Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


RSUD DR. TJITROWARDOJO PURWOREJO

disusun oleh :
PUJIE SUKMI ARIANI
20193040010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
A. Deskripsi Kejadian
Kami menempuh stase gawat darurat dengan pembelajaran jarak jauh/online.
Selama menjalani stase ini kami banyak berdiskusi via wa, ms team ataupun zoom. Tugas
yang harus kami buat berupa 6 resume, 3 askep, presentasi jurnal dan presentasi kasus,
serta menjalani 3 MTE. Pada stase ini, kami mendapatkan kasus dari preceptor klinik
dan beberapa kasus resume kami dapatkan dari internet. Kasus yang kami dapatkan, kami
susun pengkajiannya berdasarkan form pengkajian gadar/icu sesuai dengan kasus yang
kami dapatkan kemudian barulah dibuatkan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah
keperawatan yang didapatkan di kasus tersebut, lalu yang terakhir yaitu membuatkan
implementasi dan evaluasinya.
Pada minggu pertama saya mendapatkan kasus tentang angina pectoris, kemudian
minggu kedua yaitu tentang Epidural hematom. Untuk kasus resuma saya mendapatkan
diagnose yang bervariasi yaitu mulai dari combustio, stroke akut, stemi, asthma, dll.
Kasus yang sangat menarik bagi saya yaitu kasus stemi. Pada kasus ini saya mengambil
beberapa masalah keperawatan namun yang paling utama yaitu nyeri akut dan penurunan
curah jantung.
B. Eksplorasi Perasaan
Pada awalnya saya merasa bingung untuk menentukan masalah utama pada pasien
dengan stemi karena pada dasarnya berdasarkan prinsip gawat darurat pada pasien yang
harus di atasi terlebih dahulu adalah bagian airway, breathing kemudian circulation.
Namun, pasien stemi yang memiliki tanda gejala sesak nafas ini disebabkan karena
adanya penyumbatan pada pembuluh darah coroner, maka jika sumbatan tersebut diatasi
pasien tidak akan menunjukan gejala sesak nafas sehingga maslah utamanya harusnya
yaitu penurunan curah jantung/nyeri akut. Hal ini cukup rumit untuk saya dan
membutuhkan banyak referensi yang harus dibaca untuk dipahami.
C. Hal positif dan negative dari kejadian
1. Hal Positif
Banyak hal positif yang saya dapatkan saat menjalani stase gadar, banyak sekali
hal-hal baru yang dapat saya pelajari dan mencari referensi referensi yang berbeda
untuk kemudian dibandingkan.
2. Hal Negatif
Hal negative nya adalah karena saya tidak bias melihat kondisi pasien secara
langsung, sehingga untuk kondisi pasien hanya bisa dibayangkan seperti apa dan
untuk implementasinya juga tidak dapat membuktikan secara langsung apakah
tindakan yang saya berikan efektif untuk pasien ataukah tidak.

D. Analisa
E. Keluhan yang khas pada AMI adalah nyeri dada retrosternal (di belakang sternum),
seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat
menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan kepunggung dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa dan tidak responsif
terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua,
tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak
nafas, pusing, keringat dingin berdebar-debar atau sinkope dan pasien sering tampak
ketakutan. Acute Myocardial Infarc sering didahului dengan keluhan angina dan perasaan
tidak enak di dada atau epigastrium. Keluhan Nyeri dada kiri sering mengawali serangan
jantung yang memiliki resiko lebih hebat bahkan kematian.
Ketepatan penatalaksanaan nyeri dada kiri pada pasien dengan Acute Myocardial Infarc
sangat menentukan prognosis penyakit. Penatalaksanaan nyeri pada Acute Myocardial
Infarc dapat dilakukan melalui terapi medikamentosa dan asuhan keperawatan. Perawat
memiliki peran dalam pengelolaan nyeri dada pada pasien dengan Acute Myocardial
Infarc tion. Intervensi keperawatan meliputi intervensi mandiri maupun kolaburatif.
Intervensi mandiri antara lain berupa pemberian relaksasi, sedangkan intervensi
kolaburatif berupa pemberian farmakologis. Intervensi nonfarmakologis mencakup terapi
agen fisik dan intervensi perilakukognitif. Salah satu intervensi keperawatan yang
digunakan untuk mengurangi nyeri dada kiri adalah relaksasi Benson.
- Relaksasi Benson adalah salah satu cara untuk mengurangi nyeri dengan mengalihkan
perhatian kepada relaksasi sehingga kesadaran klien terhadap nyerinya berkurang,
relaksasi ini dilakukan dengan cara menggabungkan relaksasi yang diberikan dengan
kepercayaan yang dimiliki klien.
- Keuntungan dari relaksasi Benson selain mendapatkan manfaat dari relaksasi juga
mendapatkan kemanfaatan dari penggunaan keyakinan seperti menambah keimanan dan
kemungkinan akan mendapatkan pengalaman transendensi. Individu yang mengalami
ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf simpatis, sedangkan pada
waktu relaksasi yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis, dengan demikian relaksasi
dapat menekan rasa tegang, cemas, insomnia, dan nyeri.
- Hasil Penelitian ini sejalan dengan konsep dari Dr. Herbert Benson bahwa dengan
melakukan relaksasi selama 15 menit akan menyebabkan aktifitas saraf simpatik
dihambat yang mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan
selanjutnya otot-otot tubuh menjadi relaks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan
nyaman (Benson, 2000). Selain itu, Relaksasi Benson berfokus pada kata atau kalimat
tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme teratur dan disertai sikap yang pasrah
pada Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai keyakinan pasien memiliki makna menenangkan.

F. Kesimpulan
Pasien dengan STEMI biasanya memiliki menisfestasi klinis yaitu nyeri dada,
nyeri dada ini biasanya secara terus menerus. Untuk mengurangi nyeri dada maka
diberikan obat analgesic berupa morfin ataupun analgesic yang lain atau sesuai dengan
MONACO. Agar lebih efektif, nyeri dada padaa stemi bisa juga diberikan terapi
gabungan antara farmakologi dengan non farmakologi berupa teknik relaksasi benson.
G. Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut saya jika nanti pada saat praktek di rs mendapatkan pasien
stemi maka bisa melakukan tindakan sesuai dengan jurnal yang saya dapatkan yaitu
pemberian analgesic dibarengi dengan pemberian relaksasi non farmakologi berupa
teknik realksasi benson.
.
H. Daftar pustaka

Hadinata, Dian., Widaningsih &Syamsul Anwar.(2019). Peran Fungsi Kepala Ruangan Terhadap
Komunikasi Efektif Dan Kualitas Handover. Jurnal keperawatan dan kesehatan
Medisna Akper YPIB Majalengka, Volume 5, Nomor 9, 2019.

Kesten, K.S. (2011). Roleplay Using SBAR Technique to Improve Observed Communication
Skills in Senior Nursing Students. Journal of Nursing Education, 50(2): 79-87.

Manopo VJ. (2014).Peran Komunikasi Dalam Membentuk Efektivitas Kerja Karyawan Cv.
Magnum Sign And Print Advertising Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai