1.1 Pendahuluan
a. Jenis-Jenis Sambungan
Penyambungan logam adalah suatu proses yang dilakukan untuk menyambung (dua)
bagian logam atau lebih. Penyambungan bagian–bagian logam ini dapat dilakukan
dengan berbagai macam metoda sesuai dengan kondisi dan bahan yang digunakan.
Setiap metoda penyambungan yang digunakan mempunyai keuntungan tersendiri dari
metoda lainnya, sebab metoda penyambungan yang digunakan pada suatu konstruksi
sambungan harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Pada umumnya , terdapat 3 motode yang digunakan untuk menyambung logam antara
lain :
1. Sambungan Paku Keling
Paku keling (rivet) digunakan untuk sambungan tetap antara 2 plat atau lebih
misalnya pada tangki dan boiler. Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat
digunakan untuk menyambung dua komponen yang tidak membutuhkan kekuatan
yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur, alat-alat elektronika, dll.
Sambungan dengan paku keling sangat kuat dan tidak dapat dilepas kembali dan
jika dilepas maka akan terjadi kerusakan pada sambungan tersebut.Karena sifatnya
yang permanen, maka sambungan paku keling harus dibuat sekuat mungkin untuk
menghindari kerusakan/patah. Bagian uatam paku keling adalah :
• Kepala
• Badan
• Ekor
• Kepala lepas
3. Sambungan Las
Sambungan las (welding joint) merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan las
menghasilkan kekuatan sambungan yang besar. Proses pengelasan secara umum
dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu :
• Las dengan menggunakan panas saja atau Fusion Welding (cair/lebur) yang
meliputi thermit welding, gas welding atau las karbit/las asitelin dan electric
welding (las listrik).
• Las dengan menggunakan panas dan tekanan atau Forge Welding (tempa).
Adapun metode-metode pengelasan yaitu ,
1. Las Oksi-Asitelin
Las ini menggunakan campuran dari gas asitelin dan gas oksigen dimana
biasanya pada jenis ini digunakan untuk memtotong benda kerja.
2. Las SMAW ( Shield Metal Arc Welding ) / Las Busur Listrik
Las ini merupakan las yang paling umum digunakan , Dalam las busur listrik,
yang ditemukan di pertengahan tahun 1800-an, panas yang dibutuhkan berasal
dari energi listrik. Penggunaan baik sebuah elektrode habis pakai
(konsumeable) dan elektrode tak habis pakai (non konsumeable) (rot atau
wire), sebuah busur listrik yang dihasilkan antara busur elektrode dengan
benda kerja yang akan dilas, menggunakan sumber arus searah (DC) atau arus
bolak balik (AC). Las busur listrik ini mencapai temperatur sampal 30.000C
3. Las MIG
Las MIG adalah pengelasan dengan menggunakan gas nyala yang dihasilkan
berasal dari busur nyala listrik, dipakai sebagai pencair metal yang dilas dan
metal penambah Disebut juga dengan Solid Wire. Sebagai pelindung oksidasi
dipakai gas pelindung berupa gas kekal (inert), CO2 dan Arcal 21.
4. Las TIG
Tungsten Inert Gas (TIG) atau yang sering disebut Gas Tungsten Arc Welding
(GTAW) adalah salah satu bentuk Arc Welding (Las Busur Listrik).
Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) atau Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)
pertama kali ditemukan pada tahun 1940 di USA. Tungsten Inert Gas (TIG)
atau Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) menggunakan wolfram atau tungsten
sebagai elektrode dan inert gas sebagai pelindung.
1.2 Las Busur Listrik
a. Dasar Teori
Dalam las busur listrik, yang ditemukan di pertengahan tahun 1800-an, panas yang
dibutuhkan berasal dari energi listrik. Penggunaan baik sebuah elektrode habis pakai
(konsumeable) dan elektrode tak habis pakai (non konsumeable) (rot atau wire),
sebuah busur listrik yang dihasilkan antara busur elektrode dengan benda kerja yang
akan dilas, menggunakan sumber arus searah (DC) atau arus bolak balik (AC). Las
busur listrik ini mencapai temperatur sampal 30.000C (yang mana jauh lebih tinggi
dengan yang dihasilkan pada penggelasan gas oxy-asetelin.
Ilustrasi skematik dari las busur listrik ditunjukkan pada gambar 2.1 dibawah ini :
T Joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T, tipe sambungan ini
banyak diaplikasikan untuk pembutan kontruksi atap, konveyor dan jenis
konstruksi lainnya. Untuk tipe groove juga terkadang digunakan untuk sambungan
fillet adalah double bevel, namun hal tersebut sangat jarang kecuali pelat atau
materialnya sangat tebal. Berikut ini gambar sambungan T pada pengelasan.
Gambar 2.3 T- Joint
3. Corner Joint
Corner Joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan T Joint,
namun yang membedakannya adalah letak dari materialnya. Pada sambungan ini
materialnya yang disambung adalah bagian ujung dengan ujung. Ada dua jenis
corner joint, yaitu close dan open. Untuk detailnya silahkan lihat pada gambar di
bawah ini.
4. Kampuh U
Kampuh ini harus dilas bolak-balik juga, sebelum mulai mengelas
5. Kampuh T
6. Kampuh X
Kampuh ini dipakai bila akan mengelas bolak-balik sebelum mulai mengelas
7. Kampuh Tepi
Biasa dipakai untuk mengelas pelat-pelat tipis
- Kesalahan Yang Supervisial a. Arus yang terlalu tinggi a. Menyetel arus yang
(terlihat Mata ): tepat.
b. Kecepatan pengelasan
1. Undercut atau pengerukan yang terlalu tinggi b. Mengurangi
kecepatan mengelas.
c. Posisi elektroda saat
pengelasan yang tidak tepat c. Mempertahankan
panjang busur nyala
d. Ayunan elektroda saat yang tepat.
pengelasan tidak teratur
d. Mengupayakan
ayunan elektroda
dengan teratur.
Gambar 2.8 Undercut
g. Hindari
pendinginan terlalu
cepat
Jenis jenis Posisi pengelasan pada pipa pun juga berbeda, untuk Pipa biasanya
menggunakan jenis sambungan groove oleh karena itu pada Pipa disimbolkan dengan
1G, 2G, 5G dan 6G. Namun pada Pipa juga terkadang disambung dengan plate. Untuk
Anda yang ingin mengetahui jenis jenis sambungan pengelasan, berikut ini detailnya.
gerakan memutar
Gambar 2.32 Gerakan Memutar
gerakan zig-zag
Gambar 2.33 Gerakan Zig –zag
-.Kalau anda perlu berhenti saat mengelas maka sebelum start kembali kerak las
harus di bersihkan dengan cara mengetrok las-lasan dengan palu. Bila hal ini
tidak di lakukan maka lasan berikutnya akan menempel pada kerak sehingga
mengurangi kekuatan
-. Hindari pendinginan secara tiba-tiba(seperti di siram air) karena beberapa
contoh bahan akan retak.