Teknologi Dna Rekombinan Dan Aplikasinya Dalam Eksplorasi Mikroba Laut
Teknologi Dna Rekombinan Dan Aplikasinya Dalam Eksplorasi Mikroba Laut
2, Desember 2007
ABSTRAK
Teknologi DNA rekombinan merupakan teknik penggabungan DNA dari spesies yang berbeda
sehingga akan diperoleh organisme baru dengan sifat-sifat yang diinginkan. Pada pengembangan
bioteknologi kelautan dan perikanan, teknik DNA rekombinan ini dapat digunakan antara lain
untuk melakukan eksplorasi potensi dan biodiversitas organisme laut, seperti mikroba laut.
Mikroba laut yang sebelumnya hanya merupakan kekayaan alam laut yang potensial dan belum
memberikan nilai tambah, maka dengan teknologi DNA rekombinan dapat ditingkatkan nilai
tambahnya untuk menghasilkan produk yang sangat prospektif. Secara garis besar, teknologi
DNA rekombinan (rekayasa genetika) melibatkan penyisipan informasi genetik baru ke dalam
organisme, biasanya bakteri, untuk memberikan kemampuan baru. Metode ini tidak mengikuti
rangkaian prosedur yang pasti. Pemilihan metode bergantung kepada gen mana yang akan
dipindahkan dan jenis organisme mana yang akan menerima informasi genetik baru. Pilihan
tersebut bergantung pada sampai sejauh mana keterlibatan pilihan pribadi ilmuwan yang
bersangkutan.
*)
Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
56
D. Noviendri
mengembangkan mikroorganisme atau fage dari kepentingannya. Dua komponen eksperimen kloning
seleksi/kloning dari beberapa strain bakteri yang tersebut adalah endonuklease restriksi dan vektor.
digunakan dalam sistem ini (Artama, 1991). Menurut
Brown (1991), bahwa molekul DNA plasmid dan fage Endonuklease restriksi
mempunyai sifat-sifat dasar yang dibutuhkan sebagai Endonuklease restriksi adalah enzim bakteri yang
vektor kloning. Namun sifat-sifat ini tidak berguna mengenal sekuen nukleotida spesifik dalam suatu
tanpa adanya teknik-teknik eksperimen untuk molekul DNA double-stranded, dan memisahkan DNA
manipulasi molekul DNA di dalam laboratorium. pada lokasi tersebut. Enzim-enzim ini memotong DNA
Langkah-langkah dasar dalam kloning gen/DNA ke dalam fragmen-fragmen dari berbagai ukuran,
membutuhkan beberapa keterampilan manipulasi. tergantung dari jumlah waktu situs pengenalan enzim
Beberapa keterampilan dasar yang diperlukan untuk yang berulang dalam molekul. Endonuklease restriksi
melakukan kloning gen/DNA secara sederhana merupakan enzim yang umumnya diisolasi dari
adalah: preparasi sampel DNA murni, pemotongan mikroorganisme prokariotik (Artama, 1991).
molekul DNA dengan enzim restriksi, analisis ukuran Menurut Brown (1991), bahwa ada tiga jenis
fragmen DNA, penggabungan molekul DNA dengan endonuklease restriksi yang telah dikenal. Ketiga
enzim ligase, memasukkan molekul DNA rekombinan enzim tersebut masing-masing dibedakan oleh cara
ke dalam sel inang (cara yang paling umum adalah kerjanya yang agak berbeda satu sama lain.
dengan cara transformasi), dan identifikasi sel yang Endonuklease tipe I dan III agak kompleks dan hanya
mengandung molekul DNA rekombinan hasil kloning. mempunyai peran yang sangat terbatas dalam
rekayasa genetika. Di lain pihak, endonuklease
Komponen Eksperimen Kloning restriksi tipe II adalah enzim pemotong yang begitu
Bila melakukan suatu eksperimen kloning, maka penting dalam rekayasa genetika (kegiatan kloning
gen). Endonuklease tipe II yang digunakan dalam
ada lima komponen utama yang harus dipenuhi agar
eksperimen kloning memiliki panjang sekuen
suatu eksperimen dapat berjalan dengan baik.
pasangan basa pengenalan dari 4 sampai 8
Komponen-komponen yang harus dipenuhi tersebut
nukleotida. Enzim ini dinamai berdasarkan sumber
adalah DNA donor (insert), endonuklease restriksi,
spesies bakteri asal isolasinya. Sebagai contoh,
vektor, DNA ligase, dan sel inang (host cell). Fungsi endonuklease restriksi EcoRI artinya adalah
dari masing-masing komponen tersebut dapat dilihat enzim restriksi pertama yang diisolasi dari bakteri
pada Tabel 1. Escherichia coli strain R, dan enzim HindIII artinya,
Dari kelima komponen eksperimen kloning yang enzim restriksi ketiga yang diisolasi dari bakteri
disebutkan pada Tabel 1, hanya dua topik yang akan Haemophilus influenzae strain D (Stanfield et al.,
dijelaskan pada tulisan in mengingat urgensinya 1997) (Tabel 2).
57
Squalen Vol. 2 No. 2, Desember 2007
Sejak awal tahun 1970an, kira-kira sudah 300 jenis vektor tergantung dari tujuan pengklonan. Pembuatan
enzim restriksi telah ditemukan (Prentis, 1990). Enzim pustaka cDNA biasanya menggunakan plasmid
restriksi ini memiliki dua sifat yang membuatnya sebagai vektornya, sedangkan pembuatan pustaka
sangat bermanf aat . Sif at pertam a adalah genom yang mengandung fragmen DNA besar
kekhususannya. Dalam hal ini tiap enzim mengenal biasanya menggunakan fage, kosmid atau YAC.
dan memotong hanya urutan nukleotida tertentu pada Vektor kloning harus memiliki situs pengenalan
DNA. Sifat kedua adalah kemampuan sebagian endonuklease restriksi, dimana informasi genetik
mereka untuk menghasilkan potongan runcing atau dapat disisipkan. Beberapa vektor kloning telah
dikenal dengan ujung bangku/ujung lengket (sticky direkayasa untuk mengandung suatu situs kloning
ends) ketika mereka memotong DNA yang beruntai ganda atau dikenal multiple cloning site (MCS), yang
ganda (Marx, 1991). masing-masing mengandung beberapa situs restriksi
Kebanyakan endonuklease restriksi akan berfungsi yang berbeda. Karakteristik penting yang harus
secara memadai pada pH 7,4 dan dalam kekuatan dimiliki oleh suatu vektor kloning adalah: (1) stabil
ionik, biasanya NaCl serta semua endonuklease dalam sel inang, (2) mengandung gen resistensi
restriksi tipe II membutuhkan Mg2+ untuk berfungsi antibiotik tertentu, sehingga memudahkan seleksi dari
(Brown, 1991; Artama, 1991). Selain itu aktivitas gen rekombinan (Artama, 1991), (3) memiliki titik ori
endonuklease tipe II ini seringkali dipacu pula oleh (sebagai titik awal replikasi), sehingga bisa bereplikasi
senyawa pereduksi seperti 2-merkaptoetanol atau atau multiplikasi sendiri. Dengan kata lain, plasmid
ditiotretiol (Suhartono, 1989). Membuat kondisi yang tersebut dapat berbiak autonom (Marx, 1991) serta
tepat untuk aktivitas enzim adalah penting misalnya dapat mengontrol replikasinya sendiri, (4) memiliki
konsentrasi NaCl atau Mg2+, apabila tidak tepat maka daerah restriksi atau MCS, yang dapat dipotong
kondisi tersebut dapat menyebabkan tidak saja dengan enzim restriksi endonuklease tertentu
penurunan aktivitas, tetapi dapat juga mengubah (Artama, 1991), (5) berukuran kecil, (6) dipotong pada
spesifisitas enzim, sehingga pemotongan DNA terjadi situs tunggal oleh endonuklease restriksi, (7) tidak
pada urutan pengenal tambahan yang tidak baku. ditransfer dengan konjugasi, (8) cirinya dengan mudah
dideteksi, dan (9) dengan mudah diisolasi dari sel
Vektor
(Stanfield et al., 1997).
Sejumlah vektor dari prokariotik, eukariotik dan Kem udian berdasarkan kemampuan
vektor sintesis telah banyak digunakan dalam sistem memperbanyak diri secara alami maka plasmid dapat
kloning DNA. Secara garis besar ada 4 vektor yang dibagi dua, yaitu: (1) plasmid stringent, yaitu plasmid
sering digunakan dalam proses pengklonan gen dengan kontrol replikasi ketat, dimana hanya terdapat
(sebagai vektor kloning), yaitu plasmid, fage, 1 kopi plasmid tiap genom bakteri, (2) plasmid
kromosom buatan dari khamir (YAC=yeast artificial relaxed, yaitu plasmid dengan kontrol replikasi yang
chromosome) (Suharsono, 2000) dan kosmid (Artama, tidak begitu ketat, sehingga dalam satu sel dapat
1991). Menurut Suharsono (2000), penggunaan jenis dijumpai 1-20 kopi plasmid (Artama, 1991). Jumlah
58
D. Noviendri
kopi suatu plasmid dapat merupakan relaxed-control gene) yang akan menunjukkan aktivitas bakteri
(pengendalian yang lemah), yaitu dapat bereplikasi tersebut di habitatnya. Dengan demikian, aktivitas
antara 10-200 kopi setiap sel. Tipe plasmid ini berguna bakteri tersebut di lingkungan dapat dipantau sehingga
untuk penelitian DNA rekombinan karena memiliki langkah-langkah apa yang akan diambil untuk
jumlah kopi yang banyak (high copy number). Plas- kegiatan selanjutnya dapat ditentukan (Wahyudi,
mid ini bereplikasi tidak tergantung pada replikasi DNA 1997).
kromosom sel inang (Nicholl, 1994). Sedangkan Di dalam laboratorium, penanda resistensi
stringent control (pengendalian yang kuat) antibiotik sering digunakan sebagai suatu selectable
memperbanyak diri dengan kecepatan yang hampir marker untuk memastikan bahwa suatu bakteri dalam
sama dengan kromosom selnya, dan terdapat hanya kultur mengandung gen penyandi antibiotik tertentu
dalam satu atau beberapa kopi plasmid per sel. (Brown, 1991). Penanda resistensi antibiotik adalah
Jumlah kopi ini menunjukkan jumlah molekul plas- penanda yang paling sering digunakan dan telah
mid masing-masing ditemukan dalam satu sel bakteri banyak dibuat sebagai dasar untuk pengembangan
(Brown, 1991). teknik penanda yang lainnya. Keuntungan dari teknik
ini adalah dimungkinkan untuk menyeleksi populasi
Penanda Resistensi Antibiotik bakteri yang hidup dari bakteri yang ditandai, dan
teknik ini dapat dilakukan hanya dengan teknik
Untuk mengetahui berbagai aktivitas bakteri di pencawanan dengan menggunakan menggunakan
habitat (lingkungannya), baik itu bakteri hasil rekayasa
antibiotik yang sesuai.
genetika maupun bukan hasil rekayasa genetika, perlu
adanya penanda molekuler dengan menggunakan gen Transformasi
yang mudah diassai penampilan dan ekspresinya.
Gen merupakan suatu segmen DNA yang mampu Secara alami plasmid dapat dipindahkan ke sel
menyandikan protein (enzim). Banyak penanda inang baru melalui proses konjugasi atau dengan cara
molekuler yang dapat digunakan untuk menandai lain, tetapi di dalam laboratorium dapat dipindahkan
bakteri. Gen penanda (marker gene) tersebut nantinya secara artifisial, dengan proses yang disebut
dapat juga berperan sebagai gen pelapor (reporter transformasi, yaitu plasmid dimasukkan ke dalam
(A) (B)
Gambar 1. Peta vektor plasmid pUC18/19 (A), dan tahap-tahap kloning DNA (B)
(http://www.accessexcellence.org/AB/GG/plasmid.html).
59
Squalen Vol. 2 No. 2, Desember 2007
bakteri yang dibuat kompeten, sehingga untuk Jika segmen dari DNA donor disisipkan pada si-
sementara dinding sel bersifat permiabel dan dapat tus kloning ganda (MCS), dalam hal ini pada posisi
dilewati molekul DNA kecil (Artama, 1991). Untuk gen lacZ, maka tidak akan dihasilkan suatu enzim
memudahkan plasmid masuk ke dalam sel inang, fungsional yaitu enzim β-galaktosidase. Fenomena
maka sel inang harus dibuat kompeten terlebih dahulu.
ini dikenal dengan dengan insertional inactivation. Hal
Dengan kata lain, sel yang digunakan dalam proses ini sering digunakan untuk mendeteksi rekombinan-
transformasi ini biasanya disebut dengan sel rekombinan dengan metode skrining yang dikenal
kom peten (Muladno, 2002). Dalam proses sebagai skrining koloni biru putih (blue-white colony
transformasi, sel kompeten yang dicampur dengan screening).
molekul DNA hasil penggabungan akan mengalami
tiga kemungkinan, yaitu: (1) sel kompeten tidak Kemudian plasmid yang dipakai sebagai vektor
kemasukan molekul DNA apapun, (2) sel kompeten untuk kloning semula berasal dari plasmid relaxed yang
kemasukan DNA vektor yang membawa gen target, telah dimodifikasi menjadi berbagai jenis plasmid yang
dan (3) sel kompeten kemasukan DNA vektor yang terdapat bebas di pasaran seperti pBR322, pUC19
membawa gen target (yaitu DNA rekombinan) dan derivat-derivatnya. Contoh plasmid yang telah lama
(Muladno, 2002) (Gambar 1B). digunakan sebagai vektor untuk mengklonkan gen
adalah plasmid pUC18/19 (Gambar 1A). Plasmid ini
Menurut Seno & Wirahadikusumah (1992), bahwa merupakan pengembangan dari pBR322. Plasmid
sel inang dapat dibuat kompeten dengan cara pUC18/19 mengandung gen lacZ yang dapat
menginokulasi 30 mL media Luria Bertani (LB) dengan menyandikan enzi m β-galaktosi dase. Bi la
1% biakan E. Coli yang berumur semalam, kemudian
menggunakan plasmid pUC18/19 sebagai vektor,
dikocok pada suhu 30 oC sampai pertumbuhan
maka koloni yang membawa plasmid rekombinan
disekitar fase log (± 3 jam). Pasta sel dipisahkan
dapat dideteksi dengan menggunakan media tumbuh
dengan sentrifugasi dingin selama 10 menit pada 8000
yang mengandung X-gal. Koloni bakteri yang
rpm, lalu dicuci 2 kali dengan volume yang sama CaCl2
mengandung plasmid pUC18/19 akan berwarna biru
0,1 mM, serta sentrifugasi lagi dalam kondisi yang
karena plasmid pUC18/19 mengandung gen lacZ
sama dan endapan sel dilarutkan dengan ½ volume
yang dapat menghasilkan β-galaktosidase. Oleh
larutan 30% sukrosa dalam CaCl2 0,1 mM.
karena itu koloni bakteri yang mengandung plasmid
Untuk mendeteksi tingkat keberhasilan terjadinya pUC18/19 akan berwarna biru bila ditumbuhkan pada
transformasi, maka perlu dihitung efisiensi transformasi media pertumbuhan yang mengandung X-gal. Hasil
yang terjadi. Ef isiensi transf ormasi dihitung pengamatan koloni pada media t ersebut
berdasarkan rumus berikut (Anwar, 1999) : memperlihatkan adanya koloni berwarna biru
FP : Faktor pengenceran
cfu : Colony forming unit
60
D. Noviendri
berwarna biru dengan adanya enzim β-galaktosidase ini terhadap mikroba laut bermacam-macam. Seiring
dapat dilihat pada Gambar 2B. dengan penggunaan metode ini dengan tujuan yang
Koloni bakteri akan berwarna putih bila pUC18/19 bermacam-macam, maka secara tidak langsung ada
telah disisipi oleh DNA asing pada bagian gen lacZ. modifikasi-modifikasi metode yang dilakukan. Metode
Dalam hal ini gen lacZ menjadi tidak berfungsi (tidak ini tidak mengikuti rangkaian prosedur yang pasti.
akan menghasilkan β-galaktosidase) karena telah Pemilihan metode bergantung kepada gen mana yang
disisipi DNA asing. W arna putih pada koloni akan dipindahkan dan jenis organisme mana yang
diakibatkan adanya kerusakan pada gen lacZ yang akan menerima informasi genetik baru. Pilihan tersebut
disisipi gen target. Terbentuknya koloni berwarna putih akan bergantung pada sampai sejauh mana
berarti sel kompeten membawa DNA rekombinan (DNA keterlibatan pilihan pribadi ilmuwan yang bersangkutan
plasmid dan gen target). Adapun koloni berwarna biru (Prentis, 1990). Namun pada prinsipnya, teknologi
berarti sel kompeten yang tumbuh membawa DNA DNA rekombinan yang dilakukan adalah sama.
plasmid saja (tidak disisipi gen terget) (Muladno, Dalam prakteknya, penggunaan teknologi ini pada
2002) (Gambar 2A). mikroba laut telah banyak dilakukan orang,
Dengan kata lain, bila gen lacZ-nya rusak atau diantaranya untuk konstruksi pustaka gen (Liebl,
dirusak maka sel akan membentuk koloni yang 2006), konstruksi gen klaster yang menyandikan
berwarna putih. Jadi, dengan mata telanjang bisa enzim poliketida sintase I (PKS-I) (Grozdanov et al.,
disimpulkan bahwa apabila sel bakteri membentuk 2006), untuk menemukan senyawa metabolit anti-
koloni berwarna biru berarti gen lacZ-nya masih tumor (Calle, 2006), senyawa sitotoksik, (Webb et
al., 2006), inhibitor likopen β-siklase (suatu senyawa
berfungsi, sedangkan apabila koloninya berwarna putih
antioksidan) (Tofighi et al., 2006), enzim baru yang
gen lacZ-nya sudah rusak dan tidak berfungsi
memiliki aktivitas antimikrobial (Eck et al., 2006),
(Muladno, 2002). Bentuk ini menurut Nicholl (1994)
senyawa eksopolisakarida (EPS) baru (Delbarre-
adalah dasar untuk metode skrining rekombinan
Ladrat et al., 2006), untuk perbandingan keragaman
secara langsung menggunakan X-gal substrat
genetik (biodiversitas) (Suwanto, 2004), untuk
kromogenik.
keperluan bioremediasi, dalam hal ini menemukan dan
APLIKASI TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN menghasilkan mikroba yang dapat mendegradasi
tumpahan minyak di laut, selain itu untuk menemukan
Penggunaan teknologi DNA rekombinan untuk mikroba penghasil bahan baku plastik biodegradable,
eksplorasi mikroba, terutama mikroba laut telah contohnya poli-β-hidroksialkanoat (PHA) (Noviendri,
banyak dilakukan. Tujuan dari penggunaan teknologi 2004). Jadi dengan demikian, mikroba laut yang
(A) (B)
Gambar 2. Contoh seleksi koloni bakteri rekombinan dengan menggunakan X-gal
(dikenal dengan seleksi biru putih)(A), Reaksi hidrolisis X-gal oleh enzim β-galaktosidase (B).
61
Squalen Vol. 2 No. 2, Desember 2007
semula hanya sebagai penghuni laut yang merupakan dilakukannya tersebut dapat dilihat pada Gambar 3
kekayaan alam laut potensial, maka dengan adanya dan 4.
teknologi DNA rekombinan dapat ditingkatkan nilai
tambahnya untuk menghasilkan suatu produk yang PENUTUP
sangat prospektif.
Contoh penggunaan teknologi DNA rekombinan Pada pengembangan bioteknologi kelautan dan
yang telah berhasil dilakukan adalah kloning gen pro- perikanan, teknologi DNA rekombinan ini dapat
tease Bacillus stearothermophillus DSM297 ke dalam digunakan untuk eksplorasi potensi dan biodiversitas
Escherichia coli DH5 alfa (Suhartono et al., 1995). organisme laut. Organisme laut (dalam hal ini mikroba
Adapun tahap-tahap kloning gen yang telah laut) yang sebelumnya hanya merupakan kekayaan
Kultur bakteri ditumbuhkan dalam media Koloni pembawa plasmid ditumbuhkan dalam media LB yang
LB, semalam mengandung antibiotik yang sesuai
Inokulasi pada media LB yang baru, 4 jam Diinkubasi semalam, diendapkan dengan
sentrifus selama 2’
Kultur disentrifus
Pelet dilarutkan dalam Tris/EDTA/Glukosa
Endapan disuspensi dalam TE, SDS, Diinkubasi selama 30’ pada 0oC
proteinase K, selama 1 jam
DNA kromosom yang diperoleh dilarutkan DNA palsmid yang diperoleh dilarutkan
dalam TE dalam TE
Gambar 3. Diagram alir tahap isolasi DNA kromosom (A), dan isolasi DNA plasmid (B), (Suhartono et al., 1995).
Keterangan:
LB : Luria bertani
TE : Bufer Tris EDTA
SDS : Sodium dodesil sulfat
EtOH : Etanol
62
D. Noviendri
DNA kromosom atau plasmid, ditambahkan dH2O DNA kromoson atau plasmid yang telah dipotong
dan bufer yang sesuai untuk endonuklease dengan endonuklease tertentu
Ditambahkan endonuklease restriksi (EcoRI atau Dicampur dengan dH2O dan bufer T4 DNA ligans
HindIII)
(C). Transformasi
Gambar 4. Diagram alir tahap pemotongan DNA dengan enzim restriksi (A), ligasi DNA kromosom dan plasmid (B),
dan transformasi (C) (Suhartono et al., 1995).
Keterangan:
SMMLA : Skim Milk Modified Luria Agar
IPTG : Isopropil-β-D-tiogalaktosida
alam laut yang potensial dan belum memberikan nilai Merryl). Disertasi Program Pascasarjana. IPB. Bogor.
tambah, maka dengan teknologi DNA rekombinan 28 pp.
dapat di tingkatkan nil ai tambahnya untuk Artama, W. T. 1991. Rekayasa Genetika. Pusat Antar
Universitas-Bioteknologi. UGM, Jogjakarta. 148 pp.
menghasilkan suatu produk yang sangat prospektif.
Brown, T. 1991. Pengantar Kloning Gena. Yayasan
Essentia Medica, Yogyakarta. 274 pp.
DAFTAR PUSTAKA
Calle, F. D. L. 2006. Drug discovery of marine
Anwar, S. 1999. Pengklonan Gen-Gen yang Diinduksi microorganisms as source of new antitumor
oleh Aluminium pada Kedelai (Glycine max (L) compounds at pharmaMar. Conference: From
63
Squalen Vol. 2 No. 2, Desember 2007
Functional Genomics to Natural Products of Marine Penyandi Enzim PHA Sintase. Tesis Program
Microorganism. June 21-24, 2006. Greifswald, Pascasarjana. IPB. Bogor. 78 pp.
Germany. Prentis, S. 1990. Bioteknologi Suatu Revolusi Industri
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. PT yang Baru. Erlangga, Jakarta. 200 pp.
Gramedia Pustaka Utama. 412 pp.
Seno, D. S. H dan W irahadikusumah, M. 1992. Kloning
Delbarre-Ladrat, C., Noel. J., Ratiskol. J., Sinquin, C., Gen Penisilin G As karta. 279 pp.
Dion, M. and Jouault, S. C. 2006. Enzyme for The
Stanfield, W. D., Colome, J. S. and Cano, R. J. 1997.
Engineering of marine bacterial exopolysaccharides.
Conference: From Functional Genomics to Natural Theory and Problems of Molecular and Cell Biology.
Products of Marine Microorganism. June 21-24, 2006. Schaum’s outline series. McGraw-Hill. p186-195.
Greifswald, Germany. Stryer, L. 2000. Biokimia. Ed 4. Vol. 3. Penerbit Buku
Eck, J., Meurer. G., Schulze, R., and Lorenz, P. 2006. Kedokteran, EGC. Jakarta. 279 pp
Accesing metagenomes for industrial applications. Suharsono, S. 2000. Penuntun Praktikum Pelatihan
Conference: From Functional Genomics to Natural Teknik Pengklonan Gen dan Pengurutan DNA. Pusat
Products of Marine Microorganism. June 21-24, 2006. Antar Universitas IPB, Bogor. 100 pp.
Greifswald, Germany.
Suhartono, M. T. 1989. Enzim dan Bioteknolgi.
Grozdanov, L., Fieseler, L., Piel, J. and Hentschel, U. 2006.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen
Metagenomic analysis of secondary metabolic
gene clusters from marine sponge associated DIKTI. PAU-IPB, Bogor. 322 pp.
microbial consortia. Conference: From Functional Suhartono, M. T., Chandra, K. P., Suwanto, A., Wu, I. M
Genomics to Natural Products of Marine dan Junaidi, B. 1995. Kloning gen protease Bacillus
Microorganism. June 21-24, 2006. Greifswald, stearothermophillus DSM297 ke dalam Escherichia
Germany. coli DH5 alfa dan telaah ekspresinya. Lap. Pen. Dikti-
Hala, Y. 1999. Penggunaan Gen Penanda Molekular Dikbud. PAU-IPB, Bogor. 62 pp.
untuk Deteksi Pelekatan dan Kolonisasi Vibrio Suwanto, A. 2004. Bioteknologi untuk menggali potensi
harveyi pada Larva Udang Windu (Penaeus mikroorganisme laut. Forum Bioteknologi Kelautan
monodon). Tesis Program Pascasarjana IPB, Bogor. dan Perikanan Indonesia: “Optimalisasi
16 pp. Pemanfaatan Sumberdaya Laut Melalui
Liebl, W. 2006. Extremophiles: from genomes to Pengembangan Bioteknologi Kelautan dan
enzymes. Conference: From Functional Genomics Perikanan”, Jakarta, 25 Maret 2004.
to Natural Products of Marine Microorganism. June
Tofighi, H., Fazeli, M. R. and Mirzae, S. 2006.
21-24, 2006. Greifswald, Germany.
Computer aided test and selection for lycpene â-
Marx, J. L. 1991. Revolusi Bioteknologi. Edisi 1. Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta. 513 pp. cyclase inhibitors: Molecular docking of Structurally
diverse herbicidal Inhibitors in Dunaliella salina CCaP
Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika.
Pustaka W irausaha Muda, Bogor. 123 pp. 19/18. Conference: From Functional Genomics to
Murdiyatmo, U. 1992. Kloning dan over ekspresi Natural Products of Marine Microorganism. June 21-
struktural dehalogenase dari Pseudomonas cepacia 24, 2006. Greifswald, Germany.
MBA4 pada E. coli. Prosiding Seminar Hasil W ahyudi, A. T. 1997. Gen penanda molekuler pada
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi. Pusat bakteri (Molecular Marker Gene in Bacteria). Hayati.
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi. LIPI. 4(1): 27-29.
Bogor. p. 98-109. Webb, V. L., Kilimnik, A. Y., Hulston. D. A., Hopf. S.,
Nicholl, D. S. T. 1994. An Introduction to Genetic Hinkley. S., Reader, S. and Thomson, A. 2006.
Engineering. Cambridge University Press, USA. 168 Screening for cytotoxic compounds for marine
pp. bacteria. Conference: From Functional Genomics to
Noviendri, D. 2004. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Natural Products of Marine Microorganism. June 21-
Penghasil Poli-â-hidroksialkanoat (PHA) Sebagai 24, 2006. Greifswald, Germany.
Bahan Baku Plastik Biodegradabel dan Deteksi Gen
64