Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PENGUJIAN UNJUK KERJA TURBIN

2.1 PENDAHULUAN
2.1.1 Latar Belakang
Turbin adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari aliran fluida. Turbin
sederhana memiliki satu bagian yang bergerak, "asembli rotor-blade". Fluida yang
bergerak menjadikan baling-baling berputar dan menghasilkan energi untuk
menggerakkan rotor. Contoh turbin awal adalah kincir angin dan roda air.
Perkembangan kincir air menjadi turbin modern membutuhkan jangka waktu yang
cukup lama. Perkembangan yang dilakukan dalam waktu revolusi industri
menggunakan metode dan prinsip ilmiah. Mereka juga mengembangkan teknologi
material dan metode produksi baru pada saat itu. Perbedaan dasar antara turbin air awal
dengan kincir air adalah komponen putaran air yang memberikan energi pada poros
yang berputar. Komponen tambahan ini memungkinkan turbin dapat memberikan daya
yang lebih besar dengan komponen yang lebih kecil. Turbin dapat memanfaatkan air
dengan putaran lebih cepat dan dapat memanfaatkan head yang lebih tinggi. (Untuk
selanjutnya dikembangkan turbin impulse yang tidak membutuhkan putaran air).
(Anonim, 2014)

2.1.2 Tujuan Praktikum


A. Percobaan 1 - Unjuk Kerja Dan Efisiensi Turbin Pelton
Untuk mengetahui pengaruh variasi bukaan nozzle terhadap unjuk kerja dan efisiensi
turbin Pelton.
B. Percobaan 2 - Unjuk Kerja Dan Efisiensi Turbin Pelton
Untuk mengetahui pengaruh variasi spear setting terhadap unjuk kerja dan efisiensi
turbin Pelton.

2.2 DASAR TEORI


2.2.1 Peralatan Uji
Modul Utama Pompa Sentrifugal meliputi:
1. Sebuah rangkaian pompa sentrifugal.
2. Sebuah reservoir air.

21
3. Sebuah Bingkai Instrumen yang memegang instrumen termasuk Layar Tekanan
Digital(DP1)
4. Sebuah Venturi untuk mengukur aliran.
5. Pipa kerja dengan katup-katup.

Gambar 2.1 Modul utama pompa sentrifugal, terpasang bersama Dinamometer Universal,
Dinamometer Turbin dan sebuah turbin yang dapat diganti-ganti.

Pompa sentrifugal adalah pompa rotodynamic. Pompa ini menggunakan putaran


impeller untuk mendorong fluida melalui badannya dengan cara menaikan tekanan
pada keluarannya. Fluida masuk pompa dengan arah aksial dan keluar dengan arah
radial. Lihat Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Penampang Pompa Sentrifugal dengan Potongannya

22
Gambar 2.3 Impeller/sudu pompa. Terdapat 6 buah sudu terpasang simetris

Gambar 2.4 Tata letak instalasi pompa sentrifugal

Air bergerak dari reservoir, melalui saringan dan katup satu arah, naik ke atas ke
katup inlet pompa, kemudian melalui pompa. Pompa mendorong air melalui katup
outlet (delivery) dan kemudian melewati sebuah venturi.Venturi ini bekerja dengan
layar yang menampilkan tekanan untuk mengukur aliran dari pompa. Air bergerak dari
Venturi dan kembali ke bawah menuju reservoir. Jika turbin air terpasang, maka air
bergerak dari venturi, melalui turbin dan kembali ke reservoir.

23
Gambar 2.5 Bagian Atas Rangka

2.2.2 Pembacaan Tekanan Digital

Gambar 2.6 Pembaca tekanan digital

Alat pembaca tekanan digital mencakup empat sensor tekanan elektronik. Satu
sensor memiliki differensial tapping (ΔP1) untuk venture meter, dan tiga lainnya
memiliki tapping tunggal. Masing-masing alat mempunyai lubang pelepas untuk
melepas udara yang terjebak pada setiap awal percobaan.
Transduser tekanan P2, dan P4 terhubung ke tapping dalam pipa untuk mengukur
tekanan inlet dan outlet pompa (dan turbin). P3 tidak digunakan pada peralatan ini.
CATATAN : Udara yang terjebak akan menghasilkan pembacaan tekanan yang
salah.
2.2.3 Dinamometer Turbin
Dinamometer Turbin adalah alat pengereman gesek sederhana. Saat Anda
memutar kontrol torsi, menyebabkan tertariknya sabuk melawan output drum dari

24
turbin. Hal ini memberikan beban ke turbin. Sebuah sensor gaya dan sebuah tuas
bekerja dengan sabuk untuk mengukur torsi sebagaimana beban yang Anda berikan.
Hasil dari torsi dan kecepatan poros menghasilkan daya mekanis atau daya poros yang
turbin serap dari air yang mengalir.

Gambar 2.7 Dinamometer Turbin (Kiri) dan Dinamometer yang sudah terpasang
dengan Turbin (Kanan)

2.2.4 Turbin Pelton

Gambar 2.8 Turbin Pelton

25
Gambar 2.9 Cara Kerja Turbin Pelton

Turbin Pelton (Turbin Pelton) adalah turbin yang efisien. Turbin ini adalah
Turbin Air Impuls, yang dikembangkan oleh Lestor Allan Pelton, penemu dari
Amerika. Bagian yang bergerak adalah sebuah turbin besar atau 'runner' yang memiliki
sudu khusus berbentuk ember yang efisien menangkap energi dari air yang
menghantam sudu tersebut. Sudu yang berbentuk ember berpasangan untuk
menyeimbangkan turbin dan mentransfer energi dengan baik. Air masuk ke turbin
melalui sebuah nozzle di ujung katup. Nozzle mengarahkan air ke sudu, untuk
memberikan transfer energi air ke turbin. Energi dari air menggerakkan turbin. Ujung
nozel yang dapat diatur memungkinkan praktikan menemukan pengaruh perubahan
kecepatan air dari jet yang menghantam sudu.
Turbin Pelton adalah turbin yang efisien (turbin industri dapat mencapai
efisiensi 85-90%), bekerja baik dengan laju aliran rendah dan tekanan inlet tinggi.

2.2.5 Turbin Baling-baling (Propeller Turbine)


Turbin Propeller adalah turbin reaksi aliran aksial, mirip yang dikembangkan oleh
Profesor Viktor Kaplan, kecuali dengan sudu tetap. Bagian yang bergerak adalah
baling-baling (runner), mirip dengan baling-baling yang digunakan untuk mendorong
perahu, kapal dan kapal selam di air. Air masuk ke turbin di sudut kanan. Air berputar
mengelilingi dudukan berbentuk spiral (volute) di bagian luar baling-baling. Turbin
mempunyai sudu pengarah yang dapat diatur antara terbuka penuh dan tertutup penuh.
Pengarah ini mengatur aliran air di turbin dan mengarahkan air pada sudut bagian
belakang baling-baling. Sudu dari baling-baling menyerap energi air dan baling-baling
pun berputar.
Untuk bekerja dengan benar turbin ini harus terisi penuh dengan air. Akan tetapi,
kavitasi dapat terjadi dimana air keluaran turbin mempunyai energi potensial yang

26
tinggi (misalnya - ketika dipasang di atas sebuah waduk atau bendungan). Kavitasi ini
dapat merusak turbin.

Gambar 2.10 Turbin Baling-baling (Propeller Turbine)

Gambar 2.11 Cara Kerja Turbine Propeller


Turbin Propeller dan Turbin Kaplan adalah turbin efisien (efisiensi turbin industri
bisa lebih dari 90%) yang bekerja baik pada laju aliran yang sangat tinggi dan tekanan
inlet yang rendah.

2.2.6 Turbin Francis

Gambar 2.12 Turbin Francis

27
Gambar 2.13 Cara Kerja Turbin Francis

Turbin Francis adalah turbin reaksi aliran radial yang dikembangkan oleh James
B Francis, insinyur Inggris-Amerika. Bagian bergeraknya (runner) adalah sebuah
impeller radial. Air masuk ke turbin pada sudut kanan dari putaran impeller. Air
bergerak di sekitar dudukan spiral (volute) di sekitar impeller. Turbin mempunyai sudu
pengarah yang diatur antara terbuka penuh dan tertutup penuh. Pengarah ini mengatur
aliran air di turbin dan mengarahkan air pada sudut di atas lengkungan sudu. Sudu
menyerap energi dari air dan memutar baling-baling. Untuk bekerja dengan benar
turbin ini harus terisi penuh dengan air.
Turbin Francis adalah turbin yang paling umum digunakan. Turbin Francis sangat
berguna untuk PLTA, yang dilengkapi dengan sistem pompa balik, yang akan bekerja
secara terbalik (sebagai pompa) bila diperlukan.
Turbin Francis adalah turbin efisien (turbin industri bisa mencapai lebih dari
90%) yang bekerja dengan baik pada laju aliran tinggi dan rendah serta tekanan inlet
yang sedang.

2.2.7 Laju Aliran (di Venturi)


Jika Anda menggunakan VDAS opsional, maka software ini secara otomatis akan
menghitung parameter aliran. Dengan alasan agar mahasiswa memahami toeri dasar
dan cara menggunakan rumus-rumus yang berhubungan dengan aliran, maka
mahasiswa tidak diizinkan menggunakan nilai dari VDAS, kecuali untuk variabel
tertentu. Mereka harus menghitungnya sendiri dengan menggunakan rumus yang akan
diberikan berikut.

28
Untuk menghitung laju aliran volumetrik (Qv) (dalam m3/s) berdasarkan
penurunan tekanan sepanjang Venturi, gunakan rumus:

2 Δp1
Q v =C d A1

√(
ρ
A 21
A 22
−1

Dimana: ρ = densitas Air (kg/m3 ).


)
[ m3 / s ]

(2.1)

2.2.8 Unjuk Kerja Dan Efisiensi Pompa


Head dan laju aliran adalah dua kualitas paling penting dari pompa. Berikutnya
yang paling penting adalah efisiensi dan kebutuhan daya.
A. Head
Para ahli mekanika dan dinamika fluida menggunakan istilah 'Head' (H). Ini
adalah nilai relatif dari tekanan atau ketinggian cairan (biasanya air) antara dua
titik. Boleh dalam satuan ketinggian/kolom air (dalam meter) atau dalam tekanan.
Pascal (Pa) adalah satuan SI. 1 Pascal sekitar 0,1 mm kolom air pada suhu
kamar. Karena Pascal adalah satuan tekanan yang sangat kecil, para ahli juga
menggunakan bar untuk satuan tekanan, di mana 1 bar sekitar 10 m kolom air.
B. Head Melintasi Pompa
Head (H) yang melintasi sebuah pompa adalah perubahan perbedaan
tekanan di pompa (tekanan outlet − tekanan inlet). Ketinggian relatif dari sumber
air pada inlet pompa mempengaruhi tekanan inletnya. Ketinggian relatif dan
hambatan air sepanjang sistem perpipaan menuju tempat pasokan mempengaruhi
tekanan pompa outletnya.
Perhatikan bahwa Head adalah nilai relatif. Jadi, tekanan inlet dan outlet
harus dirujuk ke dasar yang sama (Tekanan atmosfer atau tekanan ukur), atau
keduanya dalam tekanan absolut.
Untuk Head (dalam pascal), Anda harus menggunakan persamaan:
H= p 4 −p 2 [ Pascal ] (2.2)
Ingat bahwa monitor menampilkan tekanan dalam bar, sehingga Anda harus
mengalikan nilai tersebut dengan 105 untuk menghasilkan H dalam Pascal.
CATATAN: Tekanan inlet diindikasikan sebagai tekanan negatif
(isap = suction), perhitungkan tanda tersebut jika Anda menghitung
Head.

29
C. Daya Mekanis
Ini merupakan daya poros pada pompa. Universal Dynamometer
menghubungkan secara langsung poros-pompa, sehingga daya poros yang
ditampilkan oleh motor penggerak adalah daya poros pada pompa.

W D= N .T [ Watt ]
60 P P (2.3)
D. Daya Hidrolik
Daya hidrolik (kadang dikenal sebagai 'water horsepower') yang pompa
tambahkan ke air adalah hasil dari aliran yang melalui pompa dan peningkatan
pada tekanan (Head):
W P =( p 4 −p 2 ) . Qv [ Watt ]
(2.4)
Atau
W P=H .Q v [ Watt ] (2.5)

CATATAN: Dalam buku teks, persamaan ini ditulis sebagai W P=ρ gQH
dengan H dalam meter kolom air.
Sebuah pompa air ideal mengkonversi semua daya input (poros) menjadi
tenaga hidrolik di dalam air. Jadi:
W P =W D
Dalam pompa nyata, terdapat kerugian, terutama disebabkan karena
gesekan.
Jadi, untuk pompa nyata, daya hidrolik lebih kecil dari daya poros.
W D=W P +W L [ Watt ] (2.6)
E. Efisiensi Pompa
Persamaan 6 memberikan efisiensi keseluruhan pompa. Ini adalah rasio
antara daya pompa dengan daya hidrolik
WP
η P= x 100 %
WD (2.7)
F. Persamaan Tak Berdimensi
Untuk membantu membandingkan pompa yang berbeda ukuran, para ahli
mengkonversi kinerja pompa menjadi parameter tak berdimensi dalam bentuk
‘koefisien’. Untuk pompa sentrifugal mereka menggunakan diameter impeller
pompa (D) sebagai referensi, sehingga:

30
Q
CQ =
Koefisien Aliran ω P D3 (2.8)
H
CH=
Koefisien Head ρω2P D 2 (2.9)
WP
C P=
Koefisien Daya ρω 3P D 5 (2.10)
ρω P D2
Re=
Bilangan Reynolds μ (2.11)

Untuk persamaan di atas, dalam ω P radian/detik dimana:


ω P =0 ,1047N P [ rad /det ik ] (2.12)
Koefisien ini memungkinkan Anda untuk menggambarkan semua informasi
pada satu grafik untuk desain tertentu. Dimensi impeler pompa menentukan
bilangan Reynolds, yang berbeda untuk kecepatan pompa yang berbeda.
Persamaan tak berdimensi tidaklah sempurna benar, ada beberapa masalah ketika
menggunakannya pada pompa sangat kecil. Lihat buku teks mekanika fluida yang
cocok untuk lebih jelasnya.

2.2.9 Unjuk Kerja Dan Efisiensi Turbin


Pemilihan daya output (daya poros) turbin dan head air (pada kecepatan aliran
tertentu) adalah hal yang paling penting untuk merancang turbin yang tepat.
A. Daya Hidrolis (Ke Turbin Tersebut)
Persamaan 13 menunjukkan daya hidrolik air yang tersedia di turbin. Ini
adalah hasil dari tekanan air pada inlet turbin dan aliran melalui turbin. Hal ini
mirip dengan persamaan 4,(untuk pompa) kecuali bahwa tekanan outlet tidak
termasuk.
W TH = p4 Qv [ Watt ] (2.13)

Catatan : Dalam buku teks, persamaan ini ditulis sebagai W P =ρ gQH dengan H
dalam meter kolom air. Panduan ini mengasumsikan bahwa outlet turbin
berada pada tekanan atmosfer, sehingga head sepanjang pompa hanyalah
tekanan inlet terhadap yang berhubungan dengan atmosfer.

31
B. Daya Poros Mekanis (Dari Turbin)
Dinamometer turbin mempunyai alat pembaca yang akan menampilkan
besar nilai daya mekanis (WTS). Daya tersebut adalah daya yang tersedia pada
poros turbin. Dari dinamometer turbin diperoleh data putaran (N) dalam rpm dan
torsi (T) dalam N.m, maka dapat dihitung daya mekanis atau daya poros turbin
sebagai berikut:

W TS = N T =0 ,1047 xN T xT T [ Watt ]
60 T T (2.14)
C. Efisiensi Turbin
Jika persamaan 7 memberikan efisiensi keseluruhan pompa, maka
persamaan tersebut dapat pula digunakan pada turbin. Efisiensi turbin adalah
perbandingan antara daya mekanis dengan daya hidrolis turbin.
W TS
ηT = x 100 %
W TH (2.15)

2.2.10 Simbol Dan Nilai Variabel


Tabel 2.1 Daftar simbol dan beberapa nilai variabel
Simbol Rincian Satuan Nilai
p2 Tekanan inlet pompa Pa
Tekanan statis delivery pompa (tekanan
p4 Pa
inlet turbin)
Δp1 Perbedaan tekanan sepanjang venturi Pa
Cd Koefisien aliran (untuk venturi) - 0,97
A1 Area pada inlet ke venture m2 9,08x10−4 m2
A2 Area pada throat venture m2 3,14x10−4 m2
Qv Laju aliran volumetric m3/s
Np Putaran pompa Rpm
NT Putaran turbin Rpm
ωP Putaran sudut pompa radian/s
WD Daya mekanis pompa (dari dinamometer) W (Watt)
WP Daya h\idrolik output pompa W (Watt)
WL Kerugian daya (W1–W2) W (Watt)
WTH Daya hidrolik di turbin W(Watt)
WTS Daya poros turbin W (Watt)
ηP Efisiensi pompa %
ηT Efisiensi turbin %
D Diameter impeller pompa M 0,142 m
D Diameter dalam pipa kerja M
H Head total pompa Pa atau N/m2

32
G Percepatan gravitasi m/s2
TP Torsi pompa Nm
TT Torsi turbin Nm
Μ Viscosity dinamis (pada 25oC) Pa.s = m2/s 0,887x10-3m2/s
Ρ Kerapatan Air (pada 25oC) kg/m3 997,08 kg/m3

Catatan konversi satuan :


Untuk konversi laju aliran dari m3/s ke L/s x dengan 1000 (1 m3/s = 1000 L/s)
Untuk konversi tekanan dari bar ke Pascal x dengan 105 ( 1 bar = 105 Pa)

2.3 PELAKSANAAN PERCOBAAN


2.3.1 Percobaan 1 Unjuk Kerja dan Efisiensi Turbin Pelton
2.3.1.1 Prosedur 1 - Tekanan inlet tetap, beban bervariasi dan tiga variasi bukaan
nozzle.
1. Pastikan bahwa dinamometer turbin dan turbin Pelton telah terhubung dengan
benar. Pastikan bahwa alat pengukuran tekanannya (P4) mengukur tekanan inlet
turbin, bukan tekanan outlet pompa.
2. Buat tabel kosong untuk hasil pengamatan (seperti tabel 3).
3. Baca dan patuhi bagian 4.2 Mengisi Air ke Pompa.
4. Buka nozzle secara penuh (aliran maksimum).
5. Buka penuh katup bagian inlet dan delivery pompa.
6. Pada dinamometer turbin, longgarkan pengatur torsi sehingga pita rem longgar
(tidak ada torsi). Lihat bagian belakang dinamometer turbin dan periksa apakah
sabuk rem sudah terpasang dengan benar.
7. Pada dinamometer turbin tekan dan tahan tombol “Press & Hold To Zero”.
Langkah ini mengatur torsi ke nol.
8. Gunakan dinamometer universal untuk menjalankan pompa dengan putaran
pompa 1800 rpm. Tekanan inlet turbin akan terbaca di monitor, catat tekanan
tersebut dan pertahankan konstan. Turbin Pelton akan mulai berputar.
9. Catat semua data.
10. Gunakan dinamometer turbin (untuk menaikkan torsi turbin) untuk menurunkan
putaran turbin dengan tahapan (step) 50 rpm (toleransi +5 rpm). Pada setiap
tahap periksa tekanan inlet turbin (P4) masih seperti pada langkah 8,jika
berubah atur ulang putaran pompa agar kembali ke putaran langkah 8. Lakukan
sebanyak 14 variasi. Catat semua data.

33
11. Hentikan pengujian ketika putaran turbin sudah mulai tidak stabil.
12. Ulangi pengujian pada putaran katup nozzle 8 kali putaran (50%terbuka) dan 12
kali putaran (25%terbuka).
2.3.1.2 Prosedur 2 - Tekanan inlet tetap dan putaran turbin divariasikan terhadap
bukaan nozzle
1. Buat tabel kosong untuk hasil (seperti tabel 4).
2. Buka nozzle secara penuh (aliran maksimum).
3. Buka penuh katup bagian inlet dan delivery pompa.
4. Pada dinamometer turbin, longgarkan pengatur torsi sehingga pita rem longgar
(tidak ada torsi). Lihat bagian belakang dinamometer turbin dan periksa apakah
sabuk rem sudah terpasang dengan benar.
5. Pada dinamometer turbin tekan dan tahan tombol “Press & Hold To Zero”.
Langkah ini mengatur torsi ke nol.
6. Gunakan dinamometer universal untuk menjalankan pompa dengan tekanan inlet
turbin sekitar 70% dari tekanan maksimum (gunakan putaran pompa 2300 rpm).
Baca tekanan inlet turbin (P4) tersebut dan jaga agar konstan. Turbin Pelton akan
mulai berputar.
7. Tingkatkan beban pada turbin secara perlahan sampai putaran turbin mencapai
1200 rpm (toleransi +5 rpm).
8. Catat semua data. Jika Anda menggunakan VDAS, klik pada tombol “record
data values” untuk merekam semua data secara otomatis.
9. Putar nozzle satu putaran, sehingga hampir terbuka penuh.
10. Jika perlu, atur ulang putaran pompa untuk mengatur tekanan inlet turbin (P4)
kembali ke nilai seperti pada langkah 6.
11. Jika perlu, sesuaikan beban turbin untuk mengatur putaran turbin kembali ke
1200rpm (toleransi +5 rpm).
12. Catat semua data.
13. Lanjutkan untuk memutar pemutar nozzle searah jarum jam (arah menutup) satu
kali putaran (360o). Pada setiap pengaturan, sesuaikan putaran putaran pompa dan
torsi turbin (jika perlu), untuk menjaga tekanan inlet dan putaran turbin konstan,
kemudian catat semua data.
14. Lakukan sebanyak 12 variasi bukaan nozzle dengan setiap tahapan variasi satu
kali putaran.

34
2.4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
2.4.1 Pengumpulan data
a. Bedasarkan pengujian pada tekanan inlet tetap, beban bervariasi dan tiga variasi
bukaan Nozzle didapatkan hasil pengamatan pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Tabel Pengamatan Prosedur 1 (bukaan nozzle tertentu)
Bukaan Nozzle (putaran katup): 100% terbuka
No. NT (rpm) ∆P1 (Pa) P4 (Pa) TT (Nm)
1 1005 33000 34000 0
2 955 33000 34000 0,08
3 905 32000 34000 0,11
4 855 32000 34000 0,27
5 805 32000 34000 0,36
6 755 32000 34000 0,45
7 705 31000 34000 0,54
8 655 31000 34000 0,61
9 605 31000 34000 0,69
10 555 30000 34000 0,77
11 505 29000 34000 0,84
12 455 28000 34000 0,95
13 405 28000 34000 0,99
14 355 28000 34000 1,03

Bukaan Nozzle (putaran katup): 50% terbuka


No. NT (rpm) ∆P1 (Pa) P4 (Pa) TT (Nm)
1 1158 43000 46000 0
2 1108 42000 46000 0,06
3 1058 41000 46000 0,15
4 1008 41000 46000 0,23
5 958 40000 46000 0,32
6 908 40000 46000 0,42
7 858 40000 46000 0,51
8 808 39000 46000 0,59
9 758 39000 46000 0,66
10 708 39000 46000 0,73
11 658 39000 46000 0,79
12 608 39000 46000 0,86
13 558 38000 46000 0,95
14 508 38000 46000 0,98

35
Bukaan Nozzle (putaran katup): 25 %
No. NT (rpm) ∆P1 (Pa) P4 (Pa) TT (Nm)
1 1335 54000 68000 0
2 1285 50000 68000 0,05
3 1235 48000 68000 0,12
4 1185 48000 68000 0,19
5 1135 48000 68000 0,25
6 1085 47000 68000 0,32
7 1035 46000 68000 0,39
8 985 45000 68000 0,46
9 935 44000 68000 0,52
10 885 44000 68000 0,57
11 835 43000 68000 0,62
12 785 43000 68000 0,66
13 735 42000 68000 0,71
14 685 41000 68000 0,76
b. Bedasarkan pengujian pada tekanan inlet tetap dan putaran turbin tetap tetapi,
bukaan Nozzle divariasikan didapatkan hasil pengamatan pada tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Tabel hasil prosedur 2 (variasi bukaan nozzle)
Spear Setting NT (rpm) TT (Nm) ∆P1 (Pa) P4 (Pa)
0 1200 0 51000 73000
1 1200 0,61 51000 73000
2 1200 0,85 51000 73000
3 1200 0,62 51000 73000
4 1200 0,53 51000 73000
5 1200 0,63 51000 73000
6 1200 0,62 51000 73000

36
7 1200 0,65 51000 73000
8 1200 0,67 51000 73000
9 1200 0,68 51000 73000
10 1200 0,72 51000 73000
11 1200 0,74 51000 73000

2.4.2 Pengolaan data


2.4.2.1 Analisis data pengujian turbin Pelton tekanan inlet tetap, beban bervariasi dan tiga
variasi bukaan Nozzle.
Data yang diketahui :
Cd : 0,97
A1 : 9,08 x 10-4 m2 = 0,000908 m2
A2 : 3,14 x 10-4 m2 = 0,000314 m2
ρ : 997,08 kg/m3

a. Mencari nilai dari dari data bukaan Nozzel (putaran katup) 100% terbuka antara
lain sebagai berikut:
1. Mencari laju aliran volumetric (Qv)
2 Δp1
Qv =C d A1

√( ρ
A 21
A 22
−1
)
[ m3 / s ]

2 x 33000 Pa
¿ 0,97 x 9,08 x 10−4 m 2

Q v =0,00521 m 3 /s
√ 997,08 kg/ m x [
9,08 x 10−4 m 2
3
(
3,14 x 10−4 m 2
−1]
2

1. Mencari daya hidrolis ke turbin tersebut (WTH)


W TH =P4 . Q V

W TH =34000 Pa x 0,00521m 3 /s
W TH =177,14 Watt

2. Mencari daya poros mekanis dari turbin (WTS)



W TS = .N .T
60 T 1 T 1

37

W TS = x 1005 rpm x 0
60
W TS =0 Watt

W TS
3. Mencari efisiensi turbin ( η ) = ƞT =
T .100 %
W TH
0
ƞT = x 100 %
177,14 Watt
ƞT =0 %
Analog: Dengan cara yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan pengujian turbin
untuk setiap variasi putaran bukaan nozzle (100%, 50% ,dan 25% ) terbuka .
Tabel 2.4 Hasil perhitungan pengujian turbin pelton

Pada bukaan nozzle 100% terbuka

Variasi Putaran Turbin (NT )


Qv (m3/s) WTH (Watt) WTS (Watt) ɳT (%)
(rpm)
1005 0,00521 177,14 0 0
955 0,00521 177,14 3,9983 2,2571
905 0,00513 174,42 16,1030 9,2323
855 0,00513 174,42 24,1623 13,8529
805 0,00513 174,42 30,3324 17,3904
755 0,00513 174,42 35,5605 20,3879
705 0,00505 171,7 39,8466 23,2071
655 0,00505 171,7 41,8196 24,3562
605 0,00505 171,7 43,6931 25,4473
555 0,00497 168,98 44,7293 26,4702
505 0,00488 165,92 44,3996 26,7596
455 0,00480 163,2 46,6709 28,5974
405 0,00480 163,2 41,9661 25,7145
355 0,00480 163,2 38,2714 23,4506

38
Pada bukaan nozzle 50% terbuka

Variasi Putaran Turbin (NT )


Qv (m3/s) WTH (Watt) WTS (Watt) ɳT (%)
(rpm)
1158 0,00595 273,7 0 0
1108 0,00588 270,48 6,9582 2,5725
1058 0,00581 267,26 16,6106 6,2151
1008 0,00581 267,26 24,2659 9,0795
958 0,00574 269,04 32,0866 12,1522
908 0,00574 264,04 39,9157 15,1173
858 0,00574 264,04 45,80004 17,3459
808 0,00566 260,36 49,8967 19,1645
758 0,00566 260,36 52,3626 20,1116
708 0,00566 260,36 54,0959 20,7773
658 0,00566 260,36 54,4078 20,8971
608 0,00566 260,36 54,7281 21,0202
558 0,00554 254,84 55,4838 21,7720
508 0,00554 254,84 52,1073 20,4471

Pada bukaan nozzle 25% terbuka

Variasi Putaran Turbin (NT )


Qv (m3/s) WTH (Watt) WTS (Watt) ɳT (%)
(rpm)
1335 0,00666 452,88 0 0
1285 0,00606 412,08 6,7248 1,6319
1235 0,00628 427,04 15,5116 3,6323
1185 0,00628 427,04 23,5657 5,5184
1135 0,00628 427,04 29,6992 6,9546
1085 0,00622 422,96 36,3403 8,5919
1035 0,00615 418,2 42,2487 10,1025
985 0,00608 413,44 47,4245 11,4707
935 0,00601 408,68 50,8889 12,4520
885 0,00601 408,68 52,7991 12,9194
835 0,00595 404,6 54,1859 13,3925
785 0,00595 404,6 54,2278 13,4028
735 0,00588 399,84 54,6203 13,6605
685 0,00581 395,08 54,4895 13,7920

39
2.4.2.2 Analisis data pengujian turbin Pelton tekanan inlet tetap dan putaran divariasikan
terhadap bukaan Noozle
a. Mencari nilai dari data variasi bukaan Nozzel 0 (bukaan penuh) antara lain
sebagai berikut:
1. Mencari laju aliran volumetric (Qv)
2 Δp0
Qv =C d A1

√(ρ
A 21
A 22
−1
)
[ m3 / s ]

2 x 51000 Pa
¿ 0,97 x 9,08 x 10−4 m 2

Qv =0,00648 m 3 /s
√ 997,08 kg/ m 3 x [ ( )
2
9,08 x 10−4 m 2
3,14 x 10−4 m 2
−1]

2. Mencari daya hidrolis ke turbin tersebut (WTH)


W TH =P4 . Q V

W TH =73000 Pa x 0,00648 m 3 /s
W TH =473,04 Watt

3. Mencari daya poros mekanis dari turbin (WTS)



W TS = .N .T
60 T 0 T 0

W TS = x 1200 rpm x 0
60
W TS =0 Watt

4. Mencari efisiensi turbin ( η T )


W TS
ƞT = .100 %
W TH
0 Watt
ƞT = x 100 %
473,04 Watt
ƞT =0 %

40
Analog: Dengan cara yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan pengujian turbin
untuk 11 variasi bukaan Nozzle.

Tabel 2.4 Hasil perhitungan pengujian turbin pelton variasi bukaan Nozzle
Spear Setting Qv (m3/s) WTH (Watt) WTS (Watt) ɳT (%)
0 0,00648 473,04 0 0
1 0,00648 473,04 76,616 16,1768
2 0,00648 473,04 106,76 22,5689
3 0,00648 473,04 77,872 16,4620
4 0,00648 473,04 66,568 14,0723
5 0,00648 473,04 79,128 16,7275
6 0,00648 473,04 77,872 16,4620
7 0,00648 473,04 81,64 17,2586
8 0,00648 473,04 84,152 17,7892
9 0,00648 473,04 85,408 18,0551
10 0,00648 473,04 90,432 19,1172
11 0,00648 473,04 92,944 19,6482

2.4.3 PEMBAHASAN

Dari tabel perhitungan diatas didapatkan hubungan antara beban turbin terhadap
tekanan inlet, laju aliran dan daya hidrolik dapat disimpulkan bahwa semakin kecil
beban yang diberikan pada turbin maka laju alirannya semakin menurun dan daya
hidroliknya juga akan menurun. Karena laju aliran berbanding lurus dengan tekanan
inletnya, dan daya hidrolik berbanding lurus dengan beban yang diberikan pada turbin.

Untuk tiga variasi bukaan nozzle yang pertama pada bukaan nozzle 100%, 50%
dan 25% terbuka, dari data hasil perhitungan dapat dibuat grafik hubungan antara
putaran turbin dan daya poros turbin sebagai berikut:

41
Grafik Daya Poros Turbin Terhadap Putaran
Turbin
50
Daya Poros Turbin (Watt) 45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
355 405 455 505 555 605 655 705 755 805 855 905 955 1005
Putaran Turbin (rpm)

Gambar 2.14 Grafik hubungan antara putaran turbin dengan daya poros turbin pada bukaan
Nozzle 100% terbuka.

Grafik Daya Poros Turbin terhadap Putaran


Turbin
60
Daya Poros Turbin (Watt)

50

40

30

20

10

0
508 558 608 658 708 758 808 858 908 958 1008105811081158
Putaran Turbin (rpm)

Gambar 2.15 Grafik hubungan antara Putaran turbin dengan Daya poros turbin pada bukaan
Nozzle 50% terbuka.

42
Grafik Daya Poros Turbin Terhadap Putaran
Turbin
60

50
Daya Poros Turbin (Watt)

40

30

20

10

0
685 735 785 835 885 935 985 1035 1085 1135 1185 1235 1285 1335
Putaran Turbin (rpm)

Gambar 2.16 Grafik hubungan antara Putaran turbin dengan Daya poros turbin pada bukaan
Nozzle 25% terbuka.

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan putaran
turbin maka daya poros turbin menurun. Hal ini ini disebabkan oleh torsi pada turbin
semakin kecil pada saat putaran turbin diperbesar, karena daya turbin dipengaruhi oleh
torsi, apabila torsi semakin besar maka daya poros turbin juga semakin besar begitu
juga sebaliknya. Pada bukaan Nozzle 100% daya poros turbin maksimalnya terjadi
pada putaran turbin 455 rpm dengan daya sebesar 46,6709 watt, pada bukaan Nozzle
50% daya poros efektif maksimalnya terjadi pada putaran turbin 558 rpm dengan daya
sebesar 55,4838 watt dan pada bukaan Nozzle 25% daya poros turbin maksimalnya
terjadi pada putaran turbin 735 rpm dengan daya sebesar 54,6203 watt. Jadi dapat
disimpulkan bahwa bukaan nozzle 50% memiliki daya poros turbin yang paling besar
yaitu sebesar 55,4838 watt.

Untuk tiga variasi bukaan nozzle yang pertama pada bukaan nozzle 100%, 50%
dan 25% terbuka, dari data hasil perhitungan dapat dibuat grafik hubungan antara
putaran turbin dan efisiensi turbin sebagai berikut:

43
Grafik Efisiensi Turbin terhadap Putaran
Turbin
35
30
Efisiensi Turbin (%)

25
20
15
10
5
0
355 405 455 505 555 605 655 705 755 805 855 905 955 1005
Putaran Turbin (rpm)

Gambar 2.17 Grafik hubungan antara putaran turbin dengan efisiensi turbin pada
bukaan Nozzle 100% terbuka.

Grafik Efisiensi Turbin terhadap Putaran


Turbin
25

20
Efisiensi Turbin (%)

15

10

0
508 558 608 658 708 758 808 858 908 958 1008 1058 1108 1158
Putaran Turbin (rpm)

Gambar 2.18 Grafik hubungan antara Putaran turbin dengan Efisiensi turbin pada
bukaan Nozzle 50% terbuka.

44
Grafik Efisiensi Turbin terhadap Putaran
Turbin
16
14
Efisiensi TUrbin (%)

12
10
8
6
4
2
0
685 735 785 835 885 935 985 1035 1085 1135 1185 1235 1285 1335
Putaran Turbin (rpm)

Gambar 2.19 Grafik hubungan antara Putaran Turbin dengan Efisiensi turbin pada bukaan
Nozzle 25% terbuka.
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan putaran
turbin maka efisiensi turbin menurun. Hal ini ini disebabkan oleh torsi pada turbin
semakin kecil pada saat putaran turbin diperbesar, karena efisiensi turbin dipengaruhi
oleh torsi, apabila torsi semakin besar maka efisiensi turbin juga semakin besar begitu
juga sebaliknya. Pada bukaan Nozzle 100% efisiensi turbin maksimalnya terjadi pada
putaran turbin 455 rpm dengan efisiensi sebesar 28,5974 %, pada bukaan Nozzle 50%
efisiensi turbin maksimalnya terjadi pada putaran turbin 558 rpm dengan efisiensi
sebesar 21,7720 % dan pada bukaan Nozzle 25% efisiensi turbin maksimalnya terjadi
pada putaran turbin 685 rpm dengan efisiensi sebesar 13,7920 %. Jadi dapat
disimpulkan bahwa bukaan nozzle 100% memiliki efisiensi yang paling besar yaitu
sebesar 28,5974 %.

Grafik Efisiensi Turbin terhadap Bukaan Nozzle


25
Efisiensi Turbin (%)

20
15
10 Linear ()
5
0
0 2 4 6 8 10 12
Bukaan Nozzle

Gambar 2.21 Grafik hubungan antara Spear setting(Bukaan Nozzle) dengan Efisiensi turbin

45
Dari grafik diatas putaran turbinnya dibuat tetap, tetapi spear setting divariasikan,
semakin besar spear setting maka efisiensi turbin semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena semakin besar spear setting maka torsi turbin akan meningkat,
akibatnya efisiensi turbin juga ikut meningkat. Efisiensi turbin maksimal terjadi pada
spear setting ke-2 dengan efisiensi sebesar 22,5689 %.

2.5 PENUTUP
2.5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :


Pada percobaan katup 100%, 50%, dan 25% dapat disimpulkan bahwa, semakin kecil
putaran turbin maka, daya poros turbin dan efisiensi turbin akan semakin besar.

2.5.2 Saran
1. Perlunya ketelitian dari para praktikan dalam mengambil data pengujian dan
menghitung data hasil penelitian tersebut serta keseriusan dalam mengikuti
praktikum
2. Sebelum melaksanakan praktikum hendaknya para praktikan memahami terlebih
dahulu teori dasar pada modul yang telah diberikan sehingga pada saat proses
praktikum dapat berjalan dengan lancar sesuai prosedur.

46

Anda mungkin juga menyukai