Anda di halaman 1dari 59

BAGIAN DENTAL RADIOLOGI TEXTBOOK READING

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

INTRAORAL PROJECTION
(White and Pharoah’s Oral Radiology: Principles and
Interpretation 8 Edition)

OLEH :

NURUL AMALIYAH
162 2018 2057

PEMBIMBING
drg. Amanah Pertiwisari

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN DENTAL RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
BAB 7

PROYEKSI INTRAORAL

Abstrak

Bab ini menjelaskan prinsip-prinsip proyeksi radiografi intraoral. Membahas

teknik pararel dan teknik bisektris pada radiografi periapikal dan teknik radiografi

bitewing dan radiografi oklusal. Ini menjelaskan prosedur untuk melakukan

pemeriksaan radiografi pada rongga mulut.

Kata Kunci

Radiografi intraoral; radiografi periapikal; teknik pararel; teknik bisektris;

radiografi bitewing; radiografi oklusal; handheld dental x-ray; gambaran endodontik;

radiografi full-mouth

Pemeriksaan radiografi intraoral adalah merupakan pemeriksaan penunjang

untuk mendiagnostik pada dokter gigi. Gambar intraoral dapat dibagi menjadi tiga

kategori:

 Proyeksi periapikal, yang menunjukkan panjang gigi dan tulang di sekitarnya

 Proyeksi bitewing, yang hanya menampilkan mahkota gigi dan crest alveolar

 Proyeksi oklusal, yang menunjukkan area gigi dan tulang yang lebih besar

dari gambar radiografi periapikal


Radiografi full-mouth terdiri dari proyeksi periapikal dan bitewing (Gbr. 7.1;

Kotak 7.1). Proyeksi ini, ketika eksposur dengan baik dan diproses dengan baik,

dapat memberikan informasi diagnostik yang berharga untuk melengkapi

pemeriksaan klinis. Seperti halnya prosedur klinis, operator harus memahami dengan

jelas tujuan gambaran diagnostik dan kriteria untuk mengevaluasi kualitas hasil

radiografi.

Gambar 7.1 radiografi full-mouth terdiri dari 17 radiografi periapikal dan 4 radiografi bitewing

Kotak 7.1
Proyeksi untuk radiografi full-mouth

 Anterior periapikal

o Incisivus sentral maksila : 1 proyeksi

o Incisivus lateral maksila: 2 proyeksi


o Caninus maksila: 2 proyeksi

o Incisivus sentral dan lateral mandibula: 2 proyeksi

o Caninus mandibula: 2 proyeksi

 Posterior periapika

o Premolar maksila: 2 proyeksi

o Molar maksila: 2 proyeksi

o Distomolar maksila (jika dibutuhkan): 2 proyeksi

o Premolar mandibula: 2 proyeksi

o Molar mandibula: 2 proyeksi

o Distomolar mandibula (jika dibutuhkan): 2 proyeksi

 Bitewing

o Premolar: 2 proyeksi

o Molar: 2 proyeksi

Gambar radiografi harus dibuat hanya ketika temuan historis atau kondisi

klinis mengidentifikasi perlunya informasi diagnostik tambahan yang dapat diberikan

oleh radiografi. Radiografi yang dipilih dan frekuensi pemeriksaan tersebut akan

bervariasi sesuai dengan keadaan masing-masing pasien (lihat Bab 17).

Kriteria Kualitas

Setiap pemeriksaan radiografi harus menghasilkan kualitas gambar diagnostik

yang optimal, menggabungkan fitur-fitur berikut:


 Gambaran radiologi harus memperlihatkan secara menyeluruh. Dalam kasus

ini radiografi intaroral periapikal harus memperlihatkan panjang akar gigi

secara keseluruhan dan paling tidak 2 mm dari tulang periapikal. Ini dapat

menjadi bukti dari kondisi patologis yang akan timbul, seluruh daerah lesi

ditambah daerah normal disekitarnya yang akan terlihat dalam suatu

radiogram. Proyeksi tambahan ini dapat mencakup radiografi oklusal dan

panoramik dan cone beam computed tomography, sebagaimana ditunjukkan

(lihat Bab 9, 10, 11, dan 17). Pemeriksaan bitewing harus menunjukkan setiap

permukaan proksimal posterior. Tumpang tindih permukaan proksimal gigi

yang berdekatan harus kurang dari sepertiga dari ketebalan enamel.

 Gambaran gadiografi tidak mengalami distorsi. Sebagian besar distorsi

disebabkan oleh angulasi yang tidak tepat dari sinar-X oleh kelengkungan

struktur yang sedang diperiksa atau penempatan reseptor yang tidak tepat.

Memperhatikan posisi yang tepat dari reseptor dan tube sinar-x, seperti yang

dijelaskan dalam prinsip-prinsip geometri proyeksi (Bab 6), menghasilkan

gambar yang bermanfaat secara diagnostik.

 Gambaran radiografi harus mempunyai kontras yang optimal untuk

memudahkan dalam penentuan interpretasi. Pengaturan paparan radiografi,

termasuk peak kilovoltage (kVp), milliamperage (mA), dan waktu paparan

adalah parameter penting yang memengaruhi kepadatan dan kontras untuk

radiografi digital dan film.


Ketika melakukan evaluasi radiografi yang harus dipertimbangkan adalah alasan

awal untuk melakukan pemeriksaan Radiografi. Pengambilan gambar secara

radiografi harus dilakukan secara berulang apabila terdapat perbedaan dari informasi

yang diperoleh sebelumnya. Namun, jika informasi atau hasil dari gambaran

radiografi sesuai dengan informasi yang diperoleh sebelumnya, maka tidak perlu

dilakukan pengambilan ulang gambar.

Radiografi Periapikal

Radiografi periapikal biasanya digunakan dalam kedokteran gigi dan

menunjukkan panjang gigi dan tulang di sekitarnya. Tujuan diagnostik radiografi

periapikal dirangkum dalam Kotak 7.2

Kotak 7.2

Tujuan Diagnostik Radiografi Periapikal

 Menilai luasnya karies gigi

 Mendeteksi keberadaan dan menilai inflamasi periapikal

 Mengevaluasi konsekuensi dari cedera traumatis pada gigi dan tulang alveolar

 Menilai kehilangan tulang periodontal

 Mengevaluasi morfologi akar

 Mengevaluasi gigi yang belum erupsi dan impaksi

 Mengevaluasi resorpsi akar eksternal dan internal

 Menilai morfologi pulpa


 Menentukan panjang instrumentasi endodontik selama perawatan

Dua teknik proyeksi intraoral umumnya digunakan untuk radiografi

periapikal: (1) teknik pararel dan (2) teknik bisektris. Kedua teknik dapat

diaplikasikan dalam bentuk digital dan film-based imaging. Teknik pararel lebih

disukai karena memberikan gambaran dengan distorsi gigi yang lebih sedikit. Saat

bentuk anatomi (mis., palatum dan dasar mulut) menghalangi pada teknik pararel,

sedikit modifikasi mungkin harus dilakukan. Jika kendala anatomi ekstrem, prinsip-

prinsip teknik bisektris dapat digunakan untuk mencapai penempatan reseptor yang

diperlukan dan menentukan angulasi vertikal pada tube.

Gambaran reseptor mengacu pada media yang digunakan untuk menangkap

gambar, termasuk film, charge-coupled devices (CCD), complementary metal oxide

semiconductor (CMOS). Prinsip-prinsip untuk membuat proyeksi radiografi adalah

sama untuk masing-masing jenis reseptor; dengan demikian bab ini menggunakan

istilah umum reseptor untuk merujuk salah satu dari reseptor gambar.

Teknik Pararel

Prinsip utama dari teknik paralleling (juga disebut right-angle technique atau

long-cone technique) dimana reseptor sinar-x sejajar dengan axis gigi dan sinar pusat

dari sinar-x diarahkan pada right angles gigi dan reseptor (Gbr. 7.2). Orientasi

reseptor, gigi, dan sinar sentral ini meminimalkan distorsi geometris dan

memperlihatkan gigi dan dukungan tulang dalam hubungan anatomi yang

sebenarnya.
Gambar 7.2 Teknik pararel menggambarkan sejajar axis gigi dan reseptor. Sinar sentral diarahkan
tegak lurus. Teknik ini meminimalkan distorsi gambar tetapi membutuhkan receptor holder
Karena kendala anatomi, teknik paralel ini menempatkan reseptor ke arah

bagian tengah dari rongga mulut, jauh dari gigi. Ini meningkatkan jarak objek-ke-

reseptor dan menghasilkan perbesaran gambar yang lebih tinggi dan ketajaman

geometris yang buruk. Untuk mengkompensasi distorsi yang dihasilkan dan

kurangnya ketajaman, teknik pararel digunakan dengan jarak objek-objek yang relatif

panjang (Gbr. 7.3). Teknik paralleling dapat digunakan secara efektif dengan sensor

film, CCD, atau CMOS.


Gambar 7.3 Grafik menunjukkan perubahan perbesaran gambar dengan perubahan jarak objek-
reseptor, menggunakan jarak sumber-objek 8 inci, 12 inci, dan 16 inci. Pembesaran yang disebabkan
oleh peningkatan objek-reseptor dapat diminimalkan dengan meningkatkan jarak sumber-objek.

Instrumen Receptor Holding

Receptor holding memfasilitasi posisi reseptor di mulut pasien. Pemegang

ini menstabilkan reseptor ke bite block (Gbr. 7.4). Ketika pasien menggigit bite block

ini, menempatkan reseptor yang sejajar dengan axis gigi. Banyak dari Receptor

holding ini khusus untuk berbagai merek sensor digital, storage phosphor plates atau

film. Itu juga penting untuk menggunakan instrumen reseptor yang memiliki external

guiding ring. External guiding ring ini digunakan untuk meluruskan x-ray

collimator; ini memastikan bahwa reseptor dipusatkan pada sinar di belakang gigi dan

bahwa sinar-x tegak lurus terhadap reseptor dan gigi (lihat Gambar 7.4). Kolimator

persegi panjang harus digunakan untuk mengurangi paparan radiasi pada pasien (lihat

Bab 3).
Gambar 7.4 Instrumen receptor holding. Instrumen XCP untuk bagian anterior yang ditampilkan
dengan sensor dan kabel yang dibungkus penutup sensor sekali pakai untuk kontrol infeksi dan untuk
melindungi sensor dari saliva.

Penempatan Reseptor

Untuk gambar terbaik, reseptor harus diposisikan sejajar dengan gigi dan

pada bagian vestibulum lingual atau palatal; ini sangat penting ketika rigid sensor

digunakan karena lebih besar daripada film. Untuk proyeksi rahang atas, batas

superior reseptor umumnya terletak pada midline palatal. Demikian pula, untuk

proyeksi mandibula, reseptor harus digunakan untuk menggeser lidah ke posterior

atau ke midline untuk memungkinkan batas inferior reseptor berada pada dasar mulut

jauh dari mukosa pada permukaan lingual mandibula.

Seringkali variasi anatomi tidak memungkinkan reseptor ditempatkan cukup

dalam untuk menangkap gambar seluruh gigi — misalnya, palatum yang dangkal

(Gbr. 7.5), dasar mulut yang dangkal, dan tori. Keterbatasan anatomi lainnya adalah

akar gigi yang memiliki banyak akar mungkin tidak ditempatkan sejajar dengan

reseptor, sehingga menghasilkan distorsi diferensial pada akar (Gambar 7.6).


Gambar 7.5 Kendala anatomi dalam menggunakan teknik paralleling. (A) Posisi optimal reseptor
sejajar dengan sumbu panjang gigi. (B) Palatum yang dangkal membatasi penempatan reseptor yang
sejajar dengan gigi. Perhatikan bahwa sinar-x tegak lurus terhadap reseptor tetapi tidak pada gigi,
sehingga terjadi distorsi.

Gambar 7.6 Sinar x-ray sejajar dengan pada bagian central axis gigi dan reseptor. Perhatikan bahwa
sinar-x berada pada sudut yang berbeda dengan akar bukal dan palatal molar, menghasilkan distorsi
yang tidak merata. Meningkatkan jarak sumber-objek dengan menggunakan long cone akan membatasi
distorsi ini.

Angulasi dari tube head

Orientasikan mengarahkan silinder dari mesin x-ray di bidang vertikal dan

horizontal agar sejajar dengan ring. Bidang pembukaan silinder harus sejajar dengan

bidang ring. Arah sinar horisontal terutama mempengaruhi tingkat overlap gambar

mahkota di ruang interproksimal (Gambar 7.7).


Gambar 7.7 horizontal overlapping pada mahkota yang mengalami penyimpangan arah sinar central di
bidang horizontal.
Teknik Bisektris

Dalam praktik kedokteran gigi kontemporer, teknik bisektris telah banyak

digantikan oleh teknik paralleling. Namun demikian, teknik bisektris mungkin

berguna ketika operator tidak dapat menerapkan teknik pararel karena sensor rigid

yang besar atau anatomi pasien. Teknik bisektris didasarkan pada teorema geometris

sederhana, aturan Cieszynski tentang isometri, yang menyatakan bahwa dua segitiga

sama ketika mereka berbagi satu sisi lengkap dan memiliki dua sudut sama.

Radiografi gigi menggunakan teorema sebagai berikut. Reseptor diposisikan sedekat

mungkin dengan permukaan lingual gigi, palatum atau di dasar mulut (Gbr. 7.8).

Reseptor dan axis gigi membentuk sudut dengan puncak di tepi insisal atau

permukaan oklusal. Ini menciptakan dua segitiga dengan dua sudut yang sama dan

sisi yang sama (garis imajiner). Hipotenus dari dua segitiga mewakili panjang gigi

sebenarnya dan panjang gambar; secara teori mereka sama.


Gambar 7.8 Teknik bisektris dimana sinar central diarahkan pada right angle ke bidang yang membagi
dua sudut antara sumbu aksis gigi dan reseptor

Instrumen Receptor Holding

Beberapa metode dapat digunakan untuk mendukung reseptor secara intraoral

untuk proyeksi bisektris. Metode yang disukai adalah menggunakan instrumen

receptor holding dengan perangkat eksternal untuk melokalisasi sinar x-ray dan

menentukan sudut vertikal yang sesuai. Instrumen bisektris (BAI, Dentsply Rinn

Corporation) menggunakan bite block dan reseptor pada sudut gigi. Lengan logam

menempel pada bite blok dan memasang ring eksternal untuk memastikan cakupan

penuh reseptor oleh sinar x-ray primer. Ada beberapa receptor holder lainnya dan bite

block sekali pakai yang dapat digunakan untuk mendukung reseptor untuk teknik ini.

Pasien sering menggunakan kekuatan berlebihan dan dapat menekuk film atau

storage phosphor plates, menyebabkan distorsi gambar. Juga, reseptor mungkin

tergelincir, menghasilkan bidang gambar yang tidak tepat. Akhirnya, tanpa panduan

eksternal untuk posisi reseptor, sinar x-ray mungkin kehilangan bagian dari reseptor,

menghasilkan gambar parsial (cone cut).

Posisi Pasien

 Proyeksi maksila

Pasien harus duduk tegak di dental chairs dengan bidang sagital vertikal dan

bidang oklusal horizontal.


 Proyeksi mandibula.

Pasien harus duduk tegak di dental chairs dengan bidang sagital vertikal.

Kepala dimiringkan sedikit untuk mengimbangi bidang oklusal yang berubah

ketika mulut dibuka.

Penempatan Reseptor

Mirip dengan teknik pararel, reseptor diposisikan di belakang bidang yang

diinginkan, dengan ujung apikal terhadap mukosa pada permukaan lingual atau

palatal. Tepi oklusal atau insisal berorientasi pada gigi dengan tepi reseptor

memanjang tepat di luar gigi. Jika perlu untuk kenyamanan pasien, sudut anterior

film dapat dilunakkan dengan menekuknya sebelum ditempatkan pada mukosa. Harus

berhati-hati untuk tidak menekuk film secara berlebihan karena ini dapat

mengakibatkan distorsi gambar yang cukup besar dan cacat tekanan pada emulsi yang

terlihat pada film yang diproses. Pembengkokan yang kurang ditandai dengan storage

phosphor plates, dan struktur sensor yang rigid CCD atau CMOS tidak dapat ditekuk

untuk beradaptasi dengan bentuk lengkungan.

Angulasi Tube Head

 Angulasi horisontal.

Ketika receptor holding dengan beam-localizing ring digunakan,

memfasilitasi penyelarasan dengan sinar x-ray, sehingga sinar central


diarahkan melalui kontak di daerah yang sedang diperiksa. Jika alat reseptor

holder tidak memiliki fitur beam-localizing, tube dimiringkan ke bidang

horizontal untuk mengarahkan sinar sentral melalui kontak. Tepi sinar-x

kolimator harus sejajar dengan permukaan bukal gigi yang sedang diperiksa.

 Angulasi vertikal

Dalam menggunakan teknik bisektris, tujuannya adalah untuk mengarahkan

sinar sentral dari sinar x-tegak lurus terhadap bidang bisektris antara reseptor

dan axis gigi. Namun, jika bisektris tidak digunakan, orientasi akurat dari

beam tidak secara praktis dapat dicapai untuk setiap proyeksi tunggal yang

akan dibuat. Sebaliknya, dokter menggunakan sudut yang telah ditentukan

untuk daerah anatomi tertentu (Tabel 7.1). Posisi pasien yang tepat sangat

penting saat menggunakan angulasi ini — pasien harus diposisikan dengan

bidang oklusal yang sejajar dengan bidang horizontal. Sudut yang ditentukan

sebelumnya didasarkan pada anatomi rahang manusia yang khas dan tidak

disesuaikan untuk masing-masing pasien. Seringkali ahli radiografi mungkin

perlu menyesuaikan sudut-sudut ini untuk memperhitungkan variasi anatomi,

seperti proklinasi gigi.


Distorsi gambar mungkin terjadi dan membatasi penggunaan efektif teknik

bisektris. Selain itu, masing-masing akar gigi yang memiliki multi-akar yang berbeda

akan menunjukkan tingkat distorsi yang berbeda.

Distorsi gambar yang secara klinis tidak dapat diterima mungkin memerlukan

pengambilan ulang radiografi dengan perubahan angulasi vertikal. Pola distorsi harus

dipandu oleh ahli radiografi untuk memilih sudut yang tepat. Gambar foreshortening

menunjukkan bahwa angulasi vertikal terlalu tinggi. Sebaliknya, elongation gambar

mengindikasikan angulasi vertikal yang tidak memadai.

Langkah Umum dalam melakukan Radiografi Intraoral

Langkah-langkah berikut menggambarkan keseluruhan prosedur umum untuk

mendapatkan satu set radiografi full-mouth, dibuat dengan menggunakan teknik

pararel

 Siapkan unit. Tempatkan penghalang untuk pengendalian infeksi universal

(lihat Bab 16) dan siapkan reseptor dan instrumen penahan reseptor di

samping kursi.

 Sambut dan tempatkan pasien. Posisikan pasien tegak di kursi dengan

punggung dan kepala ditopang dengan baik, dan jelaskan secara singkat
prosedur yang akan dilakukan. Posisikan dental chair rendah untuk proyeksi

rahang atas dan ditinggikan untuk proyeksi rahang bawah. Minta pasien untuk

melepas kacamata dan semua peralatan yang bisa dilepas. Perhiasan yang

mungkin berada di jalur sinar x-ray, seperti cincin pada hidung, bibir, dan

lidah harus dilepas. memasangkan celemek pelindung pada pasien terlepas

dari apakah gambar tunggal atau seri lengkap harus dibuat. Di Amerika

Serikat, persyaratan celemek pelindung diatur oleh peraturan radiasi negara.

 Sesuaikan pengaturan unit x-ray. Atur mesin x-ray untuk kVp, mA, dan waktu

yang tepat. Umumnya hanya waktu pemaparan yang disesuaikan untuk

berbagai lokasi anatomi.

 Cuci tangan Anda dengan seksama dan kenakan alat pelindung diri yang

sesuai. Cuci tangan Anda dengan sabun dan air, sebaiknya di depan pasien

atau setidaknya di daerah di mana pasien dapat mengamati atau menyadari

langkah ini. Kenakan sarung tangan sekali pakai dan gaun sekali pakai.

 Periksa rongga mulut. Sebelum menempatkan reseptor atau apa pun di mulut,

periksa gigi untuk memperkirakan kecenderungan aksial pada pasien, yang

mempengaruhi penempatan reseptor. Perhatikan juga tori atau penghalang lain

yang dapat memodifikasi penempatan reseptor. Pastikan semua peralatan dan

perhiasan yang dapat dilepas.


 Posisikan tube head x-ray. Letakkan tube head x-ray ke samping untuk

diperiksa sehingga mudah diakses untuk penentuan posisi akhir setelah

reseptor ditempatkan di mulut.

 Posisikan reseptor. Masukkan reseptor ke dalam perangkat penahan dan

posisikan reseptor dan perangkat penahan di mulut pasien untuk diperiksa.

Arahkan dudukan reseptor sedemikian rupa sehingga film atau sensor sejajar

dengan bidang oklusal. Teknik ini menghindari kebutuhan pasien untuk

membuka lebar. Untuk rahang atas, letakkan reseptor di mulut sejauh

mungkin dari gigi, di dekat midline palatum, di mana ada ruang maksimal

yang tersedia. Ruang yang ditambahkan memungkinkan reseptor

diorientasikan sejajar dengan sumbu axis gigi. Reseptor yang berada di

mulut, letakkan dengan lembut pada palatum atau dasar mulut. Untuk semua

gambar periapikal bitewing dan mandibula, penting untuk menggeser

mandibula ke sisi gambar; ini mengurangi ketidaknyamanan pasien karena

sekarang ada lebih banyak ruang untuk sensor di sisi lingual mandibula.

Setelah sensor diposisikan, putar instrumen receptor holding sampai bite

block bersandar pada gigi yang akan di-radiografi dan letakkan catton roll di

antara bite blok dan gigi yang berseberangan. Catton roll membantu

menstabilkan instrumen reseptor holding dan mengurangi ketidaknyamanan

pasien. Memegang instrumen dan reseptor pada tempatnya, minta pasien

untuk menutup mulut dengan lembut. Reseptor keadaan padat (sensor CCD
atau CMOS) memiliki sekitar 2 hingga 4 mm "dead space" antara tepi casing

plastik dan chip pengambilan gambar, dan daerah anatomi yang ditangkap

lebih kecil daripada ukuran sensor eksternal. Lebar dead space bervariasi

dengan produsen. Satu pabrikan, XDR Radiology, memiliki teknologi yang

dipatenkan yang menyediakan dead space yang lebih sedikit pada daerah

ujung mesial dan memperlihatkan titik kontak gigi caninus / premolar.

 Posisikan tube sinar-x. Sesuaikan angulasi vertikal dan horizontal tube head

agar sesuai dengan instrumen receptor-holding. Ujung ring bertujuan tube

head sinar-X harus rata atau sejajar dengan instrumen ring. Perhatian pasien

untuk tidak bergerak.

 Buat eksposur. Buat eksposur dengan waktu eksposur yang telah ditetapkan.

Jika reseptor adalah film, lepaskan reseptor dari mulut pasien setelah

eksposur, keringkan dengan serbet kertas, dan tempatkan reseptor di wadah

yang sesuai di luar area eksposur. Jika reseptornya adalah sensor CCD atau

CMOS, Anda dapat meletakkan di mulut pasien dan mengatur ulang

posisinya untuk tampilan berikutnya. Pastikan kenyamanan pasien setelah

setiap eksposur.

Proyeksi Periapikal Individual

Serangkaian radiografi full-mouth terdiri dari 21 gambar (lihat Kotak 7.1 dan

Gambar 7.1). Untuk memfasilitasi alur kerja, penting untuk membuat urutan proyeksi

reguler dalam membuat eksposur. Praktis untuk memulai pada anterior karena dapat
menyebabkan kurang nyaman bagi pasien. Bagian berikut menjelaskan detail

prosedural untuk membuat radiografi periapikal menggunakan teknik pararel. Ini

menggambarkan bidang yang dicakup dalam gambar, penempatan reseptor, proyeksi

sinar central, dan posisi ring.

TEKNIK PARAREL

 Proyeksi Incisivus Sentral Maksila

Gambar 7.9 Proyeksi periapikal sentralis maksila. (A) Area yang diarsir outline bidang gambar. (B)
Radiografi periapikal dari gigi incisivusi sentral rahang atas. (C) Posisi reseptor di rongga mulut dan
arah sinar x-ray (panah biru). (D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan sinar-x relatif terhadap
axis gigi incisivus central. (E) Posisikan pasien dengan reseptor holding pada tempatnya dan ring dan
ring sejajar dengan eksposur

o Bidang Gambar: Bidang gambaran pada radiografi ini harus mencakup gigi

incisivus sentral dan daerah periapikal (lihat Gambar. 7.9A dan B)

o Penempatan Reseptor: Tempatkan reseptor No. 1 di sekitar gigi premolar

kedua atau molar pertama yang akan diambil dari tinggi palatal maksimal
sehingga seluruh panjang gigi dapat diproyeksikan di atasnya. Reseptor

diletakkan di midline palatum (lihat Gambar 7.9C). Posisikan sumbu panjang

reseptor sejajar dengan sumbu panjang gigi incisivus sentral rahang atas (lihat

Gambar 7.9D).

o Proyeksi Sinar Sentral: Arahkan sinar sentral melalui titik kontak gigi

incisivus sentral dan tegak lurus terhadap bidang reseptor dan akar gigi (lihat

Gambar 7.9C). Karena inklinasi aksial dari gigi incisivus rahang atas sekitar

15 hingga 20 derajat, angulasi vertikal tube harus pada sudut positif yang

sama (lihat Gambar 7.9E). Tube seharusnya tidak memiliki angulasi

horizontal (lihat Gambar. 7.9C).

o Titik Masuk: Arahkan titik masuk sinar pusat yang tinggi di bibir, di midline,

tepat di bawah septum lubang hidung (lihat Gambar 7.9E). Jika palatal rendah

atau terdapat torus palatal, mungkin perlu untuk memiringkan dudukan

reseptor secara positif dan memastikan hubungan paralel antara reseptor dan

gigi untuk memastikan bahwa daerah periapikal terdapat pada gambar.

 Proyeksi Incisivus Lateral maksila


Gambar 7.10 Proyeksi periapikal incisivus lateral rahang atas. (A) Area yang diarsir outline
bidang gambar. (B) Radiografi periapikal gigi insisivus lateral rahang atas. (C) Posisi reseptor di
rongga mulut dan arah sinar x-ray (panah biru). (D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan
sinar-x relatif terhadap sumbu axis gigi incisivus lateral. (E) Posisikan pasien dengan receptor
holding pada tempatnya dan ring sejajar dengan eksposur.

o Bidang Gambar: Proyeksi ini harus menunjukkan gigi incisivus lateral dan

bidang periapikalnya berpusat pada radiograf (lihat Gambar 7.10A dan B).

Berisi daerah interproksimal mesial dengan aspek distal gigi incisivus sentral

pada radiograf sehingga tidak ada tumpang tindih yang terlihat.

o Penempatan Reseptor: Tempatkan reseptor No. 1 di dalam rongga mulut

sejajar dengan sumbu panjang dan bidang mesiodistal dari gigi incisivus

lateral rahang atas (lihat Gambar 7.10C dan D).

o Proyeksi sinar sentral: Mengarahkan sinar pusat melalui tengah

gigi incisivus lateral (lihat Gambar 7.10C), tanpa overlapping mahkota pada

ruang interproksimal pada aspek mesialnya. Jangan mencoba

memvisualisasikan jarak jauh dengan gigi caninus (lihat Gambar 7.10B).

o Titik Masuk: Arahkan sinar pusat untuk masuk di area bibir sekitar 1 cm dari

garis tengah (lihat Gambar 7.10E).

 Proyeksi caninus maksila


Gambar 7.11 Proyeksi periapikal caninus rahang atas. (A) Area yang diarsir outline bidang
gambar. (B) Radiografi periapikal gigi caninus rahang atas. (C) Posisi reseptor di rongga mulut
dan arah sinar x-ray (panah biru). (D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan sinar-x relatif
terhadap sumbu axis gigi caninus. (E) Posisikan pasien dengan receptor holding pada tempatnya
dan ring sejajar dengan eksposur.
o Bidang Gambar: Proyeksi ini harus menunjukkan seluruh gigi caninus,

dengan daerah periapikalnya, di midline radiograf (lihat Gambar 7.11A dan

B). Lihat area kontak mesial. Abaikan kontak distal karena akan

divisualisasikan pada proyeksi lain.

o Penempatan Reseptor: Tempatkan reseptor nomor 1 di palatum, jauh dari

permukaan palatal gigi (lihat Gambar 7.11C). Arahkan reseptor dengan tepi

anterior di sekitar tengah gigi incisivus lateral dan sumbu panjangnya sejajar

dengan sumbu panjang gigi caninus (lihat Gambar 7.11D).

o Proyeksi sinar sentral: Posisikan instrumen sehingga mengarahkan sinar

melalui kontak mesial gigi caninus (lihat Gambar. 7.11C). Jangan mencoba

membuka kontak distal.

o Titik Masuk: Arahkan sinar sentral melalui gigi caninus. Titik masuk adalah

pada sekitar persimpangan batas distal dan inferior ala hidung (lihat Gambar

7.11E).

 Proyeksi Premolar Maksila


Gambar 7.12 Proyeksi periapikal premolar rahang atas. (A) Area yang diarsir outline bidang
gambar. (B) Radiografi periapikal gigi premolar rahang atas. (C) Posisi reseptor di rongga mulut
dan arah sinar x-ray (panah biru). (D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan sinar-x relatif
terhadap sumbu axis gigi premolar. (E) Posisikan pasien dengan receptor holding pada
tempatnya dan ring sejajar dengan eksposur.
o Bidang Gambar: Radiografi ini harus mencakup gambar setengah bagian gigi

kaninus dan gigi premolar, dengan ruang setidaknya untuk molar pertama

(lihat Gambar 7.12A dan B).

o Penempatan Reseptor: Tempatkan reseptor No. 2 di mulut dengan dimensi

panjang sejajar dengan bidang oklusal dan dekat midline palatal (lihat Gambar

7.12C). Reseptor harus meluas cukup jauh ke depan untuk menutupi setengah

distal caninus. Ini juga harus mencakup gigi premolar dan molar pertama dan

mungkin bagian mesial dari molar kedua (lihat Gambar 7.12B). Bidang

reseptor harus hampir vertikal agar sesuai dengan sumbu panjang gigi
premolar (lihat Gambar 7.12C). Posisikan alat penahan reseptor sehingga

sumbu panjang reseptor sejajar dengan bidang bukal dari gigi premolar.

Menetapkan angulasi horisontal yang tepat (lihat Gambar 7.12C).

o Proyeksi sinar sentral: Arahkan sinar pusat tegak lurus ke reseptor (lihat

Gambar 7.12D). Angulasi horizontal dari instrumen holding harus disesuaikan

untuk memungkinkan sinar melewati daerah interproksimal antara gigi

premolar pertama dan kedua (lihat Gambar.7.12C).

o Titik Masuk: Tempatkan instrumen penahan agar sinar pusat melewati pusat

akar premolar kedua. Titik ini biasanya di bawah pupil mata (lihat Gambar

7.12E).

 Proyeksi Molar Maksila


Gambar 7.13 Proyeksi periapikal molar rahang atas. (A) Area yang diarsir outline bidang gambar.
(B) Radiografi periapikal gigi molar rahang atas. (C) Posisi reseptor di rongga mulut dan arah
sinar x-ray (panah biru). (D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan sinar-x relatif terhadap
sumbu axis gigi molar. (E) Posisikan pasien dengan receptor holding pada tempatnya dan ring
sejajar dengan eksposur.

o Bidang Gambar: Radiografi daerah ini harus menunjukkan gambar setengah

distal dari gigi premolar kedua, molar tiga permanen rahang atas, dan

beberapa tuberositas (lihat Gambar 7.13A dan B). Sertakan area yang sama

pada reseptor bahkan jika beberapa atau semua molar hilang. Jika molar

ketiga terkena dampak di area selain wilayah tuberositas, proyeksi oblikus

distal atau ekstraoral distal (mis. Tampilan lateral) mungkin diperlukan.

o Penempatan Reseptor: Ketika menempatkan reseptor No. 2 untuk proyeksi ini,

posisikan dimensi panjang reseptor hampir horizontal untuk meminimalkan

menyikat palatum dan dorsum lidah. Ketika reseptor berada di wilayah yang

akan diperiksa, putar reseptor ke posisi dengan gerakan tegas dan pasti.

Manuver ini penting untuk menghindari refleks muntah, dan tindakan tegas

oleh operator meningkatkan kepercayaan diri pasien. Tempatkan reseptor

cukup jauh ke belakang untuk menutupi area molar pertama, kedua, dan

ketiga dan beberapa tuberositas. Batas anterior seharusnya hanya menutupi

aspek distal premolar kedua (lihat Gambar 7.12B). Untuk menutupi molar dari

mahkota ke apeks, letakkan reseptor di midline palatum (lihat Gambar

7.13C). Dalam posisi ini, ruang harus tersedia untuk mengorientasikan paralel
reseptor dengan gigi molar. Rotasi mesial atau distal alat penahan reseptor

harus memastikan bahwa sumbu panjang reseptor sejajar dengan bidang bukal

rata-rata molar (untuk membentuk angulasi horizontal yang tepat). Palatum

dangkal mungkin memerlukan sedikit tip dari instrumen holding untuk

menghindari menekuk reseptor.

o Proyeksi Central Ray: Arahkan sinar pusat tegak lurus ke reseptor (lihat

Gambar 7.13D). Sesuaikan angulasi horizontal perangkat reseptor untuk

mengarahkan sinar pada sudut kanan ke permukaan bukal gigi molar (lihat

Gambar 7.13C).

o Titik Masuk: Titik masuk sinar pusat harus berada di pipi di bawah canthus

luar mata dan zygoma pada posisi molar kedua rahang atas (lihat Gambar

7.13E).

 Proyeksi Centrolateral Mandibula

Gambar 7.14 Proyeksi periapikal incisivus centrolateral mandibula. (A) Area yang diarsir outline
bidang gambar. (B) Radiografi periapikal incisivus centrolateral mandibula. (C) Posisi reseptor di
rongga mulut dan arah sinar x-ray (panah biru). (D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan
sinar-x relatif terhadap axis gigi incisivus mandibula. (E) Posisikan pasien dengan receptor
holding pada tempatnya dan ring sejajar dengan eksposur.

o Bidang Gambar: Pusatkan gambar gigi incisivus sentral dan lateral mandibula

dan daerah periapikalnya pada reseptor (lihat Gambar 7.14A dan B). Karena

ruang di daerah ini sering dibatasi, gunakan dua reseptor ukuran 1 untuk gigi

incisivus di setiap sisi untuk memberikan cakupan yang baik dengan

ketidaknyamanan minimal. Selain itu, area kontak gigi incisivus lebih baik

divisualisasikan pada dua reseptor anterior yang lebih sempit karena angulasi

sinar pusat dapat disesuaikan untuk area kontak di setiap sisi (lihat Gambar

7.14C).

o Penempatan Reseptor: Tempatkan dimensi panjang reseptor No. 1 secara

vertikal di belakang gigi incisivus sentral dan lateral dengan area kontak

terpusat dan batas bawah di bawah lidah. Posisikan reseptor posterior sejauh

mungkin, biasanya di antara premolar (lihat Gambar 7.14C). Dengan reseptor

diletakkan dengan lembut di dasar mulut sebagai titik tumpu, arahkan

instrumen ke bawah hingga bite block reseptor holder menempel pada gigi

incisivus. Instruksikan pasien untuk menutup mulut dengan perlahan. Ketika

pasien menutup dengan perlahan dan dasar mulut rileks, putar instrumen

dengan gigi sebagai titik tumpu untuk menyelaraskan reseptor agar lebih

sejajar dengan gigi (lihat Gambar 7.14D).


o Proyeksi Central Ray: Arahkan sinar pusat melalui ruang interproksimal

antara gigi incisivus sentral dan lateral (lihat Gambar. 7.14C).

o Titik Masuk: Sinar sentral masuk di bawah bibir bawah dan sekitar 1 cm

kearah lateral ke midline(lihat Gambar 7.14E).

 Proyeksi caninus mandibula

Gambar 7.15 Proyeksi periapikal caninus mandibula. (A) Area yang diarsir outline bidang
gambar. (B) Radiografi periapikal gigi caninus mandibula (C) Posisi reseptor di rongga mulut dan
arah sinar x-ray (panah biru). (D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan sinar-x relatif
terhadap sumbu axis caninus mandibula. (E) Posisikan pasien dengan receptor holding pada
tempatnya dan ring sejajar dengan eksposur.

o Bidang Gambar: Gambar ini harus menunjukkan seluruh kaninus mandibula

dan area periapikalnya (lihat Gambar 7.15A dan B). Lihat area kontak

mesialnya. Kontak distal disertakan pada proyeksi lain.


o Penempatan Reseptor: Tempatkan reseptor No. 1 di mulut dengan dimensi

panjang vertikal dan caninus di midline reseptor. Posisikan itu sejauh

mungkin dan kontralateral dengan prosesus alveolar (lihat Gambar 7.15C),

dengan sumbu panjang sejajar dan sejalan dengan gigi caninus (lihat Gambar

7.15D). Instrumen harus berujung dengan bite block pada gigi caninus

sebelum pasien diminta untuk menutup mulut.

o Proyeksi Sinar Sentral: Arahkan sinar sentral melalui kontak mesial gigi

kaninus tanpa memperhatikan kontak distal (lihat Gambar. 7.15C).

o Titik Masuk: Titik masuk hampir tegak lurus terhadap ala hidung, di atas

posisi gigi caninus dan sekitar 3 cm di atas batas inferior mandibula (Gbr.

7.15E).

 Proyeksi Premolar Mandibula

Gambar 7.16 Proyeksi periapikal premolar mandibula. (A) Area yang diarsir outline bidang
gambar. (B) Radiografi periapikal gigi premolar mandibula. (C) Posisi reseptor di rongga mulut
dan arah sinar x-ray (panah biru). (D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan sinar-x relatif
terhadap sumbu axis gigi premolar mandibula. (E) Posisikan pasien dengan receptor holding
pada tempatnya dan ring sejajar dengan eksposur.
o Bidang Gambar: Radiografi daerah ini harus menunjukkan setengah distal gigi

caninus, dua gigi premolar, dan gigi molar pertama (lihat Gambar 7.16A dan

B).

o Penempatan Reseptor: menggunakan reseptor No. 2 ke dalam mulut dengan

bidangnya hampir horizontal. Putar ujung timah ke dasar mulut antara lidah

dan gigi dengan batas anterior dekat midline gigi caninus. Tempatkan reseptor

dari gigi untuk menempatkannya di bagian mulut yang lebih dalam (lihat

Gambar 7.16C). Menempatkan reseptor ke arah midline juga menyediakan

lebih banyak ruang untuk batas anterior reseptor dalam lengkung rahang.

Cegah batas anterior agar tidak menyentuh gingiva yang sangat sensitif pada

permukaan lingual mandibula.

o Proyeksi Central Ray: Posisikan instrumen reseptor holder untuk

memproyeksikan sinar sentral melalui area molar premolar kedua. Angulasi

vertikal harus kecil, hampir sejajar dengan bidang oklusal, untuk menjaga

reseptor sedekat mungkin dengan sumbu panjang gigi (lihat Gambar 7.16D).

Sesuaikan angulasi horizontal dan penempatan alat penahan reseptor untuk

mengarahkan sinar melalui titik kontak premolar (lihat Gambar 7.16C).

o Titik Masuk: Titik masuk sinar pusat berada di bawah pupil mata dan sekitar 3

cm di atas batas inferior mandibula (lihat Gambar 7.16E)


 Proyeksi Molar Mandibula

Gambar 7.17 Proyeksi periapikal molar mandibula. (A) Area yang diarsir outline bidang gambar.
(B) Radiografi periapikal gigi molar mandibula. (C) Posisi reseptor di rongga mulut dan arah
sinar x-ray (panah biru). (D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan sinar-x relatif terhadap
axis gigi molar mandibula. (E) Posisikan pasien dengan receptor holding pada tempatnya dan
ring sejajar dengan eksposur.

o Bidang Gambar: Radiografi daerah ini harus mencakup setengah distal dari

premolar kedua dan tiga molar permanen mandibula (lihat Gambar 7.17A dan

B). Dalam kasus gigi molar ketiga yang terimpaksi atau kondisi patologis di

sebelah molar ketiga, proyeksi gigi molar distal oblik atau bahkan proyeksi
ekstraoral tambahan (panoramic atau lateral ramus) mungkin diperlukan untuk

menunjukkan daerah tersebut secara memadai. Jika area molar edentulous,

letakkan reseptor posterior cukup jauh untuk memasukkan area retromolar

dalam pemeriksaan.

o Penempatan Reseptor: Tempatkan reseptor No. 2 di mulut dengan bidangnya

hampir horizontal. Putar tepi inferior ke bawah di bawah batas lateral lidah,

gantilah secara medial. Tepi anterior reseptor harus berada di sekitar

pertengahan premolar kedua (lihat Gambar 7.17C). Dalam kebanyakan kasus

lidah memaksa reseptor dekat proses alveolar dan molar, menyelaraskannya

sejajar dengan sumbu panjang gigi dan garis oklusi.

o Proyeksi sinar sentral : Penempatan instrumen holding yang tepat

mengarahkan sinar sentral melalui molar kedua. Sesuaikan angulasi horizontal

untuk memproyeksikan sinar melalui area kontak (lihat Gambar 7.17C).

Karena sedikit kecenderungan lingual gigi molar, sinar sentral mungkin

memiliki sedikit angulasi positif (sekitar 8 derajat; lihat Gambar 7.17E).

o Titik Masuk: Arahkan titik masuknya sinar pusat di bawah canthus luar mata

sekitar 3 cm di atas batas inferior mandibula (lihat Gambar 7.17E).

RADIOGRAFI BITEWING

Radiografi bitewing (juga disebut interproksimal) meliputi mahkota gigi

maksila dan mandibula serta crest alveolar pada reseptor yang sama. Sumbu reseptor

bitewing biasanya berorientasi horizontal tetapi dapat berorientasi vertikal. Tube


diarahkan melalui ruang interproksimal dan sejajar dengan bidang oklusal. Reseptor

ditempatkan sejajar dengan permukaan bukal dan lingual gigi yang sedang diperiksa

dan tegak lurus dengan xray tube.

Tujuan diagnostik radiografi bitewing tercantum dalam Kotak 7.3.

Kotak 7.3

Tujuan Diagnostik Radiografi Bitewing

 Mendeteksi karies dini interproksimal sebelum terlihat secara klinis

 Mendeteksi karies sekunder di bawah restorasi

 Menilai kehilangan tulang interdental dan furkasi

Instrumen Receptor Holding

Reseptor holding digunakan untuk mengatur posisi dan menstabilkan reseptor

yang berdekatan dengan gigi yang sedang diperiksa. Instrumen bitewing memiliki

bite plate dan external guide ring untuk membantu memposisikan tube head (Gbr.

7.18). Bite block memfasilitasi posisi reseptor yang sejajar dengan permukaan wajah

gigi yang diradiografi. external guide ring membantu untuk menyelaraskan balok,

mengurangi tumpang tindih antara permukaan proksimal, dan mengurangi

kemungkinan sebagian mengekspos reseptor.


Reseptor holder untuk radiografi bitewing. (A) Sensor wire pada posisinya dengan bite block. ring
guides beam dan menggabungkan collimation persegi panjang untuk meminimalkan radiasi pasien.

(B) bitewing holder XCP, dengan external localizing ring untuk memandu posisi tube dari mesin x-ray
untuk memastikan bahwa seluruh reseptor berada dalam sinar x-ray. (Courtesy Dentsply Rinn, Elgin,
IL.) Disposable barriers telah dilepas untuk memperlihatkan detektor dan wire.

Gambar 7.18 Reseptor yang dilengkapi dengan tab atau loop bitewing dapat digunakan sebagai
pengganti perangkat penahan. Tab sekali pakai ini terbuat dari karton kaku atau plastik, dan tersedia
untuk film, storage phosphor plates and digital sensors
Gambar 7.19 Disposable bitewing menunjukkan tab yang digigit pasien untuk mendukung reseptor
selama paparan. (A) Cardboard loop untuk film dan storage phosphor plates. (B) Tab plastic adhesive
untuk digunakan dengan sensor solid-state. Menunjukkan gambaran yang digunakan dengan kontrol
infeksi di atas sensor dan kabel. (Courtesy Dentsply Rinn, Elgin, IL.)

Posisi Pasien

Pasien harus duduk tegak di dental chair dengan bidang sagital vertikal dan

bidang oklusal horizontal. Ketika reseptor holder dengan external guide ring

digunakan, posisi kepala pasien kurang penting. Namun, ketika bitewing digunakan,

panduan eksternal untuk mengatur kerucut x-ray tidak tersedia; dengan demikian

standarisasi posisi kepala pasien adalah penting.

Penempatan Reseptor

 Proyeksi bitewing horisontal.

Biasanya, radiografi bitewing dibuat dengan reseptor dalam orientasi

horizontal. Tampilan terpisah dibuat untuk daerah premolar dan molar.

Reseptor ditempatkan di bagian vestibulum lingual yang berdekatan dengan

gigi yang akan diradiografi, dan reseptor bite block diletakkan di atas

permukaan oklusal mandibula. Reseptor diatur agar sejajar dengan permukaan

bukal gigi yang sedang diradiografi. Tepi reseptor holder dapat digunakan

untuk membantu dalam orientasi paralel ini. Setelah reseptor diposisikan,

pasien diminta untuk mengigit bite block. Saat menggunakan tab bitewing,

penting untuk mengarahkan pasien untuk menutup dengan lembut untuk

memastikan pemisahan yang cukup dari gigi rahang atas dan rahang bawah.
Dua tampilan bitewing posterior, premolar dan molar,

direkomendasikan untuk setiap kuadran. Namun, untuk anak-anak berusia 12

tahun atau lebih muda, satu reseptor bitewing (No. 2) biasanya cukup.

Proyeksi premolar harus mencakup setengah distal caninus dan mahkota gigi

premolar. Karena caninus mandibula biasanya lebih mesial daripada caninus

rahang atas, caninus mandibula digunakan sebagai panduan untuk penempatan

reseptor bitewing premolar. Reseptor bitewing molar ditempatkan 1 atau 2

mm di luar molar yang erupsi (maksila atau mandibula). Tepi anterior

reseptor digunakan untuk memandu posisi untuk mencakup kontak

interproksimal yang sesuai. Saat menggunakan film atau storage phosphor

plates, film sekitar 2 mm dari edge. Saat menggunakan sensor solid-state, ada

sekitar 2-4 mm dead space antara tepi casing plastik dan chip penangkap

gambar; ini bervariasi dengan produsen.

 Proyeksi vertical bitewing

Proyeksi bitewing vertikal digunakan ketika pasien mengalami kehilangan

tulang alveolar sedang sampai berat. Mengorientasikan panjang reseptor

secara vertikal meningkatkan kemungkinan bahwa crest alveolar residual

dalam rahang atas dan mandibula akan dicatat pada radiograf (Gambar 7.20).

Prinsip-prinsip untuk memposisikan reseptor dan mengarahkan sinar-x adalah

sama dengan proyeksi horizontal bitewing. Bite blok yang dirancang khusus

untuk orientasi vertikal sensor.


Gambar 7.20 tampilan bitewing vertikal. Mengorientasikan panjang reseptor secara vertikal
meningkatkan kemungkinan bahwa crest alveolar di maxilla dan mandibula akan dicatat pada
radiograf bahkan pada pasien dengan kehilangan tulang alveolar yang luas.

Angulasi Tube Head

 Angulasi Horizontal

Untuk secara efektif menggambarkan permukaan gigi interproksimal

tanpa superimposisi, sinar x diarahkan melalui kontak. Beberapa perbedaan

mungkin ada dalam kelengkungan lengkung rahang bawah dan rahang atas.

Namun, ketika sinar x diarahkan secara akurat melalui kontak premolar

mandibula, overlapping minimal atau tidak ada di segmen premolar rahang

atas. Beberapa derajat toleransi tersedia dalam angulasi horizontal sebelum

overlapping. Biasanya kurang dari sepertiga dari ketebalan enamel proksimal

harus overlap. Kontak antara molar pertama dan kedua rahang atas sering

miring beberapa derajat lebih anterior daripada antara molar pertama dan

kedua mandibula.

 Angulasi vertikal
Silinder bertujuan diposisikan sekitar +10 derajat untuk

memproyeksikan paralel beam dengan bidang oklusal (occlusal

dentinoenamel junction). Orientasi ini meminimalkan overlapping dari cusps

yang berlawanan ke permukaan oklusal dan dengan demikian meningkatkan

kemungkinan mendeteksi lesi oklusal awal di dentinoenamel junction.

Proyeksi Individual Bitewing

Proyeksi bitewing dari gigi premolar dan molar. Bagian berikut menjelaskan

detail prosedural untuk radiografi bitewing. Ini menggambarkan bidang yang dicakup

dalam gambar, penempatan reseptor, proyeksi sinar central, dan posisi ring.

 Proyeksi bitewing premolar


Gambar 7.21 Proyeksi menggigit premolar. (A) Area yang diarsir pada gambar. (B) radiografi
bitewing dari daerah premolar. (C dan D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan sinar-x relatif
terhadap mahkota premolar maksila dan mandibula. (E) Posisikan pasien dengan reseptor holder pada
tempatnya ring sejajar dengan eksposur

Bidang Gambar: Proyeksi ini harus mencakup bagian distal dari kaninus mandibula

anterior dan menunjukkan mahkota gigi premolar rahang atas dan rahang bawah

(lihat Gambar 7.21A dan B).

o Penempatan Reseptor: Tempatkan reseptor antara lidah dan gigi, cukup jauh

dari permukaan lingual gigi untuk mencegah gangguan oleh palatum saat

menutup. Reseptor harus sejajar dengan sumbu panjang gigi (lihat Gambar

7.21C). Batas anterior reseptor harus melampaui area kontak antara kaninus

mandibula dan premolar pertama (lihat Gambar 7.21D). Reseptor holder di

tempatnya sampai mulut pasien benar-benar tertutup. Menahan reseptor

sambil menutup mencegahnya dipindahkan dari jauh.

o Proyeksi Sinar Sentral: Sesuaikan angulasi horizontal cone untuk

memproyeksikan sinar sentral ke pusat reseptor melalui area kontak premolar

(lihat Gambar 7.21D). Untuk mengimbangi sedikit kecenderungan reseptor

terhadap mukosa palatal, angulasi vertikal harus sekitar +5 derajat. (Dalam

gambar, gigi mandibula ditunjukkan dalam garis putus-putus.)

o Titik Masuk: Identifikasi titik masuk dengan menarik kembali pipi dan

menentukan bahwa sinar sentral akan memasuki garis oklusi pada titik kontak

antara premolar kedua dan molar pertama (lihatGambar 7.21E).

 Proyeksi bitewing molar


Gambar 7.22 Proyeksi menggigit molar. (A) Area yang diarsir pada gambar. (B) radiografi bitewing
dari daerah molar. (C dan D) Representasi grafis dari reseptor gambar dan sinar-x relatif terhadap
mahkota molar maksila dan mandibula. (E) Posisikan pasien dengan reseptor holder pada tempatnya
dan ring sejajar dengan eksposur Bidang Gambar: Proyeksi ini harus menunjukkan permukaan distal
paling posterior molar erupsi dan mahkota molar rahang atas dan rahang bawah (lihat Gambar 7.22A
dan B). Karena daerah kontak molar rahang atas dan rahang bawah mungkin tidak terbuka dari
angulasi horizontal yang sama, mereka mungkin tidak terlihat pada satu gambar. Dalam hal ini,
mungkin diinginkan untuk membuka kontak molar rahang atas karena kontak molar mandibula
biasanya terbuka pada reseptor periapikal.

o Penempatan Reseptor: Tempatkan reseptor antara lidah dan gigi sejauh bagian

lingual untuk menghindari kontak dengan gingiva yang sensitif (lihat Gambar

7.22C). Margin distal reseptor harus meluas 1 hingga 2 mm di paling posterior

molar erupsi (lihat Gambar 7.22D). Saat menggunakan XCP, sesuaikan

angulasi horizontal dengan menempatkan bar pemandu sejajar dengan arah

sinar pusat untuk membuka area kontak antara molar pertama dan kedua.

o Proyeksi Sinar Sentral: Proyeksikan sinar sentral ke pusat reseptor dan

melalui kontak molar rahang atas pertama dan kedua (lihat Gambar 7.22D).

Arahkan sedikit sinar sentral dari anterior karena kontak molar biasanya tidak

berorientasi pada sudut kanan ke permukaan bukal dari gigi-gigi ini.

Disarankan angulasi vertikal +10 derajat.


o Titik Masuk: Sinar sentral harus masuk ke pipi di bawah canthus lateral mata

pada tingkat bidang oklusal (lihat Gambar 7.22E).

Radiografi Oklusal

Radiografi oklusal menampilkan segmen lengkung gigi yang relatif besar.

Termasuk palatum atau dasar mulut dan tingkat yang wajar dari struktur lateral yang

berdekatan. Radiografi oklusal juga berguna ketika pasien tidak dapat membuka

cukup lebar untuk gambar periapikal atau karena alasan lain tidak dapat menerima

reseptor periapikal. Karena radiografi oklusal diekspos pada angulasi yang curam,

mereka dapat digunakan dengan gambar periapikal konvensional untuk menentukan

lokasi objek dalam ketiga dimensi.

Tujuan diagnostik radiografi oklusal tercantum dalam Kotak 7.4. Dengan

pertumbuhan cone beam computed tomography (CBCT) dalam kedokteran gigi,

banyak tujuan diagnostik ini sekarang dicapai dengan gambaran CBCT daripada

radiografi oklusal. Namun demikian radiografi oklusal terus digunakan di mana akses

ke pencitraan CBCT mungkin terbatas.

Tujuan Diagnostik Radiografi Oklusal

 Untuk menemukan gigi supernumerary, unerupted, dan gigi impaksi

 Untuk melokalisasi benda asing di rahang dan dasar mulut

 Untuk mengidentifikasi dan menentukan luasnya penyakit (mis., Kista,

osteomielitis, keganasan) di rahang, langit-langit mulut, dan dasar mulut


 Untuk mengevaluasi dan memantau perubahan dalam jahitan midpalatal

selama ekspansi palatal ortodontik.

 Untuk mendeteksi dan menemukan sialoliths di saluran kelenjar sublingual

dan submandibular

 Untuk mengevaluasi integritas garis anterior, medial, dan lateral sinus

maksilaris

 Untuk membantu dalam pemeriksaan pasien dengan trismus, yang dapat

membuka mulut mereka hanya beberapa milimeter; kondisi ini menghalangi

intraoral radiografi, yang mungkin tidak mungkin atau paling tidak

menyakitkan untuk pasien

 Untuk mendapatkan informasi tentang lokasi, sifat, luas, dan fraktur

mandibula dan maksila

Untuk radiografi oklusal, sebuah reseptor (7.7 cm × 5.8 cm[3 inci x 2,3

inci]) dimasukkan ke antara permukaan oklusal gigi. Reseptor oklusal terbuat dari

film atau storage phosphor plates. Sensor CCD atau CMOS dengan ukuran ini

tidak diproduksi. Seperti namanya, reseptor terletak pada bidang oklusi. Sisi

"tube" reseptor ini diposisikan ke arah rahang untuk diperiksa, dan sinar x

diarahkan melalui rahang ke reseptor. Karena ukurannya, reseptor memungkinkan

pemeriksaan bagian rahang yang relatif besar. Proyeksi standar digunakan, yang

menetapkan hubungan yang diinginkan antara sinar central, reseptor, dan daerah

yang sedang diperiksa.


Proyeksi oklusal individual

Bagian berikut menjelaskan detail prosedural untuk membuat proyeksi

radiografi oklusal spesifik. Ini menggambarkan bidang yang dicakup dalam gambar,

penempatan reseptor, proyeksi sinar central, dan posisi ring.

 Proyeksi oklusal anterior maksila

Gambar 7.23 Proyeksi oklusal anterior maksilaris. (A) Area yang diarsir pada gambar. (B) Radiografi
oklusal anterior maksilaris. (C) Posisikan pasien dengan reseptor pada tempatnya dan ring sejajar
dengan eksposur.

o Bidang Gambar: Bidang utama dari proyeksi ini meliputi maksila anterior dan

gigi dan dasar anterior fossa hidung dan gigi-gigi dari kaninus ke kaninus

(lihat Gambar 7.23A dan B).

o Penempatan Reseptor: posisikan kepala pasien sehingga bidang sagital tegak

lurus dan bidang oklusal horizontal ke lantai (lihat Gambar 7.23C).


Tempatkan reseptor di mulut dengan sisi terbuka ke rahang atas, batas

posterior menyentuh rami, dan dimensi panjang reseptor tegak lurus dengan

bidang sagital. Pasien menstabilkan reseptor dengan menutup mulut dengan

lembut.

o Proyeksi Central Ray: Arahkan sinar pusat melalui ujung hidung ke tengah

reseptor dengan kira-kira +45 derajat angulasi vertikal dan 0 derajat horizontal

angulasi (lihat Gambar 7.23C).

o Titik Masuk: Sinar sentral memasuki wajah pasien kira-kira melalui ujung

hidung (lihat Gambar 7.23C).

 Proyeksi oklusal topografi maksila

Gambar 7.24 Proyeksi oklusal topografi maksilaris. (A) Area yang diarsir pada gambar. (B) Proyeksi
oklusal topografi maksilaris. (C) Posisikan pasien dengan reseptor pada tempatnya dan ring sejajar
dengan eksposur.
o Bidang Gambar: Proyeksi ini menunjukkan palatum, prosesus zygomatik dari

rahang atas, aspek anteroinferior dari setiap antrum, kanal nasolacrimal, gigi

dari molar kedua ke molar kedua, dan septum hidung (lihat Gambar 7.24A

dan B).

o Penempatan Reseptor: Tempatkan pasien tegak dengan bidang sagital tegak

lurus ke lantai dan bidang oklusal horizontal. Tempatkan reseptor, dengan

dimensi panjang tegak lurus terhadap bidang sagital, bersilangan di mulut.

Dorong reseptor ke belakang dengan perlahan sampai menyentuh batas

anterior mandibula rami. Pasien menstabilkan reseptor dengan menutup mulut

dengan lembut (lihat Gambar 7.24C).

o Proyeksi Sinar Sentral: Arahkan sinar sentral pada angulasi vertikal +65

derajat dan angulasi horizontal 0 derajat ke jembatan hidung tepat di bawah

nasion, ke arah tengah reseptor (lihat Gambar 7.24C).

o Titik Masuk: Umumnya sinar sentral memasuki wajah pasien melalui pangkal

hidung (lihat Gambar 7.24C).

 Proyeksi oklusal lateral maksila


Gambar 7.25 Proyeksi oklusal lateral maksilaris. (A) Area yang diarsir pada gambar. (B) Proyeksi
oklusal lateral maksilaris. (C) Posisikan pasien dengan reseptor pada tempatnya dan ring sejajar
dengan eksposur

o Bidang Gambar: Proyeksi ini menunjukkan kuadran ridge alveolar rahang

atas, aspek inferolateral antrum, tuberositas, dan gigi dari gigi incisivus lateral

ke gigi molar ketiga kontralateral (lihat Gambar 7.25A dan B). Selain itu,

proses zygomatik maxilla superimposis di atas akar gigi molar.

o Penempatan Reseptor: Tempatkan reseptor dengan sumbu panjangnya sejajar

dengan bidang sagital dan di sisi yang menarik, dengan sisi tube ke arah sisi

maksila yang bersangkutan. Dorong reseptor ke belakang sampai menyentuh

ramus. Posisikan batas lateral sejajar dengan permukaan bukal gigi posterior,

memanjang ke lateral kira-kira 1 cm melewati puncak bukal. Minta pasien

untuk menutup dengan lembut untuk menahan reseptor pada posisinya (lihat

Gambar 7.25C).

o Proyeksi Central Ray: Arahkan sinar pusat dengan angulasi vertikal +60

derajat, ke titik 2 cm di bawah canthus lateral mata, diarahkan menuju pusat

reseptor (lihat Gambar 7.25C).

o Titik Masuk: Sinar sentral masuk pada titik kira-kira 2 cm di bawah canthus

lateral mata (lihat Gambar 7.25C).

 Proyeksi oklusal anterior mandibula


Gambar 7.26 Proyeksi oklusal anterior mandibula. (A) Area yang diarsir pada gambar. (B) Proyeksi
oklusal anterior mandibula. (C) Posisikan pasien dengan reseptor pada tempatnya dan ring sejajar
dengan eksposur.

o Bidang Gambar: Proyeksi ini mencakup bagian anterior mandibula, gigi-

geligi dari kaninus ke kaninus, dan batas kortikal inferior mandibula (lihat

Gambar 7.26A dan B).

o Penempatan Reseptor: Tempatkan pasien miring ke belakang sehingga bidang

oklusal 45 derajat di atas horisontal. Tempatkan reseptor di mulut dengan

sumbu panjang tegak lurus terhadap bidang sagital dan dorong posterior

sampai menyentuh rami. Pusatkan reseptor dengan sisi eksposur menghadap

ke bawah dan minta pasien menggigit dengan ringan untuk menahan reseptor

pada posisinya (lihat Gambar 7.26C).

o Proyeksi Central Ray: Arahkan sinar pusat dengan angulasi -10 derajat

melalui titik dagu menuju tengah reseptor; ini memberikan ray −55 derajat

angulasi ke bidang reseptor (lihat Gambar 7.26C).

o Titik Masuk: Titik masuk sinar pusat ada di midline dan melalui ujung dagu

(lihat Gambar 7.26C).

 Proyeksi oklusal topografi mandibula


Gambar 7.27 Proyeksi oklusal mandibula. (A) Area yang diarsir pada gambar. (B) Proyeksi oklusa
topografi mandibula. (C) Posisikan pasien dengan reseptor pada tempatnya dan ring sejajar dengan
eksposur.

o Bidang Gambar: Proyeksi ini mencakup jaringan lunak dari dasar mulut dan

memperlihatkan lingual dan bukal mandibula dari molar kedua ke molar

kedua (lihat Gambar 7.27A dan B). Saat gambaran ini untuk memeriksa dasar

mulut (mis., Untuk sialolith), waktu pemaparan harus dikurangi menjadi

setengah dari waktu yang digunakan untuk membuat gambar mandibula.

o  Penempatan Reseptor: Tempatkan pasien dalam posisi semireclining dengan

kepala dimiringkan ke belakang sehingga garis ala-tragus hampir tegak lurus

ke lantai. Tempatkan reseptor di mulut dengan sumbu panjang tegak lurus

terhadap bidang sagital dan dengan sisi tube pada mandibula. Batas anterior

reseptor harus sekitar 1 cm di luar insisivus sentral mandibula. Minta pasien

untuk menggigit reseptor dengan lembut untuk menahannya pada posisinya

(lihat Gambar 7.27C).


o Proyeksi Sinar Sentral: Arahkan sinar sentral di midline melalui dasar mulut

kira-kira 3 cm di bawah dagu, pada sudut kanan ke tengah reseptor (lihat

Gambar 7.27C).

o Titik Masuk: Titik masuk sinar sentral ada di garis tengah melalui dasar mulut

sekitar 3 cm di bawah dagu (lihat Gambar 7.27C).

 Proyeksi oklusal lateral mandibula

Gambar 7.28 Proyeksi oklusal lateral mandibula. (A) Area yang diarsir pada gambar. (B) Proyeksi
oklusal lateral mandibula. (C) Posisikan pasien dengan reseptor pada tempatnya dan ring sejajar
dengan eksposur.

o Bidang gambar: Proyeksi ini mencakup jaringan lunak setengah dasar mulut,

plat kortikal bukal dan lingual dari setengah mandibula, dan gigi dari gigi
incisivus lateral ke molar ketiga kontralateral (lihat Gambar 7.28A dan B) .

Ketika tampilan ini digunakan untuk memberikan gambar dasar mulut, waktu

pencahayaan harus dikurangi menjadi setengah dari yang digunakan untuk

memberikan gambar mandibula.

o Penempatan Reseptor: Tempatkan pasien dalam posisi semireclining dengan

kepala dimiringkan ke belakang sehingga garis ala-tragus hampir tegak lurus

ke lantai (lihat Gambar 7.28C). Tempatkan reseptor di mulut dengan sumbu

panjang awalnya sejajar dengan bidang sagital dan dengan sisi paparan ke

bawah menuju mandibula. Tempatkan reseptor sejauh posterior, kemudian

geser sumbu panjang secara bukal (kanan atau kiri) sehingga batas lateral

reseptor sejajar dengan permukaan bukal gigi posterior dan memanjang lateral

sekitar 1 cm.

o Proyeksi Sinar Sentral: Arahkan sinar sentral tegak lurus ke tengah reseptor

melalui titik di bawah dagu, sekitar 3 cm posterior ke titik dagu dan 3 cm

lateral ke garis tengah (lihat Gambar 7.28C).

o Titik Masuk: Titik masuk sinar pusat berada di bawah dagu, sekitar 3 cm di

belakang dagu dan sekitar 3 cm di samping midline(lihat Gambar 7.28C).

Gambaran Radiologi pada Anak

Perlindungan radiasi sangat penting bagi anak-anak karena sensitivitas mereka

yang lebih besar terhadap radiasi. Cara terbaik untuk mengurangi pajanan yang tidak

perlu dengan cara dokter gigi meminimalkan radiografi yang diperlukan untuk
masing-masing pasien. Penilaian ini didasarkan pada pemeriksaan klinis yang cermat

dan pertimbangan usia pasien, riwayat kesehatan, pertimbangan pertumbuhan, dan

kesehatan mulut secara umum serta apakah ada karies dan waktu yang berlalu sejak

pemeriksaan sebelumnya (lihat Bab 17). Pemeriksaan bitewing untuk penilaian karies

tidak diperlukan ketika kontak terbuka dan permukaan proksimal dapat diperiksa

secara visual. Survei periapikal sering direkomendasikan untuk anak-anak di awal

tahap pertumbuhan gigi campuran. Perhatian khusus harus diberikan pada prosedur

yang mengurangi paparan (lihat Bab 3), termasuk penggunaan reseptor, pemrosesan

yang tepat, perangkat pembatas balok, dan penggunaaan apron dan pelindung tiroid.

Radiografi pada anak bisa menjadi pengalaman yang menantang. Meskipun

prinsip-prinsip radiografi periapikal untuk anak-anak sama dengan orang dewasa,

dalam praktiknya anak-anak diberikan pertimbangan khusus karena struktur anatomi

yang kecil dan kemungkinan masalah perilaku. Ukuran lengkung dan gigi yang lebih

kecil membutuhkan penggunaan reseptor periapikal yang lebih kecil. Palatum dan

dasar mulut yang relatif dangkal mungkin memerlukan modifikasi penempatan

reseptor lebih lanjut. Pemeriksaan radiografi khusus yang menggunakan reseptor

oklusal untuk proyeksi ekstraoral telah disarankan.

Managemen Pasien

Anak-anak sering kali merasa khawatir tentang pemeriksaan radiografi, sama

seperti kekhawatiran mereka tentang banyak jenis prosedur perawatan gigi lainnya.

Pemeriksaan radiografi biasanya merupakan prosedur manipulatif pertama yang

dilakukan pada pasien muda. Jika pemeriksaan ini tidak mengancam dan nyaman,
pengalaman perawatan gigi berikutnya biasanya diterima dengan sedikit atau tanpa

kekhawatiran. Ketakutan seperti itu paling baik dihilangkan dengan membiasakan

anak dengan prosedur, yang dilakukan dengan menjelaskannya dengan cara yang

dapat dia pahami. Seringkali bijaksana untuk menggambarkan mesin x-ray sebagai

“kamera yang digunakan untuk mengambil gambar gigi." Anak dapat menjadi lebih

nyaman dengan reseptor dan mesin x-ray dengan menyentuhnya sebelum

pemeriksaan. Operator harus melanjutkan percakapan dengan anak tersebut sebagai

gangguan dan untuk mendapatkan kepercayaan dirinya. Mungkin menguntungkan

bagi anak untuk melihat kakak laki-laki atau perempuannya diradiografi atau

meminta orang tua atau asisten dokter gigi menjadi model. Anak yang merasakan

sensasi tersedak dapat diminta untuk bernapas melalui hidung. Teknik untuk

mengalihkan perhatian mereka, seperti meminta mereka menekuk jari kaki atau

mengepalkan tangan, bisa efektif. Namun, jika prosedurnya demikian ditunda sampai

janji temu berikutnya, refleks muntah mungkin tidak ditemukan; sering kali lebih

mudah bagi pasien untuk mengontrol. Sangat penting untuk menjelaskan kepada

pasien bahwa prosedur ini akan jauh lebih mudah jika Anda menanam pikiran positif

berikutnya.

Cakupan Pemeriksaan

Ketika survei radiografi lengkap diperlukan, harus menunjukkan daerah

periapikal dari semua gigi, permukaan proksimal dari semua gigi posterior. Jumlah

proyeksi yang dibutuhkan tergantung pada ukuran anak. Selain itu, paparan yang

sesuai dengan ukuran anak harus digunakan. Misalnya, pengurangan 50% dalam
miliampere yang digunakan untuk rata-rata orang dewasa muda memberikan

kepadatan yang tepat untuk pasien yang lebih muda dari 10 tahun. Pengaturan

pemaparan (mA atau s) berkurang sekitar 25% untuk anak-anak berusia 10 hingga 15

tahun.

Gigi Desidui (3 hingga 6 Tahun)

Kombinasi proyeksi dapat digunakan untuk memberikan cakupan yang

memadai untuk pasien gigi anak. Pemeriksaan ini dapat terdiri dari dua reseptor

oklusal anterior, dua reseptor bitewing posterior, dan hingga empat reseptor

periapikal posterior seperti yang ditunjukkan (Gambar 7.29). Untuk proyeksi maksila

dan interproksimal, anak duduk tegak dengan bidang sagital tegak lurus dan bidang

oklusal sejajar dengan lantai (bidang horizontal). Untuk proyeksi mandibula selain

oklusal, anak duduk tegak dengan bidang sagital tegak lurus. Sudut tragus mulut

sejajar dengan lantai. Beberapa dokter gigi menemukan bahwa pandangan panorama,

daripada empat periapikal, lebih informatif dan menghasilkan lebih sedikit paparan

terhadap anak (lihat Bab 3).


Gambar 7.29 Pemeriksaan radiografi gigi desidui terdiri dari dua oklusal anterior, empat periapikal
posterior, dan dua bitewing. Seringkali lebih baik untuk melakukan pemeriksaan bitewing dan
panoramik diikuti oleh periapikal yang dipilih seperti yang ditunjukkan.

Proyeksi Oklusal Anterior Maksila

Reseptor No. 2 harus ditempatkan di mulut dengan long axis tegak lurus

terhadap bidang sagital dan permukaan eksposur ke arah gigi rahang atas. Reseptor

ini berpusat di midline dengan batas anterior memanjang tepat di luar edge insisal

gigi anterior. Sinar central diarahkan pada angulasi vertikal +60 derajat melalui ujung

hidung menuju pusat reseptor.

Proyeksi oklusal anterior mandibula

Anak harus duduk dengan kepala mendongak sehingga bidang oklusal sekitar

25 derajat di atas bidang lantai. Reseptor No. 2 ditempatkan dengan long axis tegak

lurus terhadap bidang sagital dan permukaan eksposur ke arah gigi mandibula. Sinar

sentral diorientasikan pada sudut vertikal −30 derajat dan melalui ujung dagu menuju

reseptor.

Proyeksi Bitewing

Reseptor No. 0 digunakan dengan paper loop reseptor holder. Reseptor

ditempatkan di mulut anak seperti pada proyeksi bitewing premolar dewasa. Bidang

gambar harus mencakup setengah distal caninus dan molar sulung. Menggunakan
angulasi vertikal positif +5 hingga +10 derajat. Sudut horizontal diorientasikan untuk

mengarahkan sinar melalui ruang interproksimal.

Proyeksi periapikal molar sulung maksila.

Reseptor No. 0 dalam bite block XCP atau BAI (Dentsply Rinn, Elgin, IL)

yang dimodifikasi digunakan, baik dengan atau tanpa mengarakan ke ring dan

indikator. Reseptor diposisikan di midline palatum dengan batas anterior meluas ke

kaninus sulung rahang atas. Bidang gambar dari proyeksi ini harus mencakup

setengah distal gigi kaninus sulung dan kedua molar sulung.

Proyeksi molar sulung mandibula.

Reseptor No. 0 diposisikan dalam bite blok XCP atau BAI yang dimodifikasi

dengan atau mengarakan ke ring dan indikator di antara gigi posterior dan lidah.

Gambaran radiografi harus menunjukkan setengah distal kaninus sulung rahang

bawah dan gigi molar sulung.

Gigi bercampur (7-12 tahun)

Pemeriksaan lengkap dari gigi bercampur, jika diindikasikan, terdiri dari dua

proyeksi periapikal gigi incisuvus, empat proyeksi periapikal caninus, empat proyeksi

periapikal posterior, dan dua atau empat proyeksi bitewing posterior (Gambar 7.30).

Untuk proyeksi maksila dan interproksimal, anak harus duduk tegak lurus dengan

bidang sagital dan bidang oklusal sejajar dengan lantai. Untuk proyeksi mandibula,

anak harus duduk tegak lurus dengan bidang sagital dan garis ala-tragus sejajar

dengan lantai. Instrumen XCP digunakan untuk anak-anak yang lebih besar.

Menggunakan bite block mungkin lebih nyaman untuk individu yang lebih kecil.
Gambar 7.30 Pemeriksaan radiografi gigi bercampur terdiri dari dua gambaran gigi incisuvus, empat
gambaran gigi caninus, empat gambaran posterior, dan dua gambaran proyeksi bitewing. Seringkali
lebih baik untuk melakukan pemeriksaan bitewing dan panoramik diikuti oleh proyeksi periapikal
yang dipilih seperti yang ditunjukkan.

Proyeksi periapikal anterior maksila.

Reseptor No. 1 harus diposisikan di mulut di belakang sentral maksila dan

incisivus lateral. Reseptor harus dipusatkan pada embrasure antara gigi incisuvus

sentral.

Proyeksi periapikal anterior mandibula.

Reseptor No. 1 harus diposisikan di belakang sentral mandibula dan gigi incisivus

lateral.

Proyeksi periapikal caninus.

Reseptor No. 1 harus ditempatkan di belakang gigi kaninus.

Proyeksi periapikal molar sulung dan permanen.


Reseptor No. 1 atau No. 2 harus diposisikan pada edge anterior di

belakang gigi caninus.

Proyeksi bitewing posterior.

Proyeksi bitewing harus diekspos di area premolar dengan reseptor No. 1

atau No. 2 seperti yang dijelaskan sebelumnya, menggunakan bitewing tab atau Rinn

bitewing instrumen . Empat proyeksi bitewing harus diekspos ketika molar permanen

kedua telah erupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Adriaens PA, De Boever J, Vande Velde F. Comparison of intra-oral long-cone

paralleling radiographic surveys and orthopantomographs with special

reference to the bone height. J Oral Rehabil. 1982;9:355–365.

Biggerstaff RH, Phillips JR. A quantitative comparison of paralleling long-cone and

bisection-of-angle periapical radiography. Oral Surg Oral Med Oral Pathol.

1976;62:673– 677.

Dubrez B, Jacot-Descombes S, Cimasoni G. Reliability of a paralleling instrument for

dental radiographs. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod.

1995;80:358–364.

Forsberg J, Halse A. Radiographic simulation of a periapical lesion comparing the

paralleling and the bisecting-angle techniques. Int Endod J. 1994;27:133–138.

Iannucci J, Jansen Howerton L. Dental Radiography: Principles and Techniques. 3rd

ed. Saunders: St Louis; 2006.


Scandrett FR, Tebo HG, Miller JT, et al. Radiographic examination of the edentulous

patient, 1: review of the literature and preliminary report comparing three

methods. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1973;35:266–274.

Schulze RK, d'Hoedt B. A method to calculate angular disparities between object and

receptor in “paralleling technique”. Dentomaxillofac Radiol. 2002;31:32–38.

Weclew TV. Comparing the paralleling extension cone technique and the bisecting

angle technique. J Acad Gen Dent. 1974;22:18–20.

Anda mungkin juga menyukai