Stenosis Vena Sentral
Stenosis Vena Sentral
TESIS
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH
JAKARTA
2016
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar spesialis bedah
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH
JAKARTA
2016
Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 19 Juni 2017
iii Universitas
Indonesia
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan guna mencapai gelar dokter spesialis bedah di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Penulis menyadari sangatlah sulit untuk menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak
penyusunan proposal sampai dengan terselesaikannya laporan hasil karya tulis
ilmiah ini.
iv Universitas
Indonesia
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
v Universitas
Indonesia
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan penelitian saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
vi Universitas
Indonesia
Latar belakang
Dalam lima tahun terakhir, pengunaan kateter pada pasien penyakit ginjal kronis
(PGK) di RSCM kerap diikuti stenosis vena sentral (SVS), 60-70%. Sejak 2013
SVS ditangani melalui prosedur venoplasti, namun belum ada evaluasi
keberhasilan. Penelitian ini ditujukan melakukan evaluasi keberhasilan venoplasti
dan faktor risiko terjadinya stenosis.
Metode
Dilakukan studi deskriptif analitik dengan desain potong lintang melibatkan
pasien PGK stadium 4-5 yang terdiagnosis simtomatik SVS, secara klinis dan
radiologis, yang memiliki risiko stenosis, memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
serta menjalankan venoplasti. Variabel independen yaitu onset gejala, jenis,
lokasi, durasi dan frekuensi pemasangan kateter. Variabel dependen adalah
keberhasilan venoplasti dinilai dengan residual stenosis <30%. Data dianalisis
secara statistik dengan p = 0,05.
Hasil
Tercatat 34 subjek, 73,5% berusia >60 tahun, 61,8% laki-laki dan 70,6%
memiliki hipertensi sebagai etiologi PGK. Angka berhasilan venoplasti 85,3%,
nilai rerata initial stenosis adalah 79,1±13,8% dan median residual stenosis 24,5%
dengan range 10-90%. Letak stenosis terbanyak di vena subklavia (47,1%). Tidak
didapatkan hubungan bermakna terhadap keberhasilan venoplasti, namun angka
ketidakberhasilan venoplasti yang lebih tinggi ditemukan pada lokasi di vena
subklavia (OR 2,45; p = 0,627) dan frekuensi pemasangan kateter >2 kali (OR
1,85; p = 0,648).
Kesimpulan
Keberhasilan venoplasti pada SVS 85,3% dengan keberhasilan ditemukan dua kali
lebih tinggi pada implantasi di vena subklavia dan frekuensi > 2 kali. Namun pada
studi ini tidak bermakna secara statistik. Ketidakberhasilan venoplasti lebih sering
ditemukan pada subjek dengan pemasangan kateter di vena subklavia, durasi
pemasangan panjang, onset gejala lambat dan riwayat pemasangan berulang.
Background
In the last five years, the use of deep vein catheter in chronic kidney disease
(CKD) often leads to central vein stenosis (CVS) at Cipto Mangunkusumo
Hospital (60-70%). Since 2013, CVS has been managed with venoplasty, and has
never been evaluated. The study aimed to evaluate of its success rate and the risk
factors might be correlated.
Method
A descriptive analytic study with cross sectional design conducted enrolling of
stage 4-5 CKD patients with symptomatic CVS who underwent venoplasty.
Independent variables are onset of symptoms, type, location, duration and
frequency of catheter implantation. Dependent variable is venoplasty success,
which was determined by residual stenosis <30%. Statistical analysis was carried
out to find out the correlation, with p = 0.05.
Result
Out of 34 subjects enrolled, 73.5% were >60 years old, 61.8% were male and
70.6% with hypertension. Venoplasty success rate found on this study was 85.3%,
mean initial stenosis was 79.1±13.8% and median residual stenosis was 24.5%
ranged of 10-90%. The most common stenosis was found in subclavian vein
(47.1%). There was no significant correlation with venoplasty success rate.
Nevertheless, higher venoplasty success rate found in subjects with catheter
located in subclavian vein (OR 2.45; p = 0.627) and the frequency of implantation
>2 times (OR 1.85; p = 0.648).
Conclusion
Venoplasty success rate on CVS patients was 85.3% with success rate found twice
higher with implantation at subclavian vein and frequency >2 times. However,
there was no statistically significant correlation between stenosis risk factors with
this success rate. Venoplasty failure is often found on CVS subjects with catheter
implantation on subclavian vein, prolonged duration, delayed onset of symptoms
and history of recurrent implantation.
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xiii
1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................ 2
1.3 Pertanyaan penelitain....................................................................... 2
1.4 Tujuan penelitian ............................................................................. 2
1.5 Manfaat penelitian ........................................................................... 3
1.5.1 Aspek akademik dan penelitian ........................................... 3
1.5.2 Bidang pelayanan kesehatan ................................................ 3
1.5.3 Manfaat pasien ..................................................................... 4
3. METODE PENELITIAN.............................................................................15
3.1 Desain penelitian...................................................................................15
ix Universitas Indonesia
4. HASIL PENELITIAN..................................................................................23
5. PEMBAHASAN............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Distribusi anatomi stenosis vena sentral trunkus atas .............. 6
Gambar 2.2 Stenosis pada vena pada angiografi.......................................... 10
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
beragam, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal.1,2 Menurut data Indonesian Renal
Registry (IRR) tahun 2012, insiden penderita gagal ginjal kronik mencapai 20.000
kasus per tahun dan tersering disebabkan oleh nefropati diabetikum dan penyakit
ginjal hipertensi.3 Perkumpulan nefrologi indonesia (PERNEFRI) juga
menyatakan bahwa 83% dari seluruh pasien yang menjalani hemodialisis adalah
pasien end stage renal disease (ESRD) yang merupakan stadium terminal dari
penyakit ginjal kronis (PGK).
Pemasangan akses vaskular vena sentral yang adekuat memiliki peranan yang
penting dalam keberhasilan terapi hemodialisis pada pasien-pasien ESRD.
Komplikasi yang paling sering terjadi pasca pemasangan akses vaskular vena
sentral adalah infeksi, trombosis, hantaran dialisis yang tidak adekuat, dan
stenosis vena sentral (SVS).4 SVS sering kali asimptomatik namun juga memiliki
konsekuensi jangka panjang seperti resirkulasi yang berakibat kepada hantaran
dialisis yang tidak adekuat, maturasi arterious venous fistula (AVF) yang
terganggu, menurunnya patensi jangka panjang akses vena tersebut, dan superior
vena cava (SVC) syndrome.
Apabila komplikasi SVS ditemukan pada pasien pasca pemasangan akses vena
sentral, maka dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik venografi untuk
mengetahui lokasi dan panjang dari stenosis tersebut.5 Apabila telah terdiagnosis,
maka dapat dilakukan prosedur venoplasti untuk terapi SVS. Beberapa faktor
yang memengaruhi keberhasilan prosedur venoplasti pada pasien stenosis vena
sentral adalah lokasi stenosis, tipe (bahan) kateter yang dipakai, durasi
pemasangan kateter, frekuensi dan lokasi pemasangan kateter serta riwayat SVS
sebelumnya.6 Pada tahun 2013, Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular Rumah
1 Universitas Indonesia
1.2.Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
oDiketahuinya hubungan antara faktor risiko stenosis
dengan
keberhasilan venoplasti di RSCM.
Tujuan Khusus
o Diketahuinya persentase keberhasilan venoplasti pada pasien SVS
dengan penggunaan tipe CDL tunneled dan non-tunneled.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bermanfaat bagi spesialis bedah untuk menentukan prognosis terapi
pasien dengan SVS.
Penelitian ini tidak bermanfaat secara langsung bagi pasien SVS yang
dijadikan subjek.
Penelitian ini bermanfaat bagi pasien SVS yang akan datang dalam
meningkatkan kenyamanan dan pencegahan SVS.
Bermanfaat dalam pengetahuan tatalaksana pada pasien SVS yang
akan datang.
Bermanfaat untuk memprediksi prognosis pada pasien SVS yang akan
datang.
Universitas Indonesia
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia, insiden penyakit ginjal kronis (PGK) dapat mencapai 20,000 kasus
per tahun dengan etiologi terbanyak disebabkan oleh nefropati diabetikum dan
penyakit ginjal hipertensi.3 Pada tahun 2012, Indonesian renal registry (IRR)
menyatakan bahwa dari semua pasien dengan penyakit ginjal kronis yang
terbanyak berusia 45-54 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas dari pasien
PGK (40-60%) memerlukan hemodialisis (HD) dengan frekuensi dua kali
perminggu dan sering menghadapi masalah dengan akses vena yang inadekuat.
Hemodialisis yang adekuat bergantung pada akses vaskular yang baik sehingga
tidak ada gangguan dalam aliran masuk dan keluar saat hemodialisis
berlangsung. Akses vaskular pilihan untuk jangka panjang dapat berupa
arteriovenous fistula (AVF). Namun karena masa tunggu maturitas AVF adalah
enam minggu, pasien dengan PGK sering menggunakan akses vena sentral
berupa catheter double lumen (CDL) baik tunneled maupun non-tunneled.6 Vena
sentral terbagi berdasarkan lokasi sebagai berikut: a) trunkus atas yaitu major
intrathoracic veins (vena subklavia, vena jugularis interna, vena inominata dan
vena cava superior); dan b) trunkus bawah vena iliaka dan vena cava inferior.
Pemilihan lokasi dan sisi akses vena sentral banyak dipengaruhi oleh anatomi
pembuluh darah tersebut sehingga vena jugularis internal kanan lebih disukai
sehingga
untuk memudahkan
pemasangan pemasangan (gambar2.1). Akses vena femoralis sering
pertama
kali karena
dihindari letaknya
karena daerahyang hampir
inguinal tegak lurus
merupakan dengan
daerah vena kotor
dianggap cava dan
superior,
dapat
meningkatkan risiko infeksi.
Universitas Indonesia
5
Gambar 2.1. Distribusi anatomi stenosis vena sentral trunkus atas (dikutip dari
kepustakaan no 2). Mayoritas SVS pada subclavian-cephalic vein
junction (SCV-CV)
Stenosis vena sentral merupakan komplikasi yang paling sering ditemui pasca
pemasangan kateter hemodialisis pada sistem vena sentral. 7 Beberapa penelitian
menyatakan bahwa insiden SVS pada pasien dengan pemasangan kateter vena
sentral dapat mencapai 19% dan prevalensi hingga 50%. 8-2 Namun demikian,
angka prevalensi dan insiden SVS yang sesungguhnya sulit dinilai karena: a) SVS
sering kali asimptomatik karena adanya peningkatan aliran darah yang disebabkan
oleh terbentuknya AVF; dan b) Penegakan diagnosis SVS yang akurat juga
memerlukan pemeriksaan venografi yang hanya dilakukan saat pasien
menunjukkan gejala klinis (tabel 2.1).9
Universitas Indonesia
Faktor risiko dari SVS adalah: a) Lokasi pemasangan kateter vena sentral; b) Tipe
dan material kateter (tunneled dan non-tunneled); c) Interval waktu pemasangan
kateter hingga onset gejala; d) Lokasi stenosis; e) Riwayat pemasangan kateter
vena sentral sebelumnya; dan f) Durasi pemasangan kateter yang lama (>6
minggu). Pemilihan lokasi pemasangan perlu dipertimbangkan sebelum
Universitas Indonesia
pemasangan kateter vena sentral karena katerisasi vena subklavian lebih sering
menyebabkan SVS daripada katerisasi pada vena jugularis interna. 6 Karenanya,
pemasangan pada vena subklavia sering menjadi pilihan terakhir. Namun bila
direncanakan untuk pemasangan akses permanen di lengan ipsilateral maka
pemasangan pada vena femoralis lebih disukai.
Proporsi pasien dengan thrombosis dan SVS pasca pemasangan kateter vena
Pemilihan tipe dan meterial CDL juga mempunyai peranan penting dalam
menjaga menjaga patensi akses vena sentral. 4 Ada dua tipe CDL yang sering
digunakan pada pasien PGK untuk akses hemodialisis yaitu 1) Tipe non-tunneled,
sering terbuat dari polyurethane dan polytetraflouroethylene (risiko inflamasi
lebih tinggi) dan biasanya tidak terdapat cuff anti bakteria tanpa tunneling
(meningkatkan risiko infeksi); dan 2) Tipe tunneled, sering terbuat dari silikon
(memiliki risiko inflamasi lebih rendah) dan memiliki cuff anti bakteria dengan
tunneling sehinggamenurunkan risiko infeksi.
Beberapa hal lain yang merupakan faktor risiko terjadinya SVS adalah riwayat
pemasangan akses vena sentral sebelumnya yang berhubungan dengan jumlah
pemasangan (>2 kali) dan durasi yang lama (>6 minggu).12
Universitas Indonesia
objektif (mid arm circumference). Keluhan utama tersering adalah terdapatnya
pembengkakan lengan disertai terbentuknya pembuluh-pembuluh darah
kolateral.13 Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan durasi
implantasi dari kateter vena sentral sebelumnya, pada umumnya di sisi lengan
ipsilateral. Namun demikian, diagnosis definitif dapat ditegakkan dengan doppler
USG atau venografi (gambar 2). Color flow duplex atau doppler USG dapat
mendeteksi absensi dari variasi diameter pembuluh darah saat respirasi dan saat
sudden sniff (manuver valsava), tidak adanya polyphasic atrial waves, flow
volume dan adanya saluran-saluran kolateral. Kegunaan USG juga terbatas pada
pasien dengan obesitas. Gambaran oklusi vena pada USG doppler yaitu: a) Oklusi
akut: gumpalan hipoekoik pada vena yang nonkompresibel atau terdistensi
dengan beberapa vena kolateral dan edema subkutan dan fasia yang hebat; dan
b) Oklusi kronik: gumpalan hiperekoik, linear dan terkadang terkalsifikasi dengan
aliran dan kompresibilitas parsial pada segmen vena yang dikelilingi dengan vena
kolateral multipel, disertai dengan edema subkutan yang minimal. Ultrasonografi
(USG) dianjurkan sebagai metoda screening sebelum pemasangan akses
permanen pada
pasien-pasien dengan riwayat pemasangan akses vena sentral sebelumnya.
Venografi dinilai lebih superior daripada doppler USG dan merupakan standar
baku pencitraan untuk mengevaluasi anatomi kelainan vena. Venografi meliputi
injeksi kontras iodine (biasanya +100-150mL secara terus menerus) melalui vena
perifer dan aliran kontras diikuti secara intermitten dengan fluoroskopi sehingga
dapat memberikan gambaran struktur anatomi, lokasi dan derajat obstruksi
vena.5 Kompresi lokal memberikan visualisasi struktur vena dalam atau alur vena
superfisial yang spesifik. Gambaran bypass dari vena yang terobstruksi dengan
terbentuknya vena kolateral menandakan obstruksi yang signifikan
hemodinamik
secara pada venografi. Salah satu kekurangan venografi adalah
berkurangnya kualitas gambaran vena pada vena sentral yang lebih dekat ke
jantung oleh karena dilusi dari kontras. Venografi juga berguna untuk pengukuran
gradien tekanan intravena dengan pemasangan kateter melalui vena yang
terobstruksi sehingga dapat mendeteksi terganggunya aliran vena (>3 mmHg
perbedaan tekanan dinilai signifikan).
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Stenosis pada vena pada angiografi (dikutip dari kepustakaan no 11).
vbPenyempitan 50% dari vena innominata kiri pasca pemasangan kateter
pada vena subklavia untuk akses hemodialisis pada wanita 68 tahun; b)
Oklusi subtotal pada vena innominata kiri setelah 3 bulan pembuatan
radiocephalika arterivenous fistula (edema hebat di lengan kiri); dan c)
Pasca venoplasti (stenosis teratasi).
Pasca venografi, pasien istirahat tirah baring dengan penekanan di daerah akses
pembuluh darah selama 8-12 jam, dilakukan pemeriksaan tekanan darah serial
Universitas Indonesia
(per 4-8jam), diberikan antibiotik dan analgetik oral. Komplikasi pasca venografi
yang sering terjadi adalah alergi kontras.14
Tatalaksana pada pasien dengan stenosis vena sentral dapat berupa terapi dengan
operasi, intervensional, paliatif dan terapeutik.15 Pilihan yang dapat dilakukan
antara lain adalah: a) Access abandonment, yaitu ligasi dari akses vena yang
biasanya diikuti dengan hilangnya gejala seketika namun kurang disukai karena
patologi vaskular tidak dikoreksi dan ekstremitas terkait menjadi kandidat yang
tidak baik untuk pemasangan akses vena dikemudian hari. Ligasi hanya dilakukan
bila terapi intervensi dan operasi reparasi akses vena telah dicoba dan gagal.
Karena stenosis vena sentral sering muncul bilateral, direkomendasikan untuk
pemeriksaan phlebografy sebelum pembuatan akses vena baru di lengan
kontralateral dan ditunggu hingga maturasi baru kemudian dilakukan ligasi vena
lama. Hal tersebut ditujukan untuk mengurangi risiko penggunaan kateter akses
vena selanjutnya dan tidak menyebabkan stenosis vena sentral di kemudian hari;
Terapi thrombolysis, efektif pada pasien dengan obstruksi total vena yang
disebabkan oleh trombus akut (biasanya dilakukan dengan kombinasi venoplasti);
Venoplasti, yaitu suatu tindakan radiointervensi untuk diagnostik dan terapi
pengembalian diameter vena dengan menggunakan kontras dan balon intravena
yang dikembangkan. Oleh karena angka rekurensi stenosis pasca venoplasti
tergolong tinggi (>60% pada tahun pertama), maka sering kali diperlukan tindakan
berulang atau implantasi stent intravena; dan d) Operasi bypass pembuluh darah,
namun tidak begitu disukai karena angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi
pascaoperasi.15
2.8. Parameter keberhasilan tatalaksana stenosis vena sentral dengan
venoplasti
Universitas Indonesia
sesudah tindakan venoplasti. Parameter radiologis yang sering digunakan adalah
pengukuran diameter vena (diukur dalam milimeter) yang dinilai dengan
venografi sebelum dan sesudah venoplasti.12,16 Pada populasi normal, diameter
vena dalam pada ekstremitas atas bervariasi dengan kisaran 13-17 mm dan
berbeda dengan sisi kontralteral. Oleh karena itu presentasi stenosis tidak
diperoleh dengan membandingkan ukuran diamter kanan dan kiri. 8,11,17Oleh karena
itu, derajat penyempitan diameter (stenosis) vena dalam diukur dalam
Universitas Indonesia
2.9. Kerangka teori
Penyakit
penyerta
Akses vena
sentral
Inflamasi intravaskular*
24 jam pertama
Denurasi endotel dan mikrotrombus
7-8 hari
Proliferasi sel otot polos dan penebalan dinding
vena
>14 hari
Ekspresi P-selectin
Gejala klinis**
Trombosis intravaskular
Universitas Indonesia
2.10. Kerangka Konsep
Lokasi pemasangan
kateter*
Keberhasilan
venoplasti**
Tipe kateter*
Faktor general:
Onset gejala*
Riwayat intervensi sebelumnya
Jenis intervensi
Riwayat pemasangan Keterampilan operator
kateter* Thrombolysis agent
Kualitas hemodialisa
Durasi pemasangan
kateter*
*Variabel independen. Data sekunder diambil dari rekam medis pusat dan database PJT dan Divisi
Bedah Vaskular dan Endovaskular RSCM.
** Variabel dependen. Keberhasilan venoplasti dinilai dengan residual stenosis<30% setelah
dibandingkan dengan initial stenosis pada pemeriksaan venoplasti.
Universitas Indonesia
15
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan studi desain potong lintang untuk menilai sebaran
pasien dan menentukan hubungan antara keberhasilan venoplasti dengan faktor-
faktor risiko timbulnya stenosis vena sentral. Penelitian ini juga menilai sebaran
data demografik, prevalensi keberhasilan venoplasti dan rerata sebaran initial
stenosis dan residual stenosis serta lokasi stenosis pasien SVS di RSCM.
Populasi target adalah seluruh pasien dengan diagnosis stenosis vena sentral
(pembengkakan lengan ipsilateral dengan atau tanpa nyeri) yang datang ke
poliklinik atau dirawat oleh Bedah Vaskular di RSCM. Sedangkan populasi
terjangkau adalah pasien stenosis vena sentral Bedah Vaskular yang telah
dilakukan pemeriksaan venoplasti di PJT RSCM selama periode Maret 2013-
Maret 2016.
3.4. Sampel
Kriteria Eksklusi
Stenosis vena sentral pada trunkus bawah vena iliaka dan vena
cava inferior.
(z )2 pq
n α
d2
Universitas Indonesia
Seluruh pasien SVS trunkus atas Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular sejak
Maret 2013-Maret 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi di RSCM
diambil menjadi sampel.
Data subjek dikumpulkan dari tiga sumber yaitu database pasien Divisi Bedah
Vaskular dan Endovaskular dan PJT serta rekam medis pusat RSCM.
Data subjek selama prosedur venoplasti dilakukan di unit katerisasi Pusat Jantung
Terpadu (PJT) RSCM oleh trainee dan konsulen Bedah Vaskular selaku dokter
penanggung jawab pasien (DPJP) atau konsultan Bedah Vaskular RSCM yaitu data
initial stenosis, lokasi
stenosis, residual stenosis dan penilaian keberhasilan venoplasti.
Sumber data adalah data sekunder dari rekam medis pusat RSCM, database
Divisi
Bedah Vaskular dan Endovaskular dan PJT pada Maret 2013-Maret 2016. Data
diambil dari semua pasien SVS trunkus atas di poliklinik Divisi Bedah Vaskular
dan Endovaskular RSCM, maupun dirujuk, untuk penegakan diagnosis SVS dan
telah dilakukan prosedur venoplasti definititif di PJT dan dirawat di bangsal
Bedah Vaskular RSCM. Variabel independen adalah lokasi pemasangan kateter,
tipe kateter, onset gejala, riwayat pemasangan kateter, durasi pemasangan kateter
dan lokasi stenosis. Variabel dependen adalah keberhasilan venoplasti yang dinilai
Universitas Indonesia
dengan residual stenosis <30% dibandingkan dengan initial stenosis. Data
tambahan lain yang dapat diperoleh yaitu penyakit primer, pemeriksaan fisik, dan
penilaian venografi (diameter vena yang bersangkutan dan derajat stenosis).
Universitas Indonesia
19
3 Onset gejala Interval antara waktu pemasangan Anamnesis oleh residen, Anamnesis via perhitungan dengan sistem Awal/lambat Kategorik
kateter vena dalam dengan timbulnya trainee dan DPJP Bedah kalender dan dibagi menjadi 2 kelompok
gejala stenosis (pembengkakan lengan Vaskular RSCM yaitu <6 minggu (awal) dan >6 minggu
ipsilateral dengan atau tanpa nyeri) (lambat)
4 Riwayat kateterisasi Frekuensi pemasangan kateter Anamnesis oleh residen, Anamnesis Ya/tidak Kategorik
sebelumnya sebelumnya pada sisi ipsilateral dengan trainee dan DPJP Bedah
lokasi pembengkakan lengan. Vaskular RSCM
5 Durasi pemasangan Lama pemasangan kateter vena dalam Anamnesis oleh residen, Cepat/lambat Kategorik
sejak pertama kali terpasang. trainee dan DPJP Bedah Anamnesis: <6 minggu (cepat) dan >6
Universitas Indonesia
7 Venoplasti Prosedur definitif dengan fluorskopi dan Trainee dan DPJP Lokasi stenosis, presentasi stenosis dan Ya/tidak Kategorik
kontras untuk pencitraan dan Bedah Vaskular RSCM keberhasilan venografi
pengukuran diamter pembuluh darah
8 Residual stenosis vena pre dan pasca venoplasti. Venoplasti oleh trainee Fluroskopi Phillips Alura FD 10 Persentase diameter Numerik
Penambahan diameter vena sentral yang dan DPJP Bedah stenosis
terkait, sebelum dan sesudah Vaskular RSCM
pengembangan balon kateter pada lokasi
stenosis namun belum kembali ke
diameter normal (masih terlihat
pinggang vena bila dibandingkan Persentase diameter
9 Initial stenosis dengan diameter lumen vena pada titik Fluroskopi Phillips Alura FD 10 stenosis Numerik
sebelum dan sesudah stenosis) Venoplasti oleh trainee Fluroskopi Phillips Alura FD 10
Persentase stenosis pada pemeriksaan dan DPJP Bedah
awal venografi sebelum dilakukan Vaskular RSCM
10 Keberhasilan venoplasti (dibandingkan dengan
venoplasti diameter lumen vena pada titik sebelum
dan sesudah stenosis).
Keberhasilan anatomi dinilai dengan
residual stenosis<30% (perbandingan
diameter vena sehat distal dan proksimal
dari segmen stenosis dan diameter pasca
pengembangan balon kateter)
21
Instrumen pada penelitian ini adalah formulir kuesioner yang meliputi: a) Data
anamnesis dan pemeriksaan fisik (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam
medis, tanggal pemasangan akses vena dalam, tanggal penegakan diagnosis, onset
gejala, tipe kateter yang dipasang, lokasi pemasangan kateter vena,
riwayat/frekuensi pemasangan kateter pada sisi ipsilateral, durasi pemasangan
kateter); dan b) Data venoplasti (letak stenosis, persentase initial stenosis,
keberhasilan venoplasti yaitu residual stenosis<30%), yang diambil dari laporan
tindakan venoplasti setelah pengukuran menggunakan fluroskopi C-arm (Phillips
Alura FD 10 ).
3.7.Etika Penelitian
Proposal ini telah mendapatkan pengkajian dan telah lolos kaji etik komisi etik
FKUI dengan nomer 504/UN2.F1/ETIK/2016 dan mendapatkan persetujuan ijin
penelitian dari bagian penelitian RSCM dengan nomer LB 02.01/X.2/753/2016.
Universitas Indonesia
Sampel penelitian
Memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi
Subjek penelitian
Rekam Medis dan database PJT dan Divisi Bedah Vaskular dan endovaskular
Data demografik
Rawat Inap
Analisis keberhasilan
Venoplasti
Hasil penelitian
Universitas Indonesia
23
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sebaran demografi subjek ditampilkan dalam umur, jenis kelamin, dan etiologi
PGK. Sebagian besar subjek berumur lebih dari 60 tahun (73,5%) dan merupakan
subjek laki-laki (61,8%). Etiologi PGK paling banyak disebabkan oleh hipertensi
sebesar 70,6% dan diabetes mellitus sebesar 20,6%.
Studi ini menyajikan data sebaran faktor risiko pada subjek SVS. Dari 34 subjek,
sebanyak 24 subjek (70,6%) menggunakan kateter tunneled, dengan lokasi
pemasangan kateter paling banyak di vena jugularis interna kanan (47,1%) dan
vena subklavia kiri (35,3%). Hampir semua subjek (97,1%) memiliki onset gejala
yang lambat (>6 minggu), hanya 1 (satu) subjek yang memiliki onset gejala cepat
23 Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Sebaran data initial stenosis dan residual stenosis pada subjek SVS di RSCM
Mean Standar
Stenosis Median Min – max
deviasi
Initial stenosis (%) 79,1 13,8 80,0 55 – 100
Residual stenosis (%) 28,9 18,2 24,5 10 – 90
Sebaran nilai initial stenosis berdasarkan lokasi stenosis ditampilkan pada tabel
4.5. Rerata nilai initial stenosis paling tinggi ada pada lokasi stenosis di vena
jugular interna dengan nilai 100% dan paling rendah berada pada lokasi vena cava
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 Rerata sebaran initial stenosis berdasarkan lokasi pada subjek SVS di RSCM
Mean
Lokasi initial stenosis Standar Media Min - max
deviasi n
Subklavia 77,6 12,9 80,0 55 – 100
Jugular interna 90,0 – 90,0 –
Inominata 90,0 14,1 90,0 80 – 100
Cava superior 60 – 100 –
Trunkus brakiosefalika 79,1 13,9 81,0 55 – 100
Tabel 4.5 Hubungan faktor demografi dengan keberhasilan venoplasti pada subjek SVS di
RSCM*
Venoplasti
Variabel Tidak berhasilBerhasilORCI 95%p
n % n %
Umur
≥ 60 tahun 3 33,3 6 66,7 5,75 0,78 – 42,58 0,102
< 60 tahun 2 8,0 23 92,0 1,00
Jenis kelamin
Laki-laki 4 19,0 17 81,0 2,82 0,28 – 28,52 0,627
Perempuan 1 7,7 12 92,3 1,00
Etiologi PGK -
Hipertensi 4 16,7 20 83,3 1,80 0,17 – 18,47 1,000
Ya 1 10,0 9 90,0 1,00
Tidak
Etiologi PGK –
DM 1 4,8 20 95,2 0,11 0,01 – 1,15 0,059
Ya 4 30,8 9 69,2 1,00
Tidak
Etiologi PGK –
Batu 1 33,3 2 66,7 3,38 0,25 – 46,36 0,389
Ya 4 12,9 27 87,1 1,00
Tidak
Etiologi PGK –
Lain-lain 2 15,4 11 84,6 1,09 0,16 – 7,59 1,000
Ya 3 14,3 18 85,7 1,00
Tidak
*Uji Fisher Exact
Universitas Indonesia
Faktor risiko stenosis pada penelitian ini dilihat dari jenis kateter, lokasi
pemasangan kateter, onset gejala, durasi implantasi, dan frekuensi pemasangan
kateter. Pada penelitian ini didapati bahwa tidak ada perbedaan keberhasilan
venoplasti antara jenis kateter tunneled dan non-tunneled. Namun, berdasarkan
lokasi pemasangan kateter, jumlah subjek dengan ketidakberhasilan venoplasti
lebih banyak di lokasi vena subklavia (21,4%) dibandingkan di lokasi vena
jugularis interna (10,0%). Sementara itu, untuk onset gejala dan durasi implantasi
Tabel 4.6 Hubungan faktor risiko stenosis dengan keberhasilan venoplasti pada subjek SVS
di RSCM*
Keberhasilan venoplasti
Variabel
n Tidak%berhasilBerhasilORCI
n % 95%p
Jenis kateter
Non-tunneled 1 10,0 9 90,0 0,56 0,05 – 5,70 1,000
Tunneled 4 16,7 20 83,3 1,00
Lokasi kateter
Subklavia 3 21,4 11 78,6 2,45 0,35 – 17,08 0,627
Jugularis interna 2 10,0 18 90,0 1,00
Onset gejala
Lambat 5 15,2 28 84,8 – – 1,000
Cepat 0 0 1 100
Durasi implantasi
Panjang 5 16,1 26 83,9 – – 1,000
Pendek 0 0 3 100
Frekuensi
> 2 kali 3 18,8 13 81,2 1,85 0,27 – 12,76 0,648
< 2 kali 2 11,1 16 88,9 1,00
*Uji Fisher Exact
Universitas Indonesia
memiliki 5 faktor risiko dibandingkan dengan subjek yang memiliki 4 faktor
risiko. Dari keempat tabel hasil nilai p >0,05, sehingga didapatkan tidak ada
hubungan antara jumlah faktor risiko dengan keberhasilan venoplasti.
Tabel 4.8 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada subjek yang memiliki dua dengan
tiga faktor risiko stenosis.
Tabel 4.9 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada subjek yang memiliki tiga dengan
empat faktor risiko stenosis.
Keberhasilan venoplasti
Faktor risiko stenosis CI
Tidak berhasil Berhasil OR 95% p
n % n %
Tabel 4.10 Perbandingan keberhasilan venoplasti pada subjek yang memiliki empat
dengan lima faktor risiko stenosis.
Keberhasilan venoplasti CI
Faktor risiko stenosis
Tidak berhasil Berhasil OR 95 p
n % n % %
Universitas Indonesia
28
BAB 5
PEMBAHASA
N
Pada Maret 2013, Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular pertama kali mulai
mengerjakan tindakan venoplasti sebagai terapi bagi subjek SVS di RSCM. Pada
penelitian ini terdapat 34 subjek SVS yang menjalani venoplasti di RSCM selama
periode Maret 2013 sampai dengan Maret 2016. Pada penelitian ini didapatkan
prevalensi keberhasilan venoplasti pada subjek SVS di RSCM dinilai tinggi yaitu
85,3% (29 dari 34 subjek). Pada penelitian ini juga didapatkan beberapa hal yaitu:
a) Rerata dan standar deviasi nilai initial stenosis 79,1±13,8%; b) Nilai median
untuk residual stenosis adalah 24,5% dengan range 10 hingga 90%. Hal ini
sebanding dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
efficacy venoplasti sebagai terapi SVS adalah 64-89% dengan rerata initial
stenosis 55-85%.18–21
Penelitian ini menampilkan bahwa lokasi stenosis paling banyak terdapat di vena
subklavia (47,1%) dan trunkus brakiosefalika (41,2%). Hal ini sesuai dengan
beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pemasangan katerer vena dalam
sering menyebabkan stenosis terbanyak pada vena subklavia (55-65%) dan vena
brakiosefalia (32-45%).2,7,20,22–24 Hal ini diduga karena rute kateter yang lebih
berkelok dibandingkan vena jugular interna sehingga menyebabkan: a)
Turbulensi aliran darah intralumen sehingga resiko terjadinya thrombosis lebih
besar; dan b) Kontak dengan permukaan intralumen yang lebih luas sehingga
lebih rentan cidera endotel. Kedua hal ini merupakan pemicu awal patofiisiologi
stenosis vena sentral. Penelitian ini juga menampilkan sebaran nilai initial
stenosis di
berdasarkan
vena jugular interna dengan nilai 100% dan paling rendah berada pada
lokasi stenosis yaitu: a) Rerata nilai initial stenosis paling tinggi ada pada lokasi
lokasi vena cava superior dengan nilai 60%; b) Lokasi stenosis di vena subklavia
memiliki rerata nilai initial stenosis 77,6%; c) Rerata nilai initial stenosis di vena
inominata adalah 90%; dan d) Rerata nilai initial stenosis di trunkus
brakiosefalika 79,1%. Dalam hal ini, peneliti tidak dapat menemukan penelitian
mengenai sebaran initial stenosis berdasarkan lokasi.
28 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan kateter tunneled (n=24) dan non-tunneled (n=10). Meski demikian, Agarwal
dkk (2004) menyatakan bahwa kateter non-tunneled lebih berisiko untuk stenosis
dibandingkan dengan tunneled.2,6 Berdasarkan lokasi pemasangan kateter, jumlah
subjek dengan ketidakberhasilan venoplasti lebih banyak di lokasi vena subklavia
(21,4%) dibandingkan di lokasi vena jugularis interna (10,0%). Sementara itu, onset
gejala dan durasi implantasi terlihat bahwa ketidakberhasilan venoplasti semuanya
terjadi pada subjek dengan onset gejala lambat (15,2%) dan durasi implantasi
panjang (16,1%). Frekuensi pemasangan kateter yang lebih dari 1 kali (18,8%)
memiliki jumlah subjek dengan ketidakberhasilan venoplasti yang lebih banyak
dibandingkan frekuensi pemasangan kateter hanya 1 kali (11,1%). Dikarenakan
jumlah sampel yang sedikit dengan ketimpangan besar jumlah subjek yang
dibandingkan, didapatkan tidak ada faktor risiko stenosis yang berhubungan secara
bermakna dengan keberhasilan venoplasti, dengan nilai p kelima faktor risiko
tersebut >0,05. Namun, lokasi kateter pada vena subklavia dan frekuensi
pemasangan kateter >2 kali merupakan faktor risiko dengan OR masing 2,85 dan
1,85 walaupun tidak bermakna. Data mengenai hubungan keempat faktor risiko ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya sehingga pencegahan SVS dapat dicapai
dengan upaya yang mengurangi faktor risiko
USG untuk
tersebut meningkatkan
yaitu: a) Pemasangan akurasi sehingga
kateter pada mengurangi
vena jugular cedera
interna endotel
dengan dan
bantuan
frekuensi pemasangan; dan b) Pembuatan artherovenous shunt secepat mungkin
sebagai akses hemodialisa.2,4–6,20,22 Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa
keberhasilan venoplasti tidak berhubungan dengan perbedaan jumlah faktor risiko
stenosis yang dimiliki subjek sehingga hubungan faktor risiko stenosis tersebut
dapat dianalisis secara terpisah.
Universitas Indonesia
Kelebihan dari penelitian ini yaitu penelitian ini merupakan penelitian pertama di
RSCM yang mengevaluasi: a) Data demografik subjek SVS,baik dari sebarannya
(jenis kelamin, usia dan penyebab PGK) dan hubungannya dengan keberhasilan
venoplasti; b) Persentase keberhasilan tindakan venoplasti pada subjek SVS oleh
Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular selama periode Maret 2013 hingga
Maret 2016; c) Hubungan antara lima faktor risiko stenosis,secara independen,
dengan keberhasilan venoplasti di RSCM; d) Rerata sebaran stenosis berdasarkan
lokasi; dan e) Rerata persentase initial stenosis dan residual stenosis pada subjek
SVS. Data penelitian ini didapatkan dari rekam medis pusat RSCM, database
Pusat Jantung Terpadu dan database Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular
sehingga dapat dikonfirmasi akurasi dan kelengkapan data tersebut. Penelitian ini
juga mengunakan kuesioner pengumpulan data (Lampiran 2) yang merupakan
metoda yang sederhana dan praktis untuk pencatatan data hingga mudah
dilakukan pada banyak fasilitas kesehatan.
Universitas Indonesia
nontunneled di luar RSCM dan peneliti tidak mempunyai data objektif, sehingga
di kategorikan sebagai tunneled sesuai data pemasangan di RSCM. Hal ini dapat
berkontribusi terhadap bias data dan juga ketimpangan jumlah subjek tunneled
dan nontunneled; dan f) Subjek yang diteliti hanya mencakup subjek-subjek yang
berobat atau dikonsultasikan ke Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular FKUI
RSCM yang pada umumnya simptomatik sementara dari referensi frekuensi SVS
simptomatik sebesar 80% dan dengan demikian menghasilkan jumlah subjek yang
sedikit dan tidak sebenar-benarnya mewakili populasi SVS yang ada di RSCM. Hal
ini ditetapkan peneliti dengan dasar kepraktisan dan kemampulaksanaan.
Universitas Indonesia
33
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
dengan empat faktor risiko yaitu pemasangan kateter vena dalam di vena
subklavia, durasi pemasangan kateter yang lama, onset gejala yang
lambat dan riwayat pemasangan kateterisasi yang berulang walaupun
tidak bermakna secara statistik.
Keberhasilan venoplasti mungkin lebih ditentukan oleh faktor selain
faktor risiko SVS seperti pengalaman dan keterampilan operator,
penggunaan terapi thrombolysis tambahan, riwayat keberhasilan
venoplasty sebelumnya dan jenis intervensi lain yang digunakan misalnya
stenting selain ballooning.
Prevalensi keberhasilan venoplasti pada subjek SVS di Divisi Bedah
Vaskular RSCM selama periode Maret 2013 hingga Maret 2016 dinilai
tinggi yaitu 85,3%.
Sebagian besar subjek berumur lebih dari 60 tahun (73,5%) dan
merupakan subjek laki-laki (61,8%). Etiologi PGK paling banyak
disebabkan oleh hipertensi sebesar 70,6% dan diabetes mellitus
sebesar 20,6%.
6.2 Saran
Secara statistik, tidak ada faktor risiko stenosis yang berhubungan secara
bermakna dengan keberhasilan venoplasti sehingga diperlukan penelitian serupa
dengan jumlah sampel yang lebih besar dengan melibatkan pengumpulan data
secara multicenter. Pengukuran persentase initial stenosis dan residual stenosis
baiknya dilakukan intraoperatif tindakan venoplasti oleh operator sehingga
meminimalisasikan bias penelitian.
33 Universitas Indonesia
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Universitas Indonesia
from:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD004084.pub3/full\nh
ttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22419292\nhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov
/pubmed/22419292
11. Haage P, Vorwerk D, Piroth W, Schuermann K, Guenther RW. Treatment of
hemodialysis-related central venous stenosis or occlusion: results of primary
Wallstent placement and follow-up in 50 patients. Radiology [Internet].
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017
Hubungan antara..., Ika Megatia, FK UI, 2017