0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas beberapa topik tentang fikih perkawinan seperti poligami, pernikahan non-marital, misyar dan mut'ah. Secara khusus membahas ayat Alquran tentang poligami dan menjelaskan beberapa istilah terkait budak dan hak milik seseorang secara historis dalam masyarakat Arab kuno. Juga membahas pandangan berbagai ulama tentang status hukum beberapa jenis pernikahan tersebut.
Dokumen tersebut membahas beberapa topik tentang fikih perkawinan seperti poligami, pernikahan non-marital, misyar dan mut'ah. Secara khusus membahas ayat Alquran tentang poligami dan menjelaskan beberapa istilah terkait budak dan hak milik seseorang secara historis dalam masyarakat Arab kuno. Juga membahas pandangan berbagai ulama tentang status hukum beberapa jenis pernikahan tersebut.
Dokumen tersebut membahas beberapa topik tentang fikih perkawinan seperti poligami, pernikahan non-marital, misyar dan mut'ah. Secara khusus membahas ayat Alquran tentang poligami dan menjelaskan beberapa istilah terkait budak dan hak milik seseorang secara historis dalam masyarakat Arab kuno. Juga membahas pandangan berbagai ulama tentang status hukum beberapa jenis pernikahan tersebut.
Negara Teluk, dengan pengertian melewati sesuatu tanpa menyempatkan tinggal dalam waktu yang lama): Perjanjian istri bersedia tidak mendapatkan hak penuh sebagai istri MUT’AH (PLEASURE MARRIAGE)
Nikah mut’ah (nikah muwaqqat atau nikah munqathi’).
al-Baqarah (2): 236 dan al-Ahzab (33): 49. Termansukh (Pernah menjadi syariat): Al-Umm Imam Asy-Syafi’i juz V hlm 71, Fatawi Syar'iyyah Syaikh Husain Muhammad Mahluf juz II hlm 7, kitab Rahmatul Ummah hlm 21, I’anatuth Thalibin juz III hlm 278 – 279, Al-Mizan al-Kubraa juz II hlm 113, dan As- Syarwani 'alat Tuhfah juz Vll hlm. 224. Versi Syahrur Milkul Yamin 1. Perjanjian laki-laki perempuan untuk menjadi suami-istri dalam waktu tertentu (Syiah menyebut nikah mut’ah) 2. Perjanjian istri bersedia tidak mendapatkan hak penuh sebagai istri (Sebagian ulama menyebutnya nikah misyar) 3. Perjanjian supaya mantan suami yang mentalak tiga mantan istrinya bisa menikahinya lagi (para ulama menyebut nikah muhallil) 4. Perjanjian dilakukan oleh laki-laki dan perempuan demi mengikat hubungan mereka tapi karena satu dan lain hal tidak menempuh pernikahan yang lazim (ulama menyebutnya Syibhun Nikah) Syahrur dalam Nahwa Ushul Jadidah… hlm. 307-308: tetap harus ada akad (kontrak), tidak boleh dilakukan dengan perempuan yang ada hubungan mahram, tidak homo/lesbi, hubungan seksnya juga tidak boleh dipertontonkan kapada orang lain, tidak boleh dengan perempuan yang menjadi istri orang lain.