Anda di halaman 1dari 7

PEMURNIAN BIODIESEL DENGAN

ADSORBEN BIJIH BESI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Oleh:

Ade Fitria (16081030100


Evi Rahmawati (1608103010007)
Jimmy Nainggolan (1608103010021)
Muhammad Farhan (1608103010034)
Utari Zulfiani (1608103010002)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
DESEMBER, 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-


alkylester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi
bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak
sayur atau lemak hewan.Biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan
diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus.
Namun, dia lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum,
meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah
pelumas. bioesel merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan bahan
bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel
merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di
mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan
infrastruktur zaman sekarang.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia. Pertumbuhan SPBU membuat semakin
banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan
kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar. hal ini tertentunya
berdampak terhadap kebutuhan produksi biodiesel yang efektif dan cepat.
Produksi biodiesel minyak jarak dapat dilakukandengan dua proses, yaitu
transesterifikasi dan esterifikasi-transesterifikasi. Proses transesterifikasi
dilakukan apabila keasamanminyak normal (≤ 1%), sedangkan proses estrans
dilakukan apabila minyaksebelum diproses dalam keadaan sudah asam. Proses
akhirpembuatan biodiesel baik secara transesterifikasi atau estrans akan
menghasilkan produk berupa biodiesel kotor dan gliserol kotor. Sehingga
diperlukan suatu adsorben unruk proses pemurniannya.
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu
dari suatu fase fluida (Saragih, 2008). Kebanyakan adsorben adalah bahan- bahan
yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori- pori
atau pada letak-letak tertentu di dalam partikel itu. Oleh karena pori-pori biasanya
sangat kecil maka luas permukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih
besar daripada permukaan luar dan bisa mencapai 2000 m/g. Pemisahan terjadi
karena perbedaan bobot molekul atau karena perbedaan polaritas yang
menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan tersebut lebih erat
daripada molekul lainnya. Adsorben yang digunakan untuk pemurnian biodiesel
pada percobaan ini adalah bijih besi.
Biji besi terdiri atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama dalam
molekul. Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe 3O4), hematit
(Fe2O3), goethit, limonit atau siderit. Bijih besi biasanya kaya akan besi oksida
dan beragam dalam hal warna, dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga
merah karat. Bijih besi batuan dan mineral dari mana logam besi dapat secara
ekonomis diekstrak. Bijih-bijih biasanya kaya oksida besi dan bervariasi dalam
warna dari abu-abu gelap, kuning cerah, ungu dalam, menjadi merah berkarat.
Bijih besi dalam bentuk hematit biasa digunakan sebagai adsorben.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah pemurnian biodiesel dapat dilakukan dengan metide adsorpsi ?
b. Apakah bijih besi dapat dijadikan sebagai adsorben dalam pemurnian
biodiesel ?
c. Bagaimana proses pemurnian biodiesel dengan adsorben bijih besi ?

1.3. Tujuan Penelitian


a. Memurnikan biodiesel dengan metode adsorpsi
b. Menggunakan bijih besi sebagai adsorben dalam pemurnian biodiesel
c. Memperoleh metode pemurnian yang efektif

1.4. Manfaat Penelitian


a. Mengetahui cara pengaplikasian metode absorpsi pada pemurnian biodiesel
b. Mengetahui pengaruh penggunaan adsorben bijih besi pada pemurnian
biodiesel
c. Mengetahui proses pemurnian biodiesel dengan bijih besi
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang


diproduksi dengan reaksi transesterfikasi dan esterifikasi minyak nabati atau
lemah hewani dengan alkohol rantai pendek seperti methanol. Reaksinya
membutuhkan katalis yang umumnya merupakan basa kuat, sehingga akan
memproduksi senyawa kimia baru yang disebut metil ester. Biodiesel dapat dibuat
dengan transesterfikasi asam lemak. Asam lemak yang digunakan umumnya dari
minyak nabati kemudian direaksikan dengan alkohol yang akan menghasilkan
senyawa ester. Produk samping dari transesterfikasi asam lemak berupa gliserin.
Gliserin memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga produk samping ini dapat
juga dimanfaatkan untuk pembuatan bahan baku zat kimia lainnya (Affandi,
2013).
Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena
biodiesel merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel
petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan
infrastruktur zaman sekarang. Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat
dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam
pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU
membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga
pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
Biodisel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai karbon antara C6-C22
dengan reaksi transesterifikasi. Ia memiliki sifat fisik yang mirip dengan solar
biasa sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin diesel hampir tanpa
modifikasi (Anshary, 2012).
Proses pembuatan biodiesel dilakukan dalam beberapa tahap
transesterifikasi dan tahap pemurnian. Pada tahap transesterifikasi bahan baku
berupa minyak nabati atau minyak hewani direaksikan dengan methanol
menggunakan katalis basa. Hasil yang diperoleh berupa metil ester atau yang
disebut biodiesel dan hasil samping berupa gliserol. Hasil yang diperoleh pada
tahap transesterifikasi selanjutnya dipisahkan lalu masuk pada tahap
pemurnian.Tahap pemurnian dimaksudkan untuk menghilangkan pengotor yang
terdapat pada biodiesel hasil tahap transesterifikasi. Beberapa pengotor yang
terdapat dalam biodiesel antara lain sisa katalis, metanol yang tidak bereaksi, dan
sisa gliserol yang akan mempengaruhi kualitas dari biodiesel sehingga harus
dihilangkan dari produk. Metode yang digunakan pada proses pemurnian
biodiesel antara lain water washing, yaitu pemurnian menggunakan air.
Kelemahan menggunakan water washing adalah yaitu memerlukan waktu yang
lama dan membutuhkan biaya yang banyak (Listiadi, 2013).
Pemurnian biodiesel dapat dilakukan dengan metode baru untuk
memurnikan biodiesel salah satunya dengan menggunakan metode dry washing
yaitu pemurnian menggunakan proses adsorbsi.Adsorpsi atau penjerapan adalah
suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada
suatu padatan atau cairan (zat penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu
lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Adsorpsi secara
umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, di mana terjadi
suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Salah satu faktor
yang mempengaruhi kemampuan penyerapan suatu adsorben adalah luas
permukaan aktif adsorben. Beberapa bahan dapat digunakan sebagai adsorben
antara lain kaolin, zeolit alam, bentonit, alumina silikat dan magnesium silikat
(Atadashi, 2017).
Penelitian ini menggunakan bijih besi sebagai salah satu adsorben dalam
pemurnian biodiesel. Bijih besi secara umum memiliki komposisi utama besi
oksida (Fe2O3 dan Fe3O4), silikon oksida (SiO2) serta unsur-unsur lain seperti
Ni, Mg, Ca, Si, Cr dan Zn dengan kadar rendah. Bijih Besi dengan kandungan
Fe2O3 dapat didistribusikan secara luas dan merupakan sumber terpenting besi
pada kondisi murni mengandung 70% besi dan sisanya mengandung silika dan
aluminium serta sulfur dan fosfor dengan kandungan yang sangat rendah. Bijih
Besi merupakan salah satu komoditas tambang yang cukup memadai di Indonesia.
Berdasarkan data Neraca Sumber Daya Mineral Logam dan Non Logam, Pusat
Sumber Daya Geologi 2008 didapatkan bahwa sumber daya bijih besi Indonesia
sebesar 381.107206,95 ton dengan cadangan mencapai 2.216.005 ton. Ini
menunjukkan potensi yang cukup besar sebagai bahan baku besi baja. Salah satu
daerah penghasil besi terbesar di Indonesia yaitu Kalimantan Selatan
memiliki,cadangan bijih besi mencapai 7,472,600 ton (Ishlah, 2009).
Bijih besi digunakan sebagai adsorben karena memiliki sifat-sifat
magnetik yang mampu menjerap pengotor pada biodiesel. Magnetit adalah salah
satu senyawa oksida besi dalam bentuk Fe2O3.FeO atau Fe3O4. Magnetit memiliki
banyak manfaat terutama jika memiliki ukuran nanometer di antaranya:
1. Memiliki separasi gradien magnet yang tinggi.
2. Sebagai teknologi Resonansi magnetik.
3. Sebagai drug delivery.
4. Sebagai agen reaktif pada biomolekul membrane.
5. Sebagai adsorben.
Penelitian tentang magnetit telah banyak dilakukan. Pembuatan nanopartikel
magnetit dari pasir besi telah berhasil membuat superparamagnetik magnetit
dengan rata-rata ukuran 12,6 nm dan magnetisasi saturasi 36,68 emu/g. Sintesis
magnetit Fe3O4 juga telah dilakukan untuk penghilang zat warna pada larutan.
Magnetit yang dihasilkan memiliki ukuran rata-rata 5-20 nm dan magnetisasi
saturasi sebesar 89,46 emu/g. Penelitiantersebut mampu mereduksi zat warna
24,40% dengan kondisi awal zat warna 100 mg/L pada pH larutan 6 dengan
jumlah magnetit 0,8 g/L selama 30 menit (Rusianto, 2013).
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Affandi, R.D.N. 2013. Produksi Biodiesel dari Lemak Sapi dengan Proses
Transesterfikasi d engan Katalis Basa Kuat NaOH. J.Tekkim. USU. 2 (1):
22-27.

Anshary, Dising, Aprian. 2012. Optimasi Proses Pembuatan Biodiesel dari


Minyak Jelantah. J. Tekkim. UKI. 4 (3): 45-49

Atadashi, I. M., Aroua, M.K., & Abdul Aziz. 2017. Biodiesel Separation and
Purification. Rev Eng. 36 (2): 437-445.

Ishlah, T. 2009. Potensi Bijih Besi Indonesia dalam Kerangka Pengembangan


Klaster Industri Baja. Bayu Media, Jakarta.

Listiadi, A.P., dan I. M. B. Putra. 2013. Intensfikasi Biodiesel dari Minyak


Jelantah dengan Metode Interesterfikasi dan Pemurnian Dry Washing.
Universitas Sulthan Ageng Tirtayasa, Cilegon.

Rusianto, H., Widodo., Rusman. 2013. Sintesis Nanopartikel Pigmen Oksida Besi
Hitam (Fe3O4), Merah (Fe2O3) dan kuning (FeOOH) Berbasis Pasir Besi
Tulunggagung. J. UNM. 20 (1): 13-29.

Anda mungkin juga menyukai