Anda di halaman 1dari 24

1.

Konsep Teori

A. Definisi Pola Asuh Gizi

Pola asuh gizi merupakan asupan makan dalam rangka menopang tumbuh

kembang fisik dan biologis balita secara tepat dan berimbang (Eveline &

nanang D, 2010, p.11). Pola pengasuhan anak berupa sikap perilaku ibu

atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan

makan, merawat, kebersihan, memberikan kasih sayang dan sebagainya.

Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu terutama dalam kesehatan,

status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan ketrampilan tentang

pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat

pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga, masyarakat dan sebagainya

dari ibu atau pengasuh anak (Soekirman 2000).

Menurut (LIPI, 2000, p.123), aspek kunci pola asuh gizi:

a. Perawatan dan perlindungan bagi ibu untuk anaknya

b. Praktek menyusui dan pemberian MP-ASI

c. Pengasuhan psiko-sosial

d. Penyiapan makanan

e. Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan

f. Praktek kesehatan dirumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan.

Masalah gizi dipengaruhi oleh salah satunya adalah pola asuh ibu terhadap

anaknya. lemahnya kemampuan ibu dan keluarga untuk memberikan pola

asuh akan berakibat pada kejadian gizi kurang bahkan gizi buruk pada

anak balita.

a. Perawatan dan perlindungan Bagi Anak

Setiap orangtua berkewajiban untuk memberikan perawatan dan

perlindungan yang aman dan nyaman bagi anak. Masa lima tahun pertama

merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis,


maupun kecerdasan otak sehingga masa ini anak mendapatkan perawatan

dan perlindungan yang intensif (Eveline & nanang D, 2010).

Bentuk perawatan bagi anak dimulai sejak bayi lahir sampai dewasa

misalnya sejak bayi lahir yaitu memotong tali pusat, pemberian makanan

dan sebagainya. Perlindungan bagi anak berupa pengawasan waktu

bermain dan pengaturan tidur.

b. Pemberian Makan

Pemberian makanan merupakan bentuk mendidik ketrampilan makan,

membina kebiasaan makan, membina selera terhadap jenis makanan,

membina kemampuan memilih makanan untuk kesehatan dan mendidik

perilaku makan yang baik dan benar sesuai kebudayaan masing-masing.

Kekurangan dalam pemberian makan akan berakibat sebagai masalah

kesulitan makan atau kekurangan nafsu makan yang pada gilirannya akan

11 berdampak negatif pada kesehatan dan tumbuh kembang nantinya

(Waryana, 2010)

Makanan tambahan mulai diberikan pada bayi setelah bayi berusia 6

bulan, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai usia

24 bulan. Makanan tambahan bagi bayi ini harus menjadi pelengkap dan

dapat memenuhi kebutuhan bayi. Jadi makanan tambahan bagi bayi

berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung didalam

ASI. (Waryana, 2010).

1) Tujuan Pemberian makanan Tambahan

Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayi usia lebih dari 6

bulan adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan

bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi yang semakin

meningkat, seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan.

Gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal


dapat terjadi ketika kebutuhan energi dan zat gizi bayi tidak terpenuhi.

Hal ini dapat disebabkan asupan makanan bayi yang hanya

mengandalkan ASI saja atau pemberian makanan tambahan yang kurang

memenuhi syarat. Disamping itu faktor terjadinya infeksi pada saluran

pencernaan memberi pengaruh yang cukup besar (Waryana, 2010).

2) Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pemberian

makanan menurut Waryana (2010) adalah:

a) Makanan harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh

bayi.

b) Berikan makanan setelah bayi menyusui.

c) Pada permulaan, makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan

halus.

d) Gunakan cendok atau cangkir untuk memberi makanan.

e) Makanan bayi mudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang

singkat.

f) Makanan hendaknya mengandung protein.

g) Susunan hidangan sesuai dengan pola menu seimbang, bahan

makanan yang tersedia dan kebiasaan makan.

h) Bentuk dan porsi disesuaikan dengan selera dan daya makan bayi.

i) Makanan harus bersih dan bebas dari kuman.

3) Cara Pemberian Makanan tambahan

Makanan tambahan dapat diberikan secara efisien, untuk itu dapat

diperlihatkan hal-hal sebagai berikut:

a) Berikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk

encer, berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental.

b) Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan


bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik.

c) Cara pemberian makanan bayi mempengaruhi perkembangan

emosinya. Oleh karena itu jangan dipaksa, sebaiknya diberikan pada

saat ia lapar (Hanum Marimbi, 2010)

4) Waktu pemberian makanan tambahan pada bayi

Menurut Hanum Marimbi (2010) makanan

tambahan diberikan pada bayi setelah bayi berumur 6 bulan. Adapun

garis besar pemberian makanan tambahan menurut umur:

a) 0 – 6 bulan

Bayi hanya diberikan ASI, lebih sering, lebih baik segera setelah

lahir, ASI yang berwarna kekuning- kuningan (kolostrum) diberikan

kepada bayi.

b) 6 – 8 bulan

Pada usia 6 – 8 bulan merupakan usia awal bayi mengenal makanan.

Fungsi pencernaan bayi sudah cukup berkembang baik, walaupun

belum optimal. Selama enam bulan pertama, bayi hanya memperoleh

ASI sebagai bahan utama sehingga pada tahap awal pengenalan

makanan tambahan selain ASI, sebaiknya bayi diberi makanan yang

sudah dihaluskan, encer dan lembut seperti sari buah atau bubur susu.

makanan yang diberikan juga terdiri dari satu macam bahan atau

campuran dua bahan makanan agar bayi lebih mudah menerimanya.

Tujuan pemberian makanan yang sudah dihaluskan agar sistem

pencernaan bayi tidak kaget saat menerima makanan selain ASI,

sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan. makanan yang

dihaluskan terdiri dari buah dan sayuran misalnya buah pisang

merupakan sumber kalori yang baik bagi bayi karena tinggi

karbohidrat dan fruktusa atau gula dalam buah. Pepaya salah satu
jenis buah yang baik diberikan untuk bayi, selain kaya akan vitamin

dan mineral, pepaya juga tinggi serat (Budi sutomo & Dwi Yanti A,

2010).

Selain makanan yang sudah dihaluskan, bubur beras yang terbuat dari

tepung beras merah maupun tepung beras putih dapat menjadi

makanan tambahan selain ASI. Pada tahap awal, kepadatan bubur

beras dapat dibuat encer dengan menambahkan komposisi ASI, susu

atau air matang. Setelah beberapa waktu kepadatan bubur dapat

dibuat lebih kental (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010)

c) 8 – 10 bulan

Pada usia 8 – 10 bulan sistem pencernaan bayi sudah berkembang

dan gigi geligi mulai tumbuh. Tingkat keinginan bayi untuk

mengeksplorasi makanan juga mulai tumbuh, karena itu di usia 8 –

10 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan berbentuk

lembek dan lembut. Pada usia 9– 10 bulan dapat diperkenalkan

dengan bubur saring yang memiliki tekstur sedikit lebih kasar

daripada bubur lembek yang diberikan pada usia 8 – 9 bulan (Budi

sutomo & Dwi Yanti A, 2010).

Pada usia ini bayi sudah dapat diperkenalkan dengan makanan yang

mengandung pati seperti karbohidrat komplek dan sayuran. Protein

baru dapat diberikan saat bayi berusia delapan bulan ke atas. Proses

pencernaan pada bayi sudah mulai kompleks dan rumit, apalagi bila

ditambah dengan protein. Biarkan pencernaan bayi bekerja secara

perlahan. Gandum dan produk olahan juga baru dapat diperkenalkan

kepada bayi saat bayi berusia delapan bulan ke atas (Budi sutomo &

Dwi Yanti A, 2010).


Menu bayi usia 8 – 10 bulan sebaiknya berupa campuran dua atau

tiga jenis bahan makanan, seperti bubur beras dengan ayam dan

wortel. Campuran bahan

yang beragam bertujuan agar kebutuhangizibatercukupi(Budi

sutomo & Dwi Yanti A, 2010).

d) 10 – 12 bulan

Memasuki usia 10 – 12 bulan, kebutuhan gizi

bayi semakin bertambah dan sistem pencernaan bayi

semakin sempurna serta bisa menerima makanan yang

lebih beragam. Gigi geligi bayi juga sudah mulai tumbuh

sehingga diperlukan tekstur makanan yang semi padat

agar bayi belajar menggigit (Budi sutomo & Dwi Yanti A,

2010).

Bayi mulai diperkenalkan dengan bentuk

makanan semi padat seperti nasi tim, dan makanan yang

dicincang kasar, dengan rasa dan tekstur yang lebih kaya.

Namun putih telur belum bisa diberikan untuk

menghindari alergi. Jangan berikan makanan seperti

makanan berpengawet, makanan yang mengadung

pewarna dan makanan yang mengandung penguat rasa

buatan. Jika memungkinkan gunakan produk nabati dan

hewani organik, bila ingin memberikan makanan selingan

kepada bayi, orangtua dapat membuat sendiri. Pemberian

garam dan gula juga tetap harus dibatasi, karena gula

dapat menimbulkan obesitas, merusak gigi, dan

memberantaskan kerja hati dan ginjal (Budi sutomo &

Dwi Yanti A, 2010).


Pada usia ini, kegiatan bayi juga sudah mulai

meningkat, bayi juga mulai belajar berjalan sehingga

kebutuhan energinya lebih besar. Diperlukan porsi lebih

banyak agar kebutuhan gizi tercukupi. Bayi juga sudah

mulai memahami dan tertarik dengan bentuk dan warna

sehingga alat saji dan makanan sebaiknya dibuat yang

menarik agar bayi lebih tertarik untuk makan (Budi

sutomo & Dwi Yanti A, 2010).

e) Lebih dari 12 bulan

Pada usia 12 bulan, bayi sudah mulai besar.

Pencernaan juga sudah mendekati sempurna sehingga bisa

menerima makanan yang kian beragam. Kebutuhan gizi

juga semakin meningkat sehingga perlu diberikan

makanan tambahan seperti makanan selingan untuk

mencukupi kebutuhan gizi.

Makanan selingan untuk bayi sebaiknya tidak

mengenyangkan sehingga tidak mengganggu jadwal

makan. Snack yang bisa dipegang sangat baik diberikan

pada bayi agar belajar menggenggam, memasukkan

makanan ke mulut, dan melatih otot saraf jari tangan,

seperti nugget ayam, biskuit, roti basah dll. Pemberian

makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari

dengan porsi separuh makanan orang makanan orang

dewasa setiap kali makan. Selain itu tetap berikan

makanan selingan 2 kali sehari (Budi sutomo & Dwi Yanti


A, 2010).

5) Jenis-jenis Makanan tambahan bagi bayi usia lebih dari 6

bulan

a) Makanan utama yaitu ASI dan pengganti ASI atau susu

formula.

b) Makanan lumat

Makanan yang dihancurkan atau disaring

tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari

makanan lumat halus. Misalnya buah-buahan.

(1) Buah-buahan

Buah-buahan sudah diberikan dengan

maksud mendidik bayi mengenal jenis makanan baru

dan sebagai sumber vitamin. Berikan buah sesuai

kesukaan bayi pada awal, biasanya yang bersifat air

atau sari seperti: sari jeruk, sari tomat, sari pepaya dan

lainnya yang tidak bersifat asam. Pada usia 6 bulan

sudah dapat diberikan (Hanum Marimbi, 2010).

c) Makanan lunak

Makanan lunak adalah makanan yang dimasak

dengan banyak air dan tampak berair, Contohnya bubur.

(1) Bubur

Bubur susu cocok untuk bayi yang berusia 6 bulan ke

atas, tekstur lembut mudah dicerna dan diserap alat

perencanaan bayi. Penambahan tepung seperti tepung

beras atau tepung maizena bisa dilakukan. Tujuan

penambahan tepung adalah meningkatkan nilai gizi


dari bubur, susu sebagai sumber protein dan tepung

sebagai sumber karbohidrat pemberi energi bayi

(Hanum Marimbi, 2010).

d) Makanan padat

Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak

berair dan biasanya disebut makanan keluarga contohnya

nasi tim, biskuit dll.

1). Nasi tim

Nasi tim sering diberikan pada bayi berusia 9 bulan.

Variasi nasi tim untuk makanan tambahan selain ASI

sebaiknya jangan menggunakan bahan yang monoton.

Variasikan setiap hari, ini penting agar bayi tercukupi

semua gizinya. Mengingat kandungan

gizi setiap bahan pangan juga berbeda satu dengan lainnya.

Selain nasi sebagai bahan utama sumber karbohidrat, di

dalam nasi tim juga mengandung protein nabati hewani dan

sayuran. Seperti nasi tim, ditambah dengan daging cincang

dan potongan kecil wortel atau nasi tim dikombinasi

dengan tahu, tomat atau bayam (Hanum Marimbi, 2010,

p.28).

(1) Biskuit

Biskuit diberikan dengan maksud untuk mendidik

kebiasaan makan dan mengenal jenis makanan lain dan


bermanfaat untuk penambahan kalori. Kebanyakan bayi akan

menyukai biskuit rasa manis dan sebagian lagi akan menyukai

rasa asin (Atikah Proverawati & Siti Asfuah, 2009).

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Makanan dengan Waktu yang

Sama Setiap hari

usia Makanan Jumlah Waktu

yang pemberian pemberi

diberikan dalam sehari an

makan
0 – 6 ASI Eksklusif Sepuasnya, sesuai Setiap kali

bulan yang bayi

dikehendaki bayi menghendaki


6 – 8 ASI Sepuasnya, sesuai Setiap kali

bulan yang bayi

dikehendaki bayi menghendaki


Bubur susu 1 – 2 kali sehari Pagi dan sore

Hari
Jus buah 1 kali sehari Siang hari
8 – 10 ASI Sepuasnya, sesuai Setiap kali

bulan yang bayi

dikehendaki bayi menghendaki

Bubur susu 1 – 2 kali sehari Pagi atau sore

hari
Nasi Tim 1 – 2 kali sehari Pagi atau sore

hari
Jus buah 1 kali sehari Siang hari
Biscuit 1 kali sehari Malam hari
10 – 12 ASI Sepuasnya, sesuai Setiap kali

bulan yang bayi

dikehendaki bayi menghendaki


Bubur susu 1 – 2 kali sehari Pagi atau sore

hari
Nasi tim 1 – 2 kali sehari Pagi atau sore

hari
Jus buah 1 kali sehari Siang hari
Biscuit 1 kali sehari Malam hari

b. Pengasuhan Psiko-Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tidak

hidup sendiri-sendiri tetapi saling membutuhkan antar sesama

dalam kehidupan sehari-hari. Pengasuhan psiko-sosial terwujud

dalam pola interaksi dengan anak dan orangtua interaksi timbal

balik antara anak dan orangtua akan menimbulkan keakraban

dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orangtuanya, sehingga

komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat

dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan

antara orangtua dan anak.

Pengasuhan psiko-sosial ini antara lain terdiri dari cinta

dan kasih sayang serta interaksi antar ibu dan anak. Salah satu hak

anak adalah untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih

sayang dan perlakuan yang adil dari orangtuanya. Agar kelak

menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih

sayangnya pula kepada sesamanya. Sebaliknya kasih sayang yang


diberikan secara berlebihan yang menjurus kearah memanjakan,

akan menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian

anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri,

pemboros, sombong, dan kurang bisa menerima kenyataan.

Pengasuhan psiko-sosial ini di dasarkan pada hubungan

timbal balik antara ibu dan anak. Meningkatkan kedekatan ibu dan

anak ditentukan dengan frekuensi interaksi dan sikap selalu

menebarkan senyum terhadap anaknya (Soetjiningsih, 1998).

c. Kebersihan Diri dan Sanitasi Lingkungan

Perilaku kesehatan merupakan salah satu atau penyebab

atau resiko utama penyebab masalah gizi (LIPI, 2000, p.149)

Lingkungan merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Lingkungan juga

berfungsi menyediakan kebutuhan dasar bagi tumbuh kembang

anak. peran orangtua dalam membantu proses pertumbuhan dan

perkembangan anak adalah dengan membentuk kebersihan diri

dan sanitasi lingkungan yang sehat. Lingkungan rumah bersanitasi

buruk, paparan sinar matahari yang minim, sirkulasi udara yang

tidak lancar, akan berdampak buruk bagi proses tumbuh kembang

anak. Apalagi jika lingkungan sangat kaya dengan kandungan zat-

zat berbahaya (Eveline & Nanang D, 2010).

d. Praktek Menyusui dan Pemberian Makanan Pendamping ASI.

1) Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian ASI kepada ibu.


Pemberian ASI berarti menumbuhkan kasih sayang antar ibu

dan bayinya seperti berbicara, mendekap dan mengelus bayi.

pemberian ASI akan mempengaruhi tumbuh kembang dan

kecerdasan anak (Budi Sutomo & Dwi Yanti A, 2010)

2) Makanan pendamping ASI

Makanan pendamping ASI merupakan makanan

tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6

bulan sampai bayi berusia 2 tahun. Selain ASI, ASI pun harus

tetap diberikan kepada bayi, maknan ini harus menjadi

pelengkap dan dapat memenuhi kebuhan bayi. Jadi makanan

pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi

yang terkandung didalam ASI. Dengan demikian, cukup jelas

bahwa peranan makanan pendamping ASI bukan sebagai

pengganti ASI tetapi untuk melengkapi atau mendampingi ASI

(Waryana, 2010)

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah

untuk menambah energi dan zat-zat gizi ang diperlukan bayi

karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi yang

semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan berat

badan. Gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan

anak yang normal terjadi ketika kebutuhan energi dan zat gizi

tidak terpenuhi. Makanan yang diberikan kepada bayi.

Misalnya bubur yang terbuat dari tepung beras, nasi yang

dilumatkan, sayur, buah, nasi tim.

e. Praktek Kesehatan di Rumah dan Pola Pencarian Pelayanan


Kesehatan

Balita perlu diperiksakan kesehatannya dibidan atau

dokter bila sakit sebab mereka masih mempunyai resiko yang

tinggi untuk terserang penyakit. Adapun praktik kesehatan yang

dilakukan dalam rangka pemeriksaan pemantaun kesehatannya

adalah

1) Imunisasi

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada anak

untuk melindunginya dari pada beberapa penyakit tertentu

seperti Hepatitis B, Tuberkolusis, Tetanus, Polio, Campak.

Pemberian harus sedini mungkin dan lengkap (Hanum

Marimbi, 2010)

2) Pemantauan Pertumbuhan Anak

Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan

dengan aktif melakukan pemeliharaan gizi misalkan dengan

datang keposyandu. Dengan aktif datang keposyandu maka

orang tua dapat mengetahui pertumbuhan anak (Hanum

Marimbi, 2010).

2. Faktor yang Mempengaruhi pola asuh

a. Faktor Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan gizi

yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat


untuk menyerap informasi dan menerapkan dalam perilaku dan

gaya hidup sehari-hari khususnya dalam kesehatan dan gizi (LIPI,

2000)

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan

yang baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari

luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana

menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya.

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan

yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari

luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga

kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya (Soetjiningsih,

1998).

b. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian

besar perasaan pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai

hubungan yang erat dengan pendidikan. Anak dari ibu dengan latar

belakang pendidikan yang tinggi mungkin akan dapat kesempatan

untuk hadir dan tumbuh kembang dengan baik. Membesarkan anak


sehat tidak hanya dengan kasih sayang belaka namun seorang ibu

perlu ketrampilan yang baik. Kurangnya pengetahuan tentang gizi

akan kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan

sehari-hari merupakan penyebab kejadian gangguan kurang gizi.

Menurut Suharjo (1996) suatu hal yang meyakinkan

tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada:

1) Tingkat pengetahuan sangat penting dalam meningkatkan status

gizi yang optimal. Status gizi yang cukup merupakan syarat

penting untuk kesehatan.

2) Pengetahuan gizi seseorang akan mempengaruhi status gizinya

jika makanan yang dimakan dapat menyediakan zat-zat gizi

yang nantinya diperlukan untuk pertumbuhan tubuh.

3) Dengan adanya ilmu gizi masyarakat dapat belajar

menggunakan pangan untuk perbaikan gizi.

Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang makanan

yang bergizi, cenderung mempunyai anak dengan status gizi

yang baik. Tingkat pengetahuan gizi ibu akan berpengaruh

terhadap sikap perawatan anak serta dalam perawatan memilih

makanan.

c. Faktor Pekerjaan

Aspek sosio ekonomi akan berpengaruh pada partisipasi

masyarakat di Posyandu. Semua ibu yang bekerja di rumah

maupun di luar rumah, keduanya akan tetap meninggalkan anak

anaknya untuk sebagian besar waktu.

d. Pendapatan

Kemiskinan faktor penyebab gizi kurang menduduki

pertama dalam kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat


perhatian yang serius karena keadaan ekonomi relatif mudah

diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan (Suhardjo,

1996)

Dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan

penghasilan maka masalah gizi akan diatasi karena mempunyai

efek terhadap makanan. Makin banyak pendapatan yang diperoleh

berarti makin baik makanan sumber zat gizi diperoleh. Pendapatan

keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak,

karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik

yang primer maupun yang skunder (Soetjiningsih, 1999).

e. Keluarga (Dukungan Suami)

memberikan pengaruh dan mengambil keputusan akhir

untuk memberi pendapat pada istri. Hal ini sudah menjadi tradisi,

yaitu segala sesuatu harus dengan persetujuan suami atau yang

berkuasa dirumah. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi seorang

ibu untuk memberikan pola asuh gizi pada balitanya.

Suami mempunyai peran penting dalam keikutsertaan

merawat anaknya. Suami juga mempunyai hak yang sama dengan

ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Dalam hal ini

suami juga harus memperhatikan gizi yang diberikan ibu untuk

anaknya apakah sudah memenui gizi yang dibutuhkan oleh

anaknya atau belum. Tentunya suami harus mempunyai

pengetahuan tentang makanan apa saja yang baik, sehat, dan


mengandung gizi yang seimbang yang dibutuhkan oleh anak,

sehingga ibu bisa bertukar pendapat dengan suami untuk

kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan anaknya

f. Sosial Ekonomi

kondisi sosial ekonomipunya kaitan dengan proses

tumbuh kembang anak. Keluarga dengan kondisi sosial ekonomi

yang memadai, akan lebih mampu memenuhi kebutuhan gizi

anaknya. mereka lebih sadar tentang kebersihan lingkungan dan

mereka memahami apa yang untuk bayinya.

Sementara kemiskinan yang dialami sebuah keluarga,

menjadikan pilihan-pilihan gizi bagi anaknya lebih terbatas.

Kemudian, kesehatan lingkungan pun biasanya terabaikan.

Karenanya anak pun lebih sering diserang penyakit yang akan

menghambat tumbuh kembangnya (Eveline & Nanang D, 2010) .

g. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah

ketersediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang

terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Pelayanan gizi dan kesehatan untuk anak balita dapat

dilaksanakan dengan pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan

kesehatan balita melalui sarana kesehatan yang baik meliputi

posyandu, puskesmas, program kesehatan keluarga dan program

lainnya. Berbagai lembaga pelayanan dasar harus terjangkau baik

secara fisik maupun ekonomi (sesuai daya beli) oleh setiap


keluarga termasuk mereka yang miskin dan hidup di daerah

terpencil (Soekirman, 2000).

Makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan

kesehatan yang baik membantu mencegah terjadinya infeksi dan

membantu mengatasi masalah gizi.

B. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut cohen & syme (1996, p.241) dukungan sosial keluarga

adalah suatu yang bermanfaat untuk individu yang diperoleh dari orang

lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang

lain yang memperhatikan, menghargai dan dicintainya (Setiadi, 2007).

Dukungan sosial keluarga adalah suatu proses antara keluarga

dengan lingkungan sosialnya, dimana proses ini terjadi sepanjang masa

kehidupannya. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan

yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses

atau diadakan keluarga, dukungan keluarga terutama suami dapat atau

tidak digunakan, akan tetapi keluarga memandang orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan bila diperlukan

(Friedman, 1998).

Menurut Friedman (1998) dalam buku (Setiadi, 2007) jenis

dukungan sosial terdiri dari:

a. Dukungan Informasional.

Keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi tentang

dunia. Dukungan keluarga yang tergolong dukungan informatif dapat

berupa nasehat, usulan, petunjuk, saran dan pemberian informasi

(Informasi tersebut dapat pula terwujud buku atau majalah).


Dukungan informasional adalah tingkah laku yang

berhubungan dengan pemberian informasi dan nasehat. Dukungan

informasi yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala

sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh

individu. Dukungan ini mencakup: pemberian nasihat, saran,

pengetahuan, dan informasi serta petunjuk, menurut Depkes (2002)

dalam Nursalam (2009).

Dalam hal ini suami juga perlu mempunyai pengetahuan

dalam perawatan balitanya, perawatan balita bukan sepenuhnya

urusan dari ibu tetapi ayah juga berperan, tanpa pengetahuan suami

tidak bisa memberi dukungan secara informasi. Dengan pengetahuan

suami dapat memberi nasehat, usulan, petunjuk dan saran tentang

pemberian asupan gizi anak mereka. Saat istri merawat anaknya

mungkin yang diperhatikan hanya bagaimana anak bisa diberikan

makanan yang mengandung gizi tanpa ibu memperhatikan makanan

apa yang bergizi untuk anaknya, bagaimana cara pengolahannya, serta

makanan apa yang harus diberikan pada anaknya pada usia sekarang.

Dukungan dari suami sangat dibutuhkan oleh ibu untuk merawat

anaknya, misalnya suami dapat mencarikan buku atau majalah tentang

cara pemberian makanan pada anaknya. Dengan seperti itu ibu

merasa bahwa dia mendapat dukungan untuk lebih baik dalam

merawat buah hatinya.

b. Dukungan penghargaan (penilaian).

Merupakan dukungan keluarga yang bisa membuat kita

mempunyai perasaan bahwa kita ini bernilai, dan masuk penghargaan

diri adalah suatu bagian yang penting dari manajemen stres yang

sukses. Kita mendapatkan dukungan dan penghargaan dari hubungan


kita dengan seseorang yang akrab dan saling percaya dan dapat

memberi rasa tentram.

Menurut Depkes (2002) dalam Nursalam (2009), dukungan

penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat atau

penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan

dengan gagasan atau perasaan seseorang, dan perbandingan positif

antara orang tersebut dengan orang lain yang bertujuan meningkatkan

penghargaan diri orang tersebut.

c. Dukungan Instrumental

Depkes (2002) dalam Nursalam (2009) menyatakan,

dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara

langsung, misalnya: menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, memberi

pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan, menolong dengan

memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan, serta

bantuan yang lain. Dukungan instrumental adalah tingkah laku yang

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya materi atau

tenaga.

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan nyata,

diantaranya kesehatan penderitan dalam hal kebutuhan makan, minum

dan istirahat. Dukungan secara langsung dalam bentuk pinjaman,

pemberian atau pelayanan. Penyediaan fasilitas juga termasuk dalam

dukungan imstrumental, dimana fasilitas tersebut sangat berpengaruh

terhadap terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat pada diri anak,

misalnya menyediakan tempat untuk membuang sampah,

menyediakan tempat untuk mencuci tangan, menyediakan air bersih


(untuk memasak, mandi, mencuci), menyediakan jamban atau WC,

dan lain-lain.

Aspek dari dukungan material adalah dukungan yang

diberikan dalam bentuk uang, peralatan, waktu, dan menyediakan

fasilitas yang dibutuhkan untuk pemberian makanan tambahan pada

balita, misalnya membelikan makanan tambahan, membelikan tempat

untuk makan, anak membutuhkan alas atau celemek supaya makanan

yang sedang dimakan tidak mengotori bajunya dan lain-lain.

d. Dukungan Emosional.

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi adanya

kepercayaan, ungkapan empati, perhatian, didengarkan dan

mendengarkan. Dukungan keluarga yang terpenting adalah suami

(Setiadi, 2008).

Dukungan emosional adalah tingkah laku yang

berhubungan dengan rasa tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang

pada anggota keluarga, baik pada anak maupun orang tua. Dukungan

emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian

terhadap orang yang bersangkutan, menurut Depkes (2002) dalam

Nursalam (2009)
Suami memperhatikan dan peduli terhadap keluarga

terutama terhadap ibu misalnya dalam hal pola asuh gizi terhadap

anaknya. suami juga selalu memberikan kepercayaan dalam hal pola

asuh gizi yang diberikan oleh ibu terhadap anaknya. Ibu

membutuhkan dukungan dari oranglain untuk merawat anaknya,

dengan dukungan dari keluarga khususnya suami maka ibu akan lebih

baik dalam perawatan anaknya terutama dalam pemberian gizi yang

baik.

2. Sumber Dukungan

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial

yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat

diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak

digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial

kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari

saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman,

1998).

3. Manfaat Dukungan

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda

dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam

semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.

Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga

(Friedman, 1998).

Anda mungkin juga menyukai