Fungsi dari expansion joint adalah untuk mengakomodasi gerakan yang terjadi
pada bagian superstruktur jembatan. Gerakan ini berasal dari beban hidup,
perubahan suhu, dan sifat fisik dari pembentuk jembatan (Transportation
Research Board, 2003).
a. Butt Joint
Butt joint adalah joint yg menggunakan besi berbentuk siku untuk
melindungi tepi beton dari kerusakan akibat kendaraan yang melintas.
II-1
II-2
Butt Joint dibuat dari besi siku yang disebut armor untuk melindungi
bagian tepi beton dan dipasangkan pada beton menggunakan stud atau
baut.
Di Negara barat Butt Joint tidak digunakan lagi karena tidak kedap air.
Tapi di Indonesia sendiri masih digunakan untuk jembatan-jembatan
pendek.
b. Finger Joint
Finger Joint bisa mengakomodasi movement mulai dari 75 mm. Finger
Joint terbuat dari baja dan berbentuk seperti 2 sisir yang saling
mengikat.
II-3
Karena Finger Joint termasuk dalam jenis Joint terbuka, maka diberi
drainase di bawah joint.
movement yang terjadi pada jembatan. NCOJ adalah produk dari SHO-
BOND.
Sumber: http://www.hibondconstruction.com/expansion.html
d. Modular Joint
Modular Joint berbentuk sepeti gabungan dari dua atau lebih Strip Seal
Joint untuk mengakomodasi movement yang sangat besar.
Sedangkan untuk New Cut Off Joint dan Asphaltic Plug Joint berbeda dalam
pengerjaan pemasangannya.
II-9
2.3.1.1 Bahan
a. SBR Mortar
SBR Mortar adalah perpaduan antara semen portland dan bubuk
serat yang kuat yang dicampur dengan cairan styrene butadiene
latex.
b. SHO-BOND #301
Produk SHO-BOND yang digunakan sebagai pengikat atau lem.
c. F.R.P
F.R.P atau Fiber Reinforced Powder digunakan sebagai lapisan
atas.
2.3.1.2 Alat
a. Cutter
Digunakan untuk memotong aspal atau beton pada bagian yang
akan dipasang joint.
II-10
b. Gabus (Styrofoam)
Digunakan sebagai penyekat saat pemasangan mortar.
2. Pemasangan Mortar
Oleskan SHO-BOND #301 ke permukaan yang akan dipasang
mortar. Styrofoam diletakan didalam bukaan aspal, lalu mortar
yang sudah dicampur dituang kedalam bukaan. Lalu mortar
diratakan dan dibiarkan mengering.
II-11
3. Pemasangan F.R.P
F.R.P diaplikasikan di atas mortar, lalu diratakan dan dibiarkan
sampai setting.
2.3.2.1 Bahan
a. Asphaltic Binder
Binder adalah bahan yang merupakan campuran bitumen,
polymer, filler dan surface active agent, atau dari aspal yang
ditambah beberapa persen bahan (aditif) hingga mempunyai sifat
karakteristik tertentu dan nilai penetrasi dibawah 60.
Metode
Jenis Pengujian Pengujian Persyaratan
Penetrasi pada 25°C, 100g SNI 06-2456-91 Maksimum 20 dmm
5 detik (0,1 mm)
Penetrasi pada 60°C, 100g SNI 06-2456-91 20 - 40 dmm
5 detik (0,1 mm)
Penurunan berat (TFOT) @
45°C SNI 06-2440-91 Maksimum 1%
5 jam (%) terhadap berat awal
Titik Lembek (°C) R & B SNI 06-2434-91 120 -130
Berat Jenis pada 25°C SNI 06-2441-91 1.45 ± 0,05
SNI 06-2433-
Titik Nyala (COC) °C 1991 >260
Temp. Pelaksanaan °C SNI 06-2433-91 180 - 200
Temp. Pemanasan °C SNI 06-2433-91 Maksimum 220
Sumber: Pelaksanaan Pemasangan Siar Muai Jenis Asphaltic Plug Untuk Jembatan,
Pd T-13-2005-B
Persyaratan lain:
1. Kedap air.
2. Elastis dan fleksibel.
3. Tidak mencair pada suhu pelayanan.
4. Encer pada tempratur aplikasi.
5. Mudah dan cepat dalam pemasangan.
6. Curing time singkat.
b. Agregat
Agregat yang digunakan mempunyai kekerasan setara basalt,
gritstone, gabbro atau kelompok granit. Agregat bebentuk kubus
dengan ukuran antara 14, 20, dan 28 mm.
Metode
Uraian Pengujian Persyaratan
SNI 03-1968-
Ukuran butir maksimum 1990 # 14 - 20 - 28 mm
SNI 03-1969-
Berat Jenis pada 25°C 1990 2.000 kg/cm³
Impact (Aggregate Impact SNI 03-4426-
Value) 1997 16%
SNI 03-2417-
Abrasi dengan mesin LA 1991 6%
(Aggregate Abrasion Value)
Crushing (Aggregate Crushing BS 82 14%
Value)
Polish Stone Value BS 82 ≥ 62
Flakiness BS 812 < 25%
Shape and size index BS 594 < 60%
Sumber: Pelaksanaan Pemasangan Siar Muai Jenis Asphaltic Plug Untuk Jembatan,
Pd T-13-2005-B
II-16
2.3.2.2 Alat
a. Alat Preheater & Kompresor
Alat Preheater adalah alat untuk mencairkan binder dengan sistim
pemanasan tidak langsung (indirect heating) menggunakan “oil
jacketing” dilengkapi dengan thermostat (alat pengontrol suhu),
II-17
b. Belle Mixer
Belle Mixer dengan kapasitas 90 hingga 150 liter tanpa lubang
yang berfungsi untuk mengaduk campuran bahan pengikat dengan
agregat.
c. Barrow Mixer
Barrow Mixer adalah alat untuk memanaskan agregat, lubang-
lubang yang ada pada mixer tersebut diperuntukan untuk
membuang debu-debu yang menempel pada agregat.
II-18
e. Cutter
Alat cutter digunakan untuk memotong aspal dan pelat lantai
beton.
f. Jack Hammer
Digunakan untuk membongkar aspal dan beton yang akan diberi
expansion joint.
3. Pembersihan
Kebersihan pada permukaan sangat-sangat diutamakan dengan
menyemburkan udara bertekanan tinggi.
4. Penyetelan Pelat
Setelah itu dilakukan penyetelan pemasangan pelat pada celah,
pelat harus bertumpu pada permukaan yang rata sehingga pada
saat pelat diletakan tidak ada gerakan, untuk mencapai hal tersebut
maka bagian yang tidak rata harus digerinda sampai rata.
6. Pemasangan Tambang
Sebelum dituang binder pada permukaan yang terlihat, tambang
dipasang pada celah beton untuk menyumbat sehingga binder
tidak tembus sampai kebawah jembatan.
9. Pemanasan Agregat
Persiapan agregat dengan memanaskannya sampai dengan suhu
minimum 150C dengan menggunakan Hot Compress Air Lance,
tapi tidak boleh lebih dari 190C.
13. Pemadatan
Lapisan kedua tersebut harus dipadatkan sampai rata dengan
permukaan jalan.
14. Finishing
Lapisan penutup dengan binder pada permukaan yang sudah
dipadatkan, lapisan tersebut merupakan lapisan tipis sebagai bahan
kedap air.