Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 idari 19 27 Februari 2017

BAHAN AJAR/DIKTAT

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


18P03220
2 SKS

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 iidari 19 27 Februari 2017

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini Rabu, tanggal 26 bulan Agustus tahun 2020 Bahan Ajar Mata
Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan telah diverifikasi oleh Ketua Jurusan/
Ketua Program Studi Program Studi Kesehatan Masyarakat FIK UNNES

Semarang, 26 Agustus 2020

Ketua Jurusan/ Ketua Prodi Tim Penulis


Kesehatan Masyarakat

Dr.Irwan Budiono, SKM, M.Kes(Epid) Dr. Widya Hary Cahyati, S.KM,M.Kes(Epid)


NIP. 197512172005011003 NIP. 197712272005012001

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 iiidari 19 27 Februari 2017

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan ijinnya
bahan ajar Epidemiologi Penyakit Tidak Menular bisa terselesaikan dengan baik.
Mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mempunyai tujuan/capaian
pembelajaran supaya mahasiswa mampu menguasai dan memahami tentang
definisi dan klasifikasi, epidemiologi (angka kejadian penyakit, distribusi penyakit,
faktor resiko dan faktor protektif, dampak penyakit bagi kesehatan masyarakat ),
diagnosis ( gejala, tanda, pemeriksaan fisik dan penunjang ), penatalaksanaan,
pencegahan pada penyakit-penyakit tidak menular.
Mata kuliah ini membahas tentang definisi dan klasifikasi, epidemiologi
(angka kejadian penyakit, distribusi penyakit, faktor resiko dan faktor protektif,
dampak penyakit bagi kesehatan masyarakat ), diagnosis ( gejala, tanda,
pemeriksaan fisik dan penunjang ), penatalaksanaan, pencegahan pada
penyakit-penyakit tidak menular. Dengan adanya bahan ajar ini, diharapkan
dapat membantu mahasiswa untuk menguasai materi mata kuliah.
Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Dekan Fakultas Keolahragaan
3. Ketua Prodi S2 Kesehatan Masyarakat
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan bahan ajar ini.
Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini belum sempurna, sehingga
masukan yang membangun sangat kami harapkan. Terima kasih.

iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 ivdari 19 27 Februari 2017

DESKRIPSI MATAKULIAH

Mata kuliah ini mempelajari tentang definisi dan klasifikasi, epidemiologi


(angka kejadian penyakit, distribusi penyakit, faktor resiko dan faktor protektif,
dampak penyakit bagi kesehatan masyarakat ), diagnosis ( gejala, tanda,
pemeriksaan fisik dan penunjang ), penatalaksanaan, pencegahan pada
penyakit-penyakit tidak menular. Capaian Pembelajaran Sikap (CPL Sikap)
dalam mata kuliah ini adalah CPL-1 (Mampu bekerja sama dan memiliki
kepekaan sosial serta kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan
lingkungannya), CPL-9 (Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di
bidang keahliannya secara mandiri), dan CPL-11 (Menginternalisasi sikap
apresiatif dan peduli dalam pelestarian lingkungan hidup, seni, dan nilai-nilai
sosial budaya yang berkembang di masyarakat). Capaian Pembelajaran
Pengetahuan (CPL Pengetahuan) mata kuliah ini adalah CPL-2 (Mampu
menguasai dasar-dasar ilmu kesehatan masyarakat (basic public health
sciences)). Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum (CPL Keterampilan
Umum) mata kuliah ini adalah CPL-8 (Mampu melakukan kajian dan analisis
situasi kesehatan masyarakat (analysis and assessment). Capaian Pembelajaran
Matakuliah Biostatistik adalah CPMK-1 (Mampu memahami konsep penyakit
tidak menular, faktor risiko, dan pencegahannya).

iv
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 vdari 19 27 Februari 2017

DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Verifikasi Bahan Ajar ii
Prakata iii
Deskrisi Mata Kuliah iv
Daftar Isi v
Bab I Penyakit Tidak Menular, Pencegahan, dan Penanggulangan 1
A. Deskripsi Singkat 1
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan 1
C. Materi 1
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab II Kanker
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab III Hipertensi
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab IV Stroke
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab V Jantung Koroner
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab VI Diabetes Mellitus

v
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 vidari 19 27 Februari 2017

A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab VII Injury
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab VIII Batu Ginjal dan Saluran Kemih
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab IX Kelainan Odontogenic
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab X Anemia
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab XI GAKI
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman
E. Diskusi
Bab XII Rematik
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian Pembelajaran Pertemuan
C. Materi
D. Rangkuman

vi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 viidari 19 27 Februari 2017

E. Diskusi
Daftar Pustaka

vii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 1dari 19 27 Februari 2017

BAB XI
GAKI

A. Deskripsi Singkat
Bab ini membahas tentang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI),
patofisiologi, epidemiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, penanganan dan
pengobatan, faktor risiko, serta pencegahannya.

B. Capaian Pembelajaran Matakuliah


Mahasiswa memahami tentang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI),
patofisiologi, epidemiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, penanganan dan
pengobatan, faktor risiko, serta pencegahannya.

C. Isi Materi Perkuliahan


Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian efek kekurangan
yodium pada tumbuh kembang manusia.Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok
dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama olehgangguan
mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang
dewasa.(Supariasa, 2002).
Adapun pengertian dari gondok, endemik dan kretin adalah :
1. Gondok
Gondok/goiter adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan
pembesaran kelenjar thyroid (Djokomoeljanto, 1985).
2. Gondok Endemik
Gondok endemik bukan penyakit melainkan suatu istilah kesehatan dalam
konsep kesehatan masyarakat yaitu apabila dalam masyarakat terdapat
prevalensi gondok / atau penderita gondok di masyarakat itu lebih dari 10%
dari jumlah penduduk setempat, maka daerah tersebut disebut daerah
gondok endemic.
3. Kretin endemic
Seseorang disebut kretin endemik apabila lahir di daerah gondok endemic
Kelainan kretin terjadi pada waktu bayi dalam usia kandungan atau tidak

1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 2dari 19 27 Februari 2017

lama setelah dilahirkan dan terdiri atas kerusakan pada saraf pusat dan
hipotiroidisme.
Secara klinis kerusakan saraf pusat bermanifestasi dengan :
a. Retardasi mental
b. Gangguan pendengaran sampai bisu tuli.
c. Gangguan neuromotor seperti gangguan bicara, cara berjalan yang aneh.
d. Hipotiroidi dengan gejala :
1. Miksedema pada hipotisodisme berat.
2. Tinggi badan yang kurang, cebol (Stunted Growth) dan osifikasi yang
terlambat.
3. Pada pemeriksaan darah ditemukan kadar hormon tiroid yang rendah
(Pudjiadi, 2000).

Patofisiologi
Ketika tubuh kehabisan cadangan iodium, maka hormon tiroksin atau
triiodotironin yang dihasilkan akan berkurang, hal ini akan menimbulkan
manifestasi kekurangan hormon tiroid dalam tubuh. Kekurangan iodium
mencegah produksi hormon tiroksin dan triiodotironin.Akibatnya tidak tersedia
hormon yang dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH (Thyroid
Stimulating Hormon) oleh hipofisis anterior, hal ini menyebabkan kelenjar
hipofisis menyekresi banyak sekali TSH.Selanjutnya TSH merangsang sel-sel
tiroid menyekresi koloid tiroglobulin kedalam folikel, dan kelenjarnya tumbuh
semakin besar.Tetapi oleh karena iodida yang kurang, produksi tiroksin dan
triiodotironin tidak meningkat dalam molekul tiroglobulin dan oleh karena itu tidak
ada penekanan secara normal pada produksi TSH oleh kelenjar hipofisis.Ukuran
folikelnya menjadi sangat besar dan kelenjar tiroidnya dapat membesar 10
sampai 20 kali ukuran normal (Guyton, 2008).
Akibat mekanisme tersebut akan terjadi gangguan keseimbangan
metabolisme yang dapat menimbulkan berbagai kelainan fisiologis. Kondisi inilah
yang disebut sebagai Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dengan kelainan
yang timbul dapat berupa pembesaran kelenjar gondok pada leher, gangguan
perkembangan fisik, gangguan fungsi mental, yang dapat berpengaruh terhadap

2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 3dari 19 27 Februari 2017

kehilangan Intelligence Quotient (IQ) point yang identik dengan kecerdasan dan
produktivitas (Asih Luh Gatie, 2006).
Gangguan karena kekurangan iodium tidak bergantung usia, seluruh usia
dapat mengalami penyakit ini, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa,
hingga orang tua. Perjalanan penyakit ini termasuk lambat, karena dalam tubuh
terdapat suatu sistem cadangan iodium yang dapat digunakan selama 2-3 bulan
baru iodium itu akan habis. Setelah cadangan iodium itu habis, barulah timbul
manifestasi gangguan akibat kekurangan iodium misalnya pembesaran kelenjar
tiroid.Awalnya kelenjar tiroid tidak besar dan tidak terlihat tetapi lama kelamaan
perbesaran kelenjar tiroid semakin tampak.Pada tingkat ringan atau sedang,
penyakit ini dapat diatasi dengan pemberian iodium.Apabila sudah parah dan
dengan pemberian iodium tidak menunjukan perbaikan, maka perlu dilakukan
tindak pembedahan(Guyton, 2008).

Epidemiologi
Angka kejadian GAKY lebih sering ditemukan dia daerah pegunungan,
hal ini dikarenakan komponen tanahnya yang sedikit mengandung
yodium.Kandungan yodium yang lebih renfah dipegunungan disebabkan karena
terjadinya pengikisan yodium oleh salju atau air hujan, sehingga hal tersebut
menyebabkan kandungan yodium yang berada dalam sumber makanan juga
sangat rendah. Air tanah, air dari sumber mata air atau air dari sungai di daerah
pegunungan tidak mengandung yodium yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh manusia, demikian pula halnya dengan ternak serta tanaman yang tumbuh
di pengunungan hampir tidak mengandung yodium sama seekali. Karena sebab
itulah GAKY lebih sering ditemukan di daerah pengunungan dibandingkan
dengan daerah pantai.
Namun, saat ini terjadi perubahan pola daerah endemic GAKY.
Berdasarkan hasil studi epidemiologi GAKY menunjukkan bahwa menetap dan
berkembangnya kasus-kasus baru tidak hanya di daerah pegunungan saja, tetapi
juga tampak di daerah pesisir pantai (Bachtiar,2009). Hal tersebut sangat ironis,
sumberdaya pesisir merupakan sumberdaya yang memiliki kandungan gizi cukup
tinggi terutama kandungan iodium, misalnya pada ikan dan rumput laut.

3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4dari 19 27 Februari 2017

Hasil penelitian Zulkarnain mengenai prevalensi gangguan akibat


kekurangan yodium (GAKY) di Kota Padang tahun 2006 terdapat kasus gondok
di daerah pesisir. Hal ini disebabkan karena rendahnya konsumsi garam yang
mengandung yodium, selain itu factor lainnya adalah pencemaran laut sehingga
kndungan yodium ikan laut di perairan Padang rendah sekali.
Data selanjutnya mengenai GAKY di pesisir yaitu di Desa Bangsalrejo,
Pati yang merupakan salah satu wilayah ladang garam di Indonesia. Daerah Pati
juga memiliki pabrik pengolahan garam,akan tetapi masih ditemukan warganya
yang terkena GAKY, penyebabnya adalah karena warga menggunakan garam
yang berasal dari tempatnya atau dikenal dengan garam “rosok” karena warga
menganggap garam rosok lebih alami ketimbang garam beryodium.

Tabel di atas menunjukkan secara nasional 77,1 persen RT yang


mengonsumsi garam dengan kandungan cukup iodium, 14,8 persen RT

4
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 19 27 Februari 2017

mengonsumsi garam dengan kandungan kurang iodium dan 8,1 persen RT


mengonsumsi garam yang tidak mengandung iodium. Provinsi dengan proporsi
RT yang mengonsumsi garam dengan kandungan cukup iodium tertinggi adalah
Bangka Belitung (98,1%) dan terendah adalah Aceh (45,7%). Secara nasional
angka ini masih belum mencapai target Universal Salt Iodization (USI) atau
“garam beriodium untuk semua”, yaitu minimal 90 persen RT yang
mengonsumsi garam dengan kandungan cukup iodium (WHO/UNICEF ICCIDD,
2010).

Gambar di atas menyajikan kecenderungan RT yang mengonsumsi


garam dengan kandungan iodium cukup berdasarkan hasil tes cepat pada tahun
2013 (77,1%) mengalami peningkatan dibanding tahun 2007 (62,3%). Target
WHO untuk universal salt iodization (USI) atau garam beriodium untuk semua,
yaitu minimal 90 persen RT mengonsumsi garam dengan kandungan iodium
cukup, masih belum tercapai. Pada tahun 2013, sebanyak 13 provinsi telah
mencapai USI, sedangkan pada tahun 2007 hanya 6 provinsi.(Riskesdes,2013)

5
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 6dari 19 27 Februari 2017

1. Klasifikasi
Klasifikasi pembesaran kelenjar gondok dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal
dan dengan palpasi tidak teraba
2. Grade IA
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal
dan dengan palpasi tidak teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari
penderita
3. Grade IB
Kelenjar gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat
dengan tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari
grade IA.
4. Grade II
Kelenjar gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi tidur datar dan
dengan palpasi teraba lebih besar dari grade IB
5. Grade III
Kelenjar gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau
lebih. (Supariasa,2012).

Tanda dan Gejala


Tidak semua penderita gondok mengalami gejala. Namun apabila terjadi
gejala, makamunculnya benjolan abnormal atau pembengkakan pada leher
adalah tanda utama yang akan dikeluhkan oleh pasien.
Ukuran benjolan gondok berbeda-beda pada tiap penderita. Benjolan
yang berukuran kecil biasanya tidak akan menimbulkan keluhan apapun.Meski
demikian,benjolan tersebut dapat memengaruhi pernapasan serta menyebabkan
penderita sulit menelan jika ukurannya bertambah besar.
Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai pembengkakan meliputi
tenggorokan yang terasa membengkak, perubahan suara (misalnya menjadi
serak), batuk-batuk, serta kesulitan bernapas dan menelan.

6
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 7dari 19 27 Februari 2017

Jika merasakan gejala-gejala di atas, terutama bagi penderita dengan


benjolan yang terus membesar dan mengalami kesulitan bernapas atau
menelan, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. (aladokter.com)

Factor Resiko
1. Faktor Geografi
Prevalensi gondok berdasarkan letak geografis yang diolah berdasarkan
prevalensi gondok pada anak sekolah menunjukkan bahwa prevalensi
gondok tertinggi ditemukan di daerah dataran tinggi sebesar 30.3%, disusul
daerah dataran rendah (8.7%) dan di daerah rawa hanya sebesar 2.8%.
Dengan uji proporsi ditemukan perbedaan yang bermakna antara prevalensi
gondok di daerah dataran tinggi dan rendah serta perbedaan bermakna
antara dataran tinggi dan rawa(Fredy, 1999).
Djokomoelyanto (1998a) mengemukakan bahwa dataran tinggi atau
pegunungan biasanya miskin akan yodium karena lapisan paling atas dari
tanah yang mengandung yodium terkikis dari waktu ke waktu. Sebaliknya
tanah di dataran rendah kemungkinan terkikis lebih kecil sehinggadiduga
kandungan yodium masih normal. Di daerah rawa diharapkan tidak terjadi
pengikisan tanahsehingga kadar yodium tanah dan air cukup tinggi.
2. Factor genetic
Terdapatnya prevalensi yang tinggi kejadian gondok pada beberapa
anggota disebabkan rendahnya efisiensi biologi, ditemukannya antibody
immunoglobulin (IgG) dalam serum penderita; antibody ini mungkin
diakibatkan karena suatu kelainan imunitas yang bersifat hereditas yang
memungkinkan kelompok limfosit tertentu tertahan, berkekembang biak dan
mengekskresi immunoglobulin stimulator, sebagai respon terhadap beberapa
factor perangsang (David, 1990)
3. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik
dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat
iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut

7
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 8dari 19 27 Februari 2017

merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke


dalam tubuh.
Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium
oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi
rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium
dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon
tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti
kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun
ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ;
kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis,
belimbing wuluh dan cuka).
4. Factor pengetahuan
Tingkat pengerahuan orang tua (Ibu) merupakan salah satu factor
terjadinya kekurangan yodium. Orang tua yang mempunyai pengetahuan
rendah tentang jenis garam beryodium serta menggunakan kadar yodium
kurang dari 15 ppm beresiko terkena GAKY sebesar 19,5%. Sedangkan
orang tua yang mempunyai pengetahuan tentang jenis garam beryodium
yang tinggi, tetapi menggunakan garam dengan kadar yodium kurang dari
15ppm peluang terjadinya GAKY sebesar 7,3%. (Saidin,2009).

Penanganan dan pengobatan


Gondok dapat ditangani dengan beberapa cara. Penentuan langkah ini
tergantung pada beberapa faktor, yaitu ukuran benjolan, gejala yang dirasakan,
serta penyebab dasar terjadinya gondok.
Benjolan yang kecil dan tidak menyebabkan gejala umumnya tidak
langsung ditangani. Dokter akan memantau perkembangan kondisi pasien
sebelum melakukan tindak lanjut karena gondok mungkin bisa sembuh tanpa
membutuhkan penanganan.
Jika benjolan terus membesar hingga mengganggu kondisi kesehatan
pasien, ada beberapa langkah pengobatan yang dapat diambil.Metode-metode
penanganan yang akan dianjurkan oleh dokter meliputi:

8
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 9dari 19 27 Februari 2017

a. Obat penurun hormon tiroid


Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid dengan
menghambat proses produksinya. Obat ini digunakan untuk
mengatasi hipertiroidisme.Efek sampingnya meliputi mual, nyeri pada
sendi, ruam ringan, serta penurunan jumlah sel darah putih secara
mendadak.
b. Terapi penggantian hormone
Langkah ini dilakukan untuk menangani hipotirodisme dengan
menggantikan hormon tiroid dan umumnya harus dijalani seumur
hidup.Contoh obatnya adalah levothyroxine.
c. Terapi yodium radioaktif
Terapi ini juga termasuk penanganan untuk hipertiroidisme.
Yodium radioaktif yang dikonsumsi akan menghancurkan sel-sel
tiroid. Metode pengobatan ini terbukti dapat mengecilkan ukuran
benjolan, tapi juga bisa memicu hipotiroidisme.
d. Langkah operasi
Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu pernapasan
dan menyebabkan penderita sulit menelan umumnya ditangani
dengan operasi. Langkah ini akan dilakukan dengan tiroidektomi,
yaitu prosedur pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.
Prosedur ini juga disarankan bagi penderita yang diduga memiliki
benjolan tiroid yang mengandung sel-sel kanker.
Tiap operasi pasti memiliki risiko, termasuk tiroidektomi.Walau
kemungkinannya tergolong kecil, pasien yang menjalani prosedur ini
berpotensi mengalami komplikasi kerusakan pada saraf dan kelenjar
paratiroid. (aladokter.com)

Pencegahan GAKY
1. Konsumsi garam yodium dengan cukup
Garam beriodium yang digunakan harus memenuhi Standar
Nasional yakni mengandung iodium sebesar 30-80 ppm.Dianjurkan
setiap orang mengkonsumsi garam beriodium sekitar 6 gr atau 1 sendok

9
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 10dari 19 27 Februari 2017

teh setiap hari.Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari


yang diolah dengan menggunakan garam sebagai penambah rasa dalam
hidangan. Selain itu setiap orang dianjurkan mengkonsumsi makanan
yang kaya akan iodium. (Wijayanti,2014).
Untuk memenuhi garam yodium dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Selain mengkonsumsi garam yang beryodium setiap hari
juga mereka wajib minum kapsul yodium sesuai dosis yang dianjurkan.
Dosis pemberian kapsul yodium untuk bayi berumur 0-1 tahun cukup ½
kapsul setiap tahunnya, laki-laki berumur 6-20 tahun cukup dengan 2
kapsul pertahun. Sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui konsumsi
1 kapsul dalam satu tahun dan pada wanita usia 6-35 tahun minum 2
kapsul setiap tahunnya.
2. Konsumsi yodium tidak berlebih
Konsumsi yodium yang berlebih dapat mengakibatkan
hiperteroid.Hiperteroid yakni kondisi suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah dalam
jumlah yang berlebihan.Garam beryodium terdapat unsur natrium, maka
konsumsi garam beryodium harus dibatasi.Kelebihan konsumsi natrium
dapat memicu timbulnya mudah lelah, karena hormon tiroidnya berlebih.
Gejala lain yang kerap terjadi, keringat berlebihan, pergerakan usus
besar meningkat, gemetaran, kehilangan berat badan serta aliran darah
menstruasi tidak teratur. Untuk menghindari pengaruh efek samping dari
konsumsi garam beryodium yang berlebihan, maka dianjurkan untuk
mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram garam atau 2 ½ gram tiap
1.000 kilo kalori, atau satu sendok teh setiap hari.
3. Cara memasak garam yodium dengan benar
Perlu anda ketahui bahwa langkah-langkah itu tidak berarti sama
sekali jika cara memasaknya salah. Karena kandungan yodiumnya akan
berubah dan tidak bereaksi sebelum diserap oleh tubuh.Cara yang biasa
dilakukan oleh para ibu ketika memasak makanan garam yang
dibubuhkan ke dalam makanan saat panas mendidih.Alasannya jika
tidak begitu masakan kurang sedap. Namun cara yang sudah dilakukan

10
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 11dari 19 27 Februari 2017

oleh para ibu-ibu tersebut salah, karena zat yodium garam akan hilang
ketika terkena panas mendidih tersebut. (Lisdiana,1998).

D. Rangkuman
Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian efek kekurangan
yodium pada tumbuh kembang manusia.Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok
dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama olehgangguan
mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang
dewasa.

E. Diskusi
Carilah artikel jurnal ilmiah yang berkaitan dengan GAKI. Analisislah
artikel tersebut.

11
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung H, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Telepon +6224-8508091, 8508092, 33149439; Faximile. +6224-850808
Laman: http://www.unnes.ac.id, Email: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 12dari 19 27 Februari 2017

DAFTAR PUSTAKA

1. Irianto K. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis.


Bandung: Alfabeta; 2014.
2. Amiruddin, R. 2012. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Kampus IPB Pres
Taman Kencana Bogor: PT Penerbit IPB Press.
3. Bustan MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta;
2007
4. WHO. A Global brief on hypertension silent killer global public health crisis in
WHO. WHO, editor. Sweetzerland: WHO Press; 2013.
5. Sastrasudarmo. 2011. Kanker The Sillent Killer.Garda Media.
6. Charles & Anne. 2010. Bersahabat dengan Diabetes Mellitus Tipe
2.Diterjemahkan oleh Joko Suranto. Penebar Plus, Depok.

12

Anda mungkin juga menyukai