Anda di halaman 1dari 14

Nama : Lela Meilani

Nim : 181440122

Tugas : Resume video praktikum keperawatan kritis

Monitoring Hemodinamik

A. Pendahuluan
Keadaan hemodinamik sangat mempengaruhi fungsi penghantaran O2 dalam
tubuh dan melibatkan fungsi jantung. Pada kondisi gangguan hemodinamik,
diperlukan pemantauan dan penanganan yang tepat sesuai kondisi pasien. Penilaian
dan penanganan hemodinamik merupakan bagian penting pada pasien.

B. Definisi
Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui
sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru).
Pentingnya pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik, respirasi, dan
tanda-tanda vital lain akan menjamin early detection bisa dilaksankan dengan baik
sehingga dapa mencegah pasien jatuh kepada kondisi lebih parah.

C. Indikasi Pemantauan Hemodinamik


1. Shock
2. Infark miokard
3. Pasca operasi jantung
4. Penyakit katup jantng
5. Gagal nafas
6. Hipertensi pulmonal
7. Pasien yang memerlukan pemberian cairan yang adekuat

D. Faktor Penentu Hemodinamik


1. Pre load
Menggambarkan tekanan saat pengisian RA selama diastolic digambarkan melalui
CVP. Sedangkan pre load LA digambarkan melalui Pulmonary Arterial Pressure
(PAP).
2. Contractility
Menggambarkan kekuatan otot jantung untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh.
3. After load
Menggambarkan kekuatan /tekanan darah yang dipompakan oleh jantung.
After load dipegaruhi oleh sistemik vasculer resistance dan pulmonary vasculer
resistance.

E. Penyebab Kematian Sel


1. Hipoksia
2. Trauma
3. Infeksi
4. Reaksi imunologis
5. Gangguan genetika
6. Gangguan nutrisi

F. Tujuan Pemantuan Hemodinamik


1. Mengevaluasi fungsi dasar kardiovaskuler
2. Menentukan adanya disfungsi sistem kerdiovaskuler dan derajatnya
3. Mengarahkan pada intervensi khusus
4. Evakuasi efektifitas intevensi

G. Monitoring Hemodinamik
1. Invasive
a. Pemantauan tekanan melalui penempatan beberapa kateter ke dalam sistem
sirkulasi
b. Bertujuan untuk terus menerus atau intermitten memantau tekanan intra
arterial, intra cardial, tekanan arterial pulmonal, dan parameter O2
c. Informasi ini dimanfaatkan untuk mengetahui dan mengenali dengan pasti
hasil pengkajian yang akurat yang berhubungan dengan perubahan sirkulasi
terutama pada pasien kritis.
2. Non invasive
Mengkaji status hemodinamik melalui monitorng EKG, denyut nadi, non
invasif BP, status mental, pulse oksimetri dan produksi urine.

H. Manfaat Pemantauan Monitoring Hemodinamik Invansif


1. Mengukur tekana darah
2. Mengetahui gelombang tekanan di dalam ruang jantung
3. Tempat pengambilan sampel darah arteri
4. Tempat memasukan obat-obatan
5. Pacu jantung

I. Keuntungan Pemantauan Secara Invasive


1. Lebih akurat dan dapat dibaca secara continue
2. Perubahan tekanan kecil dapat dideteksi
3. Tercapainya optimalisasi terapi
4. Pengambilan sampel darah mudah
5. Bentuk gelombang dapat dilihat memalui sistem tranduser

J. Jenis Pemantauan Hemodinamik (invasive)


1. Central Venous Pressure
2. Intra Artery Pressure
3. Pulmonary Artery Pressure
4. Left Artrial Pressure /PCWP

K. Komponen Monitoring Hemodinamik


1. Transducer
Merubah peristiwa-peristiwa fisiologi kedalam sinyal-sinyal elektrik (e.g tekanan,
tenperature, cahaya)
2. Amplifier
Menangkap sinyal elektrik dan mentransmisikan kelayar monitor
3. Monitor display
Layar monitor (gambaran gelombang, nilai pressure)
4. Catherter tubing/ flush system
a. Perawatan kateter
b. Heparinized solution (√ protokol)
c. Pressure bag

L. Parameter Hemodinamik Invasif Central Venous Pressure (CVP)monitoring


1. Pengertian
Central venous pressure (CVP) merupakan tekanan pada vena besar thorak
yang menggambarkan aliran darah ke jantung. (Oblouk, Gloria Daravic.2020)
2. Indikasi
a. Memberikan cairan intervena: volume yang banyak dan jalur vena perifer
tidak adekuat.
b. Memberikan obat-obat iv seperti: obat vasoaktif, obat yang dapat
menyebabkan iritasi
c. Pemebrian parenteral nutisi
d. Pemantauan hemodinamik: CVP
e. Intervensi terapetik seperti: hemodalisis, TPM
f. Pengambilan sampel darah.
3. Lokasi Pemasangan
a. Vena yugolaris interna
b. Vena subclavia
c. Vena yugolaris eksterna
d. Vena femoralis
4. Gelomabang CVP
a. a= kontraksi atrium
b. c= kontraksi ventrikel
c. x= relaksasi atrium
d. v= penutupan katup trikuspid
e. y= pembukaan katup trikuspid
5. interpretion of values
a. low CVP
1) Hypovolemia
2) vasodilation
b. high CVP
1) hypervolemia
2) vasocontriction
3) right CHF
4) pulmonary hypertetion

M. arterial Pressure Monitoring


1. bentuk gelombang
a. over damping
1) gambaran gelombang arteri yang terlalu landai
2) ada gelombang udara
3) posisi kinking tertekuk
4) taksiran SBP rendah
5) taksiran DBP tinggi
b. under damping
1) gambaran gelomabang arter yang berlebihan
2) adanya bekuan darah
3) kinking
4) manometer line yang terlalu panjang
5) loose connection
2. nursing intervenstion
a. monitor bentuk gelombang
b. bandingkan nilai dengan pembacaan
c. cuff
d. Alharus terbaca lebih akurat
e. Cek sambungan dalam sistem
f. Cek daerah pemasangan dan sirulasi
g. Ektremitas
h. Set alarms

N. Pulmonal artery and wedge pressure monitoring


1. Fungsi
Untuk menkaji fungsi LV,CO, tekanan RA, tekanan RV, tekanan PA, dan
pulmonari capillary wedge pressure (PCWP)
2. Parameter yang dapat diukur dengan PA kateter
a. PA pressure
b. PCW pressure
c. CVP
d. Cardiac output
e. Blood temperature
f. Mixed venous oxygen saturation
3. Indikasi pemasangan kateter PA
a. Assessing volume status
b. Diagnosing RV failure
c. Diagnosing LV failure
d. Diagnosing PH
e. Assessing vascular disease
f. Early diagnosis of ischaemia
4. Komplikasi pemasangan PA kateter
a. Infeksi
b. Pulmonal artery rupture
c. Pumonary thromboombalism
d. Pulmonary infacrction
e. Catheter kinking and intracardiac knolting
f. Arrhythmias
g. Air embolixation
5. Myocardiac oxygen balance
a. Demand
1) Preload
2) Afterload
3) Heart rate
4) contractility
b. Supply
1) O2 extraction
2) Diastolic time
3) Diastolic pressure
4) Coronary Artery flow
6. Pemantauan kardiovaskuler

Pressure Preload
Preload
Resistance Afterload
Afterload CO
flow contarctility
contarctility
Heart rate
Heart rate
7. Keuntungan dan kerugian pemantauan secara invasif

Keuntungan Kerugian
Akurat dan dapat dibaca terus menerus Meningkatkan resiko infeksi
Memperoleh nilai sistem Memerlukan keahlian khusus
kardiovaskuler yang tidak dapat diukur
secara non invasif
Dapat digunakan untuk terapi yang Dapat emberikan informasi yang salah
optimal
Untuk mengambil sample darah
Efesien dalam waktu
8. Kontraindiksi pemasangan
a. Gangguan koagulasi
1) Trombolitik atau terapi anti koagulan
2) Trombositopenia
3) Tanda-tanda signifikasi gangguan koagulopati
b. Infeksi dan gangguan pertahanan dikulit
1) Infeksi pada daerah pemasangan
2) Potensial infeksi pada daerah pemasangan
3) Luka bakar
c. Kesulitan untuk menentukan lokasi pemasangan
1) Obesitas dan trauma
d. Potensial tinggi terjadinya pneumothorak
1) Pemberian PEEP yang tinggi CPAP
2) Penyakit paru obstructive
9. Manajemen Keperawatan
a. Cegah komplikasi
b. Pastikan tempat area kateter terlihat dengan jela
c. Pastikan sirkuit/manometer line tersambung dengan kuat dan aman
d. Pasang label setiap warna (CVP warna biru, AL merah, PAP warna kuning)
10. Diagnosa keperawatan
a. Resiko infeksi b/d pemasangan alat invatif
b. Perubahan perfusi perifer b/d interupsi alliran darah ec terpasangnya kateter
c. Resiko cedera b/d penyulit pemasangan seperti aritmia, kesulitam
anatomi,bergeraknya pasien pada saat pemasangan
11. Dokumentasi
a. Tanggal dan jam pemasangan kateter
b. Lokasi pemasangan
c. Hasil pengukuran
d. Dokumentasikan pemantauan hemodinamik sebelum selama dan setelah
pemasangan kateter
12. Kesimpulan
a. Lakukan persiapan alat yang sesuai kebutuhan dengan baik
b. Kolaborasi, seroing terlebih dahulu setelah kateter terpasang/sebelum dicatat
parameter yang kita pantau
c. Memahami makna dari pada parameter yang kita pantau, segera kolaborsi bila
ada perubahan yang signifikan
d. Don’t treat the monitor but treat the patient
e. Efisiensi, penggunaan dan manajemen yang aman dari envasive, monitoring
hemodinamik diperlukan perawat yang terlatih dan kompeten dibidangnya

CURRICULUM VITAE
Ventilator pada sistem pernafasan berfungsi sebagai pertukaran gas

O2 alveoli kapiler paru

CO2 kapiler paru alveoli

A. Faktor yang mempengaruhi


1. Luas permukaan paru
2. Tebal memberan respirasi
3. Waktu difusi
4. Daya ikat gas
B. Pemantauan pasien dengan ventilasi mekanik
1. ETT. TC
a. Posisi
b. Sekret : suction close open
c. Cuff
d. Fiksasi
e. Tidak tergigit
f. kedalaman
2. Pasien
a. Tidak terjadi penolakan
b. Posisi tidur /mobilisasi
c. Oral hygiene
3. Ventilator
a. Sumber listrik
b. Humidifier : humidifierd, filtered dan warming
Permasalahan
Air way tidak berfungsi
Etiologi : obstruksi sekresi yang kental, kink kink pada tube, posisi tube yang tidak
tepat.
Intervensi
1. Pelihara ventilasi dengan manual bag
2. Suction pasien sesuai kebutuhan
3. Kosongkan hasil penguapan pada tubing secara teratur
4. Auskultasi bunyi nafas secara teratur
5. Ukur tekanan cuff secara teratur
C. Breating
Pantau ventylatory meliputi
1. Peak airway pressure
2. Mode, FiO2, TV, RR, PEEP (setting dan aktual)
Permasalahan
Mal fungsi GI ( komplikasi gastrointestinal)

GI bleeding, gastric distension, dan stress ulcer

Observasi

1. Distensi abdomen
2. Penurunan Hb dan Ht
3. Darah pada drainge gastric atau pada feses
4. Pasang gastric tube untuk dekompresi
5. Berikan obat sisi order dokter
6. Auskultsi bising usus

Difesiensi nutrisonal

Intervensi

1. Berikan nutrisi : enteral atau parental


2. Lakukan pengecekan bising usus
3. Monitor BB, intake dan output
4. Lab: protein total alb

Malfungsi renal

Dise babkan karena : imbalance cairan elektrolit dan hemodinamik tidak stabil

Intervensi

1. Monitor : hemodinamik, intake output


2. Periksa : tugor dan edema
3. Observasi tentang: perubahan dalam AGD, elektrolit
4. Auskultasi bunyi nafas
Respiratory infection (VAP)

Intervensi

1. Teknik cuci tangan yang benar


2. Berikan kelembapan yang cukup
3. Lakukan pengecekan filter pada gas yang diisap
4. Auskultasi bunyi nafas
5. Mobilisasi pasien secara teratur
6. Lakukan fsioterapi dada dan suction
7. Gunakan teknik aseptik dan alat-alat steril pada saat suctioning

Pencegahan

1. Meminimalkan waktu penggunaan ventilator


2. Perawatan steril selama pasien terventilasi: cuci tangan sesuai prosedure,
pemakaian masker selama perawatan, penggunaan pipa endotrakeal dengan sistem
drainase supraglotis, oral hygiene dengan antiseptic chlorhexididine 0,2%
3. Posisi tidur pasien (30-45)
4. Meminimalkan obat-obatan sedasi, sulit berkomunikasi, gejala yang timbul pada
pneumonia susah didapatkan

Tanda-tanda VAP:

1. Demam
2. Produksi sputum baru yang keruh, kecoklatan dan hipoksia
3. Peningkatan sel darah putih
4. Infiltrat (perselubungan baru pada thorax photo
5. Kultur resistensia sptum dari ETT atau TC ( pertumbuhan kuman yang positif)

VAP terjadi karena pemasangan ETT atau TC dapat menyebabkan paru-paru bagian
bawah terekspos secara langsung terhadap bakteri yang berasal dari lambung, rongga
sinus, atau tindakan lain. Kondisi ini diperparah oleh kondisi pasien yang cenderung
imunitas turun.

ADRS
Permasalahan

Alektasis pulmonary

Intervensi

1. Mobilisasi pasien secara periodik


2. Suction secara periodik
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Koordinasi dengan dokter untuk tindakan lain(PEEP)

Trauma jaringan trachea

Intervensi

1. Lakukan oral hygiene secara teratur


2. Rubah posisi oral tube setiap hari
3. Lakukan perawatan cuff secara teratur
4. Lakukan suction

Penurunan mobilitas

Intervensi

1. Lakukan perawatan kulit


2. Rubah posisi sevara teratur
3. Lakukan latihan pasif
4. Ambulasi ssi hemodinamik
5. Perbolehkan pasien untuk ADL ssi toleransi

Trauma psikologi

Intervensi

1. Analgetik untuk menguarangi rasa sakit sii order


2. Jelaskan semua prosedur pada pasien
3. Berikan kesempatan pada keluarga untuk memberikan dukungan
4. Ciptakan lingkungan yang memberikan stimulasi
5. Lakukan penjadwalan untuk memungkinkan istirahat pasien
Kegagalan lepas dari ventilator

Intervensi

1. Pastikan pasien dapat bernafas secara spontan


2. Berikan support psikologis
3. Jelaskan semua prosedur pada pasien
4. Berikan kesempatan pasien untuk beristirahat
5. Weaning secara bertahap

Kehilangan kekuatan otot respiratory

Intervensi

1. Gunakan mode kontrol


2. Berikan dorongan pada pasien untuk latihan batuk efektis
3. Lakukan weaning sesegera mungkin
4. Fisioterapi aktif dan pasif

Barotrauma (pneumothorax, subcutaneous, emphysema, mediatinal


emphysema)

Etiologi: volume atau tekanan dan PEEP di setting terlalu tinggi.

Intervensi:

1. Hindari setting dengan tekanan tinggi untuk pasien yang high risk
2. Observasi triger alarm tekanan tinggi
3. Observasi trakheal
4. Observasi perubahan bunyi nafas
5. Observasi tacynea dan tachycardia
6. Lakukan perkusi

Gangguan hemodinamic

Terjadi karena tekana intrathorasic opositif menyebabkan penurunan venous return ke


jantung kanan dan menekan sirkulasi darah plmonal.
Intervensi

1. Observasi apakah ada penurunan BP, CVP, PAP


2. Gelisah
3. Perubahan tingkat kesadaran
4. Penurunan jumalah urin
5. Nadi perifer yang hilang
6. CRT yang lambat
7. Pucat
8. Kelelahan
9. Chest pain

Anda mungkin juga menyukai