Laprak 4 - Kelompok 4 - C PDF
Laprak 4 - Kelompok 4 - C PDF
Disusun Oleh:
Kelompok 4C
1. Rahmah Dinda Purnama 11171020000060
2. Annisa Fadhilah 11171020000061
3. Fatimah Nur Fauziyah 11171020000062
4. Nadya Shafira 11171020000063
5. Listiani Oktaviani 11171020000064
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi lemak dan menganalisis menggunakan
FTIR
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Lemak
Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase
padat dan cair. Kristal dari fase padat terpisah dan dengan tekanan menggunting/memisah
yang cocok, dapat bergerak sendiri lepas dari kristal lain. Lemak mempunyai struktur seperti
benda padat plastik. Karena jumlah padat dalam lemak berubah-ubah menurut suhu,
demikian juga sifat-sifat plastiknya. “Kisaran plastik” dari lemak adalah kisaran suhu dimana
lemak bersifat padat plastik. Pada umumnya, lemak bersifat seperti plastik bila kandungan
padat antara 10% dan 50%. Sifat-sifat plastik dari lemak menyebabkan lemak digunakan
dalam beberapa bahan pangan misalnya pengoles dan pengempuk (Buckle et al., 1987).
Lemak merupakan golongan lipid yag bersifat relatif tidak larut dalam air dan larut
dalam pelarut nonpolar misalnya eter dan kloroform. Senyawa ini merupakan konstituen yang
penting karena tidak saja nilai energinya yang tinggi, tetapi juga karena vitamin larut lemak
dan asam lemak esensial yang terkandung di dalam lemak makanan alami. Lemak disimpan
di jaringan adipose, tempat senyawa ini juga berfungsi sebagai insulator panas di jaringan
subkutan dan jaringan di sekitar organ tertentu (Murray et al., 2006). Perbedaan antara lemak
satu dengan yang lainnya terdapat pada komponen asam lemak penyusunnya, urutan asam
lemak, serta tingkat kejenuhan dari asam lemak (Rohman dan Sudjaji, 2012). Asam lemak
adalah asam karboksilat penyusun lemak dan minyak. Asam lemak ini biasanya tidak
bercabang dan merupakan asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Pada umumnya, asam lemak
beratom karbon genap dari C6 sampai 24. Ester asam lemak dengan gliserol dikenal dengan
nama asli gliserida atau trigliserida. Asam lemak dapat diperoleh dengan jalan menghidrolisis
lemak atau minyak. Ketiga asam lemak tersebut dapat sama maupun campuran (Murray et al.,
2006).
Lipid adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kelompok besar zat
seperti lemak yang terjadi secara alami. Mereka membentuk berbagai kelompok senyawa
yang hanya memiliki sedikit kesamaan yakni dapat larut dalam pelarut organik, misalnya
kloroform dan alkohol tetapi tidak larut dalam air. Lemak adalah contoh lipid yang
merupakan turunan asam lemak. Asam lemak adalah kelompok asam yang pada dasarnya
melekat pada rantai atom karbon, dengan dua atom hidrogen ditambahkan pada masing-
masing seperti minyak paraffin organik. Minyak dan lemak sangat penting dalam makanan
dan gizi. Secara kimia, mereka termasuk kedalam kelas zat yang dikenal sebagai ester; yang
merupakan hasil dari reaksi asam „lemak‟ dengan alkohol, yaitu hasil dari hidrolisis asam
dan lemak. Lemak sendiri adalah ester dari gliserol alkohol trihidrat (Buckle et al., 1987).
Kebanyakan lipid mengandung fosfor dan diklasifikasikan sebagai fosfolipid (Stuart, 2004).
Asam lemak adalah asam organik yang ditemukan dalam lemak yang secara kimia
berkombinasi dengan gliserol. Asam lemak dikenal sabagai asam karboksilat karena
mengandung kelompok karboksil-COOH. Asam lemak terdiri dari satu rantai atom karbon
(masing-masing terikat dengan atom hidrogen) dengan satu gugus karboksil di ujung. Jumlah
atom karbon selalu genap antara 4 dan 24. Asam lemak paling umum mengandung 16 atau 18
atom karbon (Lean, 2013).
Lemak babi (lard) merupakan lemak yang diperoleh dari proses rendering jaringan
adipose babi yang segar, bersih, dalam kondisi sehat saat disembelih, dan dapat dikonsumsi
oleh manusia (Codex, 1999). Jaringan itu tidak termasuk tulang, kulit yang dikelupas, kulit
kepala, telinga, ekor, organ, saluran pernafasan, pembuluh darah besar, scarp fat, dan sebisa
mungkin tidak mengandung jaringan otot. Lemak babi memiliki konsistensi lembut dan semi
padat pada suhu 27 0C, tetapi meleleh sempurna pada 42 0C. Lemak babi yang telah diolah
lebih lanjut dapat mengandung refined lard, lard stearin, atau hydrogenated lard (Rohman,
2012).
b. Dry rendering
Dry rendering adalah salah satu cara rendering tanpa penambahan air selama proses.
Proses ini dilakukan dalam ketel terbuka dan dilengkapi dengan penyekat uap serta
alat pengaduk (agigator). Sampel dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air
kemudian dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 105-110 0C.
2) Pengepresan mekanis
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara memisahkan minyak dari bahan yang
berkadar minyak tinggi (30-70%), terutama digunakan untuk bahan yang berasal dari
biji-bijian. Dua cara umum dalam pengepresan mekanis, yaitu:
Pemilihan pelarut yang digunakan dalam proses pengambilan minyak secara ekstraksi
harus memenuhi syarat-syarat tertentu (Ketaren, 2008) yaitu:
a. Selektif. Pelarut harus dapat melarutkan semua zat dengan cepat dan sempurna serta
sesedikit mungkin melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, dan senyawa albumin.
b. Mempunyai titik didih yang cukup rendah. Hal ini supaya pelarut mudah dapat
diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi, namun titik didih pelarut tidak boleh
terlalu rendah karena akan mengakibatkan kehilangan akibat pelarutan.
c. Bersifat inert. Artinya pelarut tidak bereaksi dengan komponen minyak atau lemak
atau komponen yang akan dianalisis.
d. Murah dan mudah didapatkan. Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut
yang memenuhi syarat-syarat di atas. Namun tidak ada pelarut yang ideal.
Alat :
- Gas Chromatoghrapy Mass Spectrofotometry (GCMS) QP-2010
- Kolom RTx1-MS, Restech 30 m x 0.25 mm ID, 0.25 µm, Polymethyl xiloxane.
- Sepektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectrum One Perkin
Elmer, USA,
- Refractometer Abbe untuk penentuan indeks bias.
4.1 Hasil
Hasil Ekstraksi Lemak dan Spektrum FTIR
Gambar 1. Perbandingan spektrum FTIR untuk lemak babi dan lemak ayam
Gambar 2. Perbandingan spektrum FTIR untuk lemak babi dan lemak sapi
4.2 Pembahasan
1. Ekstraksi asam lemak
Kandungan lemak pada ketiga sampel yang diekstraksi menunjukkan sampel
daging ayam relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lemak sapi dan lemak babi.
Perbedaan kadar lemak ini kemungkinan disebabkan karena secara alamiah kandungan
lemak pada setiap spesies relatif berbeda. Disamping itu, perbedaan jenis cuplikan
(bagian/jaringan otot daging) yang digunakan juga tidak sama.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa spektra FTIR dari sampel lemak secara
umum menunjukan perbedaan yang menonjol pada serapan C-H streching di daerah
bilangan gelombang 3050-2800, serapan gugus karbonil (O=C-H) dari aldehid pada
daerah 1746-1744, dan pola serapan daerah sidik jari, 1000-900 cm-1 (Gambar 1).
Perbedaan yang cukup signifikan terlihat pada penyerapan spektra di daerah 3010-
3000, 1120-1095 dan 968-966 cm-1. Untuk sampel lemak babi, pola serapan yang
muncul pada daerah 3010 cm-1 menunjukkan puncak yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan kedua sampel lemak lainnya (ayam dan sapi).
Tingginya puncak serapan untuk lemak babi pada daerah ini merepresentasikan
streching vibration dari ikatan rangkap C=C cis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Irwandi, 2003 dimana untuk sampel lemak babi, kandungan asam lemak tidak jenuh
ganda (polyunsaturated fatty acids) atau PUFA seperti asam linoleat dan asam
linolenat jauh lebih besar daripada asam lemak jenuh tunggal (mono unsaturated fatty
acids) atau MUFA. Selanjutnya pada daerah frekuensi 1120-1095 cm-1, sampel lemak
babi menunjukkan adanya overlaping dari dua peak dengan absorbansi maksimum pada
bilangan gelombang 1118 dan 1098 cm-1. Berbeda dengan pola spektrum yang
dihasilkan untuk sampel lemak sapi dan lemak ayam, dimana untuk kedua sampel tidak
menunjukan adanya overlaping kecuali untuk lemak ayam dengan pola yang hampir
mirip dengan lemak babi. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya perbedaan
profil asam lemak pada ketiga sampel tersebut. Hal ini diperkuat oleh penelitian
Irwandi, 2003 yang menyatakan bahwa operlaping pada dua daerah bilangan
gelombang tersebut menunjukkan adanya perbedaan kandungan asam lemak jenuh dan
asam lemak tidak jenuh dari masing-masing sampel.
Titik perbedaan ketiga dari pola spektrum masing-masing sampel muncul pada
daerah bilangan gelombang 966-967 cm-1 yang menunjukan keberadaan asam lemak
tidak jenuh trans (gambar 2). Pada sampel lemak babi, terlihat tidak ada puncak yang
muncul pada daerah tersebut atau dengan kata lain serapan pada daerah tersebut sangat
lemah. Begitu pula untuk pola spektrum lemak ayam.
Namun demikian berbeda untuk lemak sapi, dimana kandungan asam lemak trans
jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua sample lainnya (ayam dan babi). Hal ini
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh AOCS (American Oils Chemistry
Standard) dimana rentang frekuensi IR pada daerah 975-965 cm-1 merupakan dasar dari
metode kuantisasi asam lemak trans dalam sampel lemak/minyak (Richard Crowley,
2006).
BAB V
KESIMPULAN
1. Analisa spektroskopi FTIR didasarkan pada karakteristik gugus fungsi yang terdapat
pada sampel lemak dengan ditunjang oleh hasil analisa GCMS terutama untuk
menentukan komposisi asam lemak manakah yang paling dominan dari suatu sampel.
2. Kandungan lemak yang diekstraksi pada sampel daging ayam relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan lemak sapi dan lemak babi.
3. Spektra FTIR dari sampel lemak secara umum menunjukan perbedaan pada serapan C-H
streching di daerah bilangan gelombang 3050-2800, serapan gugus karbonil (O=C-H)
dari aldehid pada daerah 1746-1744, dan pola serapan daerah sidik jari, 1000-900 cm-1.
4. Pada daerah frekuensi 1120-1095 cm-1, sampel lemak babi menunjukkan adanya
overlaping dari dua peak pada bilangan gelombang 1118 dan 1098 cm-1 sedangkan pada
pola spektrum sampel lemak sapi dan lemak ayam tidak menunjukkan overlaping kecuali
untuk lemak ayam dengan pola yang hampir mirip dengan lemak babi.
5. Titik perbedaan ketiga yaitu pada daerah bilangan gelombang 966-967 cm-1 menunjukan
keberadaan asam lemak tidak jenuh trans pada sampel lemak sapi karena kandungan
lemak trans yang tinggi sedangkan pada sampel lemak babi terlihat tidak ada puncak
yang muncul atau serapan tersebut sangat lemah begitu pula untuk pola spektrum lemak
ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono A., 2001, Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia, Seminar Pangan, Teknologi
Pangan dan Gizi, Fakultas teknologi Pertanian, IPB.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wooton, M. 1987. Ilmu Pangan, Terjemahan
Purnomo dan Adiono. Jakarta: UI Press.
Hermanto, Sandra., dkk. 2008. Profil dan Karakteristik Lemak Hewai (Ayam, Sapi dan Babi)
Hasil Analisa FTIR dan GCMS. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Irwandi J., Saeed M.E., Torla, H., and Zaki, M., Determination of Lard in Mixture of body
fats of Mutton and Cow by Fourier Transform Infrared Spectroscopy, J. Oleo Sci., Vol
52, No. 12, 633-638, 2003.
Lean, M.E.J. 2013. Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Janusz Czarniecki, 2003, GC/MS Analysis for Unsaturated Fat Content in Animal Feed,
Nafag Company, Gossau, Switzerland.
Murray, R.K., Granner, D.K., dan Rodwell, V.W. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rohman, A. dan Sudjaji. 2012. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Stuart, B. 2004. Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications. ANTS: John Wiley
& Sons, Ltd
Solikhah, Syiria. 2018. Analisis Kandungan Lemak Babi dalam Es Krim yang Beredar di
Wilayah Purwokerto Menggunakan FTIR dan Kemometrik Sebagai Autentikasi Halal
Skripsi. Jawa Tengah. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.