Anda di halaman 1dari 8

ZOONOSIS DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

(KASUS SUMATERA UTARA)

Khairiyah

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Jalan Jenderal A.H. Nasution No. 1B, Kotak Pos 7 MDGJ Medan 20143
Telp. (061) 7870710, Faks. (061) 7861020, E-mail: bptp_sumut@litbang.deptan.go.id, antros_ria@yahoo.com

Diajukan: 11 Juni 2009; Diterima: 13 Mei 2011

ABSTRAK
Dalam beberapa tahun terakhir muncul penyakit zoonosis yang menyebabkan kematian pada manusia. Penyakit
ini menular secara alamiah dari hewan ke manusia. Untuk mengantisipasi merebaknya wabah zoonosis diperlukan
pemahaman secara menyeluruh mengenai penyakit atau infeksi tersebut. Tulisan ini menyajikan gambaran umum
zoonosis di Sumatera Utara dan upaya pencegahannya. Berdasarkan agens penyebabnya, zoonosis digolongkan
menjadi zoonosis yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, dan yang disebabkan oleh jamur. Kejadian zoonosis
yang pernah ditemukan di Sumatera Utara adalah toksoplasmosis, bruselosis, flu burung, tuberkulosis, rabies, dan
skabies. Salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit zoonosis adalah dengan meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap penyakit-penyakit zoonosis strategis melalui sosialisasi.
Kata kunci: Zoonosis, pencegahan penyakit, Sumatera Utara

ABSTRACT
Zoonosis and its prevention efforts (the case of North Sumatra)

Zoonosis disease has emerged in the last few years that threaten human health. The disease transmits naturally
from animal to human being. To anticipate the spread of the disease, it needs a comprehensive understanding on
the pandemic disease infection. This article reviewed description of infectious or zoonosis disease, its infection
process from animal to human and incidences in North Sumatra, and its prevention efforts. Based on the infection
agents, zoonosis disease can be caused by bacteria, viruses, parasites, and fungi. Zoonosis incidences that have been
reported in North Sumatra were toxoplasmosis, brucellosis, avian influenza, tuberculosis, rabies, and scabies. Effort
to socialize the pandemic zoonosis had important role in preventing infection and distribution of the disease.
Keywords: Zoonosis, disease prevention, North Sumatra

Z oonosis adalah penyakit atau infeksi


yang ditularkan secara alamiah di
antara hewan vertebrata dan manusia.
hewan ke manusia atau bersifat zoonotik,
dan dari 1.415 mikroorganisme patogen
pada manusia, 61,6% bersumber dari
saat ini sedang berjangkit di beberapa
daerah di Indonesia.
Berdasarkan hewan penularnya, zo-
Peternakan di Indonesia rentan terhadap hewan (Widodo 2008). onosis dibedakan menjadi zoonosis yang
berbagai penyakit, termasuk zoonosis. Zoonosis dapat ditularkan dari hewan berasal dari satwa liar, zoonosis dari
Dengan demikian, zoonosis merupakan ke manusia melalui beberapa cara, yaitu hewan yang tidak dipelihara tetapi ada di
ancaman baru bagi kesehatan manu- kontak langsung dengan hewan peng- sekitar rumah, seperti tikus yang dapat
sia. idap zoonosis dan kontak tidak langsung menularkan leptospirosis, dan zoonosis
Berkembangnya zoonosis dalam bebe- melalui vektor atau mengonsumsi pangan dari hewan yang dipelihara manusia.
rapa tahun terakhir menjadi tanda ber- yang berasal dari ternak sakit, atau melalui Wabah zoonosis banyak menelan korban
tambahnya ancaman penyakit yang me- aerosol di udara ketika seseorang berada jiwa, seperti di Malaysia. Lebih dari 80
matikan bagi manusia yang ditularkan oleh pada lingkungan yang tercemar (Suhar- orang meninggal dunia diduga akibat
hewan. Sampai saat ini, terdapat tidak sono 2002; Nicholas dan Smith 2003). penyakit yang berasal dari babi, yang
kurang dari 300 penyakit hewan yang Penyakit yang diderita ternak selama ditandai dengan peradangan otak (en-
dapat menulari manusia. Dalam 20 tahun pemeliharaan dapat menular ke manusia sefalitis) yang ditularkan oleh nyamuk.
terakhir, 75% penyakit baru pada manusia melalui konsumsi bahan pangan asal ter- WHO juga mencatat terdapat 310 ka-
terjadi akibat perpindahan patogen dari nak tersebut. Berbagai penyakit ternak sus avian influenza (AI) atau flu burung

Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011 117


dengan 189 kematian pada manusia. zoonosis yang disebabkan oleh bakteri, Masa inkubasi bruselosis pada manu-
Wabah flu babi juga telah melanda virus, parasit, atau yang disebabkan oleh sia berkisar antara 12 bulan, kemudian
Amerika Serikat dan Meksiko dengan jamur. penyakit dapat bersifat akut atau kronis.
korban meninggal di Meksiko 68 orang, Bruselosis akut ditandai dengan gejala
20 orang positif flu babi, dan 1.004 orang klinis berupa demam undulant secara
dinyatakan terinfeksi (Wahyudi 2009). Zoonosis yang Disebabkan berselang, berkeringat, kedinginan, ba-
Dalam rangka mengantisipasi mere- oleh Bakteri tuk, sesak napas, turun berat badan, sakit
baknya penyakit yang ditularkan hewan kepala, depresi, kelelahan, artalgia, mial-
ke manusia, diperlukan pemahaman yang Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh gia, orkhitis pada laki-laki, dan abortus
menyeluruh tentang penyakit-penyakit bakteri, hewan penyebarnya, dan cara spontan pada wanita hamil.
zoonosis strategis. Tulisan ini bertujuan penularannya disajikan pada Tabel 1. Bruselosis menular ke manusia mela-
untuk memberi gambaran umum tentang lui konsumsi susu dan produk susu yang
penyakit infeksi yang ditularkan oleh tidak dipasteurisasi, atau kontak lang-
hewan ke manusia (zoonosis) dan keja- Tuberkulosis (TBC) sung dengan bahan yang terinfeksi,
diannya di Sumatera Utara, yang meliputi seperti darah, urine, cairan kelahiran,
toksoplasmosis, bruselosis, flu burung, Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh selaput tetus, dan cairan vagina. Daging
tuberkulosis, rabies, dan skabies, serta bakteri Mycobacterium tuberculosis. mentah dan sumsum tulang juga dapat
usaha pencegahannya. Bakteri ini berbentuk batang dengan pan- menularkan bakteri Brucella ke manu-
jang 14 m. Spesies yang dapat menim- sia, selain melalui aerosol, kontaminasi
bulkan infeksi pada manusia adalah M. kulit yang luka, dan membran mukosa,
bovis dan M. kansasi. Gejala yang di- yang biasanya terjadi pada pekerja rumah
PENGGOLONGAN timbulkan berupa gangguan pernapasan, potong hewan dan peternak. Wanita ha-
ZOONOSIS batuk berdarah, badan menjadi kurus dan mil yang terinfeksi bruselosis dapat
lemah. Bakteri ini berpindah dari saluran menularkan kuman Brucella ke janin
Zoonosis mencakup berbagai penyakit pernapasan melalui percikan dahak, melalui plasenta sehingga mengakibat-
menular yang secara biologis berbeda bersin, tertawa atau berbicara, kontak kan abortus spontan dan kematian fetus
satu dengan lainnya. Banyaknya penyakit langsung, atau dari bahan pangan dan air intrauterine pada kehamilan trimester
yang dapat digolongkan sebagai zoono- minum yang tercemar. pertama dan kedua (Gholami 2000).
sis dikarenakan adanya perbedaan yang Penularan di antara hewan terjadi akibat
kompleks di antara penyakit tersebut. perkawinan alami, kontak dengan janin
Penyakit zoonosis dapat dibedakan Bruselosis yang terinfeksi, dan cairan janin.
antara lain berdasarkan penularannya,
reservoir utamanya, asal hewan penye- Bruselosis disebabkan oleh bakteri Bru-
barnya, dan agens penyebabnya (Suhar- cella, yaitu bakteri berbentuk batang dan Salmonelosis
sono 2002; Soejodono 2004; Murdiati bersifat gram negatif. Strain Brucella
dan Sendow 2006). Berdasarkan agens yang menginfeksi manusia yaitu B. abor- Penyebab salmonelosis adalah bakteri
penyebabnya, zoonosis dibedakan atas tus, B. melitensis, B. suis, dan B. canis. Salmonella serovar typhi. Bakteri ini

Tabel 1. Ternak yang terinfeksi zoonosis yang disebabkan oleh bakteri.

Nama penyakit Bakteri penyebab Hewan yang dapat terinfeksi Cara penularan
zoonosis

Tuberkulosis Mycobacterium tuberculosis Sapi, kambing, hewan liar Melalui saluran pencernaan,
M. bovis, M. kansasi pernapasan penderita
Bruselosis Brucella abortus, Sapi, kerbau, domba, Melalui susu, daging mentah,
B. melitensis, B. suis, kambing, kuda aerosol
B. canis
Salmonelosis Salmonella sp., S. typhi Sapi, unggas, kucing, kuda Melalui daging, susu, telur
Antraks Bacillus anthracis Ruminansia Melalui makanan, pernapasan,
dan kontak kulit penderita
Q. fever Coxiella burnetii Semua hewan (liar, peliharaan, Kontak langsung dengan sumber
ternak ruminansia) penularan, partikel debu, urine, feses,
susu, transfusi darah, luka pada kulit
Leptospirosis Leptospira sp. Sapi, anjing, tikus Melalui air seni, kulit yang terluka

Sumber: Purnomo (1992); Budi (1996); Harjoutomo dan Poerwadikarta (1996); Widarso dan Wilfried (2002); Wardana (2006); Setiono (2007).

118 Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011


berkembang biak dalam makanan yang adalah mamalia, burung, dan anthropoda, mukosa. Pada hewan, Leptospira menye-
terbuat dari daging, susu, atau telur da- khususnya caplak. Caplak dapat menjadi babkan ikteus (kekuningan) ringan sampai
lam kondisi suhu dan kelembapan yang perantara pada hewan, tetapi tidak pada berat dan anemia, hepar membesar dan
cocok sehingga menimbulkan sakit bila manusia (Maurin dan Raoult 1999). Selain mudah rusak, serta ginjal membengkak.
dikonsumsi manusia (Purnomo 1992). hewan peliharaan anjing dan kucing, tikus Pada manusia terjadi hepatomegali de-
Gejala yang ditimbulkan setelah infeksi juga merupakan hewan perantara yang ngan degenerasi hepar serta nefritis
adalah demam, diare disertai lendir, potensial dalam penularan ke manusia. anemia, ikteus hemolitik, meningitis, dan
kadang berdarah. Hewan yang terkena Hewan mamalia yang terinfeksi umumnya pneumonia (Widarso dan Wilfried 2002 ).
salmonela tidak boleh dipotong. akan mengeluarkan bakteri pada urine,
feses, susu, dan plasenta dari fetus yang
dilahirkan (Baca dan Paretsky 1983). Pada Zoonosis yang Disebabkan
Antraks oleh Virus
manusia, penularannya dapat terjadi
Penyebab antraks adalah bakteri Bacillus melalui transfusi darah maupun luka pada
kulit. Zoonosis yang disebabkan oleh virus,
anthracis. Bakteri ini berbentuk batang
Gejala klinis Q. fever pada hewan hewan penyebarnya, dan cara penularan-
dan termasuk kelompok gram positif dan
umumnya bersifat subklinis, sering ditan- nya disajikan pada Tabel 2.
bersifat patogenik. Di alam, bakteri mem-
bentuk spora yang sulit dimusnahkan dan dai dengan penurunan nafsu makan dan
dapat bertahan hingga puluhan tahun di gangguan pernapasan dan reproduksi,
berupa abortus. Gejala klinis pada manusia Flu Burung
dalam tanah sehingga bisa menjadi sum-
ber penularan pada hewan dan manusia. yaitu demam mirip gejala influenza dan
sering kali diikuti dengan radang paru. Flu burung (AI) adalah penyakit menular
Penyakit antraks atau radang limpa yang disebabkan oleh virus AI jenis
bersifat akut dan dapat menyerang semua Penyakit Q. fever sering kali bersifat me-
nahun dan menimbulkan kondisi yang H5N1. Sumber virus diduga berasal dari
hewan berdarah panas dan manusia. Pe- migrasi burung dan transportasi unggas
nyakit antraks dapat menular ke manusia, fatal, yaitu kegagalan fungsi hati, radang
tulang, radang otak, gangguan pembuluh yang terinfeksi. Virus menular melalui
terutama para pekerja yang berhubungan cairan/lendir yang berasal dari hidung,
atau berdekatan dengan ternak. Serangan darah, dan peradangan jantung (endo-
karditis), yang berakibat pada kematian mulut, mata (konjuntiva), dan kotoran
antraks pada manusia umumnya terma- (feses) dari unggas yang sakit ke ling-
nifestasi pada kulit, berupa ulkus borok (Rice dan Madico 2005; Setiono 2007).
kungan; kontak langsung d engan
yang sulit sembuh. Ada pula penderita ternak sakit; melalui aerosol (udara)
yang mengalami gangguan pencernaan
Leptospirosis berupa percikan cairan/lendir dan mun-
berupa diare (Harjoutomo dan Poerwa- tahan cairan/lendir, air, dan peralatan
dikarta 1996). yang terkontaminasi virus AI.
Penyebab leptospirosis adalah bakteri
Pada manusia dikenal tiga bentuk pe- Virus tahan hidup dalam air selama 4
Leptospira sp. yang berbentuk spiral dan
nyakit antraks berdasarkan cara penu- hari pada suhu 22°C dan 30 hari pada 0°C.
mempunyai 170 serotipe. Sebagian nama
larannya, yaitu: 1) melalui kulit atau kon- Virus mati dengan desinfektan amonium
serotipe diambil dari nama penderita,
tak langsung dengan bakteri antraks, kuatener, formalin 2,5%, iodoform
misalnya L. pomona, L. harjo, L. earick.
terutama pada kulit yang terluka, 2) mela- kompleks (iodin), senyawa fenol, dan
Leptospira dikeluarkan melalui air seni
lui inhalasi, yaitu terisapnya spora antraks natrium/kalium hipoklorit. Pada kandang
reservoir utama, seperti sapi, anjing, dan
sebagai aerosol, dan 3) melalui intestinal ayam, virus AI tahan hingga 2 minggu
tikus yang kemudian mencemari ling-
atau usus yang terjadi karena penularan setelah pemusnahan ayam. Virus berada
kungan terutama air. Manusia tertular
secara oral melalui konsumsi daging pada feses yang basah dan bertahan se-
leptospira melalui kontak langsung de-
mentah atau daging yang mengandung lama 32 hari.
ngan hewan atau lingkungan yang ter-
antraks yang dimasak kurang matang. Gejala klinis flu burung pada unggas
cemar.
Hewan yang dicurigai terserang an- yaitu jengger, pial, dan kulit perut yang
Leptospira masuk ke dalam tubuh
traks dilarang untuk dibuka karkas atau tidak ditumbuhi bulu berwarna biru ke-
melalui kulit yang lecet, luka atau selaput
bangkainya, bahkan untuk alasan pe-
meriksaan. Hewan yang terkena antraks
dilarang untuk dipotong.

Q. fever
Penyebab Q. fever adalah bakteri Coxi-
ella burnetii. Q. fever dapat menular
melalui kontak langsung dengan sum-
ber penular yang terinfeksi, juga parti-
kel debu yang terkontaminasi agens
penyebab.
Beberapa vektor yang sangat berperan
dalam penyebaran penyakit Q. fever Gambar 1. Bakteri Leptospira (Wikipedia 2009 bahasa Indonesia).

Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011 119


aktivitas simpatik meninggi dengan ge-
Tabel 2. Jenis penyakit zoonosis disebabkan oleh virus. jala hiperhidrosis (keluar banyak air
liur), hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan
Virus Hewan yang dilatasi pupil, dan 3) hidrofobia. Sekali
Nama penyakit Cara penularan
penyebab dapat terinfeksi gejala klinis timbul biasanya diakhiri
dengan kematian.
Flu burung H5N1 Ayam, burung, Melalui aerosol, percikan
itik, babi cairan dan lendir dari
Masa inkubasi pada manusia bervari-
hewan yang sakit asi dari beberapa hari sampai bertahun-
tahun, bergantung pada jauh dekatnya
Flu babi H3N1 subtipe Babi Melalui kontak langsung
H1N1,H1N2, atau menghirup partikel
tempat gigitan dengan otak. Makin dekat
H3NI, H3N2 kecil di udara yang tempat gigitan dengan otak, masa inku-
mengandung virus basinya semakin cepat (Bell et al. 1988).
Rabies Rhabdoviridae (F), Kelelawar, semua Melalui gigitan anjing,
Bila infeksi pada manusia telah memper-
Lyssa virus (G) hewan berdarah kucing, kelinci, marmut lihatkan gejala klinis, umumnya akan
panas berakhir dengan kematian. Untuk men-
cegah infeksi rabies pada suatu daerah,
Sumber: Bell et al. (1988); Mathari (2009). perlu dilakukan penangkapan dan vaksi-
nasi anjing liar serta anjing peliharaan.

Zoonosis yang Disebabkan


unguan (sianosis), borok pada kaki, batuk, pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan, oleh Parasit
kadang-kadang terdapat cairan dari mata penurunan nafsu makan dan mungkin
dan hidung, pembengkakan pada muka diikuti mual, muntah, dan diare. Gejala Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
dan kepala, pendarahan di bawah kulit klinis masa inkubasi 13 hari. Gejala klinis parasit, hewan penyebarnya, dan cara
(subkutan), pendarahan titik (ptechie) yang utama terbatas pada saluran perna- penularannya dapat dilihat pada Tabel
pada daerah dada, kaki dan telapak kaki, pasan, dan mendadak timbul pada sebagi- 3.
batuk, bersin, ngorok, diare, dan akhirnya an besar babi dalam kelompok. Babi yang
menyebabkan kematian. Gejala klinis pada terinfeksi tidak mampu berjalan bebas dan
manusia ditandai dengan demam suhu cenderung bergerombol, terjadi radang Toksoplasmosis
38°C, batuk, nyeri tenggorokan, radang hidung, pengeluaran ingus, bersin-bersin,
Toksoplasmosis disebabkan oleh parasit
saluran pernapasan atas, pneumonia, dan konjungtiva. Babi yang terinfeksi
protozoa bersel tunggal yang dikenal
infeksi mata, dan nyeri otot. Masa inku- menderita batuk paroksismal (serangan
dengan nama Toxoplasma gondii.
basi pada unggas berlangsung 1 minggu, batuk yang berselang) disertai punggung
Penyakit menimbulkan ensefalitis (pera-
sedangkan pada manusia 13 hari setelah melengkung, pernapasan cepat, sesak,
dangan pada otak) yang serius serta
timbul gejala sampai 21 hari. apatis, anoreksia, rebah, tengkurap, dan
kematian, keguguran, dan cacat bawaan
suhu tubuh meningkat 41,5°C. Setelah
pada janin/bayi.
36 hari, babi biasanya sembuh, makan
T. gondii dapat dibedakan dalam tiga
Flu babi (swine flu) secara normal setelah 7 hari. Babi yang
bentuk, yaitu trofozoit, kista, dan oosit dan
sakit diusahakan tetap hangat dan tidak
dapat menular pada berbagai jenis hewan.
Penyebab flu babi adalah virus H3N1, menderita cekaman. Penyakit ini tidak
Walaupun inang definitifnya sebangsa
termasuk virus influenza tipe A subtipe berbahaya dan komplikasi sangat kecil
kucing dan hewan dari famili Felidae,
H1N1, H1N2, H3N1, H3N2, yang meru- serta tingkat kematian kurang dari 1%,
semua hewan berdarah panas dan mamalia
pakan satu genus dengan virus flu tetapi babi yang menderita bronkopneu-
seperti anjing, sapi, kambing, dan burung
burung H5N1. Influenza babi biasanya monia dapat berakhir dengan kematian
juga berperan dalam melanjutkan siklus T.
muncul ketika babi yang berasal dari (Mathari 2009).
gondii.
kawasan terinfeksi dimasukkan ke Sumber infeksi utama adalah ookista
kawasan yang peka. Penyakit ini sering Rabies parasit yang menginfeksi kucing dan kista
muncul secara bersamaan pada bebe- yang terdapat dalam babi atau kambing.
rapa peternakan di suatu daerah dan Rabies (penyakit anjing gila) adalah pe- Untuk dapat menginfeksi kucing, hewan
menyebabkan terjadinya wabah. Virus nyakit infeksi yang menyerang susunan lain atau manusia, ookista harus meng-
keluar melalui ingus dan menular dari syaraf pusat, terutama menular melalui alami sporulasi sehingga menjadi infektif
babi ke babi lain melalui kontak langsung gigitan anjing dan kucing. Penyakit ini sebagai sumber penularan lain. Selain
atau mengirup partikel-partikel kecil da- bersifat zoonosik, disebabkan oleh virus melalui ookista infektif, individu dapat
lam air yang mengandung virus. Virus Lyssa dari famili Rhabdoviridae. terserang toksoplasma melalui bahan
influenza babi dapat menginfeksi manu- Infeksi pada manusia biasanya bersi- pangan yang terkontaminasi ookista
sia, terutama yang kontak atau dekat fat fatal (mengakibatkan kematian). Gejala infektif serta daging atau telur yang
dengan babi, seperti jagal dan peternak. dan tanda klinis utama meliputi: 1) nyeri mengandung tachizoid atau bradizoit
Gejala utama flu babi mirip gejala dan panas (demam) disertai kesemutan (bentuk lain toksoplasma). Pada manusia,
influenza pada umumnya, seperti demam, pada bekas luka gigitan, 2) tonus otot penularannya dapat melalui makanan,

120 Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011


Tabel 3. Zoonosis yang disebabkan oleh parasit.

Zoonosis parasit Parasit penyebab Hewan yang dapat terinfeksi Cara penularan

Toksoplasmosis Toxoplasma gondii Kucing, kambing, babi, unggas, Melalui makanan yang tercemar, vektor
berbagai jenis hewan lainnya lalat/kecoa, serta melalui tangan

Taeniasis Taenia solium, T. saginata Babi, sapi Melalui makanan yang tercemar

Skabiosis/skabies Sarcoptes scabiei Kambing, domba, kerbau, Kontak dengan penderita


sapi, kuda, babi, anjing,
unta, dan hewan liar lainnya
Filariasis Filaria wucherina Anjing, kucing, monyet Melalui gigitan nyamuk
bancrofti
Myasis Chrysomya bezziana, Sapi, kerbau, kambing, Melalui infestasi larva C. bezziana
Strongyloides sp. domba, harimau, rusa, pada luka
S. scabiei badak, dan unta

Sumber: Brown (1979); Syariffauzi (2009).

minuman, tangan yang kotor, dan peralat- tum korneum dan lusidum) sehingga panas dan disetrika. Seprai diganti mak-
an yang tercemar telur toksoplasma menyebabkan gatal-gatal, rambut rontok, simal tiap tiga hari. Benda-benda yang
maupun kistanya. Apabila kista berada dan kulit rusak (Urquhart et al. 1989). tidak dapat dicuci dengan air, seperti
di otak akan menunjukkan gejala epi- Kudis (S. scabiei) dapat terjadi pada bantal dan guling dijemur di bawah sinar
lepsi dan bila berada di retina akan hewan berdarah panas, seperti kambing, matahari sambil dibalik 20 menit sekali.
menimbulkan kebutaan (Hiswani 2010). domba, kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, Kebersihan tubuh dan lingkungan, ter-
unta, marmot, kelinci, kucing, dan hewan masuk sanitasi dan pola hidup sehat akan
liar (Arlian 1989). mempercepat penyembuhan dan memutus
Taeniasis
Gejala klinis pada hewan yaitu gatal- siklus hidup S. scabiei (Wendel dan
gatal, hewan menjadi tidak tenang, meng- Rompalo 2002).
Taeniasis ditularkan secara oral karena
gosok-gosokkan tubuhnya ke dinding
memakan daging yang mengandung larva
kandang dan akhirnya timbul peradangan
cacing pita, baik daging babi (Taenia
kulit. Bentuk entrima dan papula akan Filariasis (penyakit kaki gajah)
solium) maupun daging sapi (Taenia
terlihat jelas pada daerah kulit yang tidak
saginata). Dengan kata lain, penularan
ditumbuhi rambut. Apabila tidak diobati Filariasis disebabkan oleh nematoda pa-
taeniasis dapat terjadi karena mengon-
maka akan terjadi penebalan dan pelipatan rasit cacing gelang genus Filaria wuche-
sumsi makanan yang tercemar telur cacing
kulit disertai timbulnya kerak (Walton et rina bancrofti. Cacing hidup dan ber-
pita dan dari kotoran penderita sehingga
al. 2004). Gejala tersebut muncul kira-kira kembang biak dalam darah dan jaringan
terjadi infeksi pada saluran pencernaan
tiga minggu pascainfestasi tungau atau penderita.
(cacing pita dewasa hanya hidup dalam
sejak larva membuat terowongan di dalam Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk
saluran pencernaan manusia).
kulit (Sungkar 1991). yang mengisap darah seseorang yang
Gejala klinis penyakit taeniasis adalah
Gejala klinis pada manusia akibat infes- tertular. Darah yang terinfeksi dan me-
gangguan syaraf, insomia, anoreksia,
tasi tungau berupa rasa gatal yang parah ngandung larva akan ditularkan ke orang
berat badan menurun, sakit perut atau
pada malam hari atau setelah mandi. Rasa lain melalui gigitan. Gejala yang terlihat
gangguan pencernaan. Dapat pula menim-
gatal diduga akibat sensitivitas kulit ter- berupa membesarnya tungkai bawah
bulkan mual, muntah, diare atau sembelit.
hadap eksret dan sekret tungau. Fimiani (kaki) dan kantung zakar (skrotum), ser-
Cacing dapat pula keluar seperti lembar-
et al. (1997) melaporkan S. scabiei mampu ta keluhan sumbatan pada pembuluh
an pita ketika buang air besar (Depkes
memproduksi substan proteolitik dalam limfe (Yusufs 2008).
2010).
terowongan yang dibuatnya untuk akti-
vitas makan dan melekatkan telur pada
Skabiosis (penyakit kudis) terowongan tersebut. Myasis
Pencegahan pada manusia dapat
Skabiosis disebabkan oleh tungau Sar- dilakukan dengan cara menghindari Parasit penyebab myasis adalah Chryso-
coptes scabiei. Tungau menyerang induk kontak langsung dengan penderita dan mya bezziana (Gandahusada et al. 1998).
semangnya dengan cara menginfestasi mencegah penggunaan barang-barang Patogenesis myasis pada hewan dan
kulit kemudian bergerak dengan membuat secara bersama-sama, seperti pakaian. manusia sama. Kejadian myasis pada
terowongan di bawah lapisan kulit (stra- Handuk dianjurkan dicuci dengan air ternak diawali dengan adanya luka gigitan

Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011 121


caplak yang kemudian dihinggapi lalat biasa tumbuh di daerah lembap dan porkan prevalensi toksoplasmosis pada
C. bezziana dan akhirnya bertelur pada hangat. Penyakit kurap biasanya menye- beberapa spesies hewan di Kabupaten
jaringan. Telur menetas menjadi larva dan rang rambut (Tinea ceapitis), kulit (Tinea Deli Serdang, Simalungun, dan Tapanuli
memakan jaringan bekas gigitan lalu corponis), sela jari kaki (Tinea pedis) atau Utara yaitu pada ayam 19,6%, itik 6,1%,
terjadi borok yang penuh dengan larva athlete foot, dan paha (Tinea curis) atau sapi 35,3%, babi 2,7%, kerbau 27,3%,
lalat tersebut. jock itch karena cendawan ini mampu kambing 16,7%, serta pada anjing 10%.
Myasis pada ternak sering ditemukan hidup di bagian tubuh T. ceapitis yang Sudibyo et al. (1991) melaporkan, preva-
di sekitar mata, mulut, vulva, tanduk yang mempunyai zat kitin. Beberapa spesies lensi bruselosis pada sapi potong di
dipotong, luka kastrasi, dan pusar hewan cendawan kelompok dermatofita yang Sumatera Utara berkisar antara 6,661,3%.
yang baru lahir. Awal infeksi terjadi pada sering menyerang anjing dan kucing Pada Agustus 2006, pemusnahan unggas
kulit yang luka, selanjutnya larva bergerak adalah Microsporum canis, Trichophyton yang terjangkit flu burung mencapai
ke jaringan otot dengan cara membuat mentagrophytes, dan Microsporum 50.000 ekor, yaitu di Kabupaten Dairi
terowongan pada jaringan tersebut gypseum. 11.305 ekor, di Desa Tualang 6.778 ekor,
sehingga daerah luka semakin lebar dan Gejala klinisnya berupa cincin me- dan di desa Sisiangkat 4.225 ekor. Ka-
tubuh ternak makin lemah, nafsu makan lingkar pada tempat yang terinfeksi dan bupaten Karo memusnahkan 37.500 ekor
menurun, demam, dan diikuti penurunan kebotakan bulu dan rambut pada bagian unggas. Pada tahun 2007 di Brastagi
produksi susu dan berat badan, bahkan yang terserang dan bagian tubuh yang Kabupaten Karo ada dua orang yang
dapat terjadi anemia (Spradbery 1991; mengandung karatin. Gejala yang ditim- terjangkit flu burung. Pada tahun 2005
Sukarsih et al. 1999). bulkan adalah bercak merah, bernanah, terdapat 67,9% penderita tuberkulosis,
Gejala umum pada manusia antara lain dan bulu rontok, terutama pada kulit 94 kasus rabies, dan 7.754 kasus skabies.
adalah demam, gatal-gatal, sakit kepala, bagian muka, leher, dan punggung. Penu- Hasil penelitian Cross pada tahun 1975
vertigo, eritrema, radang, dan pendarahan larannya melalui kontak langsung. Jamur menunjukkan, frekuensi toksoplasmosis
yang memicu terjadinya infeksi sekunder yang berhasil melekat pada kulit menye- di Sumatera Utara sekitar 9% (Hiswani
oleh bakteri. Darah penderita myasis akan babkan patologik. Derajat keasaman kulit 2010).
menunjukkan gejala hipereosinofilia juga memengaruhi pertumbuhan jamur.
dan meningkatnya jumlah neutropil Apabila jamur tumbuh pada lapisan kulit
(Humphrey et al. 1980; Ripert 2000; mati bagian dalam (keratin) maka per- UPAYA PENCEGAHAN
Talary et al. 2002). tumbuhannya bersifat mengarah ke dalam PENYAKIT ZOONOSIS
karena toksin yang dihasilkan menye-
babkan jaringannya hidup. Epidemis dan Upaya untuk mencegah penularan pe-
Zoonosis yang Disebabkan dermis yang kaya pembuluh darah ber- nyakit zoonosis pada manusia meliputi:
oleh Jamur usaha melawan alergen yang berbentuk
• Mengendalikan zoonosis pada hewan
toksin tersebut sehingga terjadi radang
dengan eradikasi atau eliminasi hewan
Jamur adalah mikroba yang membentuk kulit (Wibowo 2010).
yang positif secara serologis dan
hifa, terdiri atas jenis kapang dan kha- melalui vaksinasi.
mir. Penyakit zoonosis yang disebab-
• Memantau kesehatan ternak dan tata
kan oleh jamur, hewan penyebarnya, dan
cara penularannya disajikan pada Tabel KEJADIAN ZOONOSIS laksana peternakan di tingkat peter-
DI SUMATERA UTARA nak.
4.
• Mensosialisasikan gejala klinis awal
Penyakit zoonosis di dunia mencakup penyakit zoonosis di peternakan atau
Kurap (ringworm/tinea) tidak kurang dari 178 jenis, meliputi 48 rumah potong hewan dan sesegera
penyakit bakterial, 11 penyakit khlamidi- mungkin melaporkan dan mengambil
Penyakit kurap/kadas/ringworm dise- al dan riketsial, 57 penyakit viral, dan 62 tindakan terhadap ternak maupun
babkan oleh cendawan dermatofita yang penyakit parasiter. Iskandar (1999) mela- pekerja yang tertular penyakit.
• Memperketat pengawasan lalu lintas
ternak dengan menerapkan sistem
karantina yang ketat, terutama dari
negara tertular.
Tabel 4. Zoonosis yang disebabkan oleh jamur. • Melarang impor sapi dan produknya,
pakan ternak, hormon, tepung tulang,
Penyakit Jamur penyebab Hewan yang dapat Cara penularan
penyakit terinfeksi dan gelatin yang berasal dari sapi
dari negara yang belum bebas pe-
Kurap (Ringworm) Microsporum canis, Sapi, kambing, Kontak langsung
nyakit menular.
Trichophyton domba, unggas, dengan penderita
mentagrophytes, anjing, kucing, • Menjaga kebersihan kandang dengan
dan Microsporum kuda menyemprotkan desinfektan.
gypseum
• Menggunakan alat pelindung seperti
Sumber: Wibowo (2010). sarung tangan, masker hidung, kaca
mata pelindung, sepatu boot yang

122 Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011


dapat didesinfeksi, dan penutup ke- • Menggunakan sarung tangan bila ber- KESIMPULAN DAN SARAN
pala bila mengurus hewan yang kebun, menghindari feses kucing saat
sakit. menyingkirkan bak pasir yang tidak Zoonosis pada manusia dan hewan meru-
• Menjaga kebersihan dengan mencuci terpakai. pakan kendala dalam usaha peternakan
tangan sebelum mengolah pangan • Memantau nyamuk dan lalat di daerah dan kesehatan manusia. Penyakit ini
setelah memegang daging mentah, endemis dan mengawasi lalu lintas harus mendapat perhatian yang serius
menangani karkas atau mengurus ternak. dari lembaga terkait untuk menekan
ternak. • Jika tergigit anjing atau kucing, segera penyebarannya.
• Memasak dengan benar daging sapi, Beberapa kasus zoonosis di Sumatera
mencuci luka bekas gigitan dengan
daging unggas, dan makanan laut Utara diduga karena tertular ternak atau
sabun di bawah kucuran air mengalir
serta menghindari mengonsumsi hewan kesayangan. Hal ini menuntut
selama 1015 menit agar dinding virus
makanan mentah atau daging yang kerja sama yang sinergis antara dokter
yang terbuat dari lemak rusak oleh
kurang masak. hewan dan dokter manusia, termasuk
sabun.
• Menjaga makanan agar tidak terkonta- melakukan penyuluhan kepada masya-
• Segera ke dokter atau ke rumah sakit
rakat, terutama pada daerah endemis.
minasi hewan piaraan atau serangga. untuk mendapat vaksinasi.

DAFTAR PUSTAKA
Arlian, L.G. 1989. Biology, host relations and Iskandar, T. 1999. Tinjauan tentang toxoplas- potong di Indonesia. Penyakit Hewan XXIII
epidemiology of Sarcoptes scabiei. Ann. mosis pada hewan dan manusia. Wartazoa (41): 1822.
Rev. Entomol. 34: 139161. 8(2): 5863.
Suharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular
Baca, O.G. and D. Paretsky. 1983. Q fever and Mathari, R. 2009. Fakta flu babi. http:// dari Hewan ke Manusia. Penerbit Kanisius,
Coxiella burnettii. A model for host parasite rusdimathari.wordpress.com [21 September Yogyakarta. 180 hlm.
interactions. Microbiol. Rev 47: 127149. 2010].
Sukarsih, S., S. Partoutomo, E. Satria, C.H.
Bell, J.C.S., R. Palmer, and J.M. Payne. 1988. Maurin, M. and D. Raoult. 1999. Q fever. J Clin. Eisemann, dan P. Willadsen. 1999. Pengem-
The Zoonosis Infections Transmitted from Mikrobiol. Rev. 12(4): 518553. bangan vaksin myasis. Deteksi in vitro
Animal to Man. Edward Arnold, London. respons kekebalan protektif antigen protein
Murdiati, T.B. dan I. Sendow. 2006. Zoonosis
peritrophic membrane, pellet, dan super-
Brown, H.W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. yang ditularkan melalui pangan. Wartazoa
nataan larva L1 lalat Chrysomya bezziana
Gramedia, Jakarta. 16(1): 1420.
pada domba. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner
Budi, T.A. 1996. Kesehatan Sapi. Penerbit Nicholas, R. and H. Smith. 2003. Parasite, 4(3): 202208.
Kanisius, Yogyakarta. cryptosporidium, giardia and cyclospora as
Sungkar, S. 1991. Cara pemeriksaan kerokan kulit
foodborne pathogens. p. 453478. In C.W.
Depkes (Departemen Kesehatan). 2010. Petun- untuk menegakkan diagnosis skabies. Maja-
Blackburn and P.J. Macclure (Eds.). Food-
juk Pemberantasan Taeniasis/Sistiserkosis di lah Parasitologi Indonesia. hlm. 6164.
borne Pathogens: Hazards, risk analysis and
Indonesia. Depkes, Jakarta. [22 September control. England. Woodhead Publishing in Syariffauzi. 2009. Protozoa, filariasis. poenya
2010]. Food Science and Technology. syariffauziannor weblog. [22 September
Fimiani, M., C. Mazzatenta, C. Alessandrgini, E. 2010].
Purnomo, S. 1992. Pengendalian penyakit bakte-
Paccagnini, and L. Adreassi. 1997. The rial pada ayam khususnya bidang bakteriologi Talary, S.A., A.Y. Moghadan, and R. Dehghani.
behaviour of Sarcoptes scabiei var hominis hewan. Balai Penelitian Veteriner, Bogor. 2002. Chrysomya bezzina infestation. Arch.
in human skin: An ultrastructural study. Irn. Med. 5(1): 5658.
J. Submicrosc. Cytol. Pathol. 29(1): 105 Rice dan Madico. 2005. Kejadian Q-fever pada
113. ternak di Indonesia. Media komunikasi Urquhart, G.M.J. Armaur, H. Duncan, A.M.
dokter hewan Indonesia.www.vet.indo.com. Doon, and F.W. Jenning. 1989. Veterinary
Gandahusada, S.H., Ilahude, dan W. Pribadi. [22 September 2010]. Parasitology. Longman Scientific and Tech-
1998. Parasitologi Kedokteran, Balai Pener- nical, New York. p. 184187.
bitan FKUI, Indonesia. Jakarta. 217 hlm. Ripert, C. 2000 Reactive hypereossinophilia
in parasitic disease. Rev. Prat. 15(6): 602 Wahyudi, S.D.R.H. 2009. Apa itu flu babi. Situs
Gholami Kh, M.D. 2000. Brucellosis in pregnant 607. Komunitas Dokter Hewan Indonesia Vete-
woman. Shiraz E-Med. J. 3(6): 13B. rinarian Community.www.blogdokter.net/
Setiono, A. 2007. Kejadian Q-fever pada ternak
Harjoutomo, S. dan M.B. Poerwadikarta. 1996 2009/06/27 [28 April 2009].
di Indonesia. Media komunikasi dokter hewan
Kajian retrospektif antraks di daerah en- Indonesia. www.vet.indo.com [22 September Walton, S.F., D.C. Holt. B.J. Currie, and D.J.
demik menggunakan uji Enzyme Linked 2010] Kemp. 2004. Scabies: New future for a
Imunosorbent Assay (ELISA). Jurnal Ilmu neglected disease. Adv. Parasitol. 57: 309
Ternak dan Veteriner 2(2): 127. Soejodono, R.R. 2004. Zoonosis Labora-torium
376.
Kesmavet. Departemen Penyakit Hewan
Hiswani. 2010. Toxoplasmosis penyakit zoonosis dan Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan Wardana, A.H. 2006. Chrysomya bezziana
yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil. http:/ Institute Pertanian Bogor. 241 hlm. penyebab myasis pada hewan dan manusia.
library,USU,ac.id/dowload/fkm//Hiswani 5 Permasalahan dan penanggulangannya. War-
pdf [20 September 2010]. Spradbery. 1991. A Manual for the Diagnosis of tazoa 16(3): 146157.
Screwworm Fly. CSIRO Division of Ento-
Humphrey, J.D., J.P. Spradbery, and R.S. Tozer. Wendel, J. and A. Rompalo. 2002. Scabies and
mology, Canberra, Australia.
1980. Chrysomya bezziana: Pathology of pediculosis pubis. An update of treatment
Old World screw worm fly investation in Sudibyo, A., P. Ronohardjo, B. Pattien, dan Y. regimens and general review. CID 35. (Suppl.
cattle. Exp. Parasitol. 49: 381397. Mukmin. 1991. Status brucellosis pada sapi 2): S146S151.

Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011 123


Wibowo, D. 2010. Waspadai ringworm pada Makalah Simposium Leptospirosis. Badan Wikipedia. 2009. Ensiklopedi Bebas Indonesia.
hewan kesayangan. www.compasiana.com Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Leptospirosis-Mozila firefox. [21 Septem-
[22 September 2010]. ber 2010].
Widodo, A.Y. 2008. Strategi menghadapi abad
Widarso, H.S. dan Wilfried. 2002. Kebijaksanaan zoonosi s. h tt p:// id . wi kepedi a .org/wki / Yusufs. 2008. Pusat informasi penyakit infeksi.
Departemen Kesehatan dalam Penanggu- zoonosis [21 April 2009] Penyakit kaki gajah (filariasis). archive-
langan Leptospirosis di Indonesia. Kumpulan orisinil.com.

124 Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 2011

Anda mungkin juga menyukai