Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standardisasi atau pembakuan
obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani disebut farmakon yang
berarti medika atau obat, sedangkan ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang
cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu (meracik) hingga siap
digunakan sebagai obat. Dalam bidang ilmu farmasi, suatu ilmu yang mempelajari
dasar spesifik tentang farmasi yaitu farmasetika.
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan pengawetan dan pembakuan bahan obat-obatan;
seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga
siap digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan
teknologi pembuatan bentuk sediaan yang dapat digunakan sebagai obat (Syamsuni,
2006).
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai
dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan. Obat terdapat dalam berbagai bentuk sediaan seperti kapsul,
tablet, serbuk, larutan dan lainnya. Dan untuk praktikum kali ini akan dibuat sediaan
eliksir.
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi
sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol 3-
4% dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10% (Syamsuni, 2006). Sediaan dalam
bentuk eliksir sangat menguntungkan karena lebih mudah ditelan dari pada sediaan
lain, sehingga banyak disukai anak-anak, bayi, maupun usia lanjut. Absorbsi obat
lebih cepat karena telah berbentuk sediaan cair (tidak mengalami proses
penghancuran maupun pelarutan seperti pada tablet, kapsul, pil, dan lain-lain.

1
Mengingat pentingnya mempelajari eliksir, sebagai suatu dari sekian banyak
sediaan obat maka dilakukan praktikum pembuatan eliksir ini dengan tujuan untuk
mengetahui cara pembuatan eliksir serta penggunaannya secara tepat.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami cara pembuatan eliksir
yang baik dan benar .
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami cara pembuatan sirup
simpleks yang baik dan benar .

1.2.2 Tujuan Percobaan


1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan eliksir yang
baik dan benar .
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan sirup
simpleks yang baik dan benar .

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut. Misalnya terdispersi secara molecular dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur (Dirjen POM, 1995).
Larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya tidak dimasukkan kedalam golongan
produk lainnya” (Ansel, 1989).
Larutan ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai
pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Untuk larutan (Solutio) steril
yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injection.
Di samping wadah harus mudah dikosongkan dengan cepat, besarnya kemasan boleh
dari 1 liter (Anief, 2006).
Berdasarkan cara pemberiaannya larutan dapat dibagi atas dua yaitu (Dirjen
POM, 1995)
1. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pembuatan oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau bahan pengaroma, pemanis,, atau
pewarna yang larut dalam air atau campuran koselven air.
2. Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering
kali mengandung pelarut lain seperti etanol untuk penggunaan pada kulit, atau
dalam larutan hidroksil oral topical untuk penggunaan pada mukosa mulut.

3
2.1.2 Sirup
1. Definisi
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa).
Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2006).
2. Macam-macam sirup
Ada 3 macam sirup ( Syamsuni,2006) :
a. Sirup simpleks, mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25 b/v.
b. Sirup obat, mengamndung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat, tetapi mengandung zat pewangi atau
atau zat penyedap lainnya.

3. Pembuatan sirup
Pembuatan sirup yaitu (Ansel, 1989).
a. Larutan dari bahan-bahan dengan bantuan poanas.
b. Larutan dari bahan-bahan dengan pengadukan tanpa menggunkan panas.
c. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan obat yang
dibuat atau pada cairan yang diberi rasa.
d. Dengan perkolasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukrosa

2.1.3 Eliksir
1. Definisi
Eliksir merupakan larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan
untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan (Ansel,
1989). Pada definisi lain eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol (90%)
yang berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kekuatan obat.
Kadar etanol berkisar 5-10 % (Syamsuni, 2006).

4
2. Macam-macam eliksir
Ada 2 macam eliksir, yaitu (Ansel, 1989).
a. Eliksir obat
Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang
tunggal. Umumnya eliksir-eliksir resmi yang diperdagangkan mengandung zat obat
ttunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat tunggalyang terkandung bahwa
dosis yang diperlukan dapat dinaikan atau diturunkan dengan meminum eliksir
banyak atau kurang.
b. Eliksir bukan obat
Eliksir bukan obat dapat digunakan dalam pembuatan sirup yang dibuat segar,
meliputri (Ansel, 1989).
a. Penambahan zat-zat obat untuk pembawa yang member rasa enak.
b. Pengencer eliksir obat. Dalam pemilihan pembawa untuk senyawa-
senyawa obat, harus memperhatikan kelarutan dan stabilitas senyawa obat
dalam air dan alkohol.
3. Pembuatan eliksir
Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengadukan atau
dengan pencampuran dan atau lebih bahan-bahan cair. Komponen yang alarut dalam
alkohol dan dalam air umumnya dilarutkan terpisah dalam alkohol dan air.
2.2 Uraian bahan
2.2.1 Aqua destilata (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Kimia : Dihydrogen monoxida
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18.02 gr/mol
Rumus Struktur :

5
Pemerian : Cairan jernih, tak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.2 Alkohol (Dirjen POM, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46.07 gr/mol
Rumus Struktur :

H3C OH

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan
dalam eter p.
Khasiat : Antiseptik (membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri pada jaringan hidup),
desinfektan (membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri pada jaringan mati) dan sebagai
kosolven (pelarut)
Kegunaan : sebagai pensteril dan pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api

6
2.2.3 Asetaminofen (Dirjen POM, 1979 ; Sweetman, 2009)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Kimia : 4-Hydroxyacetarilide
Rumus Molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa


pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 70 bagian etanol
(95%) P dalam aseton P, dalam 40 bagian gliserol P
dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam
larutan alkali hidroksida
Khasiat : Analgetikum (anti nyeri), antipretikum (penurunan
demam)
Kegunaan : Sebagai zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah, tertutup baik, terlindung dari cahaya
2.2.4 Gliserolum (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama laian : Gliserol, Gliserin
Rumus Molekul : C3H8O3
Berat Molekul : 92,10 gr/mol
Rumus struktur :

HO OH
OH

7
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga mencapai kurang lebih
20o.
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P
dan dalam minyak lemak.
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya di
tempat sejuk.
2.2.5 Glukosa (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : GLUCOSUM
Rumus Molekul : C6H12O6.H2O
Berat Molekul : 198.17 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran


putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%)P
mendidih, sukar larut dalam etanol (95%)P.
Khasiat : Kalorigenikum (menghasilkan atau meningkatkan
energi)
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah, tertutup baik, terlindung dari cahaya

8
2.2.6 Metil Paraben (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : METHYLIS PARABENUM
Nama Kimia : Metil-P-hidroksilbenzoat
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152.15 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hamper tidak berbau,


tidak mempunyai rasa, agak membakar diikat rasa
tebal
Kelarutan : Larut dalam 50 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) dan dalam
3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan
dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian
gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati, jika didinginkan larutan tetap jenuh
Khasiat : Pengawet, antimikroba
Kegunaan : Sebagai pengawet
Penyimpanan : Dalam wadah, tertutup baik
2.2.7 Propilenglikol (Dirjen POM, 1979;Rowe, 2009)
Nama Resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama Kimia : 1,2-propanadiol
Rumus Molekul : C3H8O2
Berat Molekul : 76,09 gr/mol
Rumus struktur :

9
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas;
praktis tidak berbau; menyerap air pada udara
lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam
beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat
bercampur dengan minyak lemak.
Khasiat : Antimikroba (menghambat atau membunuh
mikroorganisme).
Kegunaan : Sebagai pembasah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

10
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum farmasetika dasar dengan judul “Sirup dan eliksir” dilaksanakan
pada tanggal 27 Maret 2018, pukul 07:00-selesai di Laboratorium Tehnologi Farmasi,
Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan untuk yakni terdiri dari 4 alat
laboratorium seperti cawan porselen, lumpang dan alu, neraca analitik yang bermerek
kern, botol yang berwarna gelap dan sudip.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu kertas perkamen, alkohol
70%, alkohol 95%, aquadets, asetaminophen, glukosa, gliserin, metil paraben dan
propilenglikol.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Sirup Simplex
1. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%.
2. Ditimbang masing-masing bahan sesuai resep pada neraca analitik.
3. Dimasukkan aquadest ke dalam gelas kimia sebanyak 35% dalam 5 ml
sehingga dapat diambil menjadi 1,25 ml.
4. Dipanaskan aquadest dengan menggunakan hotplate magnetic stirer.
5. Dimasukkan metil paraben yang telah ditimbang sebanyak 0,0125 gr
kedalam aquadest yang sedang dipanaskan.
6. Diaduk secara konstan, dalam hal ini pengadukkan terjadi secara otomatis
hingga metil paraben larut dalam aquadest.
7. Dimasukkan glukosa sebanyak 1,25 gr, dimasukkan perlahan dan sedikit
demi sedikit.
8. Diaduk hingga menjadi homogen, lalu tuangkan ke dalam gelas kimia

11
9. Dibungkus dengan aluminium foil gelas kimia yang telah dimasukkan
sirup simpleks
3.3.2 Pembuatan Pengenceran alkohol 95%
1. Dilakukan perhitungan pengenceran dengan rumus M 1xV 1 = M 2xV 2.
2. Didapatkan V 1 = 5,68 ml artinya alkohol yang digunakan yaitu sebanyak
tersebut.
3. Dimasukkan ke dalam gelas ukur alkohol sebanyak 5,68 ml.
4. Dimasukkan air sebanyak 1,6 ml ke dalam gelas ukur yang terdapat
alkohol.
5. Sehingga didapatkan pengenceran alkohol 95%.
3.3.3 Pembuatan Eliksir
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%.
3. Dimasukkan pertama acetaminophenum ke dalam lumpang sebanyak 1,44
gr, kemudian digerus.
4. Ditambahkan gliserin sebanyak 30 ml, lalu digerus bersama dengan PCT.
5. Dimasukkan propilenglikol sebanyak 6 ml lalu digerus kembali hingga
menjadi homogen.
6. Dimasukkan alkohol yang telah diencerkan dengan air sebanyak 1,65 ml
dan alkohol 95% sebanyak 5,68%.
7. Kemudian ditambahkan sirup simpleks sebanyak 15 ml.
8. Setelah semua bahan telah tercampur secara homogen. Dimasukkan ke
dalam wadah (botol) yang berwarna gelap.
9. Ditambahkan air sebanyak 60 ml ke dalam botol yang telah terdapat
eliksir.
10. Diberikan etiket putih dengan pemakaian tiga kali sehari satu sendok teh.

12
3.4 Deskripsi Resep
3.4.1 Resep

dr. Saleh Tengah sp.dd


Jl Ampara No.1 Bandung
SIK: 04/km/1982
Tlpn. 0435-897

No : 05 Gorontalo, 26 Desember 2018

R/
Acetaminophenum 100 mg
Glycerolum 2,5 ml
Propilen glikol 500 μl
Syrup Simplex 1,25 ml
Aethanolum 90% 500 μl
Aquadets ad 5 ml

m.f elixira. da in fl 60 ml No.I


ʃ tdd. Cth I. Ac.

Pro : Icha
Umur : 5 tahun

3.4.2 Narasi resep


3.4.2.1 Narasi resep perkata

ʃ = signa = tandai
R/¿ = recipe = ambillah
5 = quinque = lima
60 = sexaginta = enam puluh
90 = nonaginta = sembilan puluh
100 = centum = seratus
500 = quingenti = lima ratus
1,25 = unus punto viginti quinque = satu koma dua lima
2,5 = duo punto quinque = dua koma lima

13
1 = unus = satu
% = persenta = persen
ac = ante coenam = sebelum makan
ad = ad = cukupkan
da in fl = da in flakon = masukkan dalam botol
cth = cochlear thea = sendok teh
elixira = elixira = elixsir
m.f. = misce fac = Campur dan Buatlah
mg = milli gramma = milli gram
ml = milli liter = milli liter
No = numeru = sebanyak
Pro = pro = untuk
Tdd = ter di die = tiga kali sehari
μl = micro liter = mikro liter
3.4.2.2 Narasi Resep (bahasa latin)
Recipe asetaminofen centum viginti miligramma, glycerolum duo punto
quinque miligramma, propilenglikol centum viginti microliter, sirup simpleks unus
punto diviginti quinque miligramma, aethanolum nonaginta percen, aquadest ad
quinque miligramma. Misce fac da in sexaginta mililiter nomero unus signa ter de
die cochlear tea unus ante coenam. 
3.4.2.3 Narasi Resep (bahasa indonesia)
Ambillah acetaminophen seratus dua puluh miligram, glycerolum 2,5
miligram, propilenglikol 500 mikroliter, sirup simpleks satu koma dua lima miligram,
aethanolum sembilan puluh persen lima ratus mikrogram, aquadest sampai lima
miligram. Campur dan buatlah eliksir masukan dalam botol enam puluh mililiter
sebanyak satu. Tandai pemakaian tiga kali sehari sendok teh satu sebelum makan.

3.4.3 Perhitungan bahan

14
100 mg
1. Acetaminopen = x 60 ml = 1440 mg = 1,44 g
5 ml
2,5 mg
2. Glycerolum = x 60 ml = 30 ml
5 ml
0,5 ml
3. Propilenglikol = x 60 ml = 6 ml
5 ml
4. Syrup simpleks = 1,25 ml
35
a. Aquadest = x 5ml = 1,25 ml
100
65
b. Glukosa = x 5ml = 1,25 mg
100
0,25
c. Metilparaben = x 5ml = 0,0125 ml
100
4. Aethanolum 90% = M 1xV 1 = M 2xV 2
= 95 x V 1 = 90 x 6
V 1 =5,68 ml
5. Aquadets ad 6 ml = 6 ml – 5,68 ml
= 1,6 ml aquadets yang akan digunakan.
3.4.4 Perhitungan dosis
1. Asetaminofen
Dosis anak sekali = 50 mg
n
= x Da
n + 12
5
= x 50 mg
5+12
= 14,7 mg.
14,7 mg
% Dosis sekali = x 100%
5 ml x 1,44 mg
= 20,42% (tidak OD)
Dosis anak sehari = 200 mg

15
n
= x Da
n+12
5
= x 200 mg
5+12
= 58,8 mg.
58,8 mg
% Dosis sehari = x 100%
3 x 5 ml x 1,44 mg
= 272,2% (OD)
3.4.5 Kekurangan resep
Dilihat berdasarkan skrinning resep dari segi administrasi resep tersebut kurang
lengkap , karena tidak mencantumkan tanda tangan atau paraf dokter, alamat pasien
serta berat badan pasien sesuai dengan penulisan resep dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Syamsuni, 2006)
3.4.6 Indikasi dan kontraindikasi
1. Acetaminophenum
Indikasi : meringkan sekat pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan
menurunkan demam (IAI, 2017).
Kontraindikasi : tidak boleh diberikan kepada penderita dengan ganguan
fungsi hati, penderita hypersensitifitas terhadap
paracetamol (IAI, 2017).
3.4.8 Penyampaian informasi
Pada resep kali ini, kita harus memberitahukan kepada pasien bahwa obat ini
adalah obat untuk pemakaian dalam (oral) dengan pemakaian tiga kali sehari selang
delapan jam satu sendok teh sebelum makan dan disimpan pada suhu sejuk (5-15
derajat celcius) agar sediaan lebih stabil (Syamsuni, 2006).
3.4.9 Wadah
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Dirjen POM, 1995). Menurut
Syamsuni (2006), dalam wadah tertutup baik yaitu harus dapat melindungi isi
terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan isi selama penanganan,

16
penyimpanan dan distribusi. Dan simpan dalam botol berwarna coklat, karena
menurut Rachayanti (2017), disimpan dalam botol kaca berwarna coklat berfungsi
untuk melindungi sediaan dari paparan cahaya yang mengoksidasi sediaan.
3.5 Farmakologi
1. Acetaminophenum
Acetaminopen memberikan aksi analgesik dengan penyembuhan, penyumbatan
perifer pada rasa nyeri. Acetaminopen menimbulkan efek antipiretik dengan
menghambat pusat pengatur panas dan hipotalamus.

BAB 4

17
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar I
Sediaan Eliksir

4.2 Pembahasan
Menurut Dirjen POM (1979), eliksir adalah sediaan berupa larutan yang
mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti
gula dan atau zat pewarna lainnya, zat pewangi, dan zat pengawet: digunakan sebagai
obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk
mempertinggi kelarutan obat.
Praktikum ini dilakukan untuk membuat larutan berupa eliksir oral. Dalam
sediaan ini, zat obat umumnya diharapkan memberikan efek sistemik. Obat diberikan
dalam bentuk larutan bertujuan agar absorbsinya dalam sistem saluran cerna ke dalam
sirkulasi sistemik. terjadi lebih cepat daripada dalam bentuk sediaan padat dari zat
obat yang lain. Sediaan larutan berupa eliksir hanya mengandung zat obat tunggal.
Pada praktikum kali ini, terlebih dahulu dilakukan pembuatan sirup simpleks.
Disiapkan alat dan bahan bersihkan terlebih dahulu alat dengan menggunakan alkohol
70%. Menurut Katzung (2011), tujuan penggunaan alkohol 70% yaitu karena alkohol
sebagai desinfektan untuk membunuh mikroorganisme. Kemudian ditimbang masing-
masing bahan sesuai resep dengan neraca analitik. Dimasukkan aquadest ke dalam
gelas kimia sebanyak 35% dalam 5 ml sehingga dapat diambil menjadi 1.25 ml.
Dipanaskan aquadest dengan menggunakan hot plate magnetic stirrer. Ditimbang

18
metil paraben sebanyak 0.0125 gram dan masukkan ke dalam aquadest yang sedang
dipanaskan. Pengadukan terjadi secara otomatis, pengadukan terus berlangsung
hingga metil paraben larut dalam air, kemudian ditimbang sukrosa sebanyak 1.25 gr
dan dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam aquadest, diaduk hingga semua bahan
tercampur. Tujuan dibuatnya sirup simpleks adalah sebagai pengawet sekaligus
pemanis pada sediaan eliksir (Ansel, 1989).
Adapun formula dari pembuatan eliksir adalah acetaminophenum sebagai zat
aktif, gliserol sebagai wetting agent (pembasah), propilenglikol sebagai antimikroba,
etanol sebagai pelarut, aquadest sebagai pelarut, serta zat tambahan sukrosa dan metil
paraben yang dibuat menjadi sirup simpleks sebagai pemanis pada eliksir
(Rachmawati, 2011).
Kemudian dilakukan pengenceran alkohol 90% dengan rumus M 1xV 1 = M 2xV 2,
didapatkan V 1 = 5.68 ml artinya alcohol yang digunakan sebanyak itu.. kemudian
dimasukkan ke dalam gelas ukur alkohol sebanyak 5.68 ml. setelah itu, dimasukkan
air sebanyak 1.6 ml ke dalam gelas ukur yang terdapat alkohol. Tujuan pengenceran
alkohol untuk mengubah kepekatan suatu larutan dari larutan yang pekat menjadi
larutan yang kurang pekat sehingga didapatkan konsentrasi sesuai dengan kebutuhan
(Anief, 1997).
Pada pembuatan eliksir, pertama-tama bersihkan terlebih dahulu alat dengan
menggunakan alkohol 70%. Menurut Katzung (2011), tujuan penggunaan alkohol
70% yaitu karena alkohol sebagai desinfektan untuk membunuh mikroorganisme.
Kemudian, dimasukkan acetaminophenum ke dalam lumpang sebanyak 1.44 gram
dan digerus. Acetaminophenum memiliki rasa yang pahit dan tidak berbau, maka
diperlukan pemanis seperti yang digunakan dalam formula ini yaitu sirup simpleks.
Setelah itu, dimasukkan gliserin ke dalam lumpang sebanyak 30 ml dan digerus
kembali. Kemudian, ditambahkan propilenglikol sebanyak 6 ml yang bertujuan
sebagai pengawet. Menurut Anief (2006), propilenglikol merupakan pengawet yang
efektif, stabil dan tidak toksik. Dimasukkan etanol yang telah diencerkan dengan air

19
sebanyak 1.65 ml, lalu ditambahkan sirup simpleks sebanyak 15 ml dan digerus
kembali sehingga semua bahan tercampur secara homogen. Dimasukkan sediaan
eliksir ke dalam botol coklat dan ditambahkan air hingga mencapai kalibrasi botol 60
ml. Tujuan dari kalibrasi untuk mencapai ketertelusuran pengukuran sehingga dari
hasil pengukuran tersebut dapat dikaitkan sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti.
Menurut Rachmayanti (2017), tujuan dipakainya botol coklat agar melindungi
sediaan eliksir dari paparan cahaya matahari yang dapat mengoksidasi sediaan.
Setelah selesai, sediaan eliksir diberikan etiket berwarna putih.
Kemungkinan kesalahan yang terjadi pada praktikum kali ini, yaitu kesalahan
pada pembacaan resep, kesalahan pada pencampuran bahan sehingga membuat bahan
menjadi tidak homogen, serta kesalahan dalam menimbang.

BAB 5

20
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum membuat sediaan eliksir maka dapat disimpulkan :
1. Pembuatan eliksir dengan mencampurkan asetaminofen dan bahan bahan
tambahan seperti gliserol, propilenglikol, sirup simpleks serta etanol yang digunakan
sebagai perlarut. Eliksir merupakan sediaan oral sebagai obat dalam yang
penggunaannya dikocok terlebih dahulu, tiga kali sehari satu sendok teh sebelum
makan.
2. Pembuatan sirup simplex dengan mencampurkan aquades dengan metil paraben
serta sukrosa kedalam air mendidih, dimana sirup simplex terdapat pengawet yaitu
metil paraben.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk jurusan
Diharapkan lebih memperhatikan alat-alat laboratorium agar praktikum dapat
berjalan dengan baik.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Diadakan penambahan meja praktikum. Agar setiap kelompok dapat berada
pada tempatnya masing-masing sehingga terlihat lebih tertib dan teratur.
5.2.3 Saran untuk Asisten
Lebih memperhatikan dan mengarahkan praktikkan sesuai dengan prosedur
kerja agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan praktikum.

21

Anda mungkin juga menyukai