Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN

OLEH :

KELOMPOK 1

GERALDO LANANG SCHELLING (P07120019045)


MUTIA ISMI SEPTINA (P07120019051)
NI KADEK ANIK SUASTIARI (P07120019069)
PUTU CESIA (P07120019085)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
PENYAKIT SISTEM PENCERNAAN

A. HEPATITIS

Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati yang umumnya disebabkan oleh virus.
Ada lima jenis hepatitis, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E. Walaupun begitu, urutan A hingga
E tidak menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Hepatitis A dan E tergolong hepatitis akut
yang berarti penyakit ini dapat sembuh dalam waktu singkat. Sementara hepatitis B, C, dan D
tergolong hepatitis kronis. Proses perkembangan penyakit hepatitis kronis berlangsung dalam
waktu lama sehingga memerlukan penanganan yang berkelanjutan.

1. Obat-obatan untuk penyakit Hepatitis


a. Hepatitis A

Hepatitis A merupakan jenis hepatitis yang tergolong ringan dan gejalanya dapat
sembuh dalam waktu singkat. Sel-sel hati pun dapat sembuh secara sempurna dalam
waktu 6 bulan tanpa adanya kerusakan permanen. Namun, pasien diharuskan untuk
beristirahat di rumah agar proses penyembuhan lebih cepat dan tidak menularkan virus ke
orang lain. Obat-obatan untuk hepatitis A akan disesuaikan dengan gejalanya. Bila
penderita demam, dokter akan memberikan obat penurun demam, seperti paracetamol.
Bila pasien mual, akan diberikan obat antimual, seperti metoclopramide. Bila pasien
mengalami dehidrasi karena muntah atau diare, diperlukan pemberian infus cairan untuk
mengatasinya

b. Hepatitis B
Infeksi hepatitis B terbagi dalam dua jenis, yaitu hepatitis B akut dan kronis.
Gejala hepatitis B akut hanya berlangsung dalam waktu singkat. Namun, setelah
sembuh, virus tetap bertahan di dalam tubuh dan dapat menimbulkan komplikasi
berupa sirosis dan kanker hati di kemudian hari.
Tidak semua penderita hepatitis B kronis memerlukan pengobatan khusus.
Namun, penderita harus kontrol secara berkala ke dokter untuk menjalani
pemeriksaan fungsi hati dan jumlah virus. Penderita hepatitis B memerlukan obat
antivirus jika fungsi hati mulai menurun dan jumlah virusnya tinggi. Obat-obatan
antivirus bekerja dengan cara melawan dan memperlambat kemampuan virus dalam
merusak hati. Contoh antivirus yang umum digunakan untuk hepatitis B adalah
adefovir, entecavir, lamivudine, dan telbivudine.

2
c. Hepatitis C
Pada fase awal infeksi virus hepatitis C, penderita tidak harus langsung
diobati. Seharusnya, virus dapat dilawan dengan sistem kekebalan tubuh yang baik.
Namun, kadar virus tetap harus dipantau dalam beberapa bulan. Jika sistem kekebalan
tubuh lemah dan virus hepatitis C masih bertahan, dokter akan memberikan obat
untuk membantu tubuh melawan virus.
Obat yang aman dan efektif untuk pencerita hepatitis C antara lain:
1) Sofosbuvir
2) Simeprevir
3) Ribarvin
4) Ledispavir
5) Velpatasvir
Terkadang juga digunakan kombinasi dua macam obat untuk mencapai hasil yang
optimal.
d. Hepatitis D
Penyakit hepatitis D jarang terjadi, namun dinilai paling berbahaya
dibandingkan jenis hepatitis lainnya. Walaupun begitu, virus hepatitis D hanya dapat
menyebabkan kerusakan hati yang parah bila terjadi bersamaan dengan infeksi virus
hepatitis B. Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang ampuh untuk mengatasi
hepatitis D. Namun, penggunaan interferon-alpha direkomendasikan untuk penyakit
ini. Penyuntikan obat interferon pada penderita dilakukan 1-3 kali per minggu dan
dapat berlangsung selama 12 bulan.
e. Hepatitis E
Seperti hepatitis A, hepatitis E juga dapat sembuh dalam waktu yang cukup
singkat tanpa pengobatan khusus. Pasien hepatitis E akan dianjurkan untuk
memperbanyak istirahat, minum air putih yang banyak, serta mendapatkan nutrisi
yang cukup selama masa pemulihan. Obat hepatitis golongan antivirus biasanya
hanya diberikan kepada penderita hepatitis kronis, seperti hepatitis B, C dan D.
Namun, semua penderita hepatitis jenis apa pun harus menerapkan pola hidup yang
sehat, seperti makan makanan bergizi dan menghindari konsumsi minuman
beralkohol.
2. Prinsip Pendidikan Kesehatan yang diberikan :
a. Edukasi Pasien

3
Vaksinasi hepatitis B merupakan langkah promosi kesehatan yang efektif
untuk mencegah terjadinya penyakit. Masyarakat juga perlu mendapatkan edukasi
mengenai pencegahan umum dan penapisan pada individu berisiko tinggi.
Vaksinasi hepatitis B masih merupakan langkah yang efektif dalam mencegah
infeksi hepatitis B dan komplikasinya. Sebuah studi di Taiwan menemukan bahwa
insiden karsinoma hepatoseluler (KHS) pada anak usia 6-14 tahun menurun dari
0,70 per 100.000 anak (1981-1986) menjadi 0,36 per 100.000 anak (1991-1994)
pasca inisiasi program vaksinasi hepatitis B universal (p< 0,01).
Pada anak, vaksinasi hepatitis B diberikan segera setelah bayi lahir, kemudian
pada bulan ke-2, ke-3, dan ke-4.

Pada dewasa, vaksinasi hepatitis B diberikan sebanyak 3 dosis, yaitu pada bulan
ke-0, ke-1, dan ke-6.

Edukasi yang perlu diberikan pada individu terkait hepatitis B mencakup:


1) Pencegahan umum dengan menghindari kontak langsung dengan cairan
tubuh pasien yang diketahui terinfeksi hepatitis B
2) Penapisan dan konseling hepatitis B pada semua individu berisiko tinggi
terinfeksi hepatitis B.
3) Rekomendasi pemberian pencegahan pasca pajanan berupa kombinasi
imunoglobulin hepatitis B dan vaksin hepatitis B pada individu yang tidak
divaksinasi sebelumnya dan saat ini terpajan dengan hepatitis B.

Edukasi yang harus disampaikan pada pasien yang terbukti mengalami infeksi
hepatitis B antara lain:
1) Menghindari konsumsi alkohol, sumber makanan, jamu-jamuan, maupun
obat-obatan yang memiliki risiko hepatotoksik.
2) Menyarankan pada pasangan seksualnya untuk memeriksakan diri ke
dokter agar dilakukan penilaian risiko dan pencegahan infeksi hepatitis B.
3) Menggunakan kondom selama berhubungan seksual
4) Menggunakan alat cukur dan sikat gigi sendiri tanpa saling bertukar
dengan milik orang lain.
5) Tidak mendonorkan darah, organ, maupun sperma.
b. Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Hepatitis
1) Terapkan Kebiasaan Mencuci Tangan
4
Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta saat pulang
dari beraktivitas. Terapkan kebiasaan ini kepada seluruh anggota keluarga
di rumah. Mencuci tangan dapat membantu menghilangkan kotoran yang
mengandung virus hepatitis A dan E serta menempel pada tangan.
2) Perhatikan Konsumsi Makanan dan Minuman
Kebiasaan mencuci tangan yang benar saja belum cukup. Anda perlu
memperhatikan kebersihan makanan serta minuman yang dikonsumsi.
Sebisa mungkin, hindari makanan mentah karena memiliki risiko lebih
tinggi menyebarkan virus hepatitis.
3) Segera Lakukan Vaksinasi
Penularan virus Hepatitis A dan B dapat dicegah dengan melakukan
vaksinasi. Bila terdapat orang yang menderita hepatitis di rumah, maka
sebaiknya Anda dan keluarga segera divaksin untuk mengurangi risiko
tertular virus hepatitis.
4) Kenakan Pelindung Tubuh
Apabila Anda ingin melakukan bersih-bersih atau membereskan sesuatu di
rumah yang memiliki kemungkinan terkontaminasi cairan tubuh oleh
penderita hepatitis, maka Anda disarankan menggunakan pelindung seperti
sarung tangan dan masker. Benda-benda di rumah yang berpotensi
terkontaminasi antara lain popok, sprei dan perlengkapan tidur, serta
peralatan di kamar mandi.
5) Hindari Berbagi Barang Pribadi
Anda perlu membatasi penggunaan barang pribadi, baik milik Anda
maupun milik penderita. Peralatan pribadi seperti sikat gigi, sisir, anting,
pemotong, celana dalam, dan sebagainya berpotensi terkontaminasi oleh
cairan tubuh penderita, sehingga Anda disarankan untuk tidak
menggunakan peralatan tersebut bersama-sama.
3. Evaluasi Kebutuhan Nutrisi pada Pasien Hepatitis

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan dan pengolahan


zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh. (Alimul, A. Aziz dan Uliyah, M. 2012)

a. Tujuan Pemberian Nutrisi Pada Pasien Hepatitis

5
Tujuan pemberian nutrisi pada pasien dengan Penyakit Hati dan Hepatitis adalah
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memperberatkan
fungsi hati, dengan cara :
1) Menghindari atau mengurangi kerusakan hati yang permanen.
2) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dengan memberikan kalori dan protein
dalam jumlah yang memadai.
3) Mempertahankan atau memperbarui simpanan nutrien dalam tubuh.
4) Mengurangi gejala yang menimbulkan gangguan rasa nyaman.
5) Mencegah atau mengurangi komplikasi asites, varises, esofagus dan ensefalopati
hepatik yang berlanjut dengan koma hepatik. (Andry Hartono, 2006).

b. Macam-macam Nutrisi bagi penderita Hepatitis

Nutrisi yang dibutuhkan bagi manusia menurut Pakar Gizi Indonesia (2017), yaitu :

1) Karbohidrat
Menurut WHO/FAO dikutip dalam buku Pakar Gizi Indonesia (2017), kebutuhan
karbohidrat dalam sehari berkisar antara 55% hingga 75% dari total konsumsi
energi yang berasal dari berbagai makanan, diutamakan dari karbohidrat kompleks
dan sekitar 10% dari karbohidrat sederhana. Pada penderita Hepatitis diberikan
karbohidrat tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap
sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/KgBB. (Asosiasi Dietisien
Indonesia, 2010)
2) Lemak
Pada manusia sehat kebutuhan lemak yang dibutuhkan setiap hari yaitu lemak
total antara 20% dan 35% kalori total dengan sebagian besar lemak berasal dari
asam lemak jenuh ganda atau asam lemak jenuh tunggal. Pada penderita Hepatitis
diberikan Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk
yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea,
gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyceridel
MCT). (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
3) Protein
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2012 dalam Pakar Gizi Indonesia
(2017), kebutuhan protein untuk orang Indonesia dihitung berdasarkan berat
badan aktual, sehingga didapatkan ratarata kecukupan protein untuk orang dewasa
6
diatas 18 tahun adalah sekitar 1,0-1,2 g/kg BB/hari, sedangkan untuk anak usia
10-18 tahun kecukupan protein rata-rata adalah 1,2-1,7 g/Kg BB/hari, 10
sedangkan untuk bayi hingga anak usia 9 tahun rata-rata kecukupan protein adalah
1,8 - 2 g/Kg BB/hari. Pada penderita Hepatitis diberikan Protein agak tinggi, yaitu
1,25 - 1,5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada kasus Hepatitis
Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai peningkatan
amoniak dalam darah, pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma,
yaitu sebanyak 30 - 40 g/hari. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
4) Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam
proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator. Vitamin pada penderita
Hepatitis diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan
suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada
anemia. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
5) Air
Air membentuk 60 - 70% berat tubuh total. Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke
tubuh kita melalui minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh
berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8 - 9 liter, sehingga sekitar 10 - 11 liter
cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya
direabsorpsi. Cairan pada penderita Hepatitis diberikan lebih dari biasa >2
liter/hari, kecuali bila ada kontraindikasi. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

B. HEMOROID
Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal yang mempunyai gejala
perdarahan dan penonjolan saat defekasi. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi
dari pleksus arteri-vena di saluran anus yang berfungsi sebagai katup untuk mencegah
inkontinensia flatus dan cairan. Hemoroid, dikenal di masyarakat sebagai penyakit
wasir atau ambeien, merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak
zaman dahulu
Kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia
seseorang, dimana usia puncaknya adalah umur 45-65 tahun. Hal tersebut dikarenakan
orang lansia sering mengalami konstipasi sehingga terjadi penekanan berlebihan pada
pleksus hemoroidalis karena proses mengejan. Penegakan diagnosis dan

7
penatalaksanaan yang adekuat dapat menurunkan prevalensi, angka kekambuhan,
serta timbulnya komplikasi.
1. Obat pada penyakit Hemoroid
Penatalaksanaan hemoroid pada umumnya meliputi modifikasi gaya hidup, perbaikan
pola makan dan minum dan perbaikan cara defekasi. Diet seperti minum 30–40
ml/kgBB/hari dan makanan tinggi serat 20-30 g/hari. Perbaikan pola defekasi dapat
dilakukan dengan berubah ke jongkok pada saat defekasi. Penanganan lain seperti
melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal pada air hangat selama 10-
15 menit 2-3 kali sehari.
Penatalaksanaan farmakologi untuk hemoroid diantaranya:
a. Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat laksatif
memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
b. Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri. Bentuk
suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk hemoroid eksterna.
c. Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan hesperidin.
d. Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat. Terapi topikal dengan
nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk menghilangkan rasa sakit
daripada lidokain (Xylocaine). Pada pasien hemoroid eksternal berat, pengobatan
dengan eksisi atau insisi dan evakuasi dari trombus dalam waktu 72 jam dari onset
gejala lebih efektif daripada pengobatan konservatif.
2. Prinsip Pendidikan yang Perlu Diberikan
Edukasi sangat penting pada pasien dengan hemoroid. Edukasi terutama meliputi
menu diet serta terkait cara buang air besar yang benar. Pasien dengan hemoroid dapat
diedukasi mengenai:
a. Diet tinggi serat 25-40 gram serat per hari dan cukupi kebutuhan cairan minimal
1800 ml per hari atau 30-40 ml/kgbb/hari. Akan tetapi pastikan pasien tidak dalam
kondisi yang mengharuskan restriksi cairan.
b. Hindari mengedan saat buang air besar.
c. Perbaiki kebiasaan saat berada di toilet yakni jangan menghabiskan waktu lama
duduk di kloset jika tinja tidak keluar. Beberapa orang terkadang menghabiskan
waktu lama di kloset dengan membaca atau bermain telepon genggam.
d. Sarankan untuk buang air besar dengan posisi jongkok. Jika hanya ada kloset
duduk maka pasien dapat disarankan untuk meletakkan bangku di bawah kaki
serta menyondongkan tubuh ke depan.
8
e. Olahraga yang teratur.
f. Menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi atau diare.
3. Evaluasi Kebutuhan Nutrisi
Defekasi yang lama, baik karena konstipasi atau diare akan
mengakibatkanterjadinya hemoroid. Oleh karena itu, tujuan utama terapi hemoroid
adalahmeminimalisir mengerasnya feses dan mengurangi mengejan saat defekasi.
Ini biasanya dapat dicapai dengan menambah jumlah cairan dan serat pada
makanansehari-hari. Direkomendasikan untuk mengkonsumsi serat tidak larut
sebanyak 25-30gram per hari.
Selain dapat mencegah timbulnya hemoroid, mengkonsumsi serat sangat
bermanfaat bagi tubuh. Menurut Irianto (2007), Fungsi serat antara lain, membuat
makanan dapat bertahan lama berada dalam lambung, jika kita bandingkan dengan
makanan lain yang tak berserat. Makanan berserat dapat bertahan di lambung sampai
24 jam, sedang makanan lain maksimum hanya 4 jam. Fungsi lain dari serat makanan
adalah merangsang aktivitas saluran usus untuk mengeluarkan feses secara teratur.
Selain itu, serat makanan di dalam feses dapat menyerap banyak air, sehingga
membantu feses menjadi lebih lunak (mencegah konstipasi).
Tujuan diet serat tinggi adalah untuk memberi makanan sesuai
dengankebutuhan gizi sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi
dapat berjalan normal sehingga dapat mencegah obstipasi, hemoroid, dan
diverticulosis.Syarat-syarat diet serat tinggi adalah energi cukup sesuai dengan umur,
gender, danaktivitas. Karbohidrat, protein, dan lemak cukup. Vitamin dan mineral
tinggi terutamavitamin B untuk membantu memperkuat saluran otot cerna. Cairan
tinggi untuk memperlancar defekasi. Pemberian minum sebelum makan akan
membantumerangsang peristaltik usus. Perkembangan terakhir, ahli epidemiologi
berpendapat bahwa makanan yang mengandung serat tinggi dapat melindungi tubuh
dari bahaya kanker usus dan wasir. Makanan yang mengandung banyak serat
membantu pengikatan bahan penyebab kanker (karsinogenik) dan mengeluarkannya
dari usus besar. Dengan semakin banyaknya serat makanan, maka volume feses
semakin bertambah dan menjadi lunak.
Bahan makanan yang dianjurkan:
a. Beras tumbuk, beras ketan hitam, havermuth, bulgur, cantel, sorgum,
singkong
b. Kacang-kacangan seperti, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo
9
c. Sayuran mentah terutama yang dapat menimbulkan gas seperti, kol,
kembang kol, sawi hijau, daun singkong
d. Buah-buahan segar terutama yang dimakan dengan kulitnya

C. GASTROENTERITIS
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang
di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit ( cecyly, Betz, 2002).
Menurut Ardiansyah (2012) Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali
disertai peningkatan suhu  tubuh. 

1. Obat pada penyakit Hemoroid


1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan
derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa
untuk diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung
berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
1. Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB
/oral.
2. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB
/hari.
3. Dehidrasi berat

10
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per
oral.

2. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras, dsb ).
a. Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin,
dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.

b. Obat spasmolitik
umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium
loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras
tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari.
Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.
Terapi Antibiotik Empiris

Organisme Antibiotik Pilihan pertama Antibiotik Pilihan Kedua


Azithromycin 500mg oral 2 kali sehari
Ciprofloxacin 500mg 2 kali
Campylobacter Erytromycin 500mg oral 2 kali sehari,
sehari, 3-5 hari
5 hari
Ceftriaxone 1gram IM/IV
Shigella atau Ciprofloxacin 500mg 2 kali sehari
Salmonela spp. sehari, 3-5 hari TMP-SMX DS oral 2 kali
sehari, 3 hari
Tetracycline 500mg oral 4 kali Resisten tetracycline
Vibrio Cholera
sehari, 3 hari Doxycycline Ciprofloxacin 1gram oral 1
11
kali
300mg oral, dosis tunggai Erythromycin 250mg oral
4 kali sehari, 3 hari
Ciprofloxacin 500mg 2 kali TMP-SMX DS oral 2 kali sehari, 3
Traveler’s diarrhea
sehari hari
Metronidazole 250-500mg 4
Vancomycin 125mg 4 kali sehari, 7-14
Clostridium difficile kali sehari, 7-14 hari, oral
hari
atau IV

Pemberian Antibiotik pada Diare Akut

Indikasi Pemberian Antibiotik Pilihan Antibiotik


Demam (suhu oral > 38,5oC), feses Quinolone 3-5 hari, cotrimoksazole 3-5 hari
disertai darah, leukosit, laktoferin,
hemoccult, sindrom disentri
Traveler’s diarrhea Quinolone 1-5 hari
Diare persisten (kemungkinan Metronidazole 3 x 500 mg selama 7 hari
Giardiasis)
Shigellosis Cotrimoksazole selama 3 hari Quinolone selama
3 hari
Intestinal Salmonellosis Chloramphenicol/cotrimoksazole/quinolone
selama 7 hari
Campylobacteriosis Erythromycin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai febrile disentry
ETEC ETEC Terapi sebagai traveler’s diarrhea
EIEC EIEC Terapi sebagai shigellosis
EHEC Peranan antibiotik belum jelas
Vibrio non-kolera Terapi sebagai febrile disentry
Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile disentry
Yersiniosis Umumnya dapat diterapi sebagai febrile disentry.
Pada kasus berat: Ceftriaxone IV 1 gram/6 jam
selama 5 hari
Intestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5-10 hari +
pengobatan kista untuk mencegah relaps.
Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau
paromomycin 3 x 500 mg 10 hari atau diloxanide
furoate 3 x 500 mg 10 hari
Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau immunocompromised:
Paromomycin 3 x 500 mg selama 7 hari

12
Isosporisosis Cotrimoksazole 2 x 160/800 selama 7 hari

2. Prinsip Pendidikan yang Perlu Diberikan


a. Langkah pencegahan utama

Langkah pencegahan utama gastroenteritis adalah rajin mencuci tangan, terutama sebelum
makan, setelah beraktivitas di luar rumah, dan setelah buang air kecil atau buang air besar.

Cucilah tangan Anda sampai ke celah jari dan kuku, menggunakan sabun dan air hangat
selama 20 detik, kemudian bilas hingga bersih. Jika tidak tersedia air dan sabun,
gunakan hand sanitizer.

Gastroenteritis juga dapat dicegah dengan:

 Tidak berbagi penggunaan peralatan makan dan mandi dengan orang lain.
 Membersihkan barang yang diduga telah terkontaminasi virus atau bakteri.
 Menghindari konsumsi makanan mentah atau belum terlalu matang.
 Membersihkan kamar mandi dan dapur secara rutin, terutama gagang pintu, dudukan
toilet, peralatan masak, dan lantai dapur.
 Mengonsumsi air minum kemasan dan menghindari penggunaan es batu saat Anda
sedang bepergian. Anda juga dianjurkan menggunakan air kemasan untuk menggosok
gigi saat bepergian.

Sebagai pencegahan jangka panjang, anak Anda dapat menjalani vaksinasi rotavirus. Vaksin
ini efektif untuk mencegah gastroenteritis akibat infeksi rotavirus. Ada dua jenis vaksin
rotavirus di Indonesia, yaitu yang diberikan 3 kali, saat bayi berusia 6-14 minggu, 18-22
minggu, dan 8 bulan; dan yang diberikan 2 kali, saat bayi berusia 10 minggu dan 14 minggu.

Untuk bayi yang usianya sudah lebih dari 6-8 bulan namun belum pernah mendapatkan
vaksin rotavirus, imunisasi ini tidak perlu dilakukan, sebab belum ada studi untuk
memastikan keamanan vaksin ini pada bayi dan anak-anak yang usianya di atas 6-8 bulan.

b. Kebersihan perorangan
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan dan bekerja
2) Ganti pakaian sehabis mandi
3) Membiasakan memakai alas kaki
4) Menyikat gigi sehabis makan dan sebelum tidur

13
5) Gunting kuku bila panjang dan kotor
c. Kebersihan rumah
1) Jangan biarkan hewan ( tikus, kucing, anjing dan serangga) berasa dalam
rumah.
2) Jangan biarkan anak bermain dengan hewan peliharaan yang kotor
3) Ajarkan anak toilet training dengan benar
4) Seringlah membersihkan rumah dan perabotan
d. Kebersihan makanan dan minuman
1) Memasak terlebih dahulu makanan dan minuman
2) Tutup makanan deng tudung
3) Jangan biarkan anak memungut makanan yang telah
4) Jangan makan makanan yang sudah basi
e. Kebersihan lingkungan
1) Jagalah sumber air tetap bersih
2) Buang sampah pada tempatnya
3) Buatlah kakus / jamban dengan jarak 15 - 20 m dari rumah
4) Buatlah jamban/kakus yang tertutup

f. Edukasi pada pasien anak

Petugas kesehatan hendaknya mengedukasi dan memotivasi keluarga pasien anak untuk
menerapkan upaya pencegahan. Hal-hal penting yang perlu diedukasi kepada keluarga pasien
bayi/anak, terutama kepada ibu, yaitu

1) Pemberian ASI eksklusif


Berikan sedikitnya selama 6 bulan pertama, setelah itu ASI dapat dilanjutkan sampai
usia anak dua tahun. Makanan tambahan dapat diberikan normalnya pada bayi mulai usia
6 bulan. Namun, makanan tambahan dapat diberikan lebih dini sekitar usia 4 bulan
apabila pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak memuaskan.
2) Penggunaan air yang aman
Air hendaknya dari sumber yang bersih dan aman. Buangan air kotor hendaknya jauh
dari sumber air, sekitar 10 meter jaraknya dan posisinya lebih kebawah daripada sumber
air. Jauhkan hewan dari sumber air tersebut. Mengambil dan menyimpan air dalam wadah
yang bersih. Wadah tersebut hendaknya dibilas dan dibersihkan tiap hari. Wadah mesti
ditutup, dan tidak memperbolehkan anak-anak atau hewan mengambil minuman dari situ.

14
Ambil air dengan gayung khusus untuk wadah tersebut, dan tidak membiarkan tangan
mengotori air.Air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mengandung
zat kimia atau logam berat, dan mesti disterilkan sebelum diminum, minimal dimasak
hingga tampak busa didihan yang menyeluruh.
3) Cuci tangan
Menerapkan cuci tangan yang benar dan baik dengan sabun dan air bersih mengalir
setelah menggunakan kamar mandi, menangani BAB/BAK anak, menyiapkan makanan,
dan sebelum makan.
4) Keamanan dalam mengonsumsi makanan
Tidak mengonsumsi makanan mentah yang kotor. Sayuran dan buah hendaknya
dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Makanan hendaknya dimasak sampai
matang, dan dikonsumsi selagi masih hangat. Peralatan masak dan perangkat makanan
dicuci sebelum dan sesudah makan. Pisahkan perangkat makanan tempat menampung
makanan mentah dan matang agar tidak terkontaminasi. Lindungi makanan dari
jangkauan lalat atau serangga lainnya.

3. Evalusi Kebutuhan nutrisi

Prinsip diet yang diperlukan pada anak dengan diare akut : (Suandi, 2012)

a. Pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi atau keadaan telah
memungkinkan, sedapat mungkin dilakukan dalam 24 jam pertama. Pemberian
makanan secara dini penting untuk mengurangi perubahan keseimbangan protein
kalori sekecil mungkin.
b. Makanan cukup energi dan protein. Bila terjadi gizi kurang dapat diberikan diet
energi tinggi 25% dari kebutuhan normalnya dan tinggi protein.
c. Pemberian ASI diutamakn pada bayi. Pada anak yang mendapat susu formula dapat
diberikan selang-seling dengan oralit sehingga terjadi ppengenceran laktosa dalam
perut. Biila diare bertambah parah, pikirkan kemungkinan terjadinya intoleransi
terhadap laktosa sehingga susu formula bebas laktosa dapat dianjurkan selama kira-
kira 2-3 minggu, selanjutnya dapat di coba ke susu formula yang biasa dipakai
sebelumnya. Susu formula diberikan sedikit demi sedikit dan sering, di antara
pemberian susu formula dapat diberikan makanan yang bermanfaat untuk
memfermentasi, pH susu menjadi rendah sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dalam usus. Pemberian susu formula diencerkan dalam jangka waktu yang
15
lama hendaknya dicegah karena dapat meningkatkan air pada feses. Pada bayi yang
berusia kurang dari 6 bulan yang diberi susu formula hendaknya diberi susu formula
pada takaran penuh setelah rehidrasi oral tercapai dalam 24 jam.
d. Pemberian cairan dan elektronik sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan dan
umur.
e. Pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.
f. Maknan yang diberikan tidak merangsang (bumbu tajam, tidak menimbulkan gas dan
rendah serat).
g. Makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna ke bentuk yang sesuai
umur dan keadaan penyakit.
h. Makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
i. Khusus untuk penderita diare karena melabsorpsi, makanan yang diberikan
disesuaikan dengan penyebabnya :
1) Malabsorpsi lemak (berikan trigliserida rantai menengah).
2) Intoleransi laktosa (berikan makanan rendah atau bebas laktosa).
3) Panmalabsorpsi (berikan makanan rendah laktosa atau disakarida lain, glukosa
polimer, trigliserida rantai menengah dan protein hidrolisat yang bersifat
isomolar dan hipoalergis).
j. Pemberian makanan diberikan secepatnya
k. Berilah makanan yang mengandung energi dan pembentuk jaringan tubuh.
l. Jangan memberikan makanan yang berlemak, berminyak, pedas dan buah yang masih
mentah
m. Konsultasi ke ahli gizi bila diperlukan oleh Dokter Penanggungjawab pasien

D. DIABETES MELITUS

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dikenal oleh
masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM adalah penyakit gangguan
metabolik yang terjad’i secara kronis atau menahun karena tubuh tidak mempunyai hormon
insulin yang cukup akibat gangguan pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak bekerja
sebagaimana mestinya atau keduanya (Kemenkes RI, 2014).

1. Pengobatan diabetes melitus


2. Biguanid (Metformin)

16
3. Sulfonilurea
4. Meglitinide
5. Thiazolidinediones (glitazone
6. Inhibitor DPP-4
7. Inhibitor alfa-glukosidase
8. Inhibitor SGLT-2
9. Incretin mimetic
10. Terapi insulin

2. Prinsip pendidikan diabetes melitus


a. Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya
kecemasan.
b. Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang sederhana
dan dengan cara yang mudah dimengerti.
c. Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan simulasi.
d. Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan pasien.
Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program pengobatan
yang diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium.
e. Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima.
f. Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan.
g. Melibatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi.
h. Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien dan
keluarganya.
i. Gunakan alat bantu audio visual.
3. Evaluasi kebutuhan nutrisi

Tinggi Tinggi Rendah Rendah


karbohidrat serat lemak protein
a. Makanan yang harus dihindari : Gula, susu dan madu
b. Makanan yang mengandung karbohidrat yang boleh dimakan : Nasi, kentang,
roti dan singkong
c. Bahan makanan yang mengandung protein hewani yang boleh dimakan,
seperti: Ikan segar, ayam, telur ayam dan udang

17
d. Bahan makanan yang mengandung protein nabati yang boleh dimakan, seperti:
Tahu, tempe. kacang tanah, kacang hijau dan kacang merah
e. Sayuran yang bebas dimakan : Kangkung, tomat, terong, ketimun, kol, sawi
dan gambas
f. Sayuran yang boleh dimakan tapi dibatasi: Buncis, daun singkong, kacang
panjang dan kembang kol, bayam
g. Buah yang bebas dimakan tanpa dibatasi : Jambu air, jambu biji dan pepaya
h. Buah yang boleh dimakan tapi dibatasi : Pisang (kecuali pisang ambon dan
pisang hijau), jeruk, mangga dan nanas
i. Buah yang tidak boleh dimakan, seperti; Nangka, durian, sawo, leercy dan
apel merah

18
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB%20II.pdf

https://www.alomedika.com/penyakit/gastroenterologi/hepatitis-b/edukasi-dan-
promosi-kesehatan

https://www.cigna.co.id/health-wellness/mencegah-penularan-hepatitis-lebih-lanjut

Sudarsono,DF. 2015. Diagnosis dan Penanganan Hemoroid. J Majority, Vol.4, No.6,


halaman 31-33.
Rahmah,Debtia. 2017. Edukasi dan Promosi Kesehatan Hemoroid.
https://www.alomedika.com/gastroentero-hepatologi/hemoroid/edukasi-dan-promosi-
kesehatan (diakses tanggal 23 Agustus 2020)
https://www.scribd.com/document/136796799/HEMOROID-Dan-Nutrisi (diakses
tanggal 23 Agustus 2020)
Cahya, LD dan Giatno, Bambang. 2016. Perbedaan Asupan Serat Pada Pasien
Hemoroid dan Tidak Hemoroid di Ruang Bersalin RSU Haji Surabaya. Jurnal
Gizikes, Vol.2, No.2, halaman 201.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1023/4/4.%20Chapter2.pdf
https://www.academia.edu/19928205/Makalah_Gastroenteritis
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/gastroenteritis/edukasi-
promosi-kesehatan
Arisman. 2011. DIABETES MELITUS. Politeknik Kesehatan Yogyakarta :
Jawa Tengah.
Sofiani. 2016. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI PADA KELUARGA NY. R DI DESA WONOKRIYO KECAMATAN
GOMBONG. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong : Jawa
Tengah.
Gandana, Adam Mici. 2012. HUBUNGAN UMUR, HIPERTENSI, DAN
DIABETES MELITUS DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUD SYAMSUDIN SH
SUKABUMi PERIODE 1 MEI 2010 – 30 APRIL 2011. Universitas Muhammadiyah
Semarang : Jawa Tengah.

19

Anda mungkin juga menyukai