yang menunjukkan pengaruh antar variabel laten.

Tabel 4.28 Hasil Uji GeSCA - Path Coefficients

Path Coefficients
Estimate SE CR
Sebelum Akreditasi->Kualitas 0.345 0.152 2.33*
Layanan
Sesudah Akreditasi->Kualitas 0.732 0.117 5.78*
Layanan
CR* = significant at .05 level

Berikut ini merupakan penjelasan hasil uji hipotesis dari tabel di

atas: akreditasi puskesmas berpengaruh terhadap peningkatan kualitas

pelayanan pada UPTD Puskesmas Ampah Pada tabel 4.28 dapat dilihat

bahwa nilai critical ratios (CR) koefisien jalur variabel isi terhadap kualitas

pelayanan akhir sebelum akreditasi sebesar 2.33* sedangkan nilai critical

ratios (CR) koefisien jalur variabel isi terhadap kualitas pelayanan akhir

sesudah akreditasi sebesar 5.78*. Tanda bintang (*) pada nilai critical

ratios menunjukkan bahwa akreditasi puskesmas berpengaruh terhadap

kualitas pelayanan yang diberikan UPTD Puskesmas Ampah. Dengan

kata lain Ha diterima yaitu ada perbedaan kualitas pelayanan sebelum

dan sesudah akreditasi di UPTD Puskesmas Ampah Kecamatan Dusun

Tengah.

C. PEMBAHASAN

1. Dimensi Kompetensi Teknis


69

Kemampuan teknis merupakan keahlian yang dimiliki petugas

kesehatan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan sehingga pasien

merasa puas dengan layanan kesehatan tersebut. Kemampuan teknis

termasuk diantaranya yaitu teliti dan terampil dalam melaksanakan

tindakan dan memberikan informasi tentang segala pelayanan kesehatan

yang akan dilaksanakan.

a) Teliti dan Terampil Dalam Melaksanakan Tindakan

Dalam variabel teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan

yang dimiliki petugas kesehatan saat memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik

sebanyak 14 orang atau 46,7%, berpendapat tidak baik sebanyak 14

orang atau 46,7% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2

orang atau 6,7%. Sementara itu pada saat sesudah akreditasi teliti dan

terampil dalam melaksanakan tindakan yang dimiliki petugas

kesehatan pada saat memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien adalah sangat baik sebanyak 26 orang atau 86,7%, dan

berpendapat baik 4 orang atau 13,3%.

Dapat dilihat bahwa kepuasan pasien terhadap teliti dan terampil

dalam melaksanakan tindakan dalam memberikan pelayanan

kesehatan lebih baik pada saat sesudah akreditasi UPTD Puskesmas

Ampah. Dalam hal ini menurut persepsi pasien, petugas kesehatan

memiliki kemampuan dalam hal tindakan pelayanan kesehatan yang

dapat memberikan kepuasan kepada pasien, seperti memberi suntikan

dengan aman, memeriksa kondisi pasien dengan cepat dan tepat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Parasuraman dkk (1985) mengajukan 10 kategori Kualitas Pelayanan,

ke10 kategori ini mereka sebut “Service Quality Determinants”, yang


70

salah satunya adalah COMPETENCE artinya menguasai keahlian dan

pengetahuan yang dibutuhkan guna melakukan pelayanan.

b) Memberikan Informasi Tentang Segala Pelayanan Kesehatan Yang

Akan Dilaksanakan

Dalam variabel memberikan informasi tentang segala pelayanan

kesehatan yang akan dilaksanakan saat memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik

sebanyak 18 orang atau 60%, dan berpendapat tidak baik sebanyak

12 orang atau 40%. Sementara itu pada saat sesudah akreditasi,

terhadap memberikan informasi tentang segala pelayanan kesehatan

yang akan dilaksanakan pada saat memberikan pelayanan kesehatan

kepada pasien adalah sangat baik sebanyak 20 orang atau 66,7%, dan

berpendapat baik 10 orang atau 33,3%.

Pasien berpendapat bahwa petugas kesehatan dalam

memberikan informasi tentang segala pelayanan kesehatan yang

akan dilaksanakan sejauh ini sudah baik dan memenuhi standar yang

berlaku.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil penelitian yang di

lakukan oleh Fanciska (2003) mengenai Pelaksanaan Pelayanan

Prima Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dan

Pencatatan Sipil Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

Kota Tanjungpinang dengan variabel memberikan informasi tentang

segala pelayanan, peneliti mengemukakan bahwa pegawai sudah jelas

dan sesuai dalam memberikan informasi dengan pengetahuan dan

komunikasi yang baik.

2. Dimensi Keterjangkauan Atau Akses


71

Keterjangkauan Atau Akses adalah Layanan kesehatan itu harus

dapat di capai oleh masyarakat.

a) Menawarkan Bantuan Ketika Mengalami Kesulitan Walau Tanpa

Diminta

Dalam Variabel terhadap menawarkan bantuan ketika mengalami

kesulitan walau tanpa diminta yang dimiliki petugas kesehatan saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 16 orang atau 53,3%, dan

berpendapat tidak baik sebanyak 12 orang atau 40% dan berpendapat

sangat tidak baik sebanyak 2 orang atau 6,7%. Sementara itu pada

saat sesudah akreditasi terhadap menawarkan bantuan ketika

mengalami kesulitan walau tanpa diminta yang dimiliki petugas

kesehatan pada saat memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien adalah sangat baik sebanyak 26 orang atau 86,7%, dan

berpendapat baik 4 orang atau 13,3%.

Pasien berpendapat bahwa petugas kesehatan dalam

menawarkan bantuan ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta

yang dimiliki petugas kesehatan saat memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien sejauh ini sudah baik dan memenuhi standar

yang berlaku.

Sesuai dengan Djoko Wijono, 2000 yang menyatakan akses

pelayanan kesehatan yang diterima harus sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan pasien yang dimana petugas kesehatan harus peka serta

tanpa membedakan setiap pasien tersebut.

b) Segera Menangani Sampai Di Ruang Pelayanan

Dalam variabel memberikan segera menangani sampai di ruang

pelayanan kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik


72

sebanyak 16 orang atau 53,3%, dan berpendapat tidak baik sebanyak

12 orang atau 40% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2

orang atau 6,7%. Sementara itu pada saat sesudah akreditasi,

terhadap memberikan segera menangani sampai di ruang pelayanan

kepada pasien adalah sangat baik sebanyak 22 orang atau 73,3%, dan

berpendapat baik 8 orang atau 26,7%

Pasien berpendapat bahwa petugas kesehatan segera

menangani sampai di ruang pelayanan kepada pasien sejauh ini sudah

baik dan memenuhi standar yang berlaku.

Sesuai dengan Djoko Wijono, 2000 yang menyatakan akses

pelayanan kesehatan yang diterima harus sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan pasien yang dimana petugas kesehatan harus peka serta

tanpa membedakan setiap pasien tersebut.

3. Dimensi Efektivitas

Bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat,

konsisten, dan sesuai siyuasi setempat) dan sangat berkaitan dengan

keterampilan dalam mengikutti prosedur yang terdapat dalam layanan

kesehatan.

a) Mampu Menangani Masalah Dengan Tepat Dan Professional

Dalam variabel mampu menangani masalah dengan tepat dan

professional dalam melaksanakan tindakan yang dimiliki petugas

kesehatan saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien

saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 10 orang atau 33,3%,

berpendapat tidak baik sebanyak 16 orang atau 53,3% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 4 orang atau 13,3%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, mampu menangani


73

masalah dengan tepat dan professional dalam melaksanakan

tindakan yang dimiliki petugas kesehatan pada saat memberikan

pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sebanyak 14 orang atau

46,7%, dan berpendapat baik 16 orang atau 53,3%.

Pasien berpendapat bahwa petugas kesehatan mampu

menangani masalah dengan tepat dan professional kepada pasien

sejauh ini sudah baik dan memenuhi standar yang berlaku.

Mampu menangani masalah dengan tepat dan professional

merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh

target dapat tercapai. Pendapat tersebut menyatakan bahwa mampu

menangani masalah dengan tepat dan professional merupakan suatu

ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang telah

ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi dapat tercapai.

Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau

organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan

yang dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi itu sendiri

(Sedarmayanti, 2006).

b) Memberi Perhatian Terhadap Keluhan Kesehatan Yang Di Rasakan

Dalam Variabel memberikan informasi tentang segala pelayanan

kesehatan yang akan dilaksanakan saat memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik

sebanyak 8 orang atau 26,7%, dan berpendapat tidak baik sebanyak

16 orang atau 53,3% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 6

orang atau 20%. Sementara itu pada saat sesudah akreditasi,

memberikan informasi tentang segala pelayanan kesehatan yang

akan dilaksanakan pada saat memberikan pelayanan kesehatan


74

kepada pasien adalah sangat baik sebanyak 20 orang atau 66,7%,

dan berpendapat baik 10 orang atau 33,3%.

Pasien berpendapat bahwa petugas kesehatan memberi perhatian

terhadap keluhan kesehatan yang di rasakan kepada pasien sejauh

ini sudah baik dan memenuhi standar yang berlaku.

Menurut Susanto (2005), “memberi perhatian terhadap keluhan

merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat

kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi”. Menurut pengertian

Susanto di atas, memberi perhatian terhadap keluhan bisa diartikan

sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya secara matang.

4. Dimensi Efesiensi

Dapat melayani lebih banyak pasien atau masyarakat sesuai

dengan protokol atau presedur yang berlaku

a) Memberi Informasi Tentang Administrasi Yang Berlaku Bagi Pasien

Rawat Jalan

Dalam variabel memberi informasi tentang administrasi yang

berlaku bagi pasien rawat jalan yang dimiliki petugas kesehatan saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 10 orang atau 33,3%, berpendapat

tidak baik sebanyak 18 orang atau 60% dan berpendapat sangat tidak

baik sebanyak 2 orang atau 6,7%. Sementara itu pada saat sesudah

akreditasi, memberi informasi tentang administrasi yang berlaku bagi

pasien rawat jalan adalah sangat baik sebanyak 22 orang atau 73,3%,

dan berpendapat baik 8 orang atau 26,7%.


75

Pada variabel ini memberi informasi tentang administrasi yang

berlaku bagi pasien rawat jalan lebih baik pada saat sesudah

akreditasi. Dalam hal ini pasien sudah merasa puas, rata-rata pasien

memberikan jawaban baik terhadap proses komunikasi, pasien

berpendapat jika ada hal mengenai informasi rawat jalan yang tidak

pasien ketahui, petugas kesehatan memberikan informasi mengenai

hal tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Komariah dkk (2013)

mengenai Pola Komunikasi Kesehatan Dalam Pelayanan

dan Pemberian Informasi Mengenai Penyakit TBC Pada Puskesmas Di

Kabupaten Bogor mengemukakan bahwa proses pelayanan kesehatan

Puskesmas dalam penanggulangan penyakit TBC di wilayah

Kabupaten Bogor, khususnya di wilayah Citeureup sudah berjalan

sesuai standar pelayanan puskesmas.

b) Selalu Menjaga Kerapian Dan Penampilannya

Dalam variabel selalu menjaga kerapian dan penampilannya saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 12 orang atau 40%, berpendapat tidak

baik sebanyak 12 orang atau 40% dan berpendapat sangat tidak baik

sebanyak 6 orang atau 20%. Sementara itu pada saat sesudah

akreditasi, selalu menjaga kerapian dan penampilannya saat

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sangat baik

sebanyak 24 orang atau 80%, dan berpendapat baik 6 orang atau

20%.

Pasien berpendapat bahwa penampilan petugas kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan sejauh ini sudah baik dan

memenuhi standar yang berlaku, seperti pada hari rabu petugas


76

kesehatan menggunakan kemeja putih, hari kamis dan jumat

menggunakan pakaian yang bercorak batik, menggunakan atribut, dan

berpakaian yang rapi.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil penelitian yang di

lakukan oleh Leloni (2008) mengenai Pelaksanaan Pelayanan Prima

Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Kota

Pontianak dengan variabel berpenampilan rapih (pakaian bersih),

peneliti mengemukakan bahwa pegawai sudah bekerja dengan

berpakaian rapih dan bersih.

5. Dimensi Kesinambungan

Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus

dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya, termasuk memperoleh obat

dan pelayanan obat dan laboratorium di puskesmas. Pasien harus selalu

mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya dan

diperlukan pasien dapat terlaksana dengan tepat, waktu dan tempatnya

a) Memperoleh Obat

Dalam Variabel memperoleh obat kepada pasien saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 14 orang atau 46,7%, berpendapat

tidak baik sebanyak 12 orang atau 40% dan berpendapat sangat tidak

baik sebanyak 4 orang atau 13,3%. Sementara itu pada saat sesudah

akreditasi, memperoleh obat kepada pasien adalah sangat baik

sebanyak 20 orang atau 66,7%, dan berpendapat baik 10 orang atau

33,3%.

Rata-rata pasien memberikan jawaban baik terhadap memperoleh

obat yang diberikan petugas kesehatan, dan sebagian besar diantara

pasien/responden berpendapat bahwa mereka cocok dengan obat


77

yang diberikan petugas kesehatan. Dapat dilihat dari jumlah kunjungan

pasien yang ada di UPTD Puskesmas Ampah setiap tahun mengalami

peningkatan.

Hasil penelitian didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek mengemukakan bahwa pelayanan informasi

obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam

pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi

dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek

penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau

masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat

bebas dan herbal.

b) Pelaksanaan Pelayanan Obat Dan Laboratorium Di Puskesmas

Dalam Variabel pelaksanaan pelayanan obat dan laboratorium di

puskesmas kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik

sebanyak 16 orang atau 53,3%, dan berpendapat tidak baik sebanyak

12 orang atau 40% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2

orang atau 6,7%. Sementara itu pada saat sesudah akreditasi,

pelaksanaan pelayanan obat dan laboratorium di puskesmas kepada

pasien adalah sangat baik sangat baik sebanyak 24 orang atau 80%,

dan berpendapat baik 6 orang atau 20%.

Rata-rata pasien memberikan jawaban baik terhadap pelaksanaan

pelayanan obat dan laboratorium di puskesmas, dan sebagian besar

diantara pasien/responden berpendapat bahwa pelaksanaan

pelayanan obat dan laboratorium di puskesmas yang diberikan

petugas kesehatan setelah akreditasi meningkat sesuai proseur dan

ketentuan yang belaku.


78

Hasil penelitian didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian Di Puskesmas mengemukakan bahwa Pelayanan

Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien.

6. Dimensi Keamanan

Dimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik

bagi pasien, pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan

kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek

samping, aatau bahaya lain. Oleh karena itu harus disusun suatu

prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak.

a) Menjaga Kebersihan Dan Kerapihan Ruangan Pelayanan

Dalam variabel menjaga kebersihan dan kerapihan ruangan

pelayanan yang dimiliki petugas kesehatan saat memberikan

pelayanan kesehatan kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah

baik sebanyak 8 orang atau 26,7%, berpendapat tidak baik sebanyak

14 orang atau 46,7% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 8

orang atau 26,7%. Sementara itu pada saat sesudah akreditasi,

menjaga kebersihan dan kerapihan ruangan pelayanan yang dimiliki

petugas kesehatan pada saat memberikan pelayanan kesehatan

kepada pasien adalah sangat baik sebanyak 20 orang atau 66,7%,

dan berpendapat baik 10 orang atau 33,3%.

Pasien menyatakan Kebersihan ruang pelayanan pasien saat ini

setelah akredisi jauh lebih baik sebelum akreditasi sehingga


79

menimbulkan rasa nyaman dan aman saat berada di ruang

pelayanan.

Menurut Reni Nursanti S. Kep, NS (Komite PPI) dan UPKRS

RSUP Dr Sardjito menyatakan Kebersihan ruang pelayanan pasien

merupakan salah satu komponen dalam kewaspadaan standar,

mutlak dilakukan untuk mendukung proses penyembuhan pasien

selama masa perawatan dan menjalani pengobatan. Sangat penting

untuk membuat ruang pelayanan pasien senyaman mungkin dengan

mengatur suhu ruangan, mempertahankan ventilasi yang cukup,

menghindarkan dari bau yang tidak sedap dan menjaga kebersihan

serta menjaga kamar/ruangan tetap rapi dan teratur sehingga

membuat pasien akan merasa lebih nyaman dalam perawatan.

b) Menjaga Kebersihan Dan Kelengkapan Fasilitas Kamar Mandi Dan

Toilet

Dalam variabel menjaga kebersihan dan kelengkapan fasilitas

kamar mandi dan toilet saat sebelum akreditasi adalah sangat baik

sebanyak 14 orang atau 46,7%, berpendapat tidak baik sebanyak 8

orang atau 26,7%, dan berpendapat sangat tidak baik 8 orang atau

26,7%. Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, menjaga

kebersihan dan kelengkapan fasilitas kamar mandi dan toilet adalah

sangat baik sebanyak 22 orang atau 73,3%, dan berpendapat baik 8

orang atau 26,7%.

Pasien menyatakan menjaga kebersihan dan kelengkapan fasilitas

kamar mandi dan toilet yang dilakukan oleh petugas puskesmas saat

ini setelah akredisi jauh lebih baik sebelum akreditasi sehingga

fasilitas kamar mandi dan toilet selalu bersih, terawat dan tidak licin.
80

Satu dari sekian banyak fasilitas umum yang mempunyai peranan

dan kegunaan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari

adalah toilet umum. Setiap gedung perkantoran, pusat perbelanjaan,

tempat pariwisata juga bangunan dengan fasilitas untuk umum

lainnya pasti memiliki toilet. Namun, tidak seperti area lobi atau ruang

tamu, toilet masih sering diabaikan kebersihannya.Padahal,

kebersihan toilet termasuk salah satu yang paling diingat orang ketika

berkunjung ke suatu tempat. Sayangnya, kesadaran untuk menjaga

kebersihan toilet, apalagi toilet umum, masih sangat rendah

(Damayanti, 2012).

7. Dimensi Kenyamanan

Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas

layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen

sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat

tersebut. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan

pasien terhadap organisasi layanan kesehatan.

a) Jujur Dalam Memberikan Informasi Tentang Keadaan Pasien

Dalam Variabel jujur dalam memberikan informasi tentang

keadaan pasien saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 12

orang atau 40%, berpendapat tidak baik sebanyak 16 orang atau

53,3% dan berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2 orang atau

6,7%. Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, jujur dalam

memberikan informasi tentang keadaan pasien adalah sangat baik

sebanyak 24 orang atau 80%, dan berpendapat baik 6 orang atau

20%.
81

Pasien menyatakan kejujuran petugas kesehatan dalam

memberikan informasi tentang keadaan pasien saat ini sudah lebih

baik dan petugas kesehatan menyampaikan dengan mengacu kepada

aturan dan ketentuan berlaku serta menjaga privasi pasien.

Ini sesuai dengan perubahan/amandemen UUD 1945,

sebagaimana diatur dalam Pasal 28 F dan 28 J bahwa hak

memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia. Atas dasar

tersebut, pemerintah dengan persetujuan DPR telah mengundangkan

UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP)

yang akan diberlakukan terhitung mulai tanggal 30 April 2010. Dalam

Pasal 2 ditentukan bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan

dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik, dan hanya

informasi publik tertentu/terbatas yang dikecualikan/dirahasiakan yang

sifatnya ketat.Itu artinya bahwa informasi publik tersebut menjadi hak

setiap warga negara untuk mengetahuinya, kecuali yang harus

dirahasiakan.

b) Selalu Memberi Salam Dan Senyum Ketika Bertemu

Dalam variabel selalu memberi salam dan senyum ketika bertemu

kepada pasien saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 6 orang

atau 20%, berpendapat tidak baik sebanyak 18 orang atau 60% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 6 orang atau 20%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, selalu memberi salam

dan senyum ketika bertemu kepada pasien adalah sangat baik

sebanyak 18 orang atau 60%, dan berpendapat baik 12 orang atau

40%.

Pasien menyatakan dalam memberikan pelayanan baik di loket,

ruang pemeriksaan dan pelayanan obat ataupun saat berpapasan


82

petugas kesehatan di UPTD Puskesmas Ampah lebih baik setelah

akreditasi selalu memberi salam dan senyum ketika bertemu kepada

setiap pasien.

Berdasarkan hasil penelitian Febriana, Widiana: Efek Senyum,

Salam, Sapa Petugas Kasir Terhadap Kepuasan Konsumen

Supermarket Universitas Dipenogoro 2013, dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh pemberian pelayanan senyum, salam, sapa petugas

kasir yang signifikan terhadap kepuasan konsumen supermarket.

Kepuasan konsumen yang mendapat pelayanan senyum, salam, sapa

petugas kasir lebih tinggi dibandingkan kepuasan konsumen yang

tidak mendapatkan pelayanan senyum, salam, sapa dari petugas kasir.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelayanan senyum, salam, sapa

petugas kasir terbukti efektif dalam mempengaruhi kepuasan

konsumen supermarket.

8. Dimensi Informasi

Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan

informasi yang jelas tentang apa. Siapa, kapan, dimana dan bagaimana

layanan kesehatan itu akan atau telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini

sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit.

a) Memberi Tahu Dengan Jelas Tentang Hal-Hal Yang Harus Dipatuhi

Dalam Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien

Dalam variabel ini memberi tahu dengan jelas tentang hal-hal

yang harus dipatuhi dalam pelayanan kesehatan kepada pasien saat

sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 16 orang atau 53,3%, tidak

baik sebanyak 10 orang atau 33,3% dan berpendapat sangat tidak

baik sebanyak 4 orang atau 13,3%. Sementara itu pada saat sesudah
83

akreditasi, memberi tahu dengan jelas tentang hal-hal yang harus

dipatuhi dalam pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sangat

baik sebanyak 24 orang atau 80%, dan berpendapat baik 6 orang

atau 20%.

Pada variabel ini persepsi pasien terhadap proses komunikasi

lebih baik pada saat sesudah akreditasi. Dalam hal ini pasien sudah

merasa puas, rata-rata pasien memberikan jawaban baik terhadap

proses komunikasi, pasien berpendapat jika ada hal memberi tahu

dengan jelas tentang hal-hal yang harus dipatuhi dalam pelayanan

kesehatan kepada pasien.

Sesuai dengan UU RI NO. 23/1992 tentang Kesehatan Hukum

Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan

langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. Hal tersebut

menyangkut hak dan kewajiban menerima pelayanan kesehatan (baik

perorangan dan lapisan masyarakat) maupun dari penyelenggaraan

pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasinya, sarana,

standar pelayanan medik dan lain-lain.

b) Memberitahu Dengan Jelas Tentang Hal-Hal Yang Dilarang Dalam

Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien

Dalam variabel memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang

dilarang dalam pelayanan kesehatan kepada pasien saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 10 orang atau 33,3%, berpendapat

tidak baik sebanyak 14 orang atau 46,7% dan berpendapat sangat

tidak baik sebanyak 6 orang atau 20%. Sementara itu pada saat

sesudah akreditasi, memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang

dilarang dalam pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sangat


84

baik sebanyak 22 orang atau 73,3%, dan berpendapat baik 8 orang

atau 26,7%.

Pada variabel ini persepsi pasien terhadap proses komunikasi

lebih baik pada saat sesudah akreditasi. Dalam hal ini pasien sudah

merasa puas, rata-rata pasien memberikan jawaban baik terhadap

proses komunikasi, pasien berpendapat jika ada hal memberitahu

dengan jelas tentang hal-hal yang dilarang dalam pelayanan

kesehatan kepada pasien.

Sesuai dengan UU RI NO. 23/1992 tentang Kesehatan Hukum

Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan

langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. Hal tersebut

menyangkut hak dan kewajiban menerima pelayanan kesehatan (baik

perorangan dan lapisan masyarakat) maupun dari penyelenggaraan

pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasinya, sarana,

standar pelayanan medik dan lain-lain.

9. Dimensi Ketepatan Waktu

Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan

cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, menggunakan

peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang tepat (efisien).

a) Ketepatan Waktu Pegawai Puskesmas Tiba Di Ruangan Ketika Anda

Membutuhkan Pelayanan

Dalam variabel ketepatan waktu pegawai puskesmas tiba di

ruangan ketika anda membutuhkan pelayanan saat sebelum

akreditasi adalah baik sebanyak 6 orang atau 20%, berpendapat

tidak baik sebanyak 18 orang atau 60% dan berpendapat sangat tidak

baik sebanyak 6 orang atau 20%. Sementara itu pada saat sesudah
85

akreditasi, ketepatan waktu pegawai puskesmas tiba di ruangan

ketika anda membutuhkan pelayanan adalah sangat baik sebanyak

22 orang atau 73,3%, dan berpendapat baik 8 orang atau 26,7%.

Dari hasil yang diperoleh rata-rata pasien/responden

memberikan jawaban baik dan dapat diketahui bahwa kecepatan

(ketepatan) ketepatan waktu pegawai puskesmas tiba di ruangan

ketika anda membutuhkan pelayanan sudah sesuai dengan yang

diharapkan pasien sehingga pasien tidak pernah menunggu

kehadiran petugas kesehatan.

Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik, untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pemerintah

telah mengeluarkan kebijakanyang bertujuan untuk memaksimalkan

pelayanan pemerintah sehingga menciptakan iklim pelayanan prima

pada setiap instansi pemerintah.

b) Pegawai Puskesmas Mudah Ditemui Dan Dihubungi Bila Anda

Membutuhkan

Dalam variabel pegawai puskesmas mudah ditemui dan

dihubungi bila anda membutuhkan saat sebelum akreditasi adalah

baik sebanyak 10 orang atau 33,3%, berpendapat tidak baik

sebanyak 14 orang atau 46,7% dan berpendapat sangat tidak baik

sebanyak 6 orang atau 20%. Sementara itu pada saat sesudah

akreditasi, pegawai puskesmas mudah ditemui dan dihubungi bila

anda membutuhkan adalah sangat baik sebanyak 22 orang atau

73,3%, dan berpendapat baik 8 orang atau 26,7%.

Dari hasil yang diperoleh rata-rata pasien/responden

memberikan jawaban baik dan dapat diketahui bahwa pegawai


86

puskesmas mudah ditemui dan dihubungi bila anda membutuhkan

pelayanan sudah sesuai dengan yang diharapkan pasien.

Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik, untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pemerintah

telah mengeluarkan kebijakanyang bertujuan untuk memaksimalkan

pelayanan pemerintah sehingga menciptakan iklim pelayanan prima

pada setiap instansi pemerintah.

10. Dimensi Hubungan Antar Manusia

Hubungan antarmanusia adalah hubungan antara pemberi layanan

kesehatan (provider) dengan pasien atau masyarakat (konsumen), antar

sesama pemberi layanan kesehatan, antar atasan-bawahan, dinas

kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah daerah, LSM,

masyarakat dan lain-lain. Hubungan antarmanusia yang baik akan

menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling

menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi

perhatian, dan lain-lain.

a) Pelayanan Yang Diberikan Pegawai Puskesmas Tidak Memandang

Pangkat/Status Tapi Berdasarkan Kondisi Pasien

Dalam variabel pelayanan yang diberikan pegawai puskesmas

tidak memandang pangkat/status tapi berdasarkan kondisi pasien

saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 16 orang atau 53,3%,

berpendapat tidak baik sebanyak 12 orang atau 40% dan

berpendapat sangat tidak baik sebanyak 2 orang atau 6,7%.

Sementara itu pada saat sesudah akreditasi, pelayanan yang

diberikan pegawai puskesmas tidak memandang pangkat/status tapi


87

berdasarkan kondisi pasien adalah sangat baik sebanyak 18 orang

atau 60%, dan berpendapat baik 12 orang atau 40%.

Bahwa selama memberikan pelayanan petugas puskesmas

setelah akreditasi lebih baik karena tidak membedakan pasien dari

pangkat/status tetapi berdasarkan kondisi pasien yang lebih

diprioritaskan.

Analisis Kualitas Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) Larangan Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon Oleh :

Lourensia Utari Kusumawardani, Ida Hayu.Dwimawanti, Susi

Sulandari *) Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Diponegoro Dari hasil penelitian tentang

kualitas pelayanan Puskesmas Larangan, Kecamatan Harjamukti

Kota Cirebon, dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang diberikan

oleh Puskesmas Larangan dilihat dari lima dimensi Zeithaml yaitu

Tangibles, Realibility, Responsiveness, Assurance, dan Empathy

adalah belum baik, karena dari 5 lima dimensi tersebut, terdapat dua

dimensi penghambat yaitu Tangible dan Assurance dan terdapat tiga

dimensi pendukung yaitu Reliability, Responsiveness dan Empathy.

b) Perhatian Dan Memberi Dukungan Moril Terhadap Keadaan Pasien

Dalam variabel perhatian dan memberi dukungan moril terhadap

keadaan pasien saat sebelum akreditasi adalah baik sebanyak 20

orang atau 66,7%, dan berpendapat tidak baik sebanyak 10 orang

atau 33,3%. Sementara itu pada saat sesudah akreditasi perhatian

dan memberi dukungan moril terhadap keadaan pasien adalah sangat

baik sangat baik sebanyak 16 orang atau 53,3%, dan berpendapat

baik 14 orang atau 46,7%.


88

Bahwa selama memberikan pelayanan petugas puskesmas

setelah akreditasi lebih baik karena selalu perhatian dan memberi

dukungan moril terhadap keadaan pasien dengan bisa membuat

pasien merasa nyaman.

Sesuai dengan pernyataan Menurut Kasmir (2005 :31),

mengatakan bahwa pelayanan yang baik adalah kemampuan

seseorang dalam memberikan pelayanan yang dapat memberikan

kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang ditentukan.

11. Hasil Analisis Statistik

Pada tahap analisis hasil dilakukan analisis terhadap kualitas

pelayanan dengan keterkaitan antar variabel sebelum dan sesudah

akreditasi. Setelah itu dilaukan uji hipotesis utnuk menjawab rumusan

masalah serta tujuan dari pengerjaan tugas akhir ini.

c) Analisis Inferensial

Pada penelitian ini, analisis inferensia digunakan untuk mengolah

data kuantitatif hasil dari penyebaran kuesioner pada responden

dengan tujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan

peneliti mengenai pengaruh implementasi sebelum dan sesudah

akreditasi terhadap kualiatas pelayanan pada UPTD Puskesmas

Ampah tersebut. Pada penelitian ini, analisis inferensia dilakukan

dengan menggunakan aplikasi online GeSCA (dapat diakses di sem-

gesca.org).

1) Identifikasi Nilai FIT

FIT menunjukan varian total dari semua variabel yang dapat

dijelaskan oleh model tertentu. Nilai FIT berkisar dari angka 0

sampai 1. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa model yang


89

terbentuk dapat menjelaskan semua variabel yang ada sebesar

0.897. Keragaman dimensi sebelum akreditasi dan sesudah

akreditasi dan kualitas pelayanan pada pada UPTD Puskesmas

Ampah dapat dijelaskan oleh model sebesar 89,7 %. Berarti model

baik untuk menjelaskan fenomena yang dikaji.

2) Identifikasi Nilai AFIT

Adjusted dari FIT hampir sama dengan FIT. Namun, karena

dimensi yang mempengaruhi kualitas pelayanan terdapat dua

variabel, maka akan lebih baik menggunakan AFIT (FIT yang sudah

terkoreksi). Karena semakin banyak variabel yang mempengaruhi,

maka nilai FIT akan semakin besar. Hal ini disebabkan proporsi

keragaman juga akan meningkat, sehingga untuk menyesuaikan

dengan variabel yang ada dapat menggunakan AFIT. Jika dilihat

dari nilai AFIT, keragaman dimensi sebelum akreditasi, sesudah

akreditasi dan kualitas pelayanan pada UPTD Puskesmas Ampah

dapat dijelaskan oleh model sebesar 68,9 %. Berarti model cukup

baik untuk menjelaskan fenomena yang dikaji.

3) Identifikasi Nilai GFI

Goodness Fit Index (GFI) bertujuan untuk menguji apakah model

yang dihasilkan menggambarkan kondisi aktualnya. Rentang nilai

pada GFI adalah 0 (poor fit) hingga 1 (better fit). GFI yang

dihasilkan pada penelitian ini adalah 0.978 ini menunjukkan bahwa

model yang digunakan dalam penelitian sangat sesuai karena nilai

GFI mendekati 1.

4) Identifikasi NPAR
90

Standardize Root Mean S quare Residual (SRMR) merupakan

penambahan ukuran model fit. Jika nilai SRMR mendekati 0 maka

hal ini mengindikasikan kesesuaian model keseluruhan.Pada

penelitian ini nilai SRMR model sebesar 0.123 berarti model

berdasarkan SRMR tidak sesuai. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh

jumlah sampel yang sedikit, sehingga variasi nilai yang dimiliki

kurang baik.

5) Identifikasi R-Square

R Square digunakan untuk mencari besarnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara simultan atau

bersama-sama. Arti dari R Square tersebut apabila nilai R Square

mendekati 1, maka secara bersama-sama variabel independen

berpengaruh kuat terhadap variabel dependen dan apabila R

square mendekati angka nol, maka variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Bahwa nilai R Square pada sesudah akreditasi adalah 0.441 dan

pada kualitas layanan adalah 0.892. Hal ini menunjukkan ketika

terjadi peningkatan pelayanan sebelum akreditasi, maka dapat

mempengaruhi pelayanan sesudah akreditasi sebesar 44,1 %,

sedangkan sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain yang

tidak masuk dalam model. Sedangkan untuk nilai R Square pada

kualitas pelayanan, menunjukkan bahwa ketika ada peningkatan

terhadap pelayanan sebelum akreditasi dan sesudah akreditasi,

maka akan meningkatkan kualitas pelayanan hingga 89,2 %,

sedangkan sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain yang

tidak masuk dalam model.

d) Pengujian Hipotesis
91

Berikut ini merupakan penjelasan hasil uji hipotesis akreditasi

puskesmas berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pelayanan

pada UPTD Puskesmas Ampah Pada tabel 4.28 dapat dilihat bahwa

nilai critical ratios (CR) koefisien jalur variabel isi terhadap kualitas

pelayanan akhir sebelum akreditasi sebesar 2.33* sedangkan nilai

critical ratios (CR) koefisien jalur variabel isi terhadap kualitas

pelayanan akhir sesudah akreditasi sebesar 5.78*. Tanda bintang (*)

pada nilai critical ratios menunjukkan bahwa akreditasi puskesmas

berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan UPTD

Puskesmas Ampah. Dengan kata lain Ha diterima yaitu ada perbedaan

kualitas pelayanan sebelum dan sesudah akreditasi di UPTD

Puskesmas Ampah Kecamatan Dusun Tengah.

Anda mungkin juga menyukai