Anda di halaman 1dari 15

Nama : Dewi Izzati Firzana

NIM : 53020190053

Prodi/kelas : IAT/B

PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5 TAFSIR


AL-MISBAH

Pendahuluan

Al-Quran adalah kalam Allah Swt. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Melalui perantara malaikat Jibril secara berangsur-angsur, sebagai pedoman hidup manusia. 1Al-
Quran berisi penjelasan tentang pentingnya ilmu untuk bertanggung jawab di setiap kegiatan,
berisi perintah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki dengan belajar sepanjang hayat,
sehingga dalam bekerja dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, keahlian dalam potensinya.2

Di antara permasalahan kehidupan yang perlu menjadi perhatian umat muslim ialah
Pendidikan islam dan bagaimana cara penyampaiannya dalam proses pembelajaran banyak
terdapat di dalam Al-Qur`an, seperti yang terdapat dalam Al-Qur`an surat Al-`Alaq ayat 1
sampai 5.3

Banyak diantara umat islam kurang paham dan malah salah paham tentang Pendidikan,
tujuan berpendidikan, dan nilai-nilai Pendidikan. Banyak diantara kita yang malah fokus pada
kekayaan dan kesuksesan berprofesi. Kita tidak sadar bahwa ujung tombak segala sesuatu adalah
Pendidikan. Agar kita bisa melukan kita perlu tahu dan proses mencari tahu adalah Pendidikan
yng mana tidak hanya sekedar tahu, tapi juga faham dan mengasah karakter.

Kurangnya kesadaran umat islam saaat ini dalam bidang Pendidikan agama islam, di
sebabkan oleh beberapa faktor. Salahsatunya faktor umat islam yang tidak mempelajari Al-
Qur`an dan Hadis sebagai pedoman hidupnya, sehingga kurang fahamnya umat islam dalam
mempelajari Al-Qur`an dan Hadis.

1
Sutrisno, Pendidikan islam yang menghidupkan (studi kritis terhadap pemikiran Pendidikan Fazlur
Rahman) yogyakarta: Kota Kemban
2
M. Quraish Shihab, membumikan Al-Qur`an (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 14.
3
Muhibbin Syah, psikologi Belajar ( Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2006) hlm 1

1
Perhatin terhadap ilmu pengetahuan khusunya Pendidikan islam sangat besar, ini
berkaitan dengan kalam Allah yang pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Yaitu
QS. Al-`Alaq (96): 1-5.

َ ُّ‫) اِ ْق َر ْأ َو َرب‬2(‫ق‬
)3(‫ك ااْل َ ْك َر ُم‬ ٍ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬
َ َ‫) خَ ل‬1( ‫ق‬ َ ِّ‫اِ ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّذي خَ ل‬

)5(‫) َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َمالَ ْم يَعْللَم‬4(‫الَّ ِذيْ عَلّ َم بِ ْالقَلَم‬

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, bacalah, dan Tuhanlah Yang Maha Pemurah, Yang Mengajar
(manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.4

Dalam ayat tersebut Allah memberi gambaran Pendidikan. yaitu tentang membaca,
menulis, meneliti, mengkaji, menyertakan segala pekerjaan dengan nama Allah
( Bismillah ).5Dengan melihat begitu besarnya perhatian islam tentang Pendidikan dan nilai-nilai
yang terkandung di dalam Al-Quran maka akan diulas lebih lanjut tentang nilai-nilai Pendidikan
islam dalam surat al-Alaq ayat 1-5. Sebagai wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW

Biografi Quraish Shihab.

Quraish Shihab adalah seorang pakar tafsir (Al-Qur`an) kontemporer garda depan.6 Nama
aslinya adalah Muhammad Quraish Shihab, dilahirkan di kabupaten Sindereng Rampang
(Sindrap) provinsi Sulawesi selatan pada tanggal 16 februari 1944.7 Kecintaanya kepada Al-
Qur`an telah ditanamkan sejak dini ole ayahnya, Abdurrahman Shihab (1905-1986). Seorang
ulama ahli tafsir Makassar yang di segani. 8 Nama Shihab merupakan nama yang digunakan
dalam keluarga besarnya, sebagaimana digunakan dalam wilayah Timur.9 Sedangkan istrinya

5
Shihab, Op.cit, h. 263
6
Muhammad Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur`an M. Quraish Shihab” . Jurnal Taqafah Vol. 6. No. 2
November 2010 hal.249
7
Afrijal Nur,” M. Quraish Shihab Dan Rasionalis Tafsir.”Jurnal Ushuluddin Vol. XVIII No. 1, Januari 2012,
Hlm, 22
8
Iqbal, Op.Cit., hal. 249
9
Atik Wartini, “Corak penafsiran M. Quraish Shihab dalam Al-Misbah, dalam Hunafa” Jurnal Studi
Islamika, Vol. 11. No. 1, Juni 2014 hal 114.

2
bernama Fatmawati dan di karuniai lima orang anak, yang bernama. Najeela Shihab, Najwa
Shihab, Nahla Shihab dan Ahmad Shihab.10

Riwayat Pendidikan Quraish Shihab, beliau menyelesaikann Pendidikan dasar dan SMP
hingga kelas 2 di ujung Panjang. Selanjutnya pada tahun 1956 melanjutkan Pendidikan di
Pesantren Darul Hadis al-Fiqhiyyah, Malang. Pada tahun 1958 beliau berangkat ke Kairo, Mesir,
dan di terima di kelas II Tsanawiyyah Al-Azhar. Beliau meraih gelar Lc. (S.1) pada Fakultas
Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis Universitas Al-Azhar pada tahun 1967 dan pada tahun 1969
beliau memperoleh gelar S.2 pada fakultas yang sama di Universitas Al-Azhar, dan
memperoleh gelar master (MA) untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-Qur`an.

Sepulangnya dari studi di Mesir, 1973, beliau memperoleh jabatan sebagai pembantu
Rektor bidang Ademik dan Kemahasiswaan IAIN Alauddin Ujung Pandang, Sampai pada tahun
1980. Beliau juga menjabat sebagai Koordinator Kopertais Wilayah VII Indonesia dan Pembantu
pimpinan kepolisian Indonesia dalam bidang pembinaan mental Bagian Timur. Pada tahun 1980
beliau kembali studi Universitas Al-Azhar untuk mengambil gelar Doktor, dan dua tahun
berikutnya beliau berhasil mendapat gelar Doktor dengan predikat Summa Cum Laude atau
Mumtaz ma`a Martabat al-Syaraf al-la (Penghargaan Tingkat I). beliau merupakan Doktor
pertama di Asia Tenggara yang meraih gelar demikian.

Pada tahun 1992, Quraish Shihab mendapat kepercayaan sebagai Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta setelah sebelumnya menjadi pembantu Rektor di Bidang Akademik. Lalu
pada tahun 1998 beliau diangkat Presiden Soeharto sebagai Menteri Agama RI Kabinet
Pembangunan VII. Pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie, beliau mendapat
kepercayaan sebagai Duta Besar RI di Mesir, merangkap untuk negara Jibouti dan Somalia.
Ketika menjadi Duta Besar inilah beliau menulis karya monumentalnya Tafsir al-Misbah,
lengkap 30 juz sebayak 15 jilid satu set. Tafsir al-Misbah ini merupakan karya lengkap yang
ditulis oleh putra Indonesia, setelah 30 lebih tahun vakum. Selesainya penulisan Tafsir al-
Misbah ini semakin memperkokoh posisi beliau sebagai pakar terkemuka Indonesia bahkan
untuk Tingkat Asia Tenggara.11

M. Quraish shihab, beliau telah menerbitkan berbagai karya dan di publikasikan. 21


Diantara karya-karya beliau yang berkenaan dengan Studi Al-Qur`an adalah : Tafsir Al-Manar:
10
Nur,Op.Cit., Hal, 22
11
Iqbal, Op.Cit., 251-252

3
Keistimewaan dan Kelemahanya (1984), Filfasat Hukum Islam (1987), Mahkota Tuntunan Ilahi:
Tafsir surat Al-Fathihah (1988). Membumikan Al-Qur`an: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat (1994), Studi Kritik Tafsir al-Manar (1994), Lentera Hati : Kisah dan
Hikmah Kehidupan (1994), Wawasan Al-Qur`an: Tafsir Mudhu’I atas Berbagai Persoalan Umat
(1996), Hidangan Ayat-Ayat Tahlili (1997), Tafsir Al-Qur`an Al-Karim: Tafsir Surat-Surat
Pendek Berdasarkan Urutan Turunya Wahyu (1997), Mu`jizat Al-Qur`an Ditinjau dadri Berbagai
Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiyah dan Pemberian Ghaib (1997), Sahur Bersama M. Quraish
Shihab di RCTI (1998), Menyingkap Takbir Illahi: al-Asma` al-Husna dalam Prespektif Al-
QUR`AN (1998), Fatwa-Fatwa Seputar Al-Qur`an dan Hadist (1999), dan lain-lain.12

Pendidikan Dalam Tinjauan Islam

Pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang
menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas wajib dan tanggung jawab
dalam bermasyarakat selaku hamba Allah, maka kependidikan berarti menumbuh kembangkan
personalitas (kepribadian) serta menambahkan rasa tanggung jawab. Kependidikan bagi manusia
menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia13

Pendidikan islam ajaran pertama islam adalah saat Jibril datang menemui Nabi
Muhammad yang berada di Gua Hira. Dalam pengajaranya Jibril menyampaikan wahyu yang
pertama kali turun yakni surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Kemudian Nabi memebaca dan
mengikuti apa yang dibacakan kepadanya. Ini adalah bukti bahwa kemunculan islam di tandai
dengan pengajaran dan Pendidikan sebagai fondasi utama setelah iman, islam dan ihsan.14

Dari ayat Al-Qur`an surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 terdapat empat poin tentang
Pendidikan yang pertama, manusia sebagai subjek dalam membaca memperhatikan,
merenungkan, meneliti, dengan prinsip niat baik yang ditnadai dengan menyebutkan nama
Tuhan . Yang kedua objek yang dibaca, diperhatikan dan direnungkan, yaitu tentang materi dan
proses penciptaan menjadi manusia yang sempurna. Dari sini manusia dituntun utuk berfikir dan

12
Atik Wartini, “Corak Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah”, Hunafa: Jurnal Studi
Islamika, Vol. 11, No. 2, Juni 2014, hal 117.
13
Fauti Subhan, “Konsep Pendidikan Islam Masa Kini”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 02, No. 02,
Novemver 2013, hal 356
14
Mahmudi, “Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjuan Epistemologi, Isi dan Materi”,
Ta`dibuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 2, No. 1, Mei 2019, hal 91

4
mengembangakan akalnya terhadap penciptaan manusia dari ayat tersebut. Ketiga, media dalam
melakukan aktivitas membaca dan lainya. Dan yang terahir motivasi dan potensi yang dimiliki
manusia “rasa ingin tahu”. pengertian ayat diatas berkaitan dengan faktor-faktor proses
Pendidikan dalam arti mikro, yaitu : pendidik siswa dan alat Pendidikan, baik material maupun
tidak. Pendidikan adalah proses berkesinambungan dalam kehidupan manusia mulai dari usia 0
(nol) hingga manusia sempurna (dewasa). Bahkan Muhammad bin abduh berkata Pendidikan
dimulai dari ketika memilih perempuan sebagai istri.15

Definisi Pendidikan islam adalah proses tranformasi and internalisasi ilmu pengetahuan
dan niali-nilai islam pada peserta didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi
fitrahnya ntuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.
Pendidikan islam merupakan sistem Pendidikan yang dapat memberikan kemampuan kepada
seseorang untuk memimpin kehidupanya sesuai dengan cita-cita islam, karena nilai-nilai islam
telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadianya.16

Pendidikan islam mempunyai prinsip yang sangat kuat, menurut al-Abrasyi dalma kitab
at-Tarbiyyah al-Islamiyyah, menurutnya penididikan islam adalah Pendidikan yang ideal yang
didasari dengan prinsip demokrasi pada Pendidikan dengan tujuan membentuk akhlak mulia
pada setiap insan. Pendidikan sangat memperhatikan segala aspek dalam rangka mengarahkan
pemikiran manusia untuk selalu belajar, memahami dan memperhatikan keadaan sosial
masyarakat.17

Tujuan Pendidikan islam pada dasarnya merupakan upaya pembinaan dan pengembangan
potensi manusia didunia ini sebagai hamba Allah sejalan dengan tujuan diciptakanya manusia
yakni mengembangkan pikiran manusia dengan cara mempergunakan mengembangkan aklanya
untuk melahirkan ilmu pengetahuan, serta mengatur tingkah laku dan perasaanya berdasarkan
islam dan sekaligus tugas khalifah Allah tercapai sebaik mungkin. Potensi yang dimaksud
meliputi potensi jasmaniyah dan potensi rohaniyah seperti akal, perasaan kehendak dan lainya.
Juga merupakan bagian dari kegiatan dakwah dan kata terahir ini diungkapkan di Al-Qur`an. Ia
memberikan suatu model pembentukkan kepribadian seseorang, dan masyarakat. Sasaran yang

15
Mahmudi, Op.Cit., hal 91
16
Tatang Hidayat dkk, “Pendidikan Dalam Perpektif Islam dan Peranannya Dalam Membina Kepribadian
Islam”, Jurnal Mudarrisuna, Vol. 8, No. 2, Juli-Desember 2018, hal 223
17
Lukis Alam, “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan islam, dalam Jurnal Pendidikan islam”, Vol. 1 , No. 2,
Januari 2016, hal 102

5
dicapai ialah terbentuknya akhlak yang mulia, serta mempunyai ilmu yang tinggi dan taat
beribadah. Akhlak yang dimaksud ialah menyangkut aspek pribadi, keluarga, lingkungan dan
masyarakat, baik dengan hubungan antara sesame manusia dan lingkungan maupun hubungan
dengan Allah dan alam semesta (aspek horizontl dan aspekvertikal).dari sini di harapkan
terwujud muslim yang intelektual, yang pada giliranya terwujud dalam akhlak al-karimah
sebagai wujud manusia muslim.18

Asbabun Nuzul Surat Al-Alaq ayat 1-5

Surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 meruapakan ayat Al-Qur`an yang turun pertama kali
kepada Rosulullah. Surat ini turun setelah tersebarnya dakwah beliau di kalangan kaum Quraish.
Ayat in turun ketika Nabi Muhammad sedangn berada di dalam Gua Hira. Sebelumya beliau
sering bermimpi dan dalam mimpinya tersebut menjadi kenyataan. 19 Setelah mendapat mimpi
tersebut Rosulullah suka menyendiri dan mengasingkan diri agar terhidar dari masyarakat
Jahiliyah. Dan tempat yang menurut Rosulullah temoat untuk mengasingkan diri adalah Gua
Hira yang terdapat di Gunung Hira. Gua tersebut berada di puncak gunung ynag sangat sulit
untuk di capai orang-orang biasa.

Di dalam Gua tersebut Rasulullah melakukan kontemplasi dengan cara yng diilhamkan
oleh Allah beberapa malam dengan membawa bekal dan melakuakn kontemplasi lagi sampai
ahir wahyu pertama turun ketika beliau masih di dalam Gua.

Diriwayatkan Ahamad, Bukhari dan Muslim dari Aisyah R.A dia berkata wahyu pertama
yang turu kepada Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar, beliau tidak bermimpi melainkan
mimpi tersebut datang seperti fajar shubbuh. Kemudian beliau senang menyendiri, beliau sering
mengunjungi Gua Hira untuk beribadah dalam beberapa malam, beliau membawa perbekalan
unttuk melakukan hal itu. Kemudian beliau kembali ke Khadijah dan berbekal lagi seperti
semula. Sampai pada akhirnya, beliau di datangi wahyu ketika sedang berada di Gua Hira.20

Ketika malaikat Jibril datang dan menyuruh rasulullah untuk membaca, Rasulullah
mengatakan aku tidak dapat membaca. Namun bukan berarti Rasulullah membantah perintah
tersebut, hanya saja Rasulullah memang seorang ummi (buta huruf). Ketidak mampuan
18
Hidayat, Op.Cit,. Hal 224
19
Muhammad bin Shalih Al Utsmani, Tafsir Juz amma`, Terj. Abu Ihsan Al-Atsari, (Solo: At-Tibyan, 2007),
hal 7
20
Quraish Shihab. Tafsir al-Misbah, XV, (Jakarta : Lentera Hati, 2012) hal 472-473

6
Rasulullah dalam hal membaca dan menulis memiliki hikmah, yaitu untuk menghilangkan
keraguan orang yang mempercayai beliau. Ketika Rasulullah menjawab tidak dapat membaca,
kemudian malaikat Jibril memeluknya dan membacakan lima ayat peratama surat Al-Alaq.
Dengan kondisi gemetar, Rasulullah pun kembali ke rumah istrinya (Khadijah).21

Khadijah berkata “Wahai anak pamanku, dengarkanlah perkataan anak saudaramu!.”


Waraqah berkata, “Wahai anak saudaraku, apa yang telah kamu lihat?” kemudian Rasulullah
SAW menceritakan apa yang telah beliau lihat dan alami di Gua Hira. Waraqah berkata, “Ini
adalah Jibril yang pernah turun kepada Musa. Andai saja aku masih muda belia, andai saja aku
masih hidup ketika kaumu menusirmu?” Rasulullah SAW bertanya, “apakah mereka akan
mengusiruk?”. Waraqah menjawab, “Iya, tidak ada seoarangpun ynag mengimani jaranmu
melainkan dia akan dihalang-halangi. Jika aku mendapati masa dakwahmu, aku akan
membantumu sekuat tenaga.” Kemudian tidak lama dari itu. Waraqqh meninggal dunia dan
wahyu tidak turun sehingga Rasulullah SAW sangat sedih. Beliau sering pergi untuk
menjatuhkan diri dari puncak gunung. Jibril memperlihatkan diri dan berkata, “Wahai
Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah ynag sebenar-benarnya”. Dengan hal itu
jiwa beliau menjadi tenang dan tentram, lantas beliau pulang kerumah. Jika wahyu lama tidak
turun, beliau melakukan hal tersebut lagi. Sudah berada dipuncak gunung. Jibril menampakkan
diri dan berkata seperti itu lagi.22

Penafsiran surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 dalam Tafsir al-Misbah

Dalam ayat pertama surat Al-Alaq beliau M. Quraish shihab mengemukakan bahwa Kata
(‫ )اقرأ‬terambil dari kata kerja (‫ )قرأ‬yang artinya menghimpun atau membaca. Apabila merangkai
huruf atau kata kemudian mengucapkanya rangkaian tersebut berarti telah menghimpunya, yakni
dengan membaca. Jadi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai
objek bacaan tidak pula harus di ucapkan sehingga terdengar orang lain, karenya di dalam kamus
terdapta beraneka ragam artinya yaitu bukan hanya membaca tapi menyampaikan , mendalami,

21
Al-Utsmani, Op.cit., 162
22
Wahba Az-zuhali, Tafsir Al-Munir jilid (15 Juz 29-30),(Jakarta: Gema Insani, 2014). Hal 594.

7
meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu dan sebagainya an semua bermuara pada arti
menghimpun.23

pada ayat pertama ini beli dalam tafsir al-Misbah beliau menuturkan bahwa pada ayart
pertama ini tidak menyebutkan objek bacaan dan malaikat Jibril juga tidak membaca satu teks
tertulis. Namun beraneka ragam pendapat ahli tafsir mengemukakan tentang objek bacaan yang
di maksud. Ada yang berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu Qur`an sehingga perimtah itu berarti
bacalah wahyu-wahyu qur`an ketika turun nanti. Ada juga yang berpendapat bahwa objeknya
adalah ismi rabbika sambal menyerupaik kata Ba yang menyerupai kata isim adalah sisipan
sehinggga berarti bacalah nama Tuhanmu atau berdzikirlah. Kata Rabb apabila berdiri sendiri
maka yang dimaksud adalah Tuhan yang antara lain karena Dia-lah yang melakukan tarbiyah
(Pendidikan ) yang pada hakikatnya berarti pengembangan, peningkatan, serta perbaikan
makhluk ciptaanNya.24

Kata (‫ )خلق‬menurut beliau dari segi pengertian kebahasaan memiliki banyak arti, antara
lain menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur,
memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Kata(‫ )خلق‬biasanya memberikan tekanan
tentang kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. Objek kholaqa pada ayat ini tidak di sebutkan
sehingga objeknya sebagai mana iqra` bersifat umum, dengan demikian Allah adalah pencipta
semua makhluk.25

ٍ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬


Pada ayat ke dua ‫ق‬ َ َ‫ َخل‬dalam Tafsir al-Misbah beliau menuturkan ayat ini
memperkenalkan Tuhan yang di sembah oleh Nabi Muhammad saw. Dia adalah Tuhan yang
telah menciptakna manusia, yakni manusia semua kecuali adam dan hawwa dari alaq yakni
segumpal darah atau sesuatu yang bergantung di dinding Rahim.

Kata (‫ )االنسان‬manusia diambil dari kata (‫ )انس‬uns/senang, jinak dan harmonis, atau dari
kata (‫ )نسى‬nis-y yang berarti lupa. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata (‫ )نَوْ س‬naus, yakni
gerak/dinamika. Kata ini menggambarkan manusia dengan berbagai macam sifatnya, berbeda
dengan kata (‫ )بشر‬basyar yang biasanya juga diterjemahkan dengan manusia, tetapi lebih
mengacu pada manusia dari segi fisik serta nalurinya yang tidak berbeda antara manusia dengan
manusia lain. Manusia adalh makhluk pertama ynag disebut oleh Allah dalam Al-Qur`an. Bukan
23
Shihab, Op.Cit., 452
24
Ibid., 456-457
25
Ibid., 458

8
hanya karna ia di ciptakan dlam bentuk sebaik-baiknya karena kitab Al-Qur`an di tunjukkan
kepada manusia untuk menjadi pelita kehidupanya. Salah satu cara yang di tempuh Al-Qur`an
untuk mengantar manusia menghayati petunjuk-petunjuk Allah adalah dengan memperkenalkan
jati dirinya, antara lain dengan menguraikan proses kejadianya.26

Kata (‫ )علق‬dalam kamus bahasa arab artinya segumpal darah, juga dalam arti cacing
yang terdapat didalam air yang apabila diminum oleh binatang maka akan tersangkut di
kerongkongannya. Banyak ulama masa lampau yang memahaminya dalam pengertian pertama,
namun ada juga yang memahaminya dala arti sesuatu yang tergantung di dinding rahim. Bisa
juga kata alaq dipahami sebagai sifat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri dan selalu bergantung kepada lainnya.27

ٍ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬


Pada ayat ke tiga ‫ق‬ َ َ‫ خَ ل‬dalam Tafsir al-Misbah ini beliau menuturkan Perintah
membaca yang kedua ini dimaksudkan agar beliau lebih banyak membaca, menelaah,
memerhatikan alam raya, serta membaca kitab yang tertulis dan tidak tertulis dalam rangka
mempersiapkan untuk terjun ke masyarakat. Kata (‫ )االكرم‬biasanya di terjemahkan dengan yang
maha / paling pemurah atau semulia-mulia. Kata ini terambil dari kata (‫ )كرم‬yang antara lain
berarti: memberikan dengan mudah tanpa pamrih, bernilai tinggi, terhormat, mulia, setia, dan
sifat kebangsawaan. Kata (‫ )االكرم‬al-akram yang berbentuk superlatif adalah satu-satunya ayat
didalam al-Qur’an yang menyifati tuhan dalam bentuk tersebut. Ini ,mengandung pengertian
bahwa Dia dapat menganugerahkan puncak dari segala yang terpuji bagi setiap hamba-Nya,
trutama dalam kaitannya dengan perintah membaca. Dari sini, kita tidak wajar memahami
perintah membaca yang kedua ini hanya terbatas tujuannya untuk menolak alasan Nabi “saya
tidaak dapat membaca”, tidak pula sekadar untuk menanamkan rasa percaya diri, atau berfungsi
pengganti, “mengulang-ulangi bacaan”, tetapi jauh lebih dalam dan lebih luas, seluas pengertian
kata Akram yang berbentuk superelatif dan seluas kata Karam yang menyifati Allah swt. Karena
keterbatasan kita dihadapan-Nya. Namun demikian, sebagian darinya dapat diungkapkan sebagai
berikut: “Bacalah, wahai Nabi Muhammad, tuhanmu akan menganugerahkan dengan sifat
kemurahan-Nya pengetahuan tentang apa yang tidak engkau ketahui. Bacalah dan ulangi bacaan
tersebut walaupun objek bacaannya sama, niscaya tuhanmu akan memberikan pandangan serta
pengertian baru yang tadinya engkau belum peroleh pada bacaan pertama dalam objek
26
Shihab, Op.Cit., 458
27
Ibid,. 458

9
tersebut.“Bacalah dan ulangi bacaan, tuhanmu akan memberi manfaat kepadamu, manfaat yang
banyak tidak terhingga karena Dia Akram,memiliki segala kesempurnaan.”Di sini kita dapat
melihat perbedaan antara perintah membaca pada ayat pertama dan perintah membaca pada ayat
ketiga, yakni yang pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang ketika membaca
(dalam segala pngertian), yaitu membaca demi karena Allah, sedang perintah yang kedua
menggambarkan manfaat yang diperoleh dari bacaan bahkan pengulangan bacaan tersebut.28

Dalam ayat ketiga ini, menurut beliau Allah menjanjikan bahwa pada saat seseorang
membaca dengan ikhlas karena Allah, Allah akan menganugerahkan kepadanya ilmu
pengetahuan, pemahaman-pemahanman, wawasan-wawasan baru walaupun yang dibacanya itu-
itu juga. Apa yang dijanjikan ini terbukti sangat jelas. Kegiatan “membaca” ayat al-Qur’an
menimbulkan penafsiran-penafsiran baru atau pengembangan dari pendapat-pendapat yang telah
ada. Demikian juga, kegiatan membaca “membaca” alam raya ini telah menimbulkan
menimbulkan penemuan-penemuan baru yang membuka rahasia-rahasia alam, walaupun objek
bacaannya itu-itu juga. Ayat al-Qur’an yang dibaca oleh generasi terdahulu dan alam raya yang
mereka huni, adalah sama tidak berbeda, namun pemahaman mereka serta penemuan rahasianya
terus berkembang.29

Dalam ayat ke empat dan ke lima tafsir al-Misbah )5(‫الَ ْم يَعْللَم‬tt‫) َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َم‬4(‫الَّ ِذيْ عَلّ َم بِ ْالقَلَم‬
“yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia apa yang belum diketahui(nya).”
Kata (‫ )القلم‬terambil dari kata kerja (‫ )قلم‬yang berarti memotong ujung sesuatu. Memotong ujung
kuku disebut (‫)تقليم‬taqlim. Tombak yang dipotong ujungnya sehingga meruncing dinamai (‫)مقاليم‬
maqaalim. Alat yang digunakan untuk menulis dinamai qalam karena pada mulanya alat tersebut
terbuat dari suatu bahan yang dipotong ujungnya sehingga meruncing.30

Pada ayat ke 4, kata manusia tidak disebutkan karena telah disebutkan pada ayat ke 5,
dan pada ayat ke 5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena pada ayat 4 telah diisyaratkan makna
itu dengan disebutnya pena. Dengan demikian, kedua ayat diatas dapat berarti “Dia (Allah) yang
mengajarkan dengan pena (tulisan)(hal-hal yang telah diketahui manusia sebelumnya) dan Dia
mengajarkan mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya.31
28
Shihab, Op.Cit.,459
29
Ibid,. 462
30
Shihab, Op.Cit., 463-464
31
Ibid,. 465

10
Nilai Pendidikan dalam surat Al-Alaq ayat 1-5

1. Nilai membaca

Quraish shihab beliau mengartikan qara`a dengan menghimpun atau membaca. Apabila
merangkai huruf atau kata kemudian mengucapkanya rangkaian tersebut berarti telah
menghimpunya, yakni dengan demikian seorang tidak dikatakan membaca kecuali dia telah
menghimpun, kata demi kata yang telah di ucapkanya. Membaca dalam surat Al-Alaq di ulang
dua kali karena dalam membaca di butuhkan berulang kali agar kita bisa memahaminya. Jadi
perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan tidak pula
harus di ucapkan sehingga terdengar orang lain, dalam tafsir al-Misbah menyebutkan bahwa
objek bacaan tidak di sebutkan secara khusus berarti perintah memebaca yaitu umum membaca
apa saja yang bisa di baca baik untuk pembaca maupun umum. karenya terdapat arti yang luas
yaitu bukan hanya membaca tapi menyampaikan , mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri
sesuatu dan sebagainya semua bermuara pada arti menghimpun. Dengan demikian membaca
dalam kehidupan sangatlah penting untuk memajukan Pendidikan.32

2. Nilai keilmuan.

Dalam tafsir al-Misbah beliau menuturkan pada ayat kedua dialah yang telah
menciptakan manusia yakni semua manusia kecuali adam dan hawwa dari alaq segumpal darah
atau sesuatu yang menggantung di dinding Rahim. ayat menjelaskan tentang ilmu sains proses
penciptaan manusia dari segumpal darah.33 Pada ayat ke empat dan ke lima beliau berpendapat
bahwa kedua cara di atas menjelaskan cara yang di tempuh Allah swt. Dalam mengajar manusia
pertama melalui pena tulisan yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui pengajaran
secara langsung tanpa alat. Cara yang ke dua ini di kenal dengan istilah Ilmu Ladunniy.34

3. Nilai pendidikan menulis

Dalam tafsir al-Misbah belliau menuturkan pada ayat ke empat “yang mengajarkan
dengan pena” menurut beliau yang di maksud kalam adalah alat yang di gunakan untuk menulis

32
Ibid., 452
33
Ibid., 458
34
Ibid., 464

11
dinamai pula Qalam karena pada mulanya alat tersebut dibuat dari suatu alat yang dipotong dan
di peruncing ujungnya.35 Qalam berarti hasil dari penggunaan alat tersebut yaitu berupa tulisan,
karena Bahasa sering kali menggunakan kata yang berarti “alat” atau “penyebab” untuk
menggunakan “hasil” atau “akibat” dari penggunaan alat tersebut.36

Menulis adalah hal yang sangat penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Setelah menulis pengetahuan tersebut bisa di wariskan ke generasi selanjutnya sehingga generasi
selanujutnya dapat mengembangkan ilmu-ilmu yang telah di tulis sebelumnya. Membaca dan
menulis merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan untuk memperoleh pengetahuan
dan memajukan umat di bumi.37

4. Nilai Pendidikan ilahiyah

Nilai Pendidikan ilahiyah terdapat pada ayat pertama kata Iqra` disertai dengan bismi
rabbika Illadzi Khalaq yang artinya dengan nama Tuhan yang menciptakan. Dari ayat ini beliau
Quraish Shihab menuturkan bacalah semuaitu tapi dengan syarat hal tersebut di lakukan dengan
atau demi nama Tuhan yang selalu memelihara dan membimbing dan yang menciptakan semua
makhluk kapan dan dimana pun. Tujuanya adalah supaya jika kita melakukan sesuatu yang
bersifat ilmiah dengan ikhlas dan hanya mencari ridha Allah swt. Sehingga ilmu yang di
dapatkan bisa membuat semakin takut kepada Allah.38

Kata khalaqa mempunyai arti menciptakan (dari tiada) menciptakan tanpa suatu (contoh
terlebih dahulu) mengukur, memperhalus dan lainya. Kata ini biasanya di beri penekanan
tentang kehebatan Allah swt. Kata ini memberikan tekanan tentang kehebatan Allah dalam
ciptaan-Nya. Objek kata ini tidak di sebutkan sehigga objeknya bersifat umum dengan demikian
Allah adalah pencipta suatu makhluk.39 Dengan demikin Allah swt. menurunkan wahyu pertama
dengan inti dari ajaran islam yakni tauhid . mulai dari yang pertama yakni Allah mengisyaratkan
Pendidikan Tauhid, kemudian mengajarkan ilmu Pendidikan kepada manusia, dan setelah
memperoleh ilmu Allah melarang manusi abersikap angkuh , maka tampak jelas sejak dini Allah
menginginkan internalisasi Pendidikan akhlak kedalam diri umat manusia40

35
Ibid., 465
36
Ibid., 464
37
Muhammad Nasib Ar-Rifa`I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4, hal 771
38
Shihab., Op.Cit, hal 457
39
Ibid., 457-458
40
Ar-Rifa`I, Op,Cit., 771

12
5. Pendidikan Intelektual

Kaitanya dengan surat Al-Alaq adalah bahwa Allah menciptakan manusia sebgai
makhluk yang sepurna , yang di beri potensi yang luar biasa yaitu berupa akal. Allah menyuruh
manusia menggunakan akalnya pada ayat pertama surat Al-Alaq untuk menguraikan akal
pikiranya untuk membaca melalu proses iqra`. Apabila di tafsiri kata Iqra` ini sangat luas
sehingga di pahami dalam kandunganya proses dasar Pendidikan manusia dengan menggunakan
akalnya (intelektual) sendiri. Tujuan Pendidikan akal mengarahkan manusia sebagi individu
untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya yang mampu memberikan pencerahan diri.
Pendidikan membantu tercapainya tujuan akal dan pengembangan intelektual seharusnya di ikuti
dengan bukti yang relevan sesuai yang di pelajari, yaitu menjelaskan berbagai fakta dari ayat-
ayat Allah memberi kesaksian padanya.41

Kesimpulan

Pendidikan islam ajaran pertama islam sangatlah penting terlihat dari bukti bahwa
kemunculan islam di tandai dengan pengajaran dan Pendidikan sebagai fondasi utama setelah
iman, islam dan ihsan. menurutnya penididikan islam adalah Pendidikan yang ideal yang didasari
dengan prinsip demokrasi pada Pendidikan dengan tujuan membentuk akhlak mulia pada setiap
insan. Pendidikan sangat memperhatikan segala aspek dalam rangka mengarahkan pemikiran
manusia untuk selalu belajar, memahami dan memperhatikan keadaan sosial masyarakat.

Penafsiran Qurais Shihab surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 terdapat lima nilai tentang
Pendidikan yang ertama, yaitu nilai Pendidikan Membaca dalam surat Al-Alaq di ulang dua kali
karena dalam membaca di butuhkan berulang kali agar kita bisa memahaminya. Dengan
demikian membaca dalam kehidupan sangatlah penting untuk memajukan Pendidikan. yang ke
dua yaitu nilai keilmuan yang terdapat pada ayat dua tentang penciptaan manusia dari segumpal
darah. yang ketiga yaitu nilai Pendidikan menulis Menulis adalah hal yang sangat penting dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. yang keempat yaitu nilai Pendidikan ilahiayah dan yang
keliam yaitu nilai intelektual.

41
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, hal 152-259

13
Daftar pustaka

Alam, L. (2016). Nilai-Nilai Pendidikan Islam . Jurnal Pendidikan Islam VoL. 1 No. 2 Januari .
Al-Ustmani, M. b. (2007). Ringkasan Tafsir Ibu Kastir Jilid 4. Jakarta: cv thoha Putra.
Ar-Rifa`I, N. M. (2012). Tafsir Juz amma Terj. Bahru Abu Bakar. Jakarta: Gema Isnani.
Az-Zuhaili, W. (2014). Tafsir Munir Jilid 14 ( Juz 20-30). Jakarta: Gema Insani.
Hidayat, T. (2018). Pendidikan Dalam Perpektif Islam dan Perananya Dalam Membina
Kepribadian Islami. Jurnal MUDARRISUNAH, Vol. 8 No. 2 Juli-Desembe.
Iqbal, M. (2010). Metode Penafsiran Quraish Shihab. Jurnal TSAQAFAH, Vol. 6, No. 2 Oktober.
Mahmudi. (2019). Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Dalam Tinjauan
Epistemologi, Isi dan Materi. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 2 No. 1 Mei.
Nur, A. (2012). Quraish Shihab dan Rasionalis Tafsir. Jurnal Ushuluddin, Vol. XVII No. 1
Januari.
Shihab, M. Q. (2002). Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan.
Shihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Subhan, F. (2013). Konsep Pendidikan Islam Masa Kini. Jurnal Pendidikan Agama islam, Vol.
02 No. 02 November.
Sutrisno. (2006). Pendidikan Islam yang Menghidupkan ( Studi Kritis Terhadap Pemikiran
Fazlur Rahman). Yogyakarta: Kota Kemabang.
Syah, M. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wartini, A. (2014). Corak Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah. Hunafa :
Juranal Studi Islamika, Vol. 11 No. 1 Juni .

14
15

Anda mungkin juga menyukai