Anda di halaman 1dari 6

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 183

Tinjauan Pustaka

Eosinofilik Esofagitis
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Widiasteti

Abstrak
Eosinofilik esofagitis merupakan gangguan dimana terjadi infiltrasi eosinofil pada mukosa superfisial
esophagus yang berhubungan dengan alergi makanan dan kondisi atopi seperti asma, dermatitis atopi, rhinitis alergika
dan sering bersamaan dengan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Diperkirakan insiden tahunan 43 per
10.000 pada anak. Gejala klinis mirip dengan GERD yaitu muntah, regurgitasi, nausea, nyeri dada atau epigastrium,
disfagia dan hematemesis. Sekitar 50% pasien memiliki gejala alergi dan lebih 50% pasien memiliki orang tua dengan
riwayat alergi. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histologis. Gambaran endoskopi
yang ditemukan antara lain feline esophagus, corrugated esophagus, ringed esophagus, atau concentric mucosal
rings, eksudat putih, vesikel atau papul dan hilangnya pola vaskular menunjukkan area fokus infiltrasi eosinofil.
Diagnosis secara histologis sangat penting dimana kriteria eosinofilik esofagitis adalah jika ditemukan eosinofil
>20/HPF (High Power Field). Terapi yang diberikan adalah terapi diet, farmakologis seperti kortikosteroid sistemik atau
topikal, penghambat reseptor leukotrin dan anti IL-5.
Kata kunci: eosinofilik esofagitis, alergi makanan, atopi

Abstract
Eosinophilic esophagitis is a disorder which there is eosinophil infiltration on superficial esophageal mucosa.
It’s correlated with food allergy and atopy condition such as asthma, atopy dermatitis, rhinitis allergic and often in
conjunction with Gastroesophageal Reflux Disease ( GERD). The incidence approximately 43/10.000 in children. The
symptoms are similar with GERD, which one vomit, regurgitation, nausea, chest or epigastrium pain, dysphagia and
hematemesis. About 50% patient has allergic symptoms and more than 50% parent of the patient has allergic history.
The diagnose can be made base on endoscopic and histological examination. Endoscopic examination shows feline
esophagus, corrugated esophagus or concentric mucosal rings, white exudates, vesikel or papul and diminished of
vascular pattern, showing eosinophyl infiltration focus area. Histologic diagnosis is very important where the criteria for
eosinophilic esophagitis is found eosinophils > 20 / HPF (High Power Field) within the superficial esophageal mucosa.
Therapy eosinophilic esophagitis are diet therapy, pharmacological therapy with systemic or topical corticosteroid,
leucotriene receptor antagonist and anti IL-5.
Keywords:Eosinophilic esophagitis, food allergy, atopy

Affiliasi penulis : Yusri Dianne Jurnalis makanan dan kondisi atopi seperti asma dan
Korespondensi : Yusri Dianne Jurnalis Bagian Ilmu Kesehatan Anak 3,4
dermatitis atopi.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP. Dr. M.Djamil
Studi mengenai eosinofilik esofagitis masih
Padang, Email : yusriadiane@yahoo.com
sedikit disebabkan masih kurangnya kriteria
diagnostik. Informasi mengenai eosinofilik esofagitis
lebih banyak pada populasi anak dibanding dewasa,
Pendahuluan kemungkinan hal ini disebabkan oleh meningkatnya
Penyakit eosinofilik saluran cerna merupakan penyelidikan pada anak dengan gangguan
gangguan saluran cerna yang relatif jarang terjadi, gastrointestinal dan para gastroenterologist sering
berkaitan dengan peningkatan infiltrasi eosinofil tanpa melakukan biopsi. Kasus eosinofilik esofagitis pertama
etiologi utama yang mendasari. Penyakit eosinofilik kali digambarkan tahun 1978. Perkiraan insiden
saluran cerna antara lain eosinofilik esofagitis, 3
tahunan 43 per 100.000 pada anak. Penelitian
1,2
eosinofilik gastroenteritis, dan eosinofilik colitis. epidemiologi oleh Noel dkk, mendapatkan insiden
Dalam keadaan normal, esophagus tidak hanya tahunan lebih tinggi yaitu 1 per 10.000 dan 6,8% anak
merupakan saluran sederhana untuk menelan dengan esofagitis merupakan eosinofilik esofagitis.
5

makanan dan cairan, tapi organ aktif secara imunologi Liucouras dkk, mendapatkan 3,4% anak dengan
dapat merespon berbagai rangsangan seperti asam eosinofilik esofagitis mengalami gejala refluks.
6

lambung dan alergen yang dapat merangsang Penulisan refrat ini akan membahas mengenai
3
eosinofil dan menimbulkan respon inflamasi. patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis dan
Eosinofilik esofagitis merupakan gangguan tatalaksana eosinofilik esofagitis.
dimana terjadi infiltasi eosinofil pada mukosa
superfisial esofagus. Infiltrasi eosinofil umumnya Definisi
terjadi bagian bawah esophagus bersamaan dengan Eosinofilik esofagitis merupakan peradangan
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Teori pada esofagus yang ditandai infiltrasi eosinofil pada
terbaru eosinofilik esofagitis dengan infiltrasi eosinofil mukosa superfisial esofagus yang berhubungan
lebih luas khususnya pada proksimal esofagus dengan alergi makanan, infeksi, gastroesophageal
memiliki gambaran klinis berbeda dengan GERD. reflux dan keadaan atopi seperti asma, rinitis,
Teori ini semakin diakui sebagai penyebab disfagia, dermatitis atopi.
3
3
sering dengan riwayat impaksi makanan. Gambaran
klinis, endoskopi dan histologi menjadi lebih jelas
walaupun konsensus untuk diagnosis pasti belum ada.
Eosinofilik esofagitis dihubungkan dengan alergi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 184

Epidemiologi diduga akibat respon alergi yang dimediasi sel T dan


Eosinofilik esofagitis lebih sering ditemukan IgE atau mekanisme lambat sel T pada patogenesis
7
pada bangsa Kaukasia dan jenis kelamin laki-laki. penyakit ini.
Kasus pertama eosinofilik esofagitis telah dijelaskan Beberapa peneliti menyatakan kemungkinan
pada tahun 1978 dengan meningkatnya insiden serta aeroalergen berperan pada eosinofilik esofagitis.
publikasi dalam satu tahun terakhir. Insiden tahunan Mishra dkk, menggunakan model tikus untuk
sekitar 1:10.000 kasus baru pada anak, sering kali membuktikan bahwa inhalasi Aspergillus
5
salah diagnosis sebagai esofagitis kronik. Baru-baru menyebabkan eosinofilik esofagitis, dimana allergen
ini eosinofilik esofagitis banyak ditemukan di negara meningkatkan kadar eosinofil esophagus dan
7
Eropa, Australia, Brazil dan Jepang. Penelitian hiperplasia sel epitel. Spergel melaporkan kasus
epidemiologi terbaru menunjukkan kejadian meningkat pasien eosinofilik esofagitis dengan asma dan
di Amerika Serikat. Prevalensi eosinofilik esofagitis rinokonjungtivitis alergi, terjadi eksaserbasi selama
belum diketahui, tetapi beberapa studi menemukan musim serbuk sari dan diikuti resolusi selama musim
4
perkiraan prevalensi pada anak 4,3/100.000 dan dingin.
2,5/100.000 pada dewasa di Amerika Serikat.
Beberapa studi menunjukkan 6-10% pasien yang Patofisiologi dan patogenesis
didiagnosis GERD ternyata adalah eosinofilik Dalam keadaan normal traktus
esofagitis. Sebuah studi di Australia menemukan gastrointestinal adalah satu-satunya organ non-
peningkatan eosinofilik esofagitis selama dekade hemopoetik yang mengandung eosinofil, dimana
1995-2004, naik dari 0,05 menjadi 0,89 per 10.000 mayoritas eosinofil berada di lamina propria.
anak. Patogenesis eosinofilik gastrointestinal belum jelas,
Kebanyakan kelainan asimptomatik yang tetapi kondisi atopik respon hipersensitivitas diduga
menunjukkan kejadian eosinofilik esofagitis secara kuat sebagai penyebab. Beberapa penelitian telah
signifikan lebih tinggi dari perkiraan awal. Pasien membahas kemungkinan patogenesis dari eosinofilik
biasanya laki-laki 60 -70% dengan latar belakang esofagitis. Alergen mengaktivasi sel mast yang
alergi seperti peningkatan kadar IgE, eosinofil perifer, bermigrasi ke esofagus melepaskan histamin,
penyakit alergi (asma, dermatitis atopi atau rhinitis eosinofilik cemotactic factor dan platelet activating
alergi) dan sensitisasi dengan uji tusukan kulit positif. factor. Selanjutnya eosinofil diaktifkan, melepaskan
Pada anak kelainan ini biasanya dengan gejala GERD protein kationik toxic dan peroksidase yang langsung
dan gagal tumbuh, sedangkan pada remaja dengan merusak mukosa dan dinding usus. Eosinofil juga
disfagia dan pada dewasa dengan disfagia, impaksi mengandung interleukin (IL) seperti IL-3 dan IL-5 yang
makanan, striktura dan riwayat penyakit yang tidak menimbulkan peradangan jaringan. Pembentukan
4
diobati. cincin esofagus berhubungan dengan histamin yang
mengaktifkan asetilkolin menyebabkan kontraksi
Etiologi muskularis mukosa esofagus. Cincin ini mungkin
Etiologi eosinofilik esofagitis belum sementara dan reversible, meskipun kontraksi terus
sepenuhnya dipahami. Masih tanda tanya apakah menerus dari serat otot, hipertropi dan penebalan
eosinofilik esofagitis didasari oleh gangguan alergi, lapisan otot dari mukosa dapat berkontribusi
akibat respon imunologi abnormal atau sekunder membentuk scar permanen. Straumann dkk,
penyakit refluks berat. Sebelum tahun 1990, eosinofilik menyatakan perbedaan eosinofil subpopulasi dengan
esofagitis hanyalah penyakit deskriptif. Kelly dkk membandingkan ekspresi protein proinflamasi dan
(1995), menunjukkan hubungan antara antigen eosinofil jaringan di berbagai bagian traktus
makanan dengan eosinofilik esofagitis, dengan dasar gastrointestinal. Eosinofil dan interleukin diukur dalam
imunologi, sekunder terhadap reaksi hipersensitivitas jaringan esofagus dan usus serta eosinofil darah dari
lambat atau respon hipersensitivitas yang dimediasi penderita eosinofilik esofagitis dan kontrol. Penderita
sel. Makanan sebagai penyebab eosinofilik esofagitis eosinofilik esofagitis menunjukkan bukti kuat aktivasi
7
sering tidak berdasarkan reaksi hipersensitivitas cepat eosinofil dengan peningkatan CD-25, IL-5 dan IL-13.
dan beberapa peneliti berpendapat alergi makanan Pada gambar 1 terlihat pengaturan respon
bukanlah penyebab eosinofilik esofagitis. Beberapa inflamasi Th2 pada eosinofilik esofagitis. Antigen dari
artikel telah ditulis mengenai kemungkinan imunologi makanan menginduksi sel Th2 yang melepaskan IL-5
atau mekanisme alergi yang lain yang mungkin dan IL-13, dimana masing-masingnya mengaktifkan
memberikan kontribusi timbulnya eosinofilik esofagitis. eosinofil dan sel epitel esofagus. IL-13 menginduksi
Salah satu teori menyatakan bahwa alergen yang sel epitel untuk menghasilkan eotaxin-3 (suatu
terhirup dapat menimbulkan oesinofil esophageal. chemoattractant eosinofil dan activating factor) dan
Kemungkinan terakhir menunjukkan eosinofilik down-regulate fillagrin. IL-5 dan eotaxin-3
6,7
esofagitis bagian dari eosinofilik gastroenteritis. mengaktifkan eosinofil untuk melepaskan Major Basic
Baru-baru ini, limposit CD8+ telah Protein (MBP) dan Eosinophil-derived Neurotoxin
diidentifikasi sebagai sel T dominan dalam epitel (EDN), yang masing-masingnya mengaktifkan sel
skuamosa pasien eosinofilik esofagitis, sedangkan mast dan sel dendritik, aktivasi sel mast berperan
studi sebelumnya mendapatkan hubungan antara untuk terjadinya fibrosis. Eosinofil juga memproduksi
eosinofilik esofagitis dengan atopi. Ini menunjukan TGF-β, mengaktifkan sel-sel epitel dan menyebabkan
hubungan antara atopi dengan eosinofilik esofagitis hiperplasia, fibrosis, dan dismotilitas. Berkurangnya
dan alergi makanan yang berperan dalam patogenesis produksi fillagrin dapat menghambat fungsi barier
penyakit ini. Eliminasi makanan tidak dengan segera esofagus dan mempertahankan proses ini dengan
terjadi perbaikan gejala klinis, perbaikan terjadi dalam penyerapan antigen makanan lokal. Variasi genetik
1-2 minggu setelah paparan antigen penyebab yang mempengaruhi ekspresi dari pengaturan
dihilangkan. Gejala tidak segera muncul segera molekul-molekul ini dapat berperan adanya risiko
8
setelah terpapar antigen makanan. Biasanya eosinofilik esofagitis.
dibutuhkan waktu beberapa hari timbulnya gejala,

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 185

7
Tabel 1. Karakteristik eosinofilik esofagitis

Gejala klinis
Mirip gejala GERD
Muntah, regurgitasi
Nyeri dada dan epigastrium
Disfagia
Gejala berbeda pada anak dan remaja
Sering gejala intermitten
Laki-laki>perempuan
Berhubungan dengan tanda dan gejala (>50% pasien)
Bronkospasme
Eksema
Rhinitis alergi
Riwayat keluarga (35-45% pasien)
Alergi makanan
asma

8
Gambar 1. Patogenesis esofagitis eosinofilik. 7
Wals dikutip oleh Kamath, membandingkan antara 21
pasien eosinofilik esofagitis dengan 7 pasien GERD.
Genetik
Sebelas pasien eosinofilik esofagitis memiliki pH
Ada bukti bahwa esofagitis eosinofilik memiliki
6,8 normal sedangkan 7 pasien GERD dengan pH
hubungan kuat secara familial. Hampir 10% dari
abnormal. Gejala muntah dan nyeri abdomen terjadi
orang tua pasien memiliki riwayat striktura esofagus pada kedua kelompok, sedangkan disfagia, diare dan
dan sekitar 8% biopsi terbukti eosinofilik esofagitis.
gagal tumbuh dominan pada kelompok eosinofilik
Dalam sebuah penelitian terhadap 798 pasien anak,
esofagitis. Gejala alergi terdapat pada 80% pasien
27 orang ditemukan memiliki setidaknya satu saudara
eosinofilik esofagitis sedangkan 29% pada kelompok
kandung atau orang tua dengan eosinofilik esofagitis. GERD. Riwayat keluarga dengan riwayat alergi 45%
EE biasanya diidentifikasi antara saudara kandung
pada kelompok eosinofilik esofagitis (GERD 0%) dan
atau antara anak dan orang tua. Namun, 3 generasi
8 50% kelompok eosinofilik esofagitis ditemukan
dari kerabat distal yang terkena telah dilaporkan.
8 eosinofil perifer pada 50% pasien (GERD 0%) dengan
Patel dan Falchuk yang dikutip Rothenberg rata-rata 31 eosinofil per High Powered Field (HPF)
melaporkan EE diantara 3 bersaudara dewasa
dibandingkan 5 eosinofil per HPF pada kelompok
dengan disfagia. Salah satu ukuran digunakan
GERD. Perbedaan antara eosinofilik esofagitis dengan
agregasi keluarga adalah risk ratio rekurensi saudara
gastroesophageal reflux disease dapat dilihat pada
kandung (λs), yang membandingkan rata-rata penyakit tabel 2.
7
antara saudara kandung dengan prevalensi di
populasi umum, mengindikasikan peningkatan risiko Tabel 2. Perbedaan karakteristik eosinofilik esofagitis
penyakit diantara saudara kandung dibandingkan dengan GERD
7
dengan populasi umum. Berdasarkan prevalensi
populasi untuk EE sekitar 5 per 10.000 orang,
Eosinofilik esofagitis
sedangkan λs untuk esofagitis eosinofilik adalah
Gejala intermitten
sekitar 80.Dibandingkan dengan alergi, seperti atopi
pH normal
atau asma (λs diperkirakan 2), yang jauh lebih tinggi
tidak respon dengan penghambat asam
λs untuk EE, menunjukkan bahwa gangguan ini
jumlah eosinofil esophagus > 20 eosinofil per
mungkin memiliki komponen genetik yang relatif
HPF
besar. Satu studi terkait single nucleotide polymorphis
Gastroesophageal refluks
(SNP) dalam eotaxin-3 dengan EE menggunakan
Gejala persisten
populasi kasus kontrol tetapi penyakit terkait alel
,8 pH abnormal
hanya hadir pada 14% dari pasien
respon dengan penghambat asam
jumlah eosinofil esophagus 1-5 eosinofil per
Manifestasi Klinis
HPF
Mayoritas pasien berjenis kelamin laki-laki,
biasanya dengan satu atau lebih gejala klinis antara
lain muntah, regurgitasi, nausea, nyeri dada atau
epigastrium, nafsu makan menurun, dapat juga terjadi Pemeriksaan Penunjang
gagal tumbuh, hematemesis, dismotilitas esofagus Laboratorium
dan disfagia. Gejala dapat lebih sering dan berat pada Gambaran laboratorium belum ada yang
beberapa pasien sedangkan pada pasien yang lain dipaparkan secara jelas pada eosinofilik esofagitis
gejala lebih ringan. Umumnya pasien mengalami oleh karena sensitivitas dan spesifisitas tes
disfagia tiap hari atau nausea kronik atau regurgitasi laboratorium belum diketahui. Ada variabilitas dalam
sementara yang lain mungkin memiliki disfagia mendefinisikan level untuk "perifer eosinofilia",
episode jarang. Sekitar lebih 50% pasien dengan dilaporkan eosinofil abnormal berkisar lebih dari 350
3
gejala tambahan alergi seperti asma, eksema atau eosinofil per mm sampai lebih dari 800 eosinofil per
3
rhinitis, dan lebih 50% pasien memiliki orang. tua mm . Beberapa laporan tidak menentukan jumlah
dengan riwayat alergi (tabel 1).
7 eosinofil darah yang merupakan diagnosis eosinofilia.
Secara keseluruhan, 10%-50% dari orang dewasa dan
20%-100% dari anak memiliki peningkatan jumlah
eosinofil perifer tetapi biasanya hanya sedikit

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 186

meningkat. Setelah pengobatan dengan flutikason,


88% dari pasien menunjukkan hitung eosinofil darah
menurun. Evaluasi eosinofil darah perifer dapat
memberikan bukti yang mendukung untuk eosinofilik
esofagitis dan tingkat keterlibatan jaringan tetapi tidak
diagnostik, dan korelasi dengan aktivitas penyakit
9
belum diketahui.
.
Radiologi A B C
Pemeriksaan radiologis anak dengan
eosinofilik esofagitis biasanya normal. Kadang Gambar 3. Gambaran endoskopi eosinofilik esofagitis
9
ditemukan penyempitan esofagus adalah paling
mungkin sekunder terhadap penebalan dinding Gambar 3A. Esofagus beralur atau berkerut dengan
10
esofagus. Tes diagnostik yang paling umum saat ini edema dan penebalan mukosa. Alur mencakup
untuk mendeteksi eosinofilik esofagitis adalah permukaan lumen seluruh distal esofagus, sangat
9
pemeriksaan barium. Zimmerman dikutip Furuta dkk, tebal dan hampir seperti nodular. Pada gambar 3B
secara retrospektif dari 14 pasien eosinofilik esofagitis tampak dinding esofagus yang berkerut paling
mendapatkan 10 pasien dengan striktur esophagus, menonjol terutama sepanjang dinding kiri lateral dan
9
10 pasien hiatus hernia dan 9 pasien dengan refluks. gambar 3C tampak garis vertikal sepanjang mukosa
esofagus. Keadaan ini sering kali muncul ketika
Endoskopi esofagus mengembang.
9
Gambaran klasik eosinofilik esofagitis adalah
feline esophagus, corrugated esophagus, ringed Histopatologi
esophagus, atau concentric mucosal rings. Esofagus Diagnosis eosinofilik esofagitis tergantung
kecil dengan diameter internal yang sempit dengan pada infiltrasi eosinofil ke epitel squamous. Meskipun
atau tanpa stenosis esophagus proksimal dapat jadi tidak ada pernyataan konsensus, tetapi kebanyakan
gambaran utama. Eksudat putih, vesikel atau papul studi untuk menegakkan diagnosis eosinofilik
dan hilangnya pola vaskular menunjukkan area fokus esofagitis bila ditemukan >20 eosinofil per HPF tetapi
infiltrasi eosinofil. Esofagus rapuh disebut crepe paper beberapa studi menggunakan >15 eosinofil per HPF
mukosa. Ini menjelaskan air mata esofagus mengikuti untuk mendiagnosis eosinofilik esofagitis.
9,12
Pada
dilatasi saat merawat disfagia berhubungan dengan GERD infiltrasi eosinofil dapat meningkat di distal
menyempitnya esofagus atau struktur cincin ( seperti esofagus tetapi dengan densitas lebih rendah <10
striktura). Gambaran endoskopi yang umum adalah eosinofil/HPF. Oleh karena itu peningkatan eosinofil
cincin mukosa (81%), alur-alur (74%), penyempitan pada biopsi mid atau proksimal esofagus lebih spesifik
(31%), eksudat (15%), ukuran kecil (10%), dan edema untuk eosinofilik esofagitis. Gambaran lain yang dapat
9
(8%). Penelitian Hasosah dkk di Saudi Arabia membantu tetapi tidak esensial untuk diagnosis antara
mendapatkan gambaran endoskopi eosinofilik lain hiperplasia daerah basal, meningkatnya ukuran
esofagitis berupa trachealization dan eritema papil, dengan kumpulan eosinofil pada lapisan
esophagus paling banyak masing-masing 46%, bercak superfisial atau mikroabses.
9
Hasosah dkk,
11
putih 33%, penyempitan 13% dan normal 13%. mendapatkan karakteristik histopatologi yaitu
Gambaran endoskopi sangat mambantu tetapi tidak degranulasi eosinofil 86%, hiperplasia sel basal 93%,
diagnostik tanpa konfirmasi biopsi. Semua pasien dan mikroabses 73%.
11
dengan gambaran endoskopi sesuai dengan Gambaran histologi eosinofilik esofagitis
eosinofilik esofagitis harus biopsi proksimal dan distal tampak pada gambar 4. Gambar 4A suatu mikroabses
jaringan esophagus untuk memperkuat diagnosis. eosinofil dengan lapisan superfisial eosinofil di
Gambaran endoskopi pada eosinofilik esofagitis pada sepanjang permukaan lumen. Gambar 4B terlihat
gambar 2 dan 3. tampilan dari 2 abses eosinofil besar sepanjang
perbatasan lumen esofagus. Ini terjadi di atas dasar
epitel hiperplastik dan gambar 4C dengan daya
pandang tinggi tampak mikroabses eosinofil. Inferior
dari abses terdapat sejumlah eosinofil, beberapa
9
degranulasi.

A B

Gambar 2. Gambaran endoskopi eosinofilik


9
esofagitis.

Tampak pada gambar 2A cincin mukosa karena


kontraksi sementara atau struktur tetap. Gambaran ini
disebut feline esophagus, trachealization atau cincin
konsentris. Gambar 2B eksudat keputihan tersebar di
seluruh permukaan mukosa. Ini merupakan eosinofilik
purulen berkembang melalui epitel esofagus. Eksudat
dapat muncul sebagai nodul putih belang-belang atau
pola granular dan dapat terjadi sepanjang esofagus.
Gambar 4. mikroabses eosinofilik berhubungan
9
dengan eosinofilik esofagitis.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 187

Penatalaksanaan esofagus atau esofagus sempit, penurunan berat


Terapi diet badan atau ketidakmampuan menelan
Beberapa cara terapi diet dan terapi obat makanan/cairan. Prednison dosis 1-2 mg/kgbb/hari
14
tergantung kepada gambaran penyakit. Penghentian maksimum 60 mg/hari dapat diberikan. Perbaikan
makanan penyebab alergi telah terbukti berhasil secara klinis dan histologis terjadi pada 90% pasien
menghilangkan gejala dan kelainan histologist pada yang menggunakan kortikosteroid sistemik dan
16
pasien eosinofilik esofagitis. Eliminasi makanan rekuren 95% jika terapi telah dihentikan.
penyebab dapat dilakukan mengikuti beberapa cara. Flutikason propionate adalah steroid topikal
Pertama, dengan mengeliminasi makanan spesifik hirup yang sering digunakan untuk terapi asma, juga
melalui uji khusus alergen yaitu skin prick dan patch telah digunakan untuk terapi eosinofilik esofagitis.
test untuk mengidentifikasi makanan penyebab alergi Flutikason aerosol semprot ditelan bukannya dihirup.
dan riwayat alergi makanan, selanjutnya Sebelum pemakaian topikal steroid pasien tidak
menghentikan paparan makanan tersebut. Kedua, makan dan minum selama 20-30 menit setelah
penghentian makanan secara empiris yaitu jenis pemakaian obat. Setelah terapi 6-8 minggu dilakukan
makanan yang paling sering menimbulkan alergi. endoskopi dan pemeriksaan histologis ulang, jika
Ketiga, dengan menggunakan diet elemental yaitu didapatkan perbaikan dosis diturunkan sampai dosis
16
formula asam amino (Neocate) terdiri dari asam amino efektif terendah. Pemakaian dosis tinggi mencapai
bebas, sirup jagung dan minyak medium chain remisi histologis pada lebih dari 50% pasien, tapi
6,9,13,14
triglyceride tanpa diberikan makanan yang lain. penyakit kambuh setelah penghentian pada mayoritas
Penghentian secara empiris antigenik pasien. Efek samping antara lain kandidiasis
makanan juga telah dicoba dan berhasil. Studi oleh esofagus, epistaksis dan mulut kering. Efek jangka
9
Kawalwalla,dkk dikutip Furuta dkk , membandingkan panjang terhadap pertumbuhan tulang, fibrosis belum
efektifitas penghentian 6 makanan yang paling disuka diketahui. Dosis yang dianjurkan 110 µg per semprot
oleh pasien eosinofilik esofagitis dengan (ditelan) untuk anak usia ≤ 10 tahun dan 220 µg per
menggunakan formula asam amino tanpa diberikan semprot untuk usia ≥ 11 tahun empat kali sehari
14,17,18
makanan yang lain. Keenam makanan yang paling diberikan selama 4 minggu. Penelitian Schaeefer
dianggap antigenik untuk eosinofilik esofagitis adalah dkk, mendapatkan prednison oral dan fluticason
susu, kedelai, kacang-kacangan, telur, gandum, topikal sama efektif mencapai perbaikan secara klinis
ikan/kerang. Eliminasi 6 makanan ini dapat maupun histologis dan terjadinya relaps tidak ada
18
memperbaiki gejala klinis dan kelainan histologi pada perbedaan bermakna secara statistik.
74% pasien eosinofilik esofagitis pada anak. Budesonide yang biasanya untuk terapi pada
Pemberian kembali susu adalah penyebab paling asma juga telah digunakan untuk eosinofilik esofagitis
umum kambuhnya eosinofilik esofagitis diikuti dengan dosis 1 mg/hari pada anak usia <10 tahun dan
gandum, telur dan kedelai. Pada anak, susu 18 kali 2 mg/hari untuk usia >10 tahun. Budesonide yang
lebih mungkin menjadi pencetus eosinofilik digunakan berupa budesonide kental yang dibuat
13
esofagitis. Diet formula asam amino yang digunakan dengan mencampurkan 0,5 mg budesonide respul (0,5
9,14,19
secara statistik signifikan lebih baik dibanding mg/2 ml) dengan 5 bungkus sucralose (Splenda).
penghentian 6 makanan secara empiris memperbaiki Terapi tambahan yang telah diteliti adalah
gejala klinis dan gambaran histologi esophagus. Pada antagonis reseptor leukotrine (Montelukast) dan
diet formula asam amino terjadi perbaikan secara monoklonal antibodi. Walaupun terapi reseptor
klinis dan histologis pada 92-98% pasien, sedangkan leukotrine telah menunjukkan perbaikan gejala klinis
pada penghentian 6 jenis makanan terjadi perbaikan tetapi tidak secara histologis. Dosis awal 10 mg sekali
9,14
74% pasien. sehari oral dosis ditingkatkan sampai 100 mg/hari, bila
Penggunaan formula asam amino dimana gejala berkurang dosis diturunkan bertahap sampai
pasien diperbolehkan hanya minum air saat menelan dosis pemeliharaan 20-40 mg/hari. Dari penelitian
formula asam amino sampai perbaikan secara klinis gejala kembali muncul setelah penghentian
5,9,13,14
dan histologis normal, kemudian setiap jenis makanan terapi. Terapi monoklonal antibodi penghambat
secara bertahap kembali diberikan setiap 5-6 hari. IL-5 saat ini sedang dievaluasi. Penelitian terbaru
Endoskopi dilakukan setelah pemberian 4-5 jenis pasien yang mendapat anti IL-5 intravena yaitu
makanan baru dan 3-4 minggu setelah makanan Mepolizumab (10 mg/kgbb i.v 3 dosis dengan interval
terakhir diberikan. Perbaikan klinis dan histologi 4 minggu) menunjukkan perbaikan gejala dan
dengan terapi diet ini terjadi pada >95% pasien dan eosinofilia esofagus secara signifikan dalam 4 minggu
5
tidak ditemukan penurunan berat badan, gangguan setelah dosis pertama.
elektrolit dan perubahan parameter pertumbuhan yang Terapi supresi asam bukanlah terapi untuk
9,15
signifikan pada pasien yang menjalani terapi diet. eosinoflik esofagitis, tetapi penting untuk eosinofilik
Ini membutuhkan kerjasama tim yang terdiri dari ahli esofagitis. Pasien awalnya diberikan proton pump
gastroenterologi, alergi, gizi yang memastikan pasien inhibitor (PPI) untuk memastikan tidak adanya refluks
mendapatkan kalori, cairan dan nutrisi lainnya sesuai esophageal. Mayoritas Gastroenterologist percaya
kebutuhan dan motivasi yang tinggi dari pasien dan jumlah eosinofil esofagus tinggi pada eosinofilik
14
keluarga. esofagitis, penelitian yang dilakukan oleh Ngo dikutip
14
Franciosi mendapatkan sejumlah eosinofil dapat
Terapi farmakologis ditemukan pada pasien GERD. Telah dilaporkan
Kortikosteroid adalah pengobatan yang perbaikan gejala klinis setelah diberikan proton pump
efektif untuk eosinofilik esofagitis. Tetapi gejala klinis inhibitor walaupun tidak ada perbaikan histologi
dan histologis eosinofil kembali berulang setelah obat jaringan. Dosis PPI yang dianjurkan pada anak 1-2
dihentikan. Terapi kortikosteroid sistemik jangka lama mg/kgbb/hari dengan dosis maksimum mencapai
20
tidak dianggap terapi ideal karena efek samping yang dosis untuk dewasa. Respon klinis ini diduga refluks
ditimbulkannya. Kortikosteroid oral jangka pendek gastroesofageal sekunder atau dismotilitas esophagus
dapat diberikan pada pasien dengan striktura dapat terjadi pada pasien eosinofilik esofagitis. Jadi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 188

semua pasien yang diduga menderita eosinofilik gastroenteritis. Dalam: Wyllie R, Hyams JS,
esofagitis diberikan supresi asam untuk mematikan penyunting. Pediatric Gastrointestinal and Liver
diagnosis eosinofilik esofagitis, bahkan setelah Disease
diagnosis ditegakkan terapi tetap dilanjutkan karena Pathophysiology/Diagnosis/Management. Edisi
14
refluks sekunder hampir selalu terjadi. ke-3. Philadelphia: Saunders Elsevier
2006:543-8.
Terapi endoskopi 8. Rothenberg ME. Biology and treatment of
Dilatasi esofagus merupakan terapi yang bermanfaat eosinophilic esophagitis. Dalam: Lynch JP,
untuk eosinofilik esofagitis dengan striktura esofagus. Metz DC, penyunting. Reviews in Basical and
Perawatan harus diberikan saat dilakukan dilatasi Clinical Gastroenterology. Gastroenterology
karena laserasi mukosa dan perforasi esofagus dapat 2009;137:1238-49.
terjadi. Terapi diet atau terapi steroid dianjurkan 9. Furuta GT, Liacouras CA, Collins MH, Gupta
6,14
sebelum dilakukan dilatasi. SK, Justinich C, Putnam PE. Eosinophilic
esophagitis in children and adults: a systematic
Prognosis review and consensus recommendations for
Eosinofilik esofagitis yang di tatalaksana diagnosis and treatment. Gastroenterology
dengan terapi diet dan kortikosteroid tidak ditemukan 2007;133:1342-63.
kematian dan gagal tumbuh. Relaps dapat terjadi 50% 10. Anna AS, Rolland S, Fournet JC, Yazbeck S,
pada satu tahun setelah terapi kortikosteroid oral dan Droin E. Eosinophilic esophagitis in children:
tidak ditemukan peningkatan risiko terjadi malignansi symptons, histology and pH probe results. J
5
dan eosinofilik gastroenteritis. Pediatr Gastroenterol Nutr 2004;39:373-7.
11. Hasosah MY, Sukkar GA, Alsahafi AF, Thabit
Kesimpulan AO, FAkeeh ME, Al-Zahrani DM. Eosinophilic
Eosinofilik esofagitis merupakan gangguan esophagitis in Saudi children: symptoms,
dimana terjadi infiltasi eosinofil pada mukosa histology and endoscopy. Saudi J
superfisial esophagus diduga berhubungan dengan Gastroenterol 2011;17:119-23.
infeksi, gastroesophageal reflux, alergi makanan dan 12. Odze RD. Pathology of eosinofilik esophagitis:
atopi seperti asma, rhinitis alergika dan dermatitis what the clinician needs to know. Am J
atopi yang merangsang eosinofil dan menimbulkan Gastroenterol 2009;104:485-90.
respon inflamasi. Gejala eosinofilik esofagitis mirip 13. Straumann A, Aceves SS, Blanchard C, Collins
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yaitu MH, Furuta GT, Hirano I, dkk. Pediatric and
muntah, regurgitasi, nausea, nyeri dada atau adult eosinophilic esophagitis: similarities and
epigastrium, disfagia dan hematemesis. Patogenesis differences. Allergy 2012;10:1-14.
eosinofilik esophagitis melibatkan faktor lingkungan 14. Franciosi JP, Whitehorn TB, Liacouras CA,
dan genetik, terutama antigen makanan yang Pediatric eosinophilic esophagitis:
menginduksi sel Th2 yang melepaskan IL-5 dan IL-13. epidemiology, diagnosis and treatment. Current
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan Pediatric Review 2008;4:266-69.
endoskopi dan histologi. Terapi yang diberikan adalah 15. Krischner BS. Undetermined colitis and other
terapi diet, farmakologis seperti kortikosteroid sistemik inflammatory disease. Dalam: Walker WA,
atau topikal, penghambat reseptor leukotrin dan anti Gaulet O, Kleinman R, Sherman PM, Shneider
IL-5. BL, Sanderson IR, penyunting. Pediatric
Gastrointestinal Disease, Pathophysiology,
Daftar Pustaka Diagnosis, Management. Edisi ke-4.2004:850-
1. Shifflet A, Forouhar F, Wu GY. Eosinophilic 53.
digestive disease: eosinophilic esophagitis, 16. Carr S, Watson W. Eosinophilic esophagitis.
gastroenteritis and colitis. J Formos Med Assoc AACI 2011;7:1-8.
2009;108:834-6. 17. Shannon R. Eosinophilic esophagitis in
2. Liacouras CA. Eosinophilic gastrointestinal children, A review and update 2009;32:123-5.
disorder. Dalam: Parrish CR, penyunting. 18. Schaefer ET, Fitzgerald JF, Molleston JP,
Practical Gastroenterology. Diunduh dari Croffie JM, Pfefferkorn MD, Corkins MR,dkk.
http://www .medicine.virginia. edu / Comparison of oral prednisone and topical
clinical/departments/medicine/divisions/digestiv Fluticasone in the treatment of eosinophilic
e-health/nutrition-support-team/ nutrition- esophagitis: A randomized trial in children. J
articles/ Liacouras Article.pdf. tanggal 13 Maret Clin Gastroenterology and Hepatology
2011. 2008;6:165-73.
3. Yan BM, Shaffer EA. Eosinophilic esophagitis: 19. Dohil R, Newbury R, Fox L, Bastian J, Aceves
a newly established cause of dysphagia. World S. Oral viscous budesonide is effective in
J GAstroenterol 2006;12:2328-33. children with eosinophilic esophagitis in a
4. Spergel JM. Eosinophilic esophagitis in adults randomized, placebo-controlled trial.
and children: evidence for a food allergy Gastroenterology 2010;139:418-29.
component in many patients. Curr Opin Allergy 20. Fotis L, Xatzipsalti M, Papadopoulou A.
Clin Immunol 2007;7:274-8. Eosinophilic esophagitis: update on treatment
5. Noel RRJ, Rothenberg ME. Eosinophilic approaches. Hippokratia 2012;16:200-4.
esophagitis. Curr opin Pediatr 2005;17:690-94.
6. Liacouras CA. Eosinophilic esophagitis:
treatment in 2005. Curr Opin Gastroenterol
2006;22:147-52.
7. Kamath BM, Markowitz JE, Liacouras CA.
Allergic bowel disease and eosinophilic

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(2)

Anda mungkin juga menyukai