Anda di halaman 1dari 52

UNIVERSITAS INDONESIA

Hubungan Antara Faktor Risiko Stenosis Vena Sentral dengan


Keberhasilan Venoplasti di RSCM

TESIS

dr. Ika Megatia, B.MedSc


NPM 1206234396

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH
JAKARTA
2016

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


UNIVERSITAS INDONESIA

Hubungan Antara Faktor Risiko Stenosis Vena Sentral dengan


Keberhasilan Venoplasti di RSCM

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar spesialis bedah

dr. Ika Megatia, B.MedSc


NPM 1206234396

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH
JAKARTA
2016
Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017
HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh


Nama : dr. Ika Megatia, B.MedSc
NPM 1206234490
Program Studi : Ilmu Bedah
Judul Tesis : Hubungan antara faktor risiko vena sentral dengan
keberhasilan venoplasti di RSCM

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Spesialis Bedah pada Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas kedokteran,
Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : dr Patrianef Darwis, SpB(K)V (.........................)

Penguji : dr Setyawati Budiningsih, MPH, MpdKed (.........................)

Penguji : dr Hilman Ibrahim, SpB(K)V (.........................)

Penguji : Dr. dr. Yefta Moenadjat, SpBP(K) (.........................)

Penguji : Dr. dr Erwin Danil Julian, SpB(K)Onk (.........................)

Penguji : dr Akhmadu, PhD, SpB, SpB(K)V (.........................)

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 19 Juni 2017

iii Universitas
Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan guna mencapai gelar dokter spesialis bedah di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Penulis menyadari sangatlah sulit untuk menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak
penyusunan proposal sampai dengan terselesaikannya laporan hasil karya tulis
ilmiah ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya


dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk belajar, meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian di
Universitas Indonesia.
2. Dekan fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang telah memberikan
sarana dan prasarana sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik dan lancar.
3. dr Patrianef Darwis, SpB(K)V., selaku konsultan pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. dr Setyawati Budiningsih, MPH, MpdKed., selaku konsultan pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
5. dr Hilman Ibrahim, SpB(K)V., selaku konsultan pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
6. dr Akhmadu, SpB(K)V, PhD., selaku konsultan pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.

iv Universitas
Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


7. Dr. dr Erwin D. Julian, SpB(K)Onk., selaku konsultan pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
8. Dr. dr. Yefta Moenadjat, SpBP(K) selaku konsultan pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
9. Mba Dina, selaku staff bagian penelitian yang telah memberikan pikiran dan
tenaga mengenai statistik pada karya tulis ilmiah ini.
10. Segenap staff bagian rekam medis RSUP Cipto Mangunkusumo yang telah
membantu dalam memperlancar pengumpulan data penelitian.
11. Suami, orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral.
12. Serta pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 19 Juni 2017

dr. Ika Megatia, B.MedSc

v Universitas
Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : dr. Ika Megatia, B.MedSc


NPM 1206234396
Program Studi : Ilmu Bedah
Departemen : Ilmu Bedah
Fakultas : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan antara faktor risiko stenosis vena sentral dengan


keberhasilan venoplasti di RSCM

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan penelitian saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Jakarta


Pada tanggal: 19 Juni 2017
Yang menyatakan

(dr. Ika Megatia, B.MedSc)

vi Universitas
Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


ABSTRAK

Nama : dr. Ika Megatia, B.MedSC


Program Studi : Ilmu Bedah
Judul : Hubungan anatara faktor risiko stenosis vena sentral dengan
keberhasilan venoplasti di RSCM

Latar belakang
Dalam lima tahun terakhir, pengunaan kateter pada pasien penyakit ginjal kronis
(PGK) di RSCM kerap diikuti stenosis vena sentral (SVS), 60-70%. Sejak 2013
SVS ditangani melalui prosedur venoplasti, namun belum ada evaluasi
keberhasilan. Penelitian ini ditujukan melakukan evaluasi keberhasilan venoplasti
dan faktor risiko terjadinya stenosis.

Metode
Dilakukan studi deskriptif analitik dengan desain potong lintang melibatkan
pasien PGK stadium 4-5 yang terdiagnosis simtomatik SVS, secara klinis dan
radiologis, yang memiliki risiko stenosis, memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
serta menjalankan venoplasti. Variabel independen yaitu onset gejala, jenis,
lokasi, durasi dan frekuensi pemasangan kateter. Variabel dependen adalah
keberhasilan venoplasti dinilai dengan residual stenosis <30%. Data dianalisis
secara statistik dengan p = 0,05.

Hasil
Tercatat 34 subjek, 73,5% berusia >60 tahun, 61,8% laki-laki dan 70,6%
memiliki hipertensi sebagai etiologi PGK. Angka berhasilan venoplasti 85,3%,
nilai rerata initial stenosis adalah 79,1±13,8% dan median residual stenosis 24,5%
dengan range 10-90%. Letak stenosis terbanyak di vena subklavia (47,1%). Tidak
didapatkan hubungan bermakna terhadap keberhasilan venoplasti, namun angka
ketidakberhasilan venoplasti yang lebih tinggi ditemukan pada lokasi di vena
subklavia (OR 2,45; p = 0,627) dan frekuensi pemasangan kateter >2 kali (OR
1,85; p = 0,648).

Kesimpulan
Keberhasilan venoplasti pada SVS 85,3% dengan keberhasilan ditemukan dua kali
lebih tinggi pada implantasi di vena subklavia dan frekuensi > 2 kali. Namun pada
studi ini tidak bermakna secara statistik. Ketidakberhasilan venoplasti lebih sering
ditemukan pada subjek dengan pemasangan kateter di vena subklavia, durasi
pemasangan panjang, onset gejala lambat dan riwayat pemasangan berulang.

Kata kunci Stenosis vena sentral, venoplasti, faktor risiko stenosis.

vii Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


ABSTRACT

Name : dr. Ika Megatia, B.MedSc


Study Program : General Surgery
Title : Correlation between central vein stenosis risk factors with
success rate of venoplasty in Cipto Mangunkusumo Hospital

Background
In the last five years, the use of deep vein catheter in chronic kidney disease
(CKD) often leads to central vein stenosis (CVS) at Cipto Mangunkusumo
Hospital (60-70%). Since 2013, CVS has been managed with venoplasty, and has
never been evaluated. The study aimed to evaluate of its success rate and the risk
factors might be correlated.

Method
A descriptive analytic study with cross sectional design conducted enrolling of
stage 4-5 CKD patients with symptomatic CVS who underwent venoplasty.
Independent variables are onset of symptoms, type, location, duration and
frequency of catheter implantation. Dependent variable is venoplasty success,
which was determined by residual stenosis <30%. Statistical analysis was carried
out to find out the correlation, with p = 0.05.

Result
Out of 34 subjects enrolled, 73.5% were >60 years old, 61.8% were male and
70.6% with hypertension. Venoplasty success rate found on this study was 85.3%,
mean initial stenosis was 79.1±13.8% and median residual stenosis was 24.5%
ranged of 10-90%. The most common stenosis was found in subclavian vein
(47.1%). There was no significant correlation with venoplasty success rate.
Nevertheless, higher venoplasty success rate found in subjects with catheter
located in subclavian vein (OR 2.45; p = 0.627) and the frequency of implantation
>2 times (OR 1.85; p = 0.648).

Conclusion
Venoplasty success rate on CVS patients was 85.3% with success rate found twice
higher with implantation at subclavian vein and frequency >2 times. However,
there was no statistically significant correlation between stenosis risk factors with
this success rate. Venoplasty failure is often found on CVS subjects with catheter
implantation on subclavian vein, prolonged duration, delayed onset of symptoms
and history of recurrent implantation.

Keywords Central vein stenosis, venoplasty, risk factors.

viii Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xiii
1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................ 2
1.3 Pertanyaan penelitain....................................................................... 2
1.4 Tujuan penelitian ............................................................................. 2
1.5 Manfaat penelitian ........................................................................... 3
1.5.1 Aspek akademik dan penelitian ........................................... 3
1.5.2 Bidang pelayanan kesehatan ................................................ 3
1.5.3 Manfaat pasien ..................................................................... 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5


2.1 Insiden penyakit ginjal kronis ......................................................... 5
2.2 Akses vaskular vena sentral............................................................. 5
2.3 Insiden dan prevalensi stenosis vena sentral ................................... 6
2.4 Patofisiologi stenosis vena sentral ................................................... 6
2.5 Faktor risiko stenosis vena sentral ................................................... 7
2.6 Diagnosis stenosis vena sentral ....................................................... 8
2.7 Tatalaksana stenosis vena sentral..........................................................11
2.8 Parameter keberhasilan tatalaksana stenosis vena sentral.....................11
2.9 Kerangka teori.......................................................................................13
2.10 Kerangka konsep...................................................................................14

3. METODE PENELITIAN.............................................................................15
3.1 Desain penelitian...................................................................................15
ix Universitas Indonesia

3.2 Lokasi dan waktu...................................................................................15


Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017
DAFTAR ISI
3.3 Populasi.................................................................................................15
3.4 Sampel...................................................................................................15
3.4.1 Kriteria inklusi dan eksklusi......................................................15
3.4.2 Besar sampel..............................................................................16
3.4.3 Cara pengambilan sampel..........................................................17
3.5 Sumber data dan variabel dependen dan independent...........................17
3.5.1 Definisi operasional...................................................................18
3.5.2 Instrumen dan data yang dikumpulkan......................................20
3.6 Pengelolahan dan analisis data..............................................................21
3.7 Etika penelitian......................................................................................21
3.8 Alur Penelitian.......................................................................................22

4. HASIL PENELITIAN..................................................................................23
5. PEMBAHASAN............................................................................................28

6. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................33


6.1 Kesimpulan............................................................................................33
6.2 Saran......................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

x Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Manifestasi klinis stenosi vena sentral........................................ 7


Tabel 4.1 Sebaran demografi pasien SVS di RSCM .................................. 23
Tabel 4.2 Sebaran faktor risiko stenosis pada pasien SVS di RSCM ......... 24
Tabel 4.3 Sebaran initial stenosis dan residual stenosis pada pasien SVS
di RSCM ..................................................................................... 24
Tabel 4.4 Rerata sebaran initial stenosis berdasarkan lokasi pada pasien
SVS di RSCM ............................................................................. 25
Tabel 4.5 Hubungan demografi dengan keberhasilan venoplasti pada
Pasien SVS.................................................................................. 25
Tabel 4.6 Hubungan faktor risiko stenosis dengan keberhasilan venoplasti
di RSCM ..................................................................................... 26
Tabel 4.7 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada pasien yang
memiliki satu dengan dua faktor risiko stenosis ......................... 27
Tabel 4.8 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada pasien yang
memiliki tiga dengan dua faktor risiko stenosis ......................... 27
Tabel 4.9 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada pasien yang
memiliki tiga dengan empat faktor risik stenosis ....................... 27
Tabel 4.10 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada pasien yang
Memiliki empat dengan lima faktor risiko stenosis .................... 27

xi Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Distribusi anatomi stenosis vena sentral trunkus atas .............. 6
Gambar 2.2 Stenosis pada vena pada angiografi.......................................... 10

xii Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


DAFTAR SINGKATAN

PGK : penyakit ginjal kronis


IRR : Indonesian Renal Registry
PERNEFRI : Perkumpulan Nefrologi Indonesia
ESDR : End Stage Renal Disease
SVS : Stenosis Vena Sentral
: Arterious Venous Fistula
AVF
: Superior Vena Cava
SVC
: RS Cipto Mangunkusumo
RSCM
: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
FKUI
: Catheter Double Lumen
CDL
: hemodialisis
HD
USG : ultrasonogram

xiii Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
beragam, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal.1,2 Menurut data Indonesian Renal
Registry (IRR) tahun 2012, insiden penderita gagal ginjal kronik mencapai 20.000
kasus per tahun dan tersering disebabkan oleh nefropati diabetikum dan penyakit
ginjal hipertensi.3 Perkumpulan nefrologi indonesia (PERNEFRI) juga
menyatakan bahwa 83% dari seluruh pasien yang menjalani hemodialisis adalah
pasien end stage renal disease (ESRD) yang merupakan stadium terminal dari
penyakit ginjal kronis (PGK).

Pemasangan akses vaskular vena sentral yang adekuat memiliki peranan yang
penting dalam keberhasilan terapi hemodialisis pada pasien-pasien ESRD.
Komplikasi yang paling sering terjadi pasca pemasangan akses vaskular vena
sentral adalah infeksi, trombosis, hantaran dialisis yang tidak adekuat, dan
stenosis vena sentral (SVS).4 SVS sering kali asimptomatik namun juga memiliki
konsekuensi jangka panjang seperti resirkulasi yang berakibat kepada hantaran
dialisis yang tidak adekuat, maturasi arterious venous fistula (AVF) yang
terganggu, menurunnya patensi jangka panjang akses vena tersebut, dan superior
vena cava (SVC) syndrome.

Apabila komplikasi SVS ditemukan pada pasien pasca pemasangan akses vena
sentral, maka dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik venografi untuk
mengetahui lokasi dan panjang dari stenosis tersebut.5 Apabila telah terdiagnosis,
maka dapat dilakukan prosedur venoplasti untuk terapi SVS. Beberapa faktor
yang memengaruhi keberhasilan prosedur venoplasti pada pasien stenosis vena
sentral adalah lokasi stenosis, tipe (bahan) kateter yang dipakai, durasi
pemasangan kateter, frekuensi dan lokasi pemasangan kateter serta riwayat SVS
sebelumnya.6 Pada tahun 2013, Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular Rumah

1 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


2

Sakit dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM) mulai rutin melakukan venoplasti sebagai


tatalaksana SVS yang simptomatik dengan angka keberhasilan yang bervariasi,
namun persentase data pastinya belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan
untuk menilai faktor-faktor yang memengaruhi angka keberhasilan venoplasti
pada pasien SVS sehingga didapatkan angka keberhasilan intervensi venoplasti
yang tinggi secara konsisten. Faktor-faktor yang dianalisis pada penelitian ini
meliputi: a) Lokasi pemasangan kateter; b) Tipe catheter double lumen (CDL)
yang dipakai (tunneled atau non-tunneled); c) Interval pemasangan CDL dengan
onset gejala SVS; d) Letak stenosis; e) lokasi pemasangan kateter; f) durasi
pemasangan kateter dan g) frekuensi pemasangan kateter.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:


belum diketahui hubungan antara keberhasilan intervensi venoplasti dengan
faktor risiko stenosis vena sentral yaitu lokasi pemasangan dan tipe catheter
double lumen (CDL) yang dipakai, onset gejala, durasi implantasi kateter dan
frekuensi
pemasangan kateter di RSCM.
1.3.Pertanyaan Penelitian

Dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: adakah hubungan antara


faktor risiko stenosis vena sentral dengan keberhasilan venoplasti di RSCM?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum
oDiketahuinya hubungan antara faktor risiko stenosis
dengan
keberhasilan venoplasti di RSCM.
 Tujuan Khusus
o Diketahuinya persentase keberhasilan venoplasti pada pasien SVS
dengan penggunaan tipe CDL tunneled dan non-tunneled.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


o Diketahuinya persentase keberhasilan venoplasti pada pasien SVS
dengan penggunaan CDL vena subklavia dan vena jugularis
interna.
o Diketahuinya persentase keberhasilan venoplasti pada pasien SVS
dengan onset gejala cepat dan lambat pasca pemasangan CDL.
o Diketahuinya persentase keberhasilan venoplasti pada pasien SVS
dengan atau tanpa riwayat penggunaan CDL sebelumnya.
o Diketahuinya persentase keberhasilan venoplasti pada pasien SVS
dengan durasi penggunaan CDL jangka panjang dan pendek.
o Diketahuinya hubungan antara data demografik (usia, jenis
kelamin dan etiologi) pasien SVS dengan keberhasilan venoplasti.
o Diketahuinya rerata sebaran initial stenosis berdasarkan lokasi
pada pasien SVS.
o Diketahuinya hubungan faktor risiko stenosis vena sentral dengan
keberhasilan venoplasti.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bidang Akademik dan Penelitian

 Memperluas wawasan dan pengetahuan tatalaksana SVS


 Dapat digunakan sebagai literatur dalam penelitian selanjutnya.
 Berguna sebagai data standar pelayanan Divisi Bedah Vaskular dan
Endovaskular di RSCM.

1.5.2. Bidang Pelayanan Kesehatan

 Bermanfaat untuk pusat pelayanan kesehatan untuk kepentingan


mengaudit dan meningkatkan standar kualitas pelayanan dari waktu ke
waktu.
 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi spesialis bedah
dalam merencanakan terapi pada pasien dengan SVS.
 Bermanfaat bagi spesialis bedah untuk kepentingan edukasi terhadap
pihak keluarga pasien mengenai rencana terapi.

Universitas Indonesia
 Bermanfaat bagi spesialis bedah untuk menentukan prognosis terapi
pasien dengan SVS.

1.5.3. Manfaat Pasien

 Penelitian ini tidak bermanfaat secara langsung bagi pasien SVS yang
dijadikan subjek.
 Penelitian ini bermanfaat bagi pasien SVS yang akan datang dalam
meningkatkan kenyamanan dan pencegahan SVS.
 Bermanfaat dalam pengetahuan tatalaksana pada pasien SVS yang
akan datang.
 Bermanfaat untuk memprediksi prognosis pada pasien SVS yang akan
datang.

Universitas Indonesia
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Insiden penyakit ginjal kronis

Di Indonesia, insiden penyakit ginjal kronis (PGK) dapat mencapai 20,000 kasus
per tahun dengan etiologi terbanyak disebabkan oleh nefropati diabetikum dan
penyakit ginjal hipertensi.3 Pada tahun 2012, Indonesian renal registry (IRR)

menyatakan bahwa dari semua pasien dengan penyakit ginjal kronis yang
terbanyak berusia 45-54 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas dari pasien
PGK (40-60%) memerlukan hemodialisis (HD) dengan frekuensi dua kali
perminggu dan sering menghadapi masalah dengan akses vena yang inadekuat.

2.2.Akses vaskular vena sentral

Hemodialisis yang adekuat bergantung pada akses vaskular yang baik sehingga
tidak ada gangguan dalam aliran masuk dan keluar saat hemodialisis
berlangsung. Akses vaskular pilihan untuk jangka panjang dapat berupa
arteriovenous fistula (AVF). Namun karena masa tunggu maturitas AVF adalah
enam minggu, pasien dengan PGK sering menggunakan akses vena sentral
berupa catheter double lumen (CDL) baik tunneled maupun non-tunneled.6 Vena
sentral terbagi berdasarkan lokasi sebagai berikut: a) trunkus atas yaitu major
intrathoracic veins (vena subklavia, vena jugularis interna, vena inominata dan
vena cava superior); dan b) trunkus bawah vena iliaka dan vena cava inferior.
Pemilihan lokasi dan sisi akses vena sentral banyak dipengaruhi oleh anatomi
pembuluh darah tersebut sehingga vena jugularis internal kanan lebih disukai
sehingga
untuk memudahkan
pemasangan pemasangan (gambar2.1). Akses vena femoralis sering
pertama
kali karena
dihindari letaknya
karena daerahyang hampir
inguinal tegak lurus
merupakan dengan
daerah vena kotor
dianggap cava dan
superior,
dapat
meningkatkan risiko infeksi.

Universitas Indonesia
5

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


6

Gambar 2.1. Distribusi anatomi stenosis vena sentral trunkus atas (dikutip dari
kepustakaan no 2). Mayoritas SVS pada subclavian-cephalic vein
junction (SCV-CV)

2.3. Insiden dan prevalensi stenosis vena sentral

Stenosis vena sentral merupakan komplikasi yang paling sering ditemui pasca
pemasangan kateter hemodialisis pada sistem vena sentral. 7 Beberapa penelitian
menyatakan bahwa insiden SVS pada pasien dengan pemasangan kateter vena
sentral dapat mencapai 19% dan prevalensi hingga 50%. 8-2 Namun demikian,
angka prevalensi dan insiden SVS yang sesungguhnya sulit dinilai karena: a) SVS
sering kali asimptomatik karena adanya peningkatan aliran darah yang disebabkan
oleh terbentuknya AVF; dan b) Penegakan diagnosis SVS yang akurat juga
memerlukan pemeriksaan venografi yang hanya dilakukan saat pasien
menunjukkan gejala klinis (tabel 2.1).9

2.4. Patofisiologi stenosis vena sentral

Mekanisme pasti penyebab terbentuknya SVS belum pernah diteliti secara


sistematik pada pasien dengan kateter vena sentral untuk hemodialisis. Namun
beberapa penelitian menyatakan bahwa SVS dapat disebabkan oleh respon
inflamasi pasca trauma dinding pembuluh darah seperti trauma saat proses
kanulasi, iritasi benda asing pada dinding pembuluh darah untuk waktu lama,
pergerakan kateter saat respirasi, perubahan postur, dan peningkatan aliran serta
turbulensi dari AVF.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


Tabel 2.1 Manifestasi klinis stenosis vena sentral (dikutip dari kepustakaan no 2)
Tanda dan gejala stenosis vena sentral

Pembengkakan tungkai (tungkai atas lebih sering daripada tungkai


bawah)
Kepala dan leher terasa penuh
Nyeri pada tungkai yang bengkak
Pembengkak leher dan kepala
Vena kolateral yang dilatasi di daerah dinding dada
Dyspnea dan Orthopnea (bisa karena nyeri)
Sakit kepala
Pusing atau sinkop
Protein-losing
enteropathy Gangguan
penglihatan Batuk
Sianosis wajah
Efusi pleura (jarang)

Respon trauma tersebut dapat menyebabkan: a) Denudasi endotel dan


pembentukan mikrotrombus (dalam 24 jam); b) Proliferasi smooth muscle cell dan
penebalan dinding vena (7-8 hari); c) Aktivasi leukosit yang menyebabkan
pengeluaran myeloperoxidase, pembentukan agregasi platelet dan thrombosis
intravaskular serta ekspresi P-selectin bersamaan dengan reaksi inflamasi (7-14
hari); dan d) Modifikasi sel endotel dan kolagen (>14 hari).4,10 Karena inflamasi
merupakan faktor penting untuk terjadinya SVS, maka dikatakan bahwa risiko
meningkat pada pasien dengan penyakit inflamasi hebat seperti systemic lupus
erythematosusdan infeksi pada lokasi kateter intravena. 11 SVS dapat juga
disebabkan oleh thoracic outlet syndrome, fibrosis pasca radiasi, fibrosis
mediastinum, pemasangan pacemaker, dan keganasan (karsinoma sel skuamosa
paru, adenokarsinoma paru, bronkogenik karsinoma, tumor mediastinum,
limfoma, karsinoma tiroid, dll).

2.5. Faktor risiko stenosis vena sentral

Faktor risiko dari SVS adalah: a) Lokasi pemasangan kateter vena sentral; b) Tipe
dan material kateter (tunneled dan non-tunneled); c) Interval waktu pemasangan
kateter hingga onset gejala; d) Lokasi stenosis; e) Riwayat pemasangan kateter
vena sentral sebelumnya; dan f) Durasi pemasangan kateter yang lama (>6
minggu). Pemilihan lokasi pemasangan perlu dipertimbangkan sebelum
Universitas Indonesia
pemasangan kateter vena sentral karena katerisasi vena subklavian lebih sering
menyebabkan SVS daripada katerisasi pada vena jugularis interna. 6 Karenanya,
pemasangan pada vena subklavia sering menjadi pilihan terakhir. Namun bila
direncanakan untuk pemasangan akses permanen di lengan ipsilateral maka
pemasangan pada vena femoralis lebih disukai.

Proporsi pasien dengan thrombosis dan SVS pasca pemasangan kateter vena

jugularis internamulai meningkat yaitu 25,9% terdapat thrombosis dan 62%


terdapat oklusi vena. Dibandingkan dengan sisi kanan, pemasangan kateter vena
jugularis interna kiri lebih sering menyebabkan SVS (>50%). Kateterisasi vena
femoralis sering terjadi infeksi karena terletak di daerah inguinal yang dianggap
kotor, namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya SVS.8

Pemilihan tipe dan meterial CDL juga mempunyai peranan penting dalam
menjaga menjaga patensi akses vena sentral. 4 Ada dua tipe CDL yang sering
digunakan pada pasien PGK untuk akses hemodialisis yaitu 1) Tipe non-tunneled,
sering terbuat dari polyurethane dan polytetraflouroethylene (risiko inflamasi
lebih tinggi) dan biasanya tidak terdapat cuff anti bakteria tanpa tunneling
(meningkatkan risiko infeksi); dan 2) Tipe tunneled, sering terbuat dari silikon
(memiliki risiko inflamasi lebih rendah) dan memiliki cuff anti bakteria dengan
tunneling sehinggamenurunkan risiko infeksi.

Beberapa hal lain yang merupakan faktor risiko terjadinya SVS adalah riwayat
pemasangan akses vena sentral sebelumnya yang berhubungan dengan jumlah
pemasangan (>2 kali) dan durasi yang lama (>6 minggu).12

2.6. Diagnosis stenosis vena sentral

Diagnosis SVS asimptomatik dapat ditegakkan dengan bantuan venografi, baik


sebelum maupun sesudah pemasangan akses vena. Diagnosis SVS yang
simptomatik dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan anamnesis.
Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan subjektif pembesaran lingkar lengan
(didukung dengan anamnesis pemasangan CDL sebelumnya) dan pemeriksaan

Universitas Indonesia
objektif (mid arm circumference). Keluhan utama tersering adalah terdapatnya
pembengkakan lengan disertai terbentuknya pembuluh-pembuluh darah
kolateral.13 Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan durasi
implantasi dari kateter vena sentral sebelumnya, pada umumnya di sisi lengan
ipsilateral. Namun demikian, diagnosis definitif dapat ditegakkan dengan doppler
USG atau venografi (gambar 2). Color flow duplex atau doppler USG dapat
mendeteksi absensi dari variasi diameter pembuluh darah saat respirasi dan saat

sudden sniff (manuver valsava), tidak adanya polyphasic atrial waves, flow
volume dan adanya saluran-saluran kolateral. Kegunaan USG juga terbatas pada
pasien dengan obesitas. Gambaran oklusi vena pada USG doppler yaitu: a) Oklusi
akut: gumpalan hipoekoik pada vena yang nonkompresibel atau terdistensi
dengan beberapa vena kolateral dan edema subkutan dan fasia yang hebat; dan
b) Oklusi kronik: gumpalan hiperekoik, linear dan terkadang terkalsifikasi dengan
aliran dan kompresibilitas parsial pada segmen vena yang dikelilingi dengan vena
kolateral multipel, disertai dengan edema subkutan yang minimal. Ultrasonografi
(USG) dianjurkan sebagai metoda screening sebelum pemasangan akses
permanen pada
pasien-pasien dengan riwayat pemasangan akses vena sentral sebelumnya.
Venografi dinilai lebih superior daripada doppler USG dan merupakan standar
baku pencitraan untuk mengevaluasi anatomi kelainan vena. Venografi meliputi
injeksi kontras iodine (biasanya +100-150mL secara terus menerus) melalui vena
perifer dan aliran kontras diikuti secara intermitten dengan fluoroskopi sehingga
dapat memberikan gambaran struktur anatomi, lokasi dan derajat obstruksi
vena.5 Kompresi lokal memberikan visualisasi struktur vena dalam atau alur vena
superfisial yang spesifik. Gambaran bypass dari vena yang terobstruksi dengan
terbentuknya vena kolateral menandakan obstruksi yang signifikan
hemodinamik
secara pada venografi. Salah satu kekurangan venografi adalah
berkurangnya kualitas gambaran vena pada vena sentral yang lebih dekat ke
jantung oleh karena dilusi dari kontras. Venografi juga berguna untuk pengukuran
gradien tekanan intravena dengan pemasangan kateter melalui vena yang
terobstruksi sehingga dapat mendeteksi terganggunya aliran vena (>3 mmHg
perbedaan tekanan dinilai signifikan).

Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Stenosis pada vena pada angiografi (dikutip dari kepustakaan no 11).
vbPenyempitan 50% dari vena innominata kiri pasca pemasangan kateter
pada vena subklavia untuk akses hemodialisis pada wanita 68 tahun; b)
Oklusi subtotal pada vena innominata kiri setelah 3 bulan pembuatan
radiocephalika arterivenous fistula (edema hebat di lengan kiri); dan c)
Pasca venoplasti (stenosis teratasi).

Di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), prosedur venografi dilakukan


di unit katerisasi Pusat Jantung Terpadu (PJT) dengan sebuah mesin fluroskopi C-
arm (Phillips Alura FD 10), meja katerisasi, monitor tanda vital, alat perekam
data fisiologis (elektrokardigram, tranduser dan kertas perekam dan lain-lain),
injektor kontras, defibrilator dan peralata resusitasi kardiopulmonar, obat-obatan
emergensi, perlengkapan operasi steril dan pemakaian apron proteksi timbal
(tebal 0.5mm, menutup tubuh dari leher hingga lutut) bagi operator atau pasien
hamil, pemakaian radiation badge yang diukur setiap akhir bulan.14 Prosedur
pelaksanaan venografi meliputi a) A dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya,
b) Pungsi pembuluh darah sebagai akses masuk dengan jarum perkutan
menggunakan teknik Seldinger (pembuluh darah tersering yang digunakan adalah
vena sefalika), c) dimasukkan guiding wire ke dalam pembuluh darah melalui
jarum pungsi dan disusul oleh sheath, d) Heparin disuntikkan 2500-5000 IU ke
dalam pembuluh darah, e) Kateter dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui
sheath, f) Injeksi kontras untuk mendapatkan data dasar seperti lokasi stenosis dan
persentase stenosis di vena dalam, g) Insersi balloon catheter ke daerah stenosis
dan dikembangkan, h) Injeksi kontras kembali dan reevaluasi stenosis pada vena
tersebut (residual stenosis atau recoil stenosis), i) pencabutan sheath dan kateter
bila prosedur sudah dianggap adekuat, j) Kontrol pendarahan dan pembalutan
daerah akses masuk, dan k) Pencatatan hasil venografi dalam laporan operasi.

Pasca venografi, pasien istirahat tirah baring dengan penekanan di daerah akses
pembuluh darah selama 8-12 jam, dilakukan pemeriksaan tekanan darah serial
Universitas Indonesia
(per 4-8jam), diberikan antibiotik dan analgetik oral. Komplikasi pasca venografi
yang sering terjadi adalah alergi kontras.14

2.7. Tatalaksana stenosis vena sentral

Tatalaksana pada pasien dengan stenosis vena sentral dapat berupa terapi dengan
operasi, intervensional, paliatif dan terapeutik.15 Pilihan yang dapat dilakukan
antara lain adalah: a) Access abandonment, yaitu ligasi dari akses vena yang
biasanya diikuti dengan hilangnya gejala seketika namun kurang disukai karena
patologi vaskular tidak dikoreksi dan ekstremitas terkait menjadi kandidat yang
tidak baik untuk pemasangan akses vena dikemudian hari. Ligasi hanya dilakukan
bila terapi intervensi dan operasi reparasi akses vena telah dicoba dan gagal.
Karena stenosis vena sentral sering muncul bilateral, direkomendasikan untuk
pemeriksaan phlebografy sebelum pembuatan akses vena baru di lengan
kontralateral dan ditunggu hingga maturasi baru kemudian dilakukan ligasi vena
lama. Hal tersebut ditujukan untuk mengurangi risiko penggunaan kateter akses
vena selanjutnya dan tidak menyebabkan stenosis vena sentral di kemudian hari;
Terapi thrombolysis, efektif pada pasien dengan obstruksi total vena yang
disebabkan oleh trombus akut (biasanya dilakukan dengan kombinasi venoplasti);
Venoplasti, yaitu suatu tindakan radiointervensi untuk diagnostik dan terapi
pengembalian diameter vena dengan menggunakan kontras dan balon intravena
yang dikembangkan. Oleh karena angka rekurensi stenosis pasca venoplasti
tergolong tinggi (>60% pada tahun pertama), maka sering kali diperlukan tindakan
berulang atau implantasi stent intravena; dan d) Operasi bypass pembuluh darah,
namun tidak begitu disukai karena angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi
pascaoperasi.15
2.8. Parameter keberhasilan tatalaksana stenosis vena sentral dengan
venoplasti

Parameter yang dapat digunakan dalam mengevaluasi keberhasilan terapi stenosis


vena sentral dengan venoplasti adalah parameter klinis dan radiologis. Parameter
klinis yang biasa digunakan adalah evaluasi distensi lengan atas yaitu dengan
pengukuran midarm circumference (dengan atau tanpa nyeri) sebelum dan

Universitas Indonesia
sesudah tindakan venoplasti. Parameter radiologis yang sering digunakan adalah
pengukuran diameter vena (diukur dalam milimeter) yang dinilai dengan
venografi sebelum dan sesudah venoplasti.12,16 Pada populasi normal, diameter
vena dalam pada ekstremitas atas bervariasi dengan kisaran 13-17 mm dan
berbeda dengan sisi kontralteral. Oleh karena itu presentasi stenosis tidak
diperoleh dengan membandingkan ukuran diamter kanan dan kiri. 8,11,17Oleh karena
itu, derajat penyempitan diameter (stenosis) vena dalam diukur dalam

satuan persentase (%) dengan cara membandingkan diameter yang menyempit


dengan diameter normal pembuluh darah terkait di titik sebelum dan sesudah
stenosis ditemukan.10,16 Penilaian keberhasilan venoplasti dapat dinilai secara klinis
maupun radiologis. Perbaikan klinis pasien yaitu berkurangnya mid arm
circumference, berkurangnya nyeri dan akses hemodialisa yang adekuat. Penilaian
keberhasilan venoplasti secara radiologis dinilai dengan membandingkan
persentase stenosis vena sebelum dan sesudah tindakan pengembangan balon
venoplasti yaitu residual stenosis, diagnosis ditegakkan bila setelah balon
dikembangkan namun dilatasi lumen masih belum sama dengan yang normal dan
terlihat masih ada pinggang pada balon (anatomical success dinilai dengan <30%
residual stenosis). Terlepas dari tipe lesi stenosis dan karakteristik pasien,
keberhasilan venoplasti secara general dapat dipengaruhi juga dengan beberapa
faktor lain seperti jenis intervensi (balloon angioplasty or stenting), keterampilan
dan pengalaman operator, terapi tambahan seperti thrombolysis, riwayat
keberhasilan intervensi sebelumnya, dan kualitas hemodialisa. 1

Universitas Indonesia
2.9. Kerangka teori

Penyakit
penyerta

Akses vena
sentral

Puncture trauma Iritasi intralumen Pergerakan Peningkata


kateter saat n turbulensi
respirasi (postural intralumen
changes)

Inflamasi intravaskular*
24 jam pertama
Denurasi endotel dan mikrotrombus

7-8 hari
Proliferasi sel otot polos dan penebalan dinding
vena

7-14 hari Aktivasi


leukosit

>14 hari

Stenosis Sekresi Myeloperioxide


intravena
Agregasi trombosit

Ekspresi P-selectin
Gejala klinis**
Trombosis intravaskular

*Selama kateter intralumen masing terpasang, reaksi inflamasi terus berlangsung.


** Gejala tersering adalah pembengkakan lengan ipsilateral dengan atau tanpa nyeri, dan sering
disertai keluhan akses yang inadekuat.

Universitas Indonesia
2.10. Kerangka Konsep

Lokasi pemasangan
kateter*
Keberhasilan
venoplasti**
Tipe kateter*

Faktor general:
Onset gejala*
 Riwayat intervensi sebelumnya
 Jenis intervensi
Riwayat pemasangan  Keterampilan operator
kateter*  Thrombolysis agent
 Kualitas hemodialisa

Durasi pemasangan
kateter*

*Variabel independen. Data sekunder diambil dari rekam medis pusat dan database PJT dan Divisi
Bedah Vaskular dan Endovaskular RSCM.
** Variabel dependen. Keberhasilan venoplasti dinilai dengan residual stenosis<30% setelah
dibandingkan dengan initial stenosis pada pemeriksaan venoplasti.

Universitas Indonesia
15

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan studi desain potong lintang untuk menilai sebaran
pasien dan menentukan hubungan antara keberhasilan venoplasti dengan faktor-
faktor risiko timbulnya stenosis vena sentral. Penelitian ini juga menilai sebaran
data demografik, prevalensi keberhasilan venoplasti dan rerata sebaran initial
stenosis dan residual stenosis serta lokasi stenosis pasien SVS di RSCM.

3.2. Lokasi dan waktu

Penelitian dilakukan di bangsal Bedah Vaskular, polikilinik Bedah Vaskulardan


Pusat Jantung Terpadu (PJT) serta instalasi rekam medik RSCM selama Maret
2013-Maret 2016.

3.3. Populasi penelitian

Populasi target adalah seluruh pasien dengan diagnosis stenosis vena sentral
(pembengkakan lengan ipsilateral dengan atau tanpa nyeri) yang datang ke
poliklinik atau dirawat oleh Bedah Vaskular di RSCM. Sedangkan populasi
terjangkau adalah pasien stenosis vena sentral Bedah Vaskular yang telah
dilakukan pemeriksaan venoplasti di PJT RSCM selama periode Maret 2013-
Maret 2016.

3.4. Sampel

Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi,


tidak termasuk pasien yang memenuhi kriteria eksklusi. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan total sampling yaitu menggunakan seluruh pasien yang
terdata dalam data rekam medis bagian Bedah Vaskular dan rekam medis pusat
RSCM dari periode Maret 2013-Maret 2016 di RSCM.

3.4.1. Kriteria inklusi dan ekslusi


 Kriteria Inklusi
15 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


16

o Subjek dengan diagnosis stenosis vena sentral atas (vena


subklavia, vena jugularis interna, vena trunkus brakiosefalika,
vena inominata dan vena cava superior) pasca pemasangan
akses vena sentral dan telah menjalani prosedur venoplasti di PJT
RSCM selama periode Maret 2013-Maret2016.
o Stenosis vena sentral dengan variabel yang lengkap dari database
Bedah Vaskular dan rekam medis pusat RSCM.

Kriteria Eksklusi
Stenosis vena sentral pada trunkus bawah vena iliaka dan vena
cava inferior.

Pembengkakan lengan atas yang disebabkan oleh etiologi selain kelain


kelainan vena dalam (limpedema, neurofibroma, tumor jaringan lunak,
dan lain-lain).
Stenosis vena dalam yang disebabkan oleh penyebab lain selain
pemasangan CDL seperti penyakit inflamasi hebat seperti systemic lupus
erythematosus (SLE), infeksi pada lokasi kateter intravena, thoracic outlet
syndrome, fibrosis pasca radiasi, fibrosis mediastinum, pemasangan
pacemaker, dan keganasan (karsinoma sel skuamosa paru,
adenokarsinoma paru, bronkogenik karsinoma, tumor mediastinum,
limfoma, karsinoma
tiroid, dll).

3.4.2. Besar sampel

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dan menggunakan rumus


besar
sampel sebagai berikut:

(z )2 pq 
n α

 d2 

dengan keterangan: n = jumlah/besar sampel; Zα = nilai standar deviasi normal;


α =0,05, maka Zα2= 1,96.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


p = proporsi/ persentase stenosis vena sentral tanpa risiko ditetapkan 0,5 (dikutip
dari kepustakaan no 4); q =1-p = 1-0,5= 0,5. d = tingkat ketepatan absolut yang
diinginkan, ditetapkan d=0,17.Angka-angka diatas dimasukkan kembali ke rumus
besar sampel:

n = 1,962 x 0,5(1-0,5) = 0,9604= 33,23


0,172 0,0289

Dengan demikian, besar sampel adalah 33


subjek.

Cara pengambilan sampel

Seluruh pasien SVS trunkus atas Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular sejak
Maret 2013-Maret 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi di RSCM
diambil menjadi sampel.
Data subjek dikumpulkan dari tiga sumber yaitu database pasien Divisi Bedah
Vaskular dan Endovaskular dan PJT serta rekam medis pusat RSCM.
Data subjek selama prosedur venoplasti dilakukan di unit katerisasi Pusat Jantung
Terpadu (PJT) RSCM oleh trainee dan konsulen Bedah Vaskular selaku dokter
penanggung jawab pasien (DPJP) atau konsultan Bedah Vaskular RSCM yaitu data
initial stenosis, lokasi
stenosis, residual stenosis dan penilaian keberhasilan venoplasti.

3.5.Sumber data, variabel independen dan dependen

Sumber data adalah data sekunder dari rekam medis pusat RSCM, database
Divisi
Bedah Vaskular dan Endovaskular dan PJT pada Maret 2013-Maret 2016. Data
diambil dari semua pasien SVS trunkus atas di poliklinik Divisi Bedah Vaskular
dan Endovaskular RSCM, maupun dirujuk, untuk penegakan diagnosis SVS dan
telah dilakukan prosedur venoplasti definititif di PJT dan dirawat di bangsal
Bedah Vaskular RSCM. Variabel independen adalah lokasi pemasangan kateter,
tipe kateter, onset gejala, riwayat pemasangan kateter, durasi pemasangan kateter
dan lokasi stenosis. Variabel dependen adalah keberhasilan venoplasti yang dinilai
Universitas Indonesia
dengan residual stenosis <30% dibandingkan dengan initial stenosis. Data
tambahan lain yang dapat diperoleh yaitu penyakit primer, pemeriksaan fisik, dan
penilaian venografi (diameter vena yang bersangkutan dan derajat stenosis).

Universitas Indonesia
19

3.5.1. Definisi operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala
1 Lokasi kateter Lokasi pemasangan kateter vena dalam Anamnesis oleh Anamnesis, pemeriksaan fisik Vena subklavian, Kategorik
Residen, trainee dan vena Jugularis interna,
DPJP Bedah Vaskular vena inominata dan
RSCM vena cava superior
2 Tipe kateter Bahan dasar pembuatan kateter vna Pemeriksaan fisik oleh Anamnesis, pemeriksaan fisik Tunneleddan non- Kategorik
sentral residen, trainee dan tunneled
DPJP Bedah Vaskular
RSCM

3 Onset gejala Interval antara waktu pemasangan Anamnesis oleh residen, Anamnesis via perhitungan dengan sistem Awal/lambat Kategorik
kateter vena dalam dengan timbulnya trainee dan DPJP Bedah kalender dan dibagi menjadi 2 kelompok
gejala stenosis (pembengkakan lengan Vaskular RSCM yaitu <6 minggu (awal) dan >6 minggu
ipsilateral dengan atau tanpa nyeri) (lambat)
4 Riwayat kateterisasi Frekuensi pemasangan kateter Anamnesis oleh residen, Anamnesis Ya/tidak Kategorik
sebelumnya sebelumnya pada sisi ipsilateral dengan trainee dan DPJP Bedah
lokasi pembengkakan lengan. Vaskular RSCM
5 Durasi pemasangan Lama pemasangan kateter vena dalam Anamnesis oleh residen, Cepat/lambat Kategorik
sejak pertama kali terpasang. trainee dan DPJP Bedah Anamnesis: <6 minggu (cepat) dan >6

Vaskular RSCM minggu (lama)

6 Gejala klinis Pembengkakan lengan ipsilateral Anamnesis dan


Anamnesis dan pemeriksaan subjektif dari
stenosis dengan lokasi pemasangan kateter vena pemeriksaan fisik oleh Ya/tidak Kategorik
ukuran diameter lengan ipsilateral.
sebelumnya, dengan atau tanpa nyeri residen, trainee dan
(tabel 2.1) DPJP Bedah Vaskular
RSCM

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala

7 Venoplasti Prosedur definitif dengan fluorskopi dan Trainee dan DPJP Lokasi stenosis, presentasi stenosis dan Ya/tidak Kategorik
kontras untuk pencitraan dan Bedah Vaskular RSCM keberhasilan venografi
pengukuran diamter pembuluh darah
8 Residual stenosis vena pre dan pasca venoplasti. Venoplasti oleh trainee Fluroskopi Phillips Alura FD 10 Persentase diameter Numerik
Penambahan diameter vena sentral yang dan DPJP Bedah stenosis
terkait, sebelum dan sesudah Vaskular RSCM
pengembangan balon kateter pada lokasi
stenosis namun belum kembali ke
diameter normal (masih terlihat
pinggang vena bila dibandingkan Persentase diameter
9 Initial stenosis dengan diameter lumen vena pada titik Fluroskopi Phillips Alura FD 10 stenosis Numerik
sebelum dan sesudah stenosis) Venoplasti oleh trainee Fluroskopi Phillips Alura FD 10
Persentase stenosis pada pemeriksaan dan DPJP Bedah
awal venografi sebelum dilakukan Vaskular RSCM
10 Keberhasilan venoplasti (dibandingkan dengan
venoplasti diameter lumen vena pada titik sebelum
dan sesudah stenosis).
Keberhasilan anatomi dinilai dengan
residual stenosis<30% (perbandingan
diameter vena sehat distal dan proksimal
dari segmen stenosis dan diameter pasca
pengembangan balon kateter)
21

3.5.2. Instrumen dan data yang dikumpulkan

Instrumen pada penelitian ini adalah formulir kuesioner yang meliputi: a) Data
anamnesis dan pemeriksaan fisik (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam
medis, tanggal pemasangan akses vena dalam, tanggal penegakan diagnosis, onset
gejala, tipe kateter yang dipasang, lokasi pemasangan kateter vena,
riwayat/frekuensi pemasangan kateter pada sisi ipsilateral, durasi pemasangan
kateter); dan b) Data venoplasti (letak stenosis, persentase initial stenosis,
keberhasilan venoplasti yaitu residual stenosis<30%), yang diambil dari laporan
tindakan venoplasti setelah pengukuran menggunakan fluroskopi C-arm (Phillips

Alura FD 10 ).

3.6.Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data akan dilakukan menggunakan SPSS 20.0 for Macintosh.Seluruh


data dicek silang dengan database Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskulardan
rekam medis RSCM. Analisis deskriptif dilakukan untuk menilai karakteristik serta
sebaran data masing-masing variabel yang kemudian disajikan dalam bentuk
tabuler atau grafik. Data numerik dilakukan uji normalitas, apabila distribusi
normal maka data yang digunakan adalah mean dan apabila distribusi data
abnormal maka data yang digunakan adalah median.Data kategorik disajikan
dalam bentuk persentase dan dilakukan uji statistik dengan Chi-square atau
Fisher(univariat dan bivariat).

3.7.Etika Penelitian

Proposal ini telah mendapatkan pengkajian dan telah lolos kaji etik komisi etik
FKUI dengan nomer 504/UN2.F1/ETIK/2016 dan mendapatkan persetujuan ijin
penelitian dari bagian penelitian RSCM dengan nomer LB 02.01/X.2/753/2016.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


3.8. Alur Penelitian

Pasien dengan pembengkakan lengan ipsilateral pasca pemasangan CDL di RSCM

Sampel penelitian
Memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi
Subjek penelitian

Rekam Medis dan database PJT dan Divisi Bedah Vaskular dan endovaskular

Data demografik

Faktor risiko stenosis

Rawat Inap

Analisis keberhasilan
Venoplasti

Hasil penelitian

Universitas Indonesia
23

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Terdapat 38 subjek SVS yang menjalani venoplasti di RSCM selama periode


Maret 2013 sampai dengan Maret 2016. Dari 38 subjek ini, empat subjek tidak
dimasukkan ke dalam analisis data karena tidak memenuhi kriteria inklusi yaitu
lokasi insersi kateter di vena femoral. Sehingga jumlah subjek yang dianalisis
dalam penelitian ini adalah 34
subjek.

Keberhasilan venoplasti diukur dari nilai residual stenosis yang dikelompokkan


menjadi kurang dari 30% (berhasil) dan lebih dari 30% (tidak berhasil). Pada
penelitian ini, ditunjukkan keberhasilan venoplasti pada SVS dijumpai pada 29
subjek (85,3%) sementara 5 subjek (14,7%) tidak berhasil.

Sebaran demografi subjek ditampilkan dalam umur, jenis kelamin, dan etiologi
PGK. Sebagian besar subjek berumur lebih dari 60 tahun (73,5%) dan merupakan
subjek laki-laki (61,8%). Etiologi PGK paling banyak disebabkan oleh hipertensi
sebesar 70,6% dan diabetes mellitus sebesar 20,6%.

Tabel 4.1 Sebaran demografi subjek SVS di RSCM


Variabel Jumlah Persentase
Umur
<60 tahun 25 73,5
≥60 tahun 9 26,5
Jenis kelamin
Laki-laki 21 61,8
Perempuan 13 38,2
Etiologi PGK
Hipertensi 24 70,6
Batu ginjal 2 5,9
Diabetes mellitus 7 20,6
Lain-lain 1 2,9

Studi ini menyajikan data sebaran faktor risiko pada subjek SVS. Dari 34 subjek,
sebanyak 24 subjek (70,6%) menggunakan kateter tunneled, dengan lokasi
pemasangan kateter paling banyak di vena jugularis interna kanan (47,1%) dan
vena subklavia kiri (35,3%). Hampir semua subjek (97,1%) memiliki onset gejala
yang lambat (>6 minggu), hanya 1 (satu) subjek yang memiliki onset gejala cepat
23 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


24

(<6 minggu). Untuk durasi implantasi, sebanyak 31 subjek (91,2%) memiliki


durasi implantasi yang panjang (>6 minggu). Frekuensi pemasangan kateter pada
subjek hampir tersebar merata antara frekuensi pemasangan satu kali (52,9%)
dibandingkan dengan lebih dari satu kali (47,1%). Lokasi stenosis paling banyak
terdapat di vena subklavia (47,1%) dan trunkus brakiosefalika (41,2%).

Tabel 4.2 Sebaran faktor risiko pada subjek SVS di RSCM


Variabel Jumlah Persentase
Jenis kateter
Non-tunneled 10 29,4
Tunneled 24 70,6
Lokasi kateter
Subklavia kanan 2 5,9
Subklavia kiri 12 35,3
Jugularis interna kanan 16 47,1
Jugularis interna kiri 4 11,8
Onset gejala
Lambat 33 97,1
Cepat 1 2,9
Durasi implantasi
Panjang 31 91,2
Pendek 3 8,8
Frekuensi
>2 kali 16 47,1
< 2 kali 18 52,9
Lokasi stenosis
Subklavia 16 47,1
Jugular interna 1 2,9
Inominata 2 5,9
Cava superior 1 2,9
Trunkus brakiosefalika 14 41,2
Pada studi ini, rata-rata dan standar deviasi nilai initial stenosis adalah 79,1±13,8%
dan nilai median residual stenosis adalah 24,5% dengan range 10 hingga 90%.

Tabel 4.3 Sebaran data initial stenosis dan residual stenosis pada subjek SVS di RSCM
Mean Standar
Stenosis Median Min – max
deviasi
Initial stenosis (%) 79,1 13,8 80,0 55 – 100
Residual stenosis (%) 28,9 18,2 24,5 10 – 90

Sebaran nilai initial stenosis berdasarkan lokasi stenosis ditampilkan pada tabel
4.5. Rerata nilai initial stenosis paling tinggi ada pada lokasi stenosis di vena
jugular interna dengan nilai 100% dan paling rendah berada pada lokasi vena cava
Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


superior dengan nilai 60%. Sementara lokasi stenosis di vena subklavia memiliki
rerata nilai initial stenosis 77,6%, di vena inominata 90%, dan di trunkus
brakiosefalika 79,1%. Untuk sebaran nilai initial stenosis di lokasi jugular interna
dan cava superior hanya terdapat masing-masing 1 (satu) subjek, sehingga standar
deviasi tidak bisa dihitung.

Tabel 4.4 Rerata sebaran initial stenosis berdasarkan lokasi pada subjek SVS di RSCM
Mean
Lokasi initial stenosis Standar Media Min - max
deviasi n
Subklavia 77,6 12,9 80,0 55 – 100
Jugular interna 90,0 – 90,0 –
Inominata 90,0 14,1 90,0 80 – 100
Cava superior 60 – 100 –
Trunkus brakiosefalika 79,1 13,9 81,0 55 – 100

Hubungan faktor demografi dengan keberhasilan venoplasti disajikan pada tabel


4.6 dan didapatkan bahwa empat faktor demografi meningkatkan ketidak
berhasilan venoplasti. Umur meningkatkan ketidakberhasilan 5,75 kali; jenis
kelamin meningkatkan risiko 2,82 kali, penyakit hipertensi meningkatkan risiko
1,80 kali dan penyakit batu ginjal meningkatkan 3,38 kali.

Tabel 4.5 Hubungan faktor demografi dengan keberhasilan venoplasti pada subjek SVS di
RSCM*
Venoplasti
Variabel Tidak berhasilBerhasilORCI 95%p
n % n %
Umur
≥ 60 tahun 3 33,3 6 66,7 5,75 0,78 – 42,58 0,102
< 60 tahun 2 8,0 23 92,0 1,00
Jenis kelamin
Laki-laki 4 19,0 17 81,0 2,82 0,28 – 28,52 0,627
Perempuan 1 7,7 12 92,3 1,00
Etiologi PGK -
Hipertensi 4 16,7 20 83,3 1,80 0,17 – 18,47 1,000
Ya 1 10,0 9 90,0 1,00
Tidak
Etiologi PGK –
DM 1 4,8 20 95,2 0,11 0,01 – 1,15 0,059
Ya 4 30,8 9 69,2 1,00
Tidak
Etiologi PGK –
Batu 1 33,3 2 66,7 3,38 0,25 – 46,36 0,389
Ya 4 12,9 27 87,1 1,00
Tidak
Etiologi PGK –
Lain-lain 2 15,4 11 84,6 1,09 0,16 – 7,59 1,000
Ya 3 14,3 18 85,7 1,00
Tidak
*Uji Fisher Exact

Universitas Indonesia
Faktor risiko stenosis pada penelitian ini dilihat dari jenis kateter, lokasi
pemasangan kateter, onset gejala, durasi implantasi, dan frekuensi pemasangan
kateter. Pada penelitian ini didapati bahwa tidak ada perbedaan keberhasilan
venoplasti antara jenis kateter tunneled dan non-tunneled. Namun, berdasarkan
lokasi pemasangan kateter, jumlah subjek dengan ketidakberhasilan venoplasti
lebih banyak di lokasi vena subklavia (21,4%) dibandingkan di lokasi vena
jugularis interna (10,0%). Sementara itu, untuk onset gejala dan durasi implantasi

terlihat bahwa ketidakberhasilan venoplasti semuanya terjadi pada subjek dengan


onset gejala lambat (15,2%) dan durasi implantasi panjang (16,1%). Frekuensi
pemasangan kateter yang lebih dari 1 kali (18,8%) memiliki jumlah subjek dengan
ketidakberhasilan venoplasti yang lebih banyak dibandingkan frekuensi
pemasangan kateter hanya 1 kali (11,1%). Lokasi kateter pada vena subklavia dan
frekuensi pemasangan kateter >2 kali merupakan faktor risiko dengan OR masing
2,85 dan 1,85.

Tabel 4.6 Hubungan faktor risiko stenosis dengan keberhasilan venoplasti pada subjek SVS
di RSCM*
Keberhasilan venoplasti
Variabel
n Tidak%berhasilBerhasilORCI
n % 95%p
Jenis kateter
Non-tunneled 1 10,0 9 90,0 0,56 0,05 – 5,70 1,000
Tunneled 4 16,7 20 83,3 1,00
Lokasi kateter
Subklavia 3 21,4 11 78,6 2,45 0,35 – 17,08 0,627
Jugularis interna 2 10,0 18 90,0 1,00
Onset gejala
Lambat 5 15,2 28 84,8 – – 1,000
Cepat 0 0 1 100
Durasi implantasi
Panjang 5 16,1 26 83,9 – – 1,000
Pendek 0 0 3 100
Frekuensi
> 2 kali 3 18,8 13 81,2 1,85 0,27 – 12,76 0,648
< 2 kali 2 11,1 16 88,9 1,00
*Uji Fisher Exact

Tabel-tabel dibawah ini membandingkan jumlah faktor risiko dengan keberhasilan


venoplasti, subjek yang memiliki 2 faktor risiko dibandingkan dengan subjek
yang memiliki 1 faktor risiko, subjek yang memiliki 3 faktor risiko dibandingkan
dengan subjek yang memiliki 2 faktor risiko, subjek yang memiliki 4 faktor risiko
dibandingkan dengan subjek yang memiliki 3 faktor risiko, dan subjek yang

Universitas Indonesia
memiliki 5 faktor risiko dibandingkan dengan subjek yang memiliki 4 faktor
risiko. Dari keempat tabel hasil nilai p >0,05, sehingga didapatkan tidak ada
hubungan antara jumlah faktor risiko dengan keberhasilan venoplasti.

Tabel 4.7 Perbandingan keberhasilan venoplastipada subjekyang memiliki satu dengan


dua faktor risiko stenosis.
Keberhasilan venoplasti
Faktor risiko stenosis
Tidak berhasil Berhasil OR CI 95% p
n % n %

Dua (2) 1 10,0 9 90,0 – – 1,00


Satu (1) 0 0 1 100 0
*Uji Fisher Exact

Tabel 4.8 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada subjek yang memiliki dua dengan
tiga faktor risiko stenosis.

Faktor risiko stenosis Keberhasilan venoplasti CI


Tidak berhasil Berhasil OR 95 p
n % n % %

Tiga (3) 1 9,1 10 90,9 – – 1,000


Dua (2) 1 10,0 9 90,0
*Uji Fisher Exact

Tabel 4.9 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada subjek yang memiliki tiga dengan
empat faktor risiko stenosis.
Keberhasilan venoplasti
Faktor risiko stenosis CI
Tidak berhasil Berhasil OR 95% p
n % n %

Empat (4) 3 30,0 7 70,0 4,29 0,37 0,311


Tiga (3) 1 9,1 10 90,9 1,00 –
50,20
Uji Fisher Exact

Tabel 4.10 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada subjek yang memiliki empat
dengan lima faktor risiko stenosis.
Keberhasilan venoplasti CI
Faktor risiko stenosis
Tidak berhasil Berhasil OR 95 p
n % n % %

Lima (5) 0 0 2 100 – – 1,000


Empat (4) 3 30,0 7 70,0
Uji Fisher Exact

Universitas Indonesia
28

BAB 5
PEMBAHASA
N

Pada Maret 2013, Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular pertama kali mulai
mengerjakan tindakan venoplasti sebagai terapi bagi subjek SVS di RSCM. Pada
penelitian ini terdapat 34 subjek SVS yang menjalani venoplasti di RSCM selama
periode Maret 2013 sampai dengan Maret 2016. Pada penelitian ini didapatkan

prevalensi keberhasilan venoplasti pada subjek SVS di RSCM dinilai tinggi yaitu
85,3% (29 dari 34 subjek). Pada penelitian ini juga didapatkan beberapa hal yaitu:
a) Rerata dan standar deviasi nilai initial stenosis 79,1±13,8%; b) Nilai median
untuk residual stenosis adalah 24,5% dengan range 10 hingga 90%. Hal ini
sebanding dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
efficacy venoplasti sebagai terapi SVS adalah 64-89% dengan rerata initial
stenosis 55-85%.18–21

Penelitian ini menampilkan bahwa lokasi stenosis paling banyak terdapat di vena
subklavia (47,1%) dan trunkus brakiosefalika (41,2%). Hal ini sesuai dengan
beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pemasangan katerer vena dalam
sering menyebabkan stenosis terbanyak pada vena subklavia (55-65%) dan vena
brakiosefalia (32-45%).2,7,20,22–24 Hal ini diduga karena rute kateter yang lebih
berkelok dibandingkan vena jugular interna sehingga menyebabkan: a)
Turbulensi aliran darah intralumen sehingga resiko terjadinya thrombosis lebih
besar; dan b) Kontak dengan permukaan intralumen yang lebih luas sehingga
lebih rentan cidera endotel. Kedua hal ini merupakan pemicu awal patofiisiologi
stenosis vena sentral. Penelitian ini juga menampilkan sebaran nilai initial
stenosis di
berdasarkan
vena jugular interna dengan nilai 100% dan paling rendah berada pada
lokasi stenosis yaitu: a) Rerata nilai initial stenosis paling tinggi ada pada lokasi
lokasi vena cava superior dengan nilai 60%; b) Lokasi stenosis di vena subklavia
memiliki rerata nilai initial stenosis 77,6%; c) Rerata nilai initial stenosis di vena
inominata adalah 90%; dan d) Rerata nilai initial stenosis di trunkus
brakiosefalika 79,1%. Dalam hal ini, peneliti tidak dapat menemukan penelitian
mengenai sebaran initial stenosis berdasarkan lokasi.

28 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


29

Berdasarkan persentase faktor risiko yang tersering adalah penggunaan kateter


tunneled (70,6%) namun memiliki durasi implantasi yang panjang (91,2%), onset
gejala yang lama (97.1%), lokasi implantasi pada vena subklavia (47,1%) serta
dengan frekuensi pemasangan > 2 kali (47.1%). Penelitian ini mempelajari lima
faktor risiko SVS yang dinilai dapat mempengaruhi keberhasilan venoplasti yaitu
jenis kateter, lokasi pemasangan kateter, onset gejala, durasi implantasi kateter
serta frekuensi pemasangan kateter. Dari 34 subjek, sebanyak 24 subjek (70,6%)

menggunakan kateter tunneled, dengan lokasi pemasangan kateter paling banyak


di vena jugularis interna kanan (47,1%) dan vena subklavia kiri (35,3%). Penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa vena jugular interna merupakan lokasi pilihan
utama pemasangan kateter vena sentral karena memiliki risiko stenosis dan
komplikasi yang lebih rendah daripada di vena subklavia.2,5,6,10,25 Penelitian lainnya
juga menyatakan bahwa vena jugular interna kanan memiliki keunggulan
anatomis yang menyebabkan risiko infeksi serta komplikasi yang lebih rendah
dibandingkan dengan vena jugular kiri.9,25 Hal ini menggambarkan bahwa Divisi
Bedah Vaskular dan Endovaskular telah mengikuti standar pelayanan operasional
yang sesuai dalam pemasangan akses vena sentral bagi subjek PGK di RSCM.
Sesuai yang data yang dikemukan pada penelitian sebelumnya, hampir semua
subjek memiliki onset gejala SVS yang lambat (97,1%) dan durasi implantasi yang
panjang (91,2%).2,11,22,23 Namun frekuensi pemasangan kateter pada subjek
tersebar merata antara subjek dengan dan tanpa riwayat pemasangan
sebelumnya (47,1% dan 52,9%). Hal ini bertentangan dengan data yang
dikemukan Taal dkk bahwa subjek dengan riwayat pemasangan kateter
sebelumnya, memiliki risiko
Pada
lebih penelitian ini,terjadinya
tinggi untuk sebaran demografi subjek
SVS (82,7%). 5 ditampilkan dalam umur, jenis
kelamin, dan etiologi PGK. Sebagian besar subjek berumur lebih dari 60 tahun
(73,5%) dan merupakan subjek laki-laki (61,8%). Etiologi PGK paling banyak
disebabkan oleh hipertensi sebesar 70,6% dan diabetes mellitus sebesar 20,6%.
Hal ini sesuai dengan data registrasi PGK Indonesia. 3 Hubungan faktor demografi
dengan keberhasilan venoplasti disajikan pada penelitian ini dan didapatkan hasil
bahwa umur dan jenis kelamin tidak berhubungan secara statistik dengan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


keberhasilan venoplasti pada subjek SVS di RSCM, dengan nilai p >0,05. Begitu
juga dengan etiologi PGK, baik hipertensi, diabetes mellitus, batu dan etiologi
lain, tidak ada yang berhubungan secara statistik dengan keberhasilan venoplasti.

Pada studi ini didapati bahwa berdasarkan jenis kateter, ketidakberhasilan


venoplasti tidak berbeda bermakna antara tunneled dan non-tunneled. Hal ini
mungkin disebabkan dengan ketimpangan yang besar antara jumlah subjek

dengan kateter tunneled (n=24) dan non-tunneled (n=10). Meski demikian, Agarwal
dkk (2004) menyatakan bahwa kateter non-tunneled lebih berisiko untuk stenosis
dibandingkan dengan tunneled.2,6 Berdasarkan lokasi pemasangan kateter, jumlah
subjek dengan ketidakberhasilan venoplasti lebih banyak di lokasi vena subklavia
(21,4%) dibandingkan di lokasi vena jugularis interna (10,0%). Sementara itu, onset
gejala dan durasi implantasi terlihat bahwa ketidakberhasilan venoplasti semuanya
terjadi pada subjek dengan onset gejala lambat (15,2%) dan durasi implantasi
panjang (16,1%). Frekuensi pemasangan kateter yang lebih dari 1 kali (18,8%)
memiliki jumlah subjek dengan ketidakberhasilan venoplasti yang lebih banyak
dibandingkan frekuensi pemasangan kateter hanya 1 kali (11,1%). Dikarenakan
jumlah sampel yang sedikit dengan ketimpangan besar jumlah subjek yang
dibandingkan, didapatkan tidak ada faktor risiko stenosis yang berhubungan secara
bermakna dengan keberhasilan venoplasti, dengan nilai p kelima faktor risiko
tersebut >0,05. Namun, lokasi kateter pada vena subklavia dan frekuensi
pemasangan kateter >2 kali merupakan faktor risiko dengan OR masing 2,85 dan
1,85 walaupun tidak bermakna. Data mengenai hubungan keempat faktor risiko ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya sehingga pencegahan SVS dapat dicapai
dengan upaya yang mengurangi faktor risiko
USG untuk
tersebut meningkatkan
yaitu: a) Pemasangan akurasi sehingga
kateter pada mengurangi
vena jugular cedera
interna endotel
dengan dan
bantuan
frekuensi pemasangan; dan b) Pembuatan artherovenous shunt secepat mungkin
sebagai akses hemodialisa.2,4–6,20,22 Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa
keberhasilan venoplasti tidak berhubungan dengan perbedaan jumlah faktor risiko
stenosis yang dimiliki subjek sehingga hubungan faktor risiko stenosis tersebut
dapat dianalisis secara terpisah.

Universitas Indonesia
Kelebihan dari penelitian ini yaitu penelitian ini merupakan penelitian pertama di
RSCM yang mengevaluasi: a) Data demografik subjek SVS,baik dari sebarannya
(jenis kelamin, usia dan penyebab PGK) dan hubungannya dengan keberhasilan
venoplasti; b) Persentase keberhasilan tindakan venoplasti pada subjek SVS oleh
Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular selama periode Maret 2013 hingga
Maret 2016; c) Hubungan antara lima faktor risiko stenosis,secara independen,
dengan keberhasilan venoplasti di RSCM; d) Rerata sebaran stenosis berdasarkan

lokasi; dan e) Rerata persentase initial stenosis dan residual stenosis pada subjek
SVS. Data penelitian ini didapatkan dari rekam medis pusat RSCM, database
Pusat Jantung Terpadu dan database Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular
sehingga dapat dikonfirmasi akurasi dan kelengkapan data tersebut. Penelitian ini
juga mengunakan kuesioner pengumpulan data (Lampiran 2) yang merupakan
metoda yang sederhana dan praktis untuk pencatatan data hingga mudah
dilakukan pada banyak fasilitas kesehatan.

Keterbatasan penelitian ini terutama karena data diambil secara retrospektif


dengan berdasarkan rekam medis, database PJT dan Divisi Bedah Divisi yaitu: a)
Beberapa data direkam medis seperti persentase initial stenosis dan residual
stenosis tidak tercatat di laporan tindakan PJT hingga diperlukan pengukuran
ulang oleh peneliti, bukan oleh operator, sehingga dapat menciptakan adanya
bias;
b) Pengukuran persentase initial stenosis dan residual stenosis dilakukan dengan
membandingkan diameter vena yang menyempit dengan diameter vena yang
dinilai sehat di proksimal dan distal dari daerah yang menyempit. Pengukuran
dapat berbeda karena bersifat operator-dependent dalam menentukan titik- titik
dengan yangsehingga
pengukuran sehat merupakan metode
tergantung yang
dengan hingga operator
penilaian saat ini masih diperdebatkan
yang bersangkutan;
mengingat sifat anatomis vena yang elastis dibandingkan dengan arteri; d) Besar
c)
Pengukuran stenosis pada vena dengan membandingkan segment yang
sample size pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan ketepatan absolut
menyempit
d= 0.17, sehingga jumlah minimal subjek rendah pada 33 subjek. Hal ini perlu
ditingkatkan untuk penelitian selanjutnya; e) Sebagian dari sample dengan jenis
kateter tunelled pada penelitian ini mempunyai riwayat pemasangan kateter

Universitas Indonesia
nontunneled di luar RSCM dan peneliti tidak mempunyai data objektif, sehingga
di kategorikan sebagai tunneled sesuai data pemasangan di RSCM. Hal ini dapat
berkontribusi terhadap bias data dan juga ketimpangan jumlah subjek tunneled
dan nontunneled; dan f) Subjek yang diteliti hanya mencakup subjek-subjek yang
berobat atau dikonsultasikan ke Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular FKUI
RSCM yang pada umumnya simptomatik sementara dari referensi frekuensi SVS
simptomatik sebesar 80% dan dengan demikian menghasilkan jumlah subjek yang

sedikit dan tidak sebenar-benarnya mewakili populasi SVS yang ada di RSCM. Hal
ini ditetapkan peneliti dengan dasar kepraktisan dan kemampulaksanaan.

Universitas Indonesia
33

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tidak didapatkan hubungan antara faktor risiko jenis kateter yang


digunakan dengan keberhasilan venoplasti di RSCM. Namun
ketidakberhasilan venoplasti lebih sering ditemukan pada subjek SVS

dengan empat faktor risiko yaitu pemasangan kateter vena dalam di vena
subklavia, durasi pemasangan kateter yang lama, onset gejala yang
lambat dan riwayat pemasangan kateterisasi yang berulang walaupun
tidak bermakna secara statistik.
Keberhasilan venoplasti mungkin lebih ditentukan oleh faktor selain
faktor risiko SVS seperti pengalaman dan keterampilan operator,
penggunaan terapi thrombolysis tambahan, riwayat keberhasilan
venoplasty sebelumnya dan jenis intervensi lain yang digunakan misalnya
stenting selain ballooning.
Prevalensi keberhasilan venoplasti pada subjek SVS di Divisi Bedah
Vaskular RSCM selama periode Maret 2013 hingga Maret 2016 dinilai
tinggi yaitu 85,3%.
Sebagian besar subjek berumur lebih dari 60 tahun (73,5%) dan
merupakan subjek laki-laki (61,8%). Etiologi PGK paling banyak
disebabkan oleh hipertensi sebesar 70,6% dan diabetes mellitus
sebesar 20,6%.
6.2 Saran

Secara statistik, tidak ada faktor risiko stenosis yang berhubungan secara
bermakna dengan keberhasilan venoplasti sehingga diperlukan penelitian serupa
dengan jumlah sampel yang lebih besar dengan melibatkan pengumpulan data
secara multicenter. Pengukuran persentase initial stenosis dan residual stenosis
baiknya dilakukan intraoperatif tindakan venoplasti oleh operator sehingga
meminimalisasikan bias penelitian.

33 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


34

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Mašková J, Komárková J, Kivánek J, Danescaron J, Slavíková M.


Endovascular treatment of central vein stenoses and/or occlusions in
hemodialysis patients. Cardiovasc Intervent Radiol. 2003;26(1):27–30.
2. Agarwal AK, Patel BM, Haddad NJ. Central vein stenosis: A nephrologist’s
perspective. Seminars in Dialysis. 2007. p. 53–62.
3. Indonesian renal Registry. 5 th Report Of Indonesian Renal Registry 2012.
Progr Indones Ren Regist [Internet]. 2012;12–3. Available from:
http://www.pernefri-inasn.org/Laporan/5th Annual Report Of IRR 2012.pdf
4. MacRae JM, Ahmed A, Johnson N, Levin A, Kiaii M. Central vein stenosis: a
common problem in patients on hemodialysis. ASAIO J. 2005;51(1):77–81.
5. Taal MW, Chesterton LJ, McIntyre CW. Venography at insertion of tunnelled
internal jugular vein dialysis catheters reveals significant occult stenosis.
Nephrol Dial Transplant. 2004;19(6):1542–5.
6. Agarwal AK. Central Vein Stenosis: Current Concepts. Adv Chronic Kidney
Dis. 2009;16(5):360–70.
7. Thwaites SE, Robless P a. Central vein stenosis in an Asian hemodialysis
population. Asian Cardiovasc Thorac Ann [Internet]. 2012;20(5):560–5.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23087300
8. Tapaneeyakorn J, Inman T, Panpikul T, Wedsart B, Suvikrom J. Vascular
access stenosis and central vein obstruction interventions: Five years of
experience in ramathibodi hospital. J Med Assoc Thail. 2012;95(9):1211–8.
9. Buecker A. Treatment of central venous stenosis. Cardiovasc Intervent Radiol
[Internet]. 2011;34:448–9. Available from:
http://www.embase.com/search/results?subaction=viewrecord&from=export
&id=L70624044\nhttp://dx.doi.org/10.1007/s00270-011-0216-
9\nhttp://sfx.library.uu.nl/utrecht?sid=EMBASE&issn=01741551&id=doi:10.
1007/s00270-011-0216-9&atitle=Treatment+of+central+venous+
10. Ge X, Cavallazzi R, Li C, Pan SM, Wang YW, Wang F-L. Central venous
access sites for the prevention of venous thrombosis, stenosis and infection.
Cochrane database Syst Rev [Internet]. 2012;3(3):CD004084. Available

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


35

from:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD004084.pub3/full\nh
ttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22419292\nhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov
/pubmed/22419292
11. Haage P, Vorwerk D, Piroth W, Schuermann K, Guenther RW. Treatment of
hemodialysis-related central venous stenosis or occlusion: results of primary
Wallstent placement and follow-up in 50 patients. Radiology [Internet].

1999;212(1):175–80. Available from:


Barrett N, Spencer S, McIvor J, Brown EA. Subclavian stenosis: a major
complication of subclavian dialysis catheters. Nephrol Dial Transplant [Internet].
1988;3(4):423–5. Available from:
Banshodani M, Kawanishi H, Shintaku S, Moriishi M, Yamashita T, Ago R, et al.
Percutaneous transluminal angioplasty for central venous disease in dialysis
patients: influence on cardiac function. J Vasc Access. 2014;15(6):492–7.
Pusat Jantung Terpadu. Katerisasi Jantung dan Pembuluh Darah. RSCM.
2011;379/TU.K/79/VIII.
Mickley V. Central Vein Obstruction in Vascular Access. Eur J Vasc Endovasc Surg.
2006;32(4):439–44.
Bakken AM, Protack CD, Saad WE, Lee DE, Waldman DL, Davies MG. Long-term
outcomes of primary angioplasty and primary stenting of central venous stenosis in
hemodialysis patients. J Vasc Surg. 2007;45(4):776–83.
Coffman JD, Lempert J a. Venous flow velocity, venous volume and arterial
blood flow. Circulation. 1975;52(1):141–5.

18. Mickley V, Görich J, Rilinger N, Storck M, Abendroth D. Stenting of central


venous stenoses in hemodialysis patients: long-term results. Kidney Int.
1997;51:277–80.
19. Zhao Y, Cui T, Yu Y, Liu F, Fu P, Zhou L, et al. Successful tunneled catheter
placement in a hemodialysis patient with idiopathic multiple central venous
stenoses. Hemodial Int. 2014;18(1):200–4.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017


20. Surowiec SM, Fegley AJ, Tanski WJ, Sivamurthy N, Illig K a, Lee DE, et al.
Endovascular management of central venous stenoses in the hemodialysis
patient: results of percutaneous therapy. Vasc Endovascular Surg.
2015;38(4):349–54.
21. Kovalik EC, Newman GE, Suhocki P, Knelson M, Schwab SJ. Correction of
central venous stenoses: use of angioplasty and vascular Wallstents. Kidney
Int [Internet]. 1994;45(4):1177–81. Available from:

Haage P. Management of central vein stenosis. Cardiovasc Intervent Radiol.


2009;Conference:200.
Gonsalves CF, Eschelman DJ, Sullivan KL, DuBois N, Bonn J. Incidence of central vein
stenosis and occlusion following upper extremity PICC and port placement.
Cardiovasc Intervent Radiol. 2003;26(2):123–7.
Oguzkurt L, Tercan F, Yildirim S, Torun D. Central venous stenosis in haemodialysis
patients without a previous history of catheter placement. Eur J Radiol.
2005;55(2):237–42.
Benter T, Teichgräber UK, Klühs L, Papadopoulos S, Köhne CH, Felix R, et al.
Anatomical variations in the internal jugular veins of cancer patients affecting
central venous access. Anatomical variation of the internal jugular vein. Ultraschall
Med. 2001;22(1):23–6.
A.K. A. Central vein stenosis. Am J Kidney Dis [Internet]. 2013;61(6):1001–

15. Available from: &id=L52376817\

Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017
Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017

Anda mungkin juga menyukai