Anda di halaman 1dari 30

Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu

Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S


Kelompok 35

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang semakin cepat dan efisien telah mengubah perekonomian
dan gaya hidup dunia. Perubahan yang tepat dan mendasar terjadi dalam kehidupan di
segala bidang yang menuntut kebebasan interaksi antar kehidupan yang ada di dunia tanpa
mengenal batas negara termasuk juga dalam kegiatan perdagangan dan bisnis. Salah satu
konsekuensi logis dari perubahan dunia kearah globalisasi adalah munculnya jaringan
perdagangan internasional yang sudah global. Hal ini mengakibatkan munculnya pasar
bebas dunia yang pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya persaingan di pasar
internasional dan kaitannya dalam dunia bisnis. Ini mengarah kepada semakin ketatnya
persaingan dan karena itu perusahaan harus dapat menjalankan strategi bisnisnya yang
sesuai sehingga dapat bertahan dalam persaingan pasar.
Setiap usaha selalu berkompetisi dengan industri yang sejenis. Agar bisa memenangkan
kompetisi, kualitas produk/jasa yang digunakan selalu diutamakan kesuksesannya.
Perhatian pada kualitas memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara:
dampak terhadap biaya -biaya produksi dan terhadap pendapatan. Dampak terhadap biaya
produksi terjadi melalui proses pembuatan produk yang mendekati standar yang sudah
ditetapkan sehingga bebas dari tingkat kerusakan yang mungkin. Dampak terhadap
pendapatan terjadi melalui peningkatan penjualan atas produk yang berkualitas dan
terjangkau (Gaspersz, 2005).
Perusahaan yang menjadikan kualitas sebagai strategi utama akan mempunyai
keunggulan bersaing terhadap kompetitornya dalam menguasai pasar, karena tidak semua
perusahaan mampu mencapai tingkat kualitas tertinggi. Dalam hal ini perusahaan dituntut
untuk menghasilkan produk dengan kualitas setinggi mungkin, harga serendah dan rasional
serta pengiriman tepat waktu. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal itu adalah
lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang baik akan membantu dalam menghasilkan produk

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 1
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

yang berkualitas, serta sebaliknya. Lingkungan kerja juga berbanding lurus dengan kualitas
produk yang dihasilkan, dalam banyak situasi. Masalah-masalah yang ada dalam
lingkungan kerja yaitu tidak tercapainya konsep 5S, yaitu Seiri (ringkas), Seiton (rapi),
Seiso (resik), Seketsu (rawat) dan Shitsuke (rajin). Masalah ini merupakan masalah yang
muncul dalam banyak perusahaan seperti halnya pada perusahaan PT Hartono Istana
Teknologi. PT Hartono Istana Teknologi merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
dalam bidang produksi elektronik merek Polytron, salah satu produsen elektronik lokal
ternama. Untuk memaksimalkan produksi dan memenuhi demand, maka masalah produksi
diatas harus dilakukan perbaikan. Perbaikan yang sesuai dengan masalah tersebut yaitu
dengan metode Kaizen.
Kaizen adalah metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas produk suatu
perusahaan. Dipelopori oleh pemikir-pemikir asal Jepang, metode ini sudah terbukti dalam
waktu yang lama. Konsepnya sederhana dan tidak membutuhkan banyak alat dalam analisis
yang menjadikan metode ini salah satu konsep dasar bagi perusahaan-perusahaan dalam
meningkatkan kualitas produk mereka (Wiratmani, 2015).
Dengan diterapkannya metode Kaizen dan 5S diharapkan dapat membawa perusahaan
berada pada tingkat produk cacat serendah mungkin hingga mencapai konsep teratas dalam
aplikasi Kaizen dalam industri: zero defect (tanpa cacat).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana implementasi pengendalian kualitas produk pada PT. Hartono Istana
Teknologi dengan menggunakan pendekatan Kaizen dan 5S?
2. Sejauhmana pengaruh jumlah produksi terhadap produk cacat PT Hartono Istana
Teknologi?
3. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya produk cacat sehingga
menyebabkan menurunya tingkat kualitas produk pada PT Hartono Istana
Teknologi?

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 2
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

1.3 Tujuan penelitian


Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis pengimplementasian pengendalian kualitas
produk dengan menggunakan pendekatan Kaizen dan 5S.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis konsep 5S yang belum dilaksanakan oleh PT
Hartono Istana Teknologi.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor yang menurunkan kualitas produk
pada lini produksi PT. Hartono Istana Teknologi.

1.4 Batasan penelitian


Batasan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Data yang didapat adalah data berupa tinjauan langsung ke perusahaan dan
menggunakan data literatur.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Kaizen dan 5S.

1.5 Sistematika penulisan


Berikut ini merupakan sistematika penulisan laporan penelitian ini:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori dan konsep dari metode Kaizen dan 5S
yang secara umum serta teori lainnya yang berhubungan dengan
peningkatan kualitas.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Bab ini berisi serangkaian langkah yang ditempuh secara runtut untuk
menyelesaikan penelitian ini.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 3
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

BAB IV PENGUMPULAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisi pengumpulan dan pembahasan berdasarkan data yang telah
diambil baik secara langsung maupun tidak langsung yang kemudian diolah
sesuai dengan konsep Kaizen dan 5S.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang analisis hasil dari pengolahan data yang dilakukan
dengan metode Kaizen dan 5S.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran mengenai penelitian yang telah
dilakukan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 4
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kaizen
Kaizen adalah salah satu strategi holistik dalam menerapkan Lean Manufacturing pada
sebuah perusahaan.  Istilah Kaizen berasal  dari bahasa Jepang yaitu kata KAI, yang berarti
berubah, dan ZEN yang berarti baik. Secara harafiah, Di dalam bidang industri, Kaizen
merupakan suatu strategi yang dipergunakan untuk melakukan peningkatan berkelanjutan
ke arah yang lebih baik terhadap proses produksi, kualitas produk, pengurangan biaya
operasional, mengurangi pemborosan hingga peningkatan keamanan kerja.
Penerapan strategi Kaizen dalam sebuah perusahaan memerlukan usaha dan kerjasama
dari semua level karyawan perusahaan mulai dari level terendah sampai dengan manajemen
tertinggi. Penerapan strategi Kaizen lebih difokuskan pada perbaikan-perbaikan yang
berskala kecil-menengah sehingga proyek-proyek perbaikan dapat dilakukan dengan cepat
dan tepat sasaran. Rata-rata proyek-proyek Kaizen diselesaikan dalam waktu yang singkat
(jangka waktu mingguan) dan tidak memerlukan biaya besar. Metode-metode yang
dipergunakan dalam identifikasi proyek-proyek Kaizen antara lain adalah metode DMAIC
dan PDCA (Wiratmani, 2015).

2.2 Segmentasi Kaizen


Menurut konsepnya dalam bidang industry, kaizen dibagi menjadi 3 segmen, tergantung
kebutuhan masing-masing perusahaan yaitu (Tazaki, 2000):
a. Orientasi manajemen, memusatkan perhatiannya pada masalah logistik dan strategi
terpenting dan memberikan momentum untuk mengejar kemajuan dan moral.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 5
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

b. Kaizen yang berorientasi pada kelompok, dilaksanakan oleh gugus kendali mutu untuk
memecahkan masalah, analisis, melaksanakan dan menetapkan standar atau prosedur
baru.
c. Kaizen yang berorientasi pada individu yang disampaikan dalam bentuk saran, dimana
seseorang harus bekerja lebih pintar jika tidak mau bekerja keras.
Kaizen adalah konsep tunggal dalam manajemen Jepang yang paling penting dan
merupakan kunci sukses Jepang dalam persaingan global. Dalam konsep kaizen, tidak ada
satu hari pun berlalu tanpa adanya suatu tindakan penyempurnaan (Takazaki Group, 2000).
Penggunaan Kaizen dalam perusahaan dapat dimulai dengan menyadari bahwa setiap
perusahaan mempunyai masalah, dan masalah tersebut dipecahkan dengan membentuk
kebudayaan perusahaan dimana setiap orang dapat mengajukan masalahnya dengan bebas
(Imai, 1998).

2.3 Perbedaan Kaizen dan Inovasi


Aspek penting dalam kaizen adalah pengutamaan proses, yang berlawanan dengan
prinsip “hasil adalah segalanya” yang sering diaplikasikan dalam banyak perusahaan pada
jaman awal dipelolpori metode ini (Imai,1998).
Dibawah ini merupakan penjabaran mengenai perbedaan antara kaizen dan inovasi
dilihat dari segi karakteristiknya.
Tabel 2. 3 Perbedaan Kaizen dan Inovasi
No Kaizen Inovasi
1 Orientasi umum Orientasi pada keahlian
2 Utamakan manusia Utamakan teknologi
3 Perhatian pada pendalaman Perhatian lompatan jauh
4 Dibangun dengan teknologi yang Cai teknologi baru
ada
5 Informasi terbuka, dibagikan Informasi tertutup perorangan
6 Kelompok kerja Individual

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 6
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

2.4 PDCA
PDCA (plan-do-check-act) adalah metode manajemen empat langkah yang berulang
yang digunakan dalam bisnis untuk pengendalian dan peningkatan proses dan produk
secara terus menerus (Continuous Improvement). Seringkali dikenal sebagai lingkaran
Deming circle/cycle/wheel, Shewhart cycle, control circle/cycle, atau plan-do-study-act
(PDSA). Siklus PDCA juga dikenal sebagai sistem untuk mengembangkan pemikiran
kritis, dan dengan itu, metode ilmiah. Deming menggunakan konsep dari siklus Plan-Do-
Study-Act (siklus PDSA) dengan mengganti konsep PDCA, karena menemukan bahwa
fokus pada Check lebih lanjut tentang implementasi suatu perubahan. (Montgomery, 1998)
Prinsip dasar metode ilmiah dan PDCA adalah iterasi. Begitu hipotesis dikonfirmasi,
pengulangan siklus tersebut secara berkali-kali akan memperluas pengetahuan lebih jauh.
Mengulangi siklus PDCA dapat membawa penggunanya lebih dekat ke tujuan, biasanya
merupakan operasi dan keluaran yang sempurna atau dikatakan tidak ada yang mengalami
kekurangan lagi.
PDCA adalah salah satu teknik dalam Total Quality Management yang memungkinkan
organisasi melakukan perbaikan dalam proses dan metode sambil terus mengevaluasi
hasilnya selama proses tersebut terus dilaksanakan. Manfaat yang bisa didapat yaitu:
1. Meminimalkan biaya
Dengan menggunakan teknik PDCA memungkinkan bisnis untuk menguji
perubahan proses dalam skala kecil sebelum mengeluarkan biaya pada metode yang
mungkin tidak sesuai atau yang memerlukan penyesuaian.
2. Versatilitas
Banyak manfaat yang ditawarkan proses ini. Bukan hanya kepada manufaktur
segala, namun juga memudahkan pekerjaan lean accounting dan alokasi sumber daya.
Teknik PDCA memungkinkan perusahaan untuk mencoba proses dengan batasan waktu
untuk menganalisis metode baru sebelum menerapkannya di seluruh papan.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 7
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

3. Pemberdayaan Karyawan
Metode ini memungkinkan perusahaan untuk mengajak setiap karyawan dari
berbagai level untuk terlibat sehingga akan terciptanya kerjasama tim yang lebih baik.
Hubungan kerja yang menghargai setiap ide maupun pendapat karyawan tanpa melihat
dari level kedudukan merupakan hal terpenting dalam metode ini. (Montgomery, 1998).

2.4.1 Proses PDCA


Berikut merupakan proses pelaksanaan PDCA dalam pemecahan masalah:
1. Perencanaan - Plan
Pada tahap perencanaan ini, konseptualisasi permaslahan, dijelaskan dengan detil
sehingga perencaan penyelesaian masalah menjadi lebih jelas semakin kedalam
siklusnya. Berikut adalah metode yang digunakan dalam tahapan pertama:
Memperjelas permasalahan. Latar belakang dan semua preparat untuk dijadikan dasar
permasalahan mulai dikumpulkan dan dihubungkan sehingga menjadi jelas tentang apa
yang harus dilakukan oleh perusahaan terhadap masalah potensial ini.
Penspesifikasian permasalahan. Jika permasalahan sudah dijabarkan latar belakang
dan hubungannya, maka dilakukan suatu penyempitan sudut pandang untuk lebih
memfokuskan terhadap jenis permasalahan yang dihadapi.
Pengaturan target. Dimulainya pemrioritasan suatu lingkup masalah dan target solusi
yang akan diselesaikan.
Analisis permasalahan. Menganalisis suatu permasalahan dan membuat kesimpulan
terhadap kemungkinan solusi yang ada.

2. Eksekusi - Do
Sebagai lanjutan dari perencanaan solusi, dilakukan suatu tahapan trial untuk dapat
menguji validitas solusi yang direncanakan. Setelah trial yang dilakukan berhasil dan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 8
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

tidak memiliki kendala berarti, dilakukan eksekusi di area terjadinya permasalahan.


Tindakan sosialisasi perlu dilakukan di tempat eksekusi untuk mendapatkan dukungan
dari setiap anggota yang terlibat di daerah tersebut untuk memudahkan proses kaizen
dalam daerah tersebut.

3. Pengecekan solusi - Check / Study


Dalam pelaksanaan solusi yang ada, seringkali, jika tidak selalu, ditemukan suatu
masalah yang dapat menghambat pengembangan produksi dan pelaksanaan perusahaan.
Untuk meminimalisir/menghilangkan kemungkinan demikian, dilakukan metode
pengecekan dan penelitian untuk mengontrol serta perbaikan terus menerus jika solusi
yang dipakai pada area terjadinya permasalahan butuh pengembanagan atau tidak sesuai
dan/atau tidak cocok dengan permasalahan.

4. Penyesuaian ataupun tindakkan - Act atau Adjust


Tahapan “terakhir” dalam siklus PDCA adalah penyesuaian/respon terhadap
penyelesaian. Dalam metode PDCA dan konsep kaizen, tahapan ini bukanlah bagian
terakhir dari pengembangan dikarenakan ciri khas kaizen, yaitu perbaikan secara
berkelanjutan. (continous improvement). Jika solusi yang didapat sudah sesuai dengan
maksud dan tujuan dari proses perencaan sebelumnya, maka solusi tersebut dijadikan
suatu standar untuk panduan selanjutnya, baik dalam bentuk operasional atau
eksekusional.
Peran utama dari adanya pelaskanaan PDCA adalah sebagai dasar panduan untuk
individual lain untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang mirip atau sama.
Pengertian dari PDCA bervariasi terhadap sumber yang dibaca, akan tetapi partisipasi
karyawan serta pola piker pengembangan berkelanjutan adalah mentalitas yang dipupuk
oleh pelaksanaan PDCA ini.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 9
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

2.5 Konsep Budaya 5S


Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar dapat
mendorong efektivitas pelaksanaan kedua prinsip tersebut, yang sebisanya tidak
terpisahkan.
Isi dari 5S antara lain:
1. 整 理 (seiri): Ringkas, yaitu proses mengefisiensikan daerah kerja sehingga mampu
dengan mudah mencari dan mengambil alat bantu kerja.
2. 整頓 (seiton): Rapi, yaitu peletakkan alat bantu kerja pada tempatnya sehingga terlihat
rapi.
3. 清 楚 (seiso): Resik, yaitu menjaga kebersihan dari daerah kerja untuk mengurangi
kecerobohan dalam produksi.
4. 清潔 (seiketsu): Rawat, yaitu menjaga higenis pribadi dan daerah kerja.
5. 躾け (shitsuke): Rajin, yaitu penjagaan sikap disiplin dan kepatuhan kerja.
Penerapan budaya konsep 5S dalam konsep industri antara lain:
1. Seiri – Short – Ringkas.
Konsep dasar dari budaya ini adalah untuk menyingkirkan produk yang tidak diperlukan
dalam proses kerja untuk meminimalisir waktu idle dalam produksi, serta untuk
meningkatkan fokus pekerja kepada tugas. Menumpuknya material bekas dalam meja
kerja dapat meningkatkan resiko kecacatan, sehingga metode untuk mengurangi kotoran
dalam meja kerja untuk meningkatkan efisiensi kerja diperhitungkan.
2. Seiton – Straighten – Rapi.
Metode ini memiliki prinsip untuk memberikan lokasi tersendiri yang mudah dilihat dan
dijangkau oleh karyawan untuk diambil dan dipakai. Manfaat utama dari metode ini
adalah untuk mencari barang yang dibutuhkan, dan akan memudahkan kita untuk
mengidentifikasi barang/material yang hilang atau kurang. Biasanya diadakan suatu
panduan atau shadow board yang mendeskripsikan bentuk, lokasi dan ukuran dari alat
bantu yang akan dipakai dalam proses produksi. Metode ini sudah banyak dipakai dalam
industry besar maupun menengah.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 10
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

3. Seiso – Sweep and clean – Resik.


Metode ini memiliki prinsip untuk membersihkan area tempat kerja setiap saat, misalnya
menyapu ruangan kerja 5 menit sebelum dimulai kerja dan 5 menit setelah selesai kerja.
Penggunaan dari penerapan budaya ini adalah untuk meningkatkan rasa kepemilikan
setiap karyawan terhadap kualitas produk perusahaan.
4. Seiketsu – Sistematize – Rawat.
Konsep perawatan dalam 5S adalah melakukan secara berkelanjutan usaha seiri, seiton
dan seiso. Jika perlu, dilakukan sebuah audit rutin yang melibatkan manajemen dalam 
mengontrol dan mengawasi usaha yang telah dilakukan karyawan.
Metode utama dari perawatan adalah untuk memastikan bahwa ketiga poin di atas
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ini termasuk keterlibatan semua pihak dalam
pelaksanaan konsep 5S, yang dapat meningkatkan berjalannya konsep kaizen. Jika
ditemukan kondisi yang tidak wajar dalam evaluasi, maka diperlukannya tindak lanjut.
Peran level manajemen tinggi juga sangat diharapkan karena tanpa dukungan dari
manajemen dalam pelaksanaan audit dan pelaksanan 5S, konsep ini tak akan secara
efektif berjalan dalam perusahaan yang menginginkan perubahan.
5. Shitsuke – Standardize – Rajin.
Konsep ini menyangkut pemeliharaan akuntabilitas dari semua pihak yang terlibat, serta
pelatihan karyawan sehingga keempat poin di atas terpenuhi dengan baik. Tujuan utama
dari poin ini adalah untuk mencapai peningkatan produktivitas perusahaan dengan
mengurangi pemborosan (Imai,1998).

2.6 Tahap Implementasi 5S


Pada saat pengambilan data, diperlukan form audit 5S. Form 5S digunakan untuk
mendata hasil dari pengamatan dari objek penelitian.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 11
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

Tabel 2. 3 Contoh Form Audit 5S

2.7 Manfaat
Penerapan Budaya 5S
Beberapa manfaat dari penerapan prinsip 5S antara lain (e-journal.uajy.ac.id):
 Menciptakan suasana tempat kerja yang lebih efisien dengan pengembangan
berkelanjutan.
 Meningkatkan produktivitas perusahaan.
 Meningkatkan kenyamanan karyawan.
 Mengurangi bahaya di tempat kerja.
 Penghematan biaya.
 Alat bukti kredibilitas perusahaan.

2.8 Waste
Terdapat 7 macam jenis limbah (waste) yang sering terjadi dalam industri manufaktur,
diantaranya :
1. Waste of Overproduction (Produksi yang berlebihan)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 12
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

Pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi baik yang berbentuk jadi maupun
setengah jadi tetapi tidak ada pesanan. Alasan yang biasanya terlibat dalam jenis limbah
ini adalah waktu persiapan yang lama, tingkat kecacatan produksi tinggi, dan produksi
safety stock berlebihan.
2. Waste of Inventory (Inventori)
Pemborosan yang terjadi karena akumulasi barang jadi, setengah jadi dan/atau mentah
yang berlebihan di semua tahap produksi sehingga memerlukan tempat, modal,
pengawasan dan dokumentasi yang berlebihan.
3. Waste of Defects (Cacat / Kerusakan)
Pemborosan yang terjadi karena buruknya kualitas atau adanya kerusakkan (defect)
sehingga diperlukan perbaikan. Ini akan menyebabkan biaya tambahan yang berupa
biaya tenaga kerja, komponen yang digunakan dalam perbaikan dan biaya-biaya lainnya.
4. Waste of Transportation (Pemindahan/Transportasi)
Pemborosan yang terjadi karena tata letak (layout) produksi yang buruk, setup tempat
kerja yang kurang baik sehingga diperlukan pemindahan tak perlu dari satu tempat ke
tempat lainnya.
5. Waste of Motion (Gerakan)
Pemborosan yang terjadi karena gerakan pekerja dan/atau mesin yang tidak perlu dan
tidak memberikan nilai tambah terhadap produk tersebut. Contohnya peletakan
komponen yang jauh dari jangkauan operator.
6. Waste of Waiting (Menunggu)
Pemborosan waktu karena tidak melakukan pekerjaan disebut menunggu. Alasannya
yang sering muncul adalah karena proses yang tidak seimbang sehingga ada pekerja
maupun mesin yang harus mengunggu untuk melakukan pekerjaannya, kerusakan mesin,
suplai komponen yang terlambat, hilangnya alat kerja ataupun menunggu keputusan atau
informasi tertentu.
7. Waste of Overprocessing (Proses yang berlebihan)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 13
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

Pemborosan yang menyebabkan biaya produksi melebihi ambang batas normal disebut
overprocessing karena menambah proses dan waktu yang bisa dialokasikan dengan lebih
baik. Kualitas memang penting namun yang lebih penting adalah bagaimana menjamin
kualitas pada saat pembuatan dan bukan pada saat setelahnya (inspeksi). Contohnya
adalah proses inspeksi berulang kali, proses persetujuan yang harus melewati banyak
orang dan proses pembersihan. (Takazaki Group,2000).
Tujuh Pemborosan atau seven Waste ini disingkat dalam bahasa Inggris
menjadi “TIMWOOD”, yaitu :
T ransportation              →Transportasi
I nventory                      →Inventori
M otion                         →Gerakan
W aiting                        →Menunggu
O verprocessing            →Proses yang berlebihan
O verproduction            →Produksi yang berlebiha
D efect                           →Kerusakan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 14
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah gambaran dari tahapan-tahapan dalam pelaksanaan


penelitian yang harus diterapkan terlebih dahulu sehingga dapat memudahkan melakukan
proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis hasil yang membantu memahami bagaimana
sistem pelaksanaan penelitian.
3.1 Pendekatan Kajian
Metodologi penelitian ini, berisi uraian tahapan pelaksanaan studi dan uraian analisis
yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian. Uraian tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
3.1.1 Mulai
Tahap ini merupakan tanda dimulainya penelitian yang dilakukan di PT. Hartono
Istana Teknologi
3.1.2 Identifikasi Awal
Tahap ini merupakan langkah awal penelitian yaitu studi literatur yang diperlukan
untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat secara teoritis dan digunakan untuk
menunjang penyelesaian masalah.
3.1.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam laporan Penelitian ini adalah pengimplementasian kaizen
dan budaya 5S di warehouse PT. Hartono Istana Teknologi.
3.1.4 Penetapan Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu mengetahui jumlah
score sebelum dan sesudah implementasi kaizen dan budaya 5S dan meningkatkan kegiatan
gudang menjadi lebih efektif dan efisien.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 15
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

3.1.5 Pengumpulan Data


Dilakukan pengumpulan data sesuai yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan
masalah. Data-data tersebut berupa dokumentasi keadaan gudang sebelum dan sesudah
implementasi kaizen dan budaya 5S.
3.1.6 Pengolahan Data
Berikut merupakan Standard Operating Procedure (SOP)
1. Membuat langkah-langkah implementasi dalam bentuk tulisan.
2. Membuat lembar pengecekan untuk melakukan audit
3.1.7 Analisa dan Interpretasi Hasil
Dilakukan analisa dan interpretasi hasil dari pengolahan data yang telah dibuat.
3.1.8 Kesimpulan dan saran
Dibuat kesimpulkan hasil dari penulisan laporan penelitian ini. Kesimpulan ini
mencakup dari tujuan yang dicapai dari penulisan laporan. Tahap ini juga berisi saran-saran
yang diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian yang lebih lanjut kedepannya.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 16
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

BAB IV

PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Gambar 4. 1 Logo Perusahaan


Nama Perusahaan : Hartono Istana Teknologi, PT
Alamat :Jl. Raya Semarang KM. 9, Sayung
Kota : Demak
Provinsi : Jawa Tengah
Komoditas : Produk elektronik merek “POLYTRON”
Kelompok Industri : Produksi komoditas elektronik (pabrik) Telp: (024) 6592220
PT. Hartono Istana Teknologi, yang berlokasi di Jl Raya Semarang, Sayung
merupakan perusahaan elektronik yang bergerak di bidang elektronik rumah dan audio
video yang sudah ternama. Dengan pangsa pasar 72 persen untuk produk speaker dan 66
persen untuk televisi tabung pada tahun 2016, kualitas dan kepuasan konsumen terhadap
produk POLYTRON, yaitu produk yang dijual oleh PT. Hartono Istana Teknologi, sudah
terbukti. Hadir di Indonesia sejak 1975, dengan berkantor pusat di Kudus, perusahaan asli

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 17
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

Indonesia ini sudah memiliki tenaga kerja lebih dari 10000 karyawan dengan total area
pabrik sebesar 69 hektar.
Hingga saat ini, PT. Hartono Istana Teknologi memiliki 3 pabrik utama, dengan salah satu
pabriknya berlokasi di Sayung, Kudus dengan luas 450.000 m 2 yang memproduksi kulkas
dan mesin cuci. Produk yang diproduksi di pabrik ini, bersama dengan pabrik yang
memproduksi alat elektronik pribadi, rumah dan speaker, didistribusikan ke seluruh
Indonesia dan bahkan sudah sampai ke luar negeri seperti daerah ASEAN (Kompas, 2018).

4.2. Kondisi Perusahaan PT. Hartono Istana Teknologi

Berdasarkan pengamatan langsung di pabrik PT. Hartono Istana Teknologi, dapat


disimpulkan bahwa lokasi berada dalam keadaan bersih, dengan lokasi gudang dan
warehouse terawat dan pekerja yang memakai alat yang tersedia di tempat tersebut tidak
mengalami kesulitan yang berarti dalam bekerja. Meskipun terdapat standar kerja yang
relatif tinggi, ada juga perkembangan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kenyamanan dan keamanan pekerja dalam kegiatan sehari-hari. Berikut merupakan gambar
dan lembar audit hasil peninjauan langsung di PT Hartono Istana Teknologi:

Gambar 4.2. Suasana Gudang PT. Hartono Istana Teknologi

Berikut adalah hasil analisis lini produksi dan metode distribusi di PT. Hartono Istana
Teknologi menurut prinsip kaizen dan 5S menggunakan lembar checklist:

Tabel 4.1. Lembar Checklist Pengamatan PT. Hartono Istana Teknologi

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 18
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

Kategori Criteria   Penilaian  

Membedakan antara apa


yang dibutuhkan dan tidak 0 1 2 3 4
dibutuhkan

Terdapat prosedur tertulis


untuk eliminasi atau

pembuangan item-item tidak
terpakai

Terdapat alat tidak



dibutuhkan

Terdapat Barang yang tidak


dibutuhkan pada dinding / 
papan buletin
SEIRI
Gang, tangga, sudut bebas

item

WIP atau parts di area kerja 

Semua mesin dan/atau


peralatan berada dalam

kondisi terpakai secara
teratur

Semua item tidak terpakai



mudah diidentifikasi

Sebuah tempat untuk


segala sesuatu dan segala 0 1 2 3 4
sesuatu di tempatnya
SEITON
Semua item memiliki

lokasi tertentu

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 19
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

Permukaan kerja, dan area


penyimpanan yang jelas

diberi label dan terorganisir
dengan baik
Semua item ditempatkan di

lokasi yang tepat
Terdapat label/tanda yang
mengindikasi area 
penyimpanan
Semua lokasi kerja dan
parts teridentifikasi secara

jelas menggunakan
label/tanda
Terdapat indikator yang
jelas tentang status kualitas

minimum dan maksimum
inventory
Tempat penyimpanan
perkakas teridentifikasi

secara jelas serta mudah
diambil/dikembalikan
SEISO Disiplin rutin menjaga
tempat kerja yang bersih 0 1 2 3 4
dan terorganisir
Permukaan kerja dan

penyimpanan daerah bersih
Sampah dan daur ulang
dikumpulkan dan dibuang 
dengan benar
Daerah bersama
dibersihkan dan dipelihara 
secara teratur
Semua lantai selalu bersih

dan mengkilap
Semua mesin - mesin
selalu bersih dan 
mengkilap
Pembersihan selalu
dilakukan berdasarkan 
aktivitas checklist
Terdapat rotasi tanggung
jawab pembersihan dalam 
area kerja yang ditentukan
Tempat kerja yang bersih 
dan teratur telah menjadi
kebiasaan dari semua

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 20
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

karyawan
Melakukan standarisasi
terhadap praktek 3S 0 1 2 3 4
(Seiri, Seiton, dan Seiso)
Staf terlatih dan sepenuhnya

memahami prosedur 5S
Standar 5S jelas ditampilkan 
Alat manajemen visual
mengidentifikasi jika 
pekerjaan selesai
Udara bersih dan tidak

SEIKETSU berbau
Lokasi dan intensitas

penerangan cukup
Pakaian kerja yang
digunakan tidak kotor dan 
rapi
Terdapat upaya yang jelas
dalam menghindari 
kekotoran
Terdapat sistem dan
prosedur tertulis tentang 5S 
di area-area kerja

Berpegang pada aturan


0 1 2 3 4
(disiplin diri)
SHITSUKE

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 21
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

Pembersihan dan pekerjaan



prosedur standar diikuti
Dokumentasi 5S dan

instruksi yang saat ini
Audit 5S terjadi secara

teratur
Prosedur tertulis
diimplementasikan dan
dikomunikasikan oleh 
setiap karyawan dalam
organisasi
Setiap orang hadir dan
terlibat aktif dalam meeting

untuk keberhasilan area
kerja mereka
Terdapat peraturan dan
prosedur tertulis tentang 5S

yang dipahami oleh semua
karyawan
Peraturan dan prosedur
tertulis tentang 5S

dihargai/diakui dan diikuti
oleh semua karyawan
  JUMLAH 3 9 9 13 4
  TOTAL    82/152  

4.2. Analisis PDCA

Berikut adalah analisis pengunaan metode PDCA dalam perusahaan PT. Hartono
Istana Teknologi:

1. PDCA
Dalam perencanaan implementeasi 5S dalam sistem kerja sehari-hari, suatu
perencanaan kegiatan perusahaan haruslah diimplementasikan untuk dapat
memfokuskan kegiatan pekerjaan. Perencanaan dapat berupa visi, misi, tujuan dan
sasaran perusahaan, dan akan digunakan untuk menentukan target yang dicapai
dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Bentuk perencanan dari PT. Hartono Istana
Teknologi adalah sebagai berikut:

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 22
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

2. Do
Pelaksanaan kegiatan 5S dalam internal PT. Hartono Istana Teknologi adalah
sebagai berikut:
1. Seiri (Pemilahan)

SEIRI
Membedakan antara apa yang
Catatan Temuan
dibutuhkan dan tidak dibutuhkan
Terdapat prosedur tertulis untuk Terdapat prosedur yang kurang jelas terhadap
eliminasi atau pembuangan item-item proses eliminasi dan/atau pembuangan barang tak
tidak terpakai terpakai

Barang yang tidak dibutuhkan adalah minuman dan


Terdapat alat tidak dibutuhkan
kardus sisa

Terdapat barang yang tidak dibutuhkan Tidak terdapat barang yang tidak diperlukan di
pada dinding/ papan bulletin dinding/papan buletin
Pada gang, tangga, dan sudut bebas item masih
Gang, tangga, sudut bebas item terdapat sampah-sampah kecil yang tidak
dibersihkan
WIP atau parts di area kerja Terdapat 1 produk WIP
Semua mesin dan/atau peralatan berada
Peralatan yang dipakai cukup beragam dan teratur
dalam kondisi terpakai secara teratur
Semua item tidak terpakai mudah Rata-rata barang yang tidak terpakai mudah
diidentifikasi diidentifikasi oleh pekerja sekitar

Seiri adalah pengaplikasian metode pemilahan dan tingkat kerapian dalam area
kerja yang ada. Dalam lingkup kerja PT. Hartono Istana Teknologi, dapat dilihat
bahwa ada beberapa bagian kerapian yang dapat ditingkatkan, antara lain peletakan
benda yang tidak berkaitan dengan pekerjaan secara tidak rapi. Akibat yang dapat
terjadi ialah:
 Gerak kerja terganggu
 Pemborosan waktu untuk mencari benda yang diperlukan
 Efisiensi pemindahan produk produksi berkurang
 Menyulitkan manajemen untuk menjaga kualitas proses produksi

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 23
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

  SEITON
Sebuah tempat untuk segala sesuatu dan segala
No Catatan Temuan
sesuatu di tempatnya

Terdapat tools yang tidak memiliki lokasi seperti palu,


8 Semua item memiliki lokasi tertentu
meteran, dan gunting

Laci bersama, lemari, permukaan kerja, dan area


Permukaan kerja sangat terorganisir dengan baik dan
9 penyimpanan yang jelas diberi label dan terorganisasi
mudah dijangkau pekerja
dengan baik

Item yang tidak pada tempatnya adalah sampah-sampah


10 Semua item ditempatkan di lokasi yang tepat
kecil yang cukup berserakan
Terdapat label/tanda yang mengindikasi area Terdapat tanda untuk menunjukan penyimpanan alat
11
penyimpanan bantu kerja.

Semua lokasi kerja dan parts teridentifikasi secara


12 Peralatan yang tidak diberi label adalah gunting dan palu.
jelas menggunakan tabel/tanda

Terdapat indikator yang jelas tentang status kualitas Indikator batasan inventory yang ada kurang jelas untuk
13
minimum dan maksimum inventory menjelaskan kualitas maksimum dan minimum.

Tempat penyimpanan perkakas teridentifikasi secara Sudah cukup lengkap identiifikasi tempat penyimpanan
14
jelas serta mudah diambil/dikembalikan dan dapat dilakukan perbaikan.

Seiton berarti menyusun dan meletakan bahan sesuai dengan tempatnya agar
mudah ditemukan kembali atau dijangkau bila diperlukan. Situasinya yaitu ada
beberapa alat yang tidak memiliki tempat penyimpanan dan label identifikasi. Akibat
dari hal tersebut adalah:
 Sulitnya mencari kembali alat yang akan digunakan
 Waktu pengerjaan produk per lini produksi meningkat
 Menurnunnya motivasi dan budaya kerja karyawan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 24
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

SEISO

Disiplin rutin menjaga tempat kerja yang bersih


No Catatan Temuan
dan terorganisir

Peralatan, komputer, permukaan kerja, dan


15 Banyak sampah-sampah kecil dimana-mana
penyimpanan daerah bersih

Sampah dan daur ulang dikumpulkan dan dibuang Masih banyak sampah daur ulang yang belum
16
dengan benar diperlakukan dengan tepat, tetapi ada yang sudah.
Daerah bersama dibersihkan dan dipelihara secara Sudah terdapat jadwal kebersihan dan dilaksanakan secara
17
teratur teratur
18 Semua lantai selalu bersih dan mengkilap Lantai kurang terawat dan tidak mengkilap

19 Semua mesin - mesin selalu bersih dan mengkilap Mesin-mesin sangat berdebu
Pembersihan selalu dilakukan berdasarkan aktivitas
20 Pembersihan sudah sesuai checklist
checklist
Terdapat rotasi tanggung jawab pembersihan dalam
21 Terdapat rotasi tanggung jawab, namun kurang terlihat.
area kerja yang ditentukan
Tempat kerja yang bersih dan teratur telah menjadi Terdapat kebiasaan untuk menjaga kebersihan, namun
22
kebiasaan dari semua karyawan kurang dijalankan secara efektif.

Seiso berarti membersihkan semua fasilitas dan lingkungan kerja dari kotoran.
Situasinya adalah kebersihan di daerah masih kurang terawat. Akibat dari hal tersebut
adalah:
 Ruang kerja yang tidak nyaman
 Lingkungan menjadi tidak sehat
 Menurunkan produktivitas

SEIKETSU
Mencegah daerah dari memiliki kondisi operasi
No Catatan Temuan
normal
23 Staf terlatih dan sepenuhnya memahami prosedur 5S Belum dilakukannya training mengenai konsep 5S

24 Standar 5S jelas ditampilkan Tidak terdapat standar 5S

Alat manajemen visual mengidentifikasi jika pekerjaan Terdapat alat manajemen visual untuk menandakan
25
selesai bahwa pekerjaan selesai, namun minimal.

Udara masih kotor karena sampah-sampah kecil yang


26 Udara bersih dan tidak berbau
berserakan di lokasi kerja.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 25
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

Penerangan sudah sesuai dengan standar dari Undang-


27 Lokasi dan intensitas penerangan cukup
undang yang berlaku
Sebagian karyawan menggunakan pakaian seadanya,
28 Pakaian kerja yang digunakan tidak kotor dan rapi
sebagian lagi menggunakan pakaian yang rapi.
Terdapat upaya yang jelas dalam menghindari
29 Terdapat upaya minimal dalam menghindari kekotoran
kekotoran
Terdapat sistem dan prosedur tertulis tentang 5S di
30 Tidak terdapat prosedur di area kerja
area-area kerja

Seiketsu berarti memelihara semua barang, peralatan, pakaian, tempat kerja,


dan material lainnya tetap dalam kondisi bersih dan tertata rapi. Seiketsu ini
merupakan hasil dari kegiatan pemilihan, penataan dan kebersihan yang dilaksanakan
secara tepat dan berulang-ulang. Dalam seiketsu harus ada standardisasi dari
pemilihan, penataan, dan kebersihan. Berikut adalah pelaksanaan dari seiketsu:
 Memberikan tanda daerah berbahaya
 Membuat petunjuk arah
 Menempatkan warna peringatan
 Menyiapkan alat pelindung diri
 Menetapkan label tanggung jawab bagi setiap karyawan
 Membuat jadwal 3 S
Beberapa langkah menuju seiketsu adalah:
 Pemeriksaan
 Pola tindak lanjut
 Mekanisme pantau
 Penetapan kondisi tidak wajar
 Penentuan kualitas terkendali

SHITSUKE

No Berpegang pada aturan (disiplin diri) Catatan Temuan

Setiap orang yang terlibat dalam kegiatan peningkatan


31 Terdapat sosialisasi mengenai konsep 5S
kedisiplinan

32 Pembersihan dan pekerjaan prosedur standar diikuti Pembersihan sudah sesuai checklist

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 26
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

33 Dokumentasi 5S dan instruksi yang saat ini Belum ada dokumentasi dan instruksi kerja

34 Audit 5S terjadi secara teratur Audit 5S belum dijalankan secara rutin


Prosedur tertulis diimplementasikan & dikomunikasikan
35 Belum ada prosedur
oleh setiap karyawan dalam organisasi
Setiap orang hadir dan terlibat aktif dalam meeting
36 Belum ada meeting mengenai konsep 5S
untuk keberhasilan area kerja mereka

Terdapat peraturan dan prosedur tertulis tentang 5S Terdapat prosedur tertulis tentang 5S, namun terdapat
37
yang dipahami oleh semua karyawan beberapa karyawan yang kurang memahami.
Peraturan dan prosedur tentang 5S sudah dihargai, namun
Peraturan dan prosedur tertulis tentang 5S
38 masih terdapat beberapa karyawan yang belum
dihargai/diakui dan diikuti oleh semua karyawan melaksnakan dengan baik.

Shitsuke berarti membentuk sikap untuk memenuhi atau mematuhi aturan-


aturan dan disiplin mengenai kebersihan dan kerapian terhadap peralatan dan tempat
kerja. Dalam pelaksanaan, sasaran yang ingin dicapai adalah pembentukan sikap
mandiri. Bebrapa faktor yang membantu terlaksananya pembiasaan, yaitu:
 Melaksanakan kegiatan secara bersama
 Menyediakan waktu untuk latihan
 Menyelenggarakan praktek memungut barang
 Membiasakan menggunakan perlengkapan pengaman
 Menyelenggarakan manajemen ruangan umum
 Melaksanakan praktek keadaan gawat darurat
 Menetapkan tanggung jawab individual
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk membiasakan karyawan:
 Kesempatan belajar bagi karyawan
 Teladan dari atasan
 Penetapan target bersama

3. Check
Pada tahapan ini, dilakukan pengecekan atau penilaian terhadap hasil dari kerja yang
telah dilakukan. Pengecekan yang dilakukan yaitu pengecekan secara langsung dengan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 27
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

menggunakan lembar audit yang diamati secara langsung. Hasil pengamatan yang
dilakukan yaitu ditunjukkan pada tabel audit. Pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa masih
terdapat beberapa kegitan yang belum terenuhi.

4. Action
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka penerapan 5S harus dilakukan secara
serius dan diperhatikan secara teratur. Peran semua orang yang bekerja dalam perusahaan
sangat besar dalam hal pencapaian 5S yang baik, maka dari itu semua pekerja harus mampu
menyadari apa yang harus dilakukan.
Seperti telah dijelaskan dalam bab ini, bahwa konsep kaizen (continous improvement)
merupakan suatu metode yang harus dilaksanakan pada suatu perusahaan dan sangat
bermanfaat bagi perusahaan tersebut guna dijadikan acuan yang hasilnya sangat
berpengaruh terhadap kualitas atau kualitas produk, apabila konsep ini dijalankan dengan
sebenar-benarnya oleh semua pihak perusahaan.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 28
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penerapan 5S sangat perlu dilakukan dalam lingkungan kerja agar usaha yang dibangun
bisa berkembang dan mendapatkan citra yang baik dari masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan kinerja pegawai atau kualitas. Berdasarkan hasil dari pengumpulan dan
pengolahan data yang telah dilakukan di bagian gudang PT. Hartono Indonesia Teknologi,
maka dapat disimpulkan:
 Budaya 5S belum diimplementasi dan dalam tahap mempertahankan budaya 5S.
 Jumlah skor budaya 5S yang diamati sebesar 82/152, yang berarti sudah mulai
melaksanakan budaya 5S secara benar dengan pendekatan formal.
 Penerapan PDCA pada PT. Hartono Indonesia Teknologi juga sudah cukup baik.
 Kondisi gudang saat ini cukup baik dan mempermudah aktivitas didalamnya, seperti:
- Mempermudah menemukan barang yang dicari.
- Mengurangi kegiatan pencarian barang.
- Mengetahui jumlah barang yang dimiliki.
- Menjaga umur barang yang dimiliki.
5.2 Saran
Adapun saran yang tepat untuk budaya 5S pada PT. Hartono Istana Teknologi, yaitu:
- Penerapan budaya 5S dilaksanakan dan dievalusi agar mengetahui perkembangan
budaya 5S pada gudang.
- Pendisiplinan karyawan dalam perusahaan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 29
Laporan Tugas Besar Pengendalian Mutu
Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Menggunakan Prinsip Kaizen dan 5S
Kelompok 35

DAFTAR PUSTAKA

Abhishek J., Rajbir B. & Harwinder S. (2014) Productivity Improvement Through 5S


Implementation in Indian Manufacturing Industries, Proceedings of the International
Conference on Reseatch and Innovations in Mechanical Engineering, pp. 535–545.
Agustin, N dan Purnomo, H, 2013, Implementasi 5S pada CV. Valasindo Menggunakan
Pendekatan Ergonomic Partisipatori, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Badan perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik (Bappedas) di kabupaten Nagekeo,
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Cane, 1998. Establishing Kaizen Culture, Circuit Assemble, November, pp. 57-58
Djawa, M. Mbeu. Edgardus, 2013, Pengaruh Motivasi kerja dan Komitmen Karyawan
terhadap Kepuasaaan Kerja Pada Pegawai. Jakarta: Salemba Empat.
Handayani, 2005. Kaizen Culture, Education and Training, New York: Irwing Professional
Hirano, Hiroyuki. (1995). penerapan 5S di tempat kerja : Pendekatan langlah-langkah
praktis. (Paulus A. Setiawan, Trans). Jakarta :PHP
Paramita PD. 2012. Penerapan Kaizen Dalam Perusahaan. Jurnal Manajemen, hal 1-11.
Kompas. 2018. “Polytron, Penguasa Eletronik Indonesia dari Desa Krapyak”. Diakses 5
Oktober 2019.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2019 30

Anda mungkin juga menyukai