A. Permasalahan
Prinsip Kerja Balon Udara
1. Teori tentang Kalor dan Pemuaian
Balon udara dapat terbang ketika di bagian dalam balon dipanaskan. Hal ini disebabkan
karena udara yang lebih panas akan lebih ringan karena masa jenis udara yang ada didalam balon
lebih ringan dari udara di luar. Udara panas ini dapat membuat volume udara bertambah dan
membuat tekanan udara lebih ringan sehingga balon udara pun akan bergerak naik di dorong oleh
udara yang bertekanan lebih kuat.
2. Hukum Archimedes
Balon udara naik atau turun sesungguhnya mengikuti hukum Archimedes. Hukum
Archimedes mengatakan bahwa “Benda di dalam zat cair akan mengurangi berat sebesar berat
zat cair yang dipindahkan”. Hukum archimedes ini berlaku untuk semua fluida. Persamaan
rumusnya adalah :
Fa = ρƒ . Vbƒ . g
Keterangan :
Fa = gaya angkat ke atas pada benda / gaya apung (N)
ρƒ = massa jenis udara (kg/m3)
Vbƒ = volume udara yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Aplikasi hukum archimedes ini digunakan balon udara untuk naik dan turun. Gaya apung
yang diterima oleh suatu benda yang melayang di suatu fluida sama dengan berat fluida yang
dipindahkannya. Ketika balon udara diterbangkan, maka :
Fa > berat total balon
Dengan persamaan
Fa = ρƒ . Vbƒ . g
maka yang bisa dirubah adalah Vbƒ karna massa jenis udara ( ρƒ ) dan percepatan gravitasi
(g) adalah konstan. Merubah Vbƒ dengan cara mengisi balon sehingga berat udara yang
dipindahkan lebih berat dari berat balon. Untuk mencapai hal tersebut, prinsip kimia mengajarkan
kita tentang mengisi balon dengan gas yang massa molekulnya lebih kecil dari massa rata-rata di
udara atau dengan gas panas. Tidak semua gas memenuhi persyaratan itu, apalagi jika ada
pertimbangan harga dan keselamatan. Beberapa di antaranya adalah gas Hidrogen (H 2) dan
Helium (He).
Pada percobaan pertama di sini untuk membuat gaya apung (Fa) lebih berat daripada
berat total balon (berat balon dan muatan), dengan cara dipanaskan menggunakan paraffin
(campuran lilin dan kapas) sehingga balon mulai bergerak naik. Sedangkan pada percobaan kedua
dilakukan dengan memasukkan gas ke dalam balon yang akan membuat balon bergerak ke atas.
3. Teori Kinetik Gas
Teori kinetik molekular gas menjelaskan bahwa gas memberi tekanan saat molekul-
molekulnya menumbuk dinding wadah. Semakin besar jumlah molekul gas per satuan volume,
semakin besar molekul yang menumbuk dinding wadah, dan akibatnya semakin tinggi tekanan
gas. Asumsi teori ini adalah sebagai berikut.
a. Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak random.
b. Tidak terdapat tarikan maupun tolakan antar molekul gas.
c. Tumbukan antar molekul adalah tumbukan elastik sempurna, yakni tidak ada energi kinetik
yang hilang.
d. Bila dibandingkan dengan volume yang ditempati gas, volume real molekul gas dapat
diabaikan.
Berdasarkan asumsi-asumsi ini diturunkan persamaan berikut untuk sistem yang terdiri
atas n molekul dengan massa m.
PV = nmu2/3
u2 adalah kecepatan kuadrat rata-rata. Jelas terlihat bentuk persamaan diatas identik dengan
hukum Boyle. Memang, bila u2 bernilai tetap pada suhu tetap, persamaan di atas adalah variasi
dari hukum Boyle. Mengindikasikan kecepatan molekul gas merupakan fungsi dari PV. Karena
nilai PV untuk sejumlah tertentu gas tetap, mungkin bahwa kecepatan molekul gas berhubungan
dengan massa gas, yakni massa molekulnya. Untuk 1 mol gas, persamaan berikut dapat
diturunkan.
PVm = NAmu2/3
Vm adalah volume molar dan NA adalah tetapan Avogadro. Dengan memasukkan PVm=RT di
persamaan diatas, persamaan berikut didapatkan.
NAmu2 = (3/2)RT
PVm = NAmu2/3
Suku kiri persamaan berhubungan dengan energi kinetik molekul gas. Dari persamaan ini, akar
kuadrat rata-rata gas √u2 dapat diperoleh.
√u2= √(3RT/NAm) = √ (3RT/M)
Dari persamaan gas ideal, maka dapat disimpulkan:
a. Makin tinggi temperatur gas ideal makin besar pula kecepatan partikelnya.
b. Tekanan merupakan ukuran energi kinetik persatuan volume yang dimiliki gas.
c. Temperatur merupakan ukuran rata-rata dari energi kinetik tiap partikel gas.
d. Persamaan gas ideal (P V = nRT) berdimensi energi/usaha .
e. Energi dalam gas ideal merupakan jumlah energi kinetik seluruh partikelnya.
4. Hukum III Newton
Newton mengatakan bahwa kenyataan dalam kehidupan sehari-hari ketika sebuah benda
memberikan gaya kepada benda lain maka benda kedua tersebut membalas dengan memberikan
gaya kepada benda pertama, di mana gaya yang diberikan sama besar tetapi berlawanan arah. Jadi
gaya yang bekerja pada sebuah benda merupakan hasil interaksi dengan benda lain.
Apabila sebuah benda memberikan gaya kepada benda lain, maka benda kedua
memberikan gaya kepada benda yang pertama. Kedua gaya tersebut memiliki besar yang sama
tetapi berlawanan arah. Secara matematis Hukum III Newton dapat ditulis sebagai berikut :
Faksi = -Freaksi
Hukum Newton ini dikenal dengan hukum aksi-reaksi. Ada aksi maka ada reaksi, yang
besarnya sama dan berlawanan arah.
Hukum III Newton juga berlaku pada balon udara yang bergerak. Yang dimaksudkan di
sini bukan balon udara yang bergerak karena ditiup angin, tapi karena di dorong oleh udara yang
ada di dalam balon. Balon bergerak ke atas karena balon memberikan gaya aksi dengan
mendorong udara ke bawah (udara keluar lewat mulut balon). Udara yang keluar lewat mulut
balon memberikan gaya reaksi dengan mendorong balon ke atas, sehingga balon bergerak ke atas.
Semakin banyak udara yang masuk ke dalam balon, maka balon bergerak makin cepat ketika
mulut balon tersebut dibuka. Hal ini disebabkan karena balon mendorong lebih banyak udara
keluar, sehingga udara yang didorong tersebut memberikan reaksi dengan mendorong balon.
Semakin banyak udara yang ada di dalam balon, semakin lama dan jauh balon bergerak; semakin
sedikit udara dalam balon, semakin pelan balon bergerak. Jadi besar gaya aksi sama dengan besar
gaya reaksi, hanya arahnya berlawanan.
B. Perencanaan
Percobaan Teknik Pertama
Dalam membuat balon udara sederhana ini terlebih dahulu menggambar
pola yang akan digunakan untuk membuat penutup balonnya. Berikut
gambar pola yang digunakan .
Kemudian mempersiapkan alat dan bahan yang terdiri dari :
1. Kertas minyak atau kantong plastik
2. Kawat besi kecil
3. Lidi
4. Lem kertas atau isolasi
5. Benang
6. Lilin dan kapas untuk membuat paraffin atau bisa langsung
menggunakan paraffin jadi
7. Gunting
8. Kaleng soft drink
D. Hasil Pengamatan
Percobaan Teknik Pertama
Pada percobaan pertama ini menerapkan konsep teori tentang kalor dan pemuaian zat
gas, meskipun pada perobaan ini juga terdapat teori kinetik gas, Hukum Archimedes, dan
Hukum Newton. Pada percobaan ini balon udara diterbangkan dengan cara dipanaskan dengan api
sehingga udara akan mengalir dan balon akan naik ke atas Pada saat menerbangkan balon udara
dengan cara ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu ukuran balon yang dibuat, material
penyusun balon dan api yang digunakan.
1. Ukuran Balon
Ukuran balon yang digunakan sebaiknya jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil. Kalau
terlalu besar, maka akan memerlukan api yang sangat besar juga dalam menerbangkannya.
Sedangkan jika terlalu kecil maka akan mengakibatkan kertas balon mudah terbakar.
2. Material Balon
Material penyusun balon sebaiknya menggunakan bahan yang ringan, seperti rangka
lingkaran, jangan menggunakan besi yang berat. Pada percobaan ini menggunakan lidi yang
ringan. Kawat tempat mengikat paraffin juga sebaiknya menggunakan kawat yang sangat
kecil untuk memudahkan balon terbang ke udara.
3. Nyala Api
Percobaan pertama yang dilakukan menggunakan nyala api lilin. Namun setelah ditunggu
hingga 1 jam, balon udara tidak terbang. Akhirnya lilin diganti dengan paraffin, yaitu
campuran lelehan lilin dengan kapas atau tissu lalu dicetak pada kaleng soft drink. Pada
percobaan kedua, nyala api paraffin sangat kecil sehingga membuat balon udara belum bisa
terbang. Selain itu balon udara disimpan di lantai sehingga menghambat aliran udara masuk
ke balon, akibatnya balon tidak terbang. Pada percobaan ketiga, nyala api yang digunakan
sangat besar, balon dipegang agak tinggi dan ditunggu hingga 10-30 menit sampai terbang.
Akan tetapi pada percobaan ini Parafin yang digunakan tiba-tiba patah, sehingga sebelum
30 menit nyala api tersebut padam. Karena bahan paraffin telah habis sehingga perocobaan
dengan cara ini dicukupkan.
Kelemahan dengan menggunakan teknik ini yaitu sulit mengontrol laju terbang karena
nyala api tidak bisa diatur besar dan kecilnya. Selain itu karena menggunakan nyala api maka
jika dipake untuk menerbangkan makhluk hidup seperti manusia akan mengakibatkan
penumpang balon udara ini merasa kepanasan. Hal berbahaya lainnya juga bisa ditimbulkan
kalau menggunakan cara ini yaitu bisa mengakibatkan kebakaran.
E. Kesimpulan
1. Partikel gas di dalam balon udara dapat menerbangkan balon karena mengalami pemuaian
akibat pemanasan yang diberikan. Pemanasan menyebabkan volume gas bertambah, massa
jenis berkurang dan tekanan bertambah sehingga membuat balon bergerak ke udara
(terbang).
2. Partikel gas yang lebih ringan jika dimasukkan ke dalam balon akan memberikan gaya
dorong ke atas sehingga balon dapat terbang. Gaya dorong ini disebabkan karena gas yang
dimasukkan ke dalam balon memiliki massa jenis yang kecil daripada penyusun-penyusun
udara di sekitarnya.