Agen Infeksius
Agen Infeksius
Agen Infeksius
Agen-agen Infeksius
Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh
pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat
menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus,
bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Virus
Virus adalah organisme patogen terkecil (20-300 nm) yang mengandung RNA atau
DNA serta memiliki kapsid. Virus tidak mampu bermetabolisme/bereplikasi mandiri sehingga
memerlukan organel sel terinfeksi untuk berkembang biak. Virus merupakan penyebab
tersering timbulnya penyakit pada manusia sering tanpa gejala dan berkembang tanpa
diketahui. Hal demikian menyebabkan perbedaan antara infeksi virus (replikasi di tubuh
penjamu) dan penyakit virus (replikasi disertai kerusakan jaringan) sangat kritis. Banyak
infeksi tanpa disertai eliminasi virus dari tubuh tetapi menetap bertahun-tahun atau seumur
hidup, multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagai infeksi menahun atau hidup di
dalam bentuk laten non-infektif dengan potensi direktifkan kemudian, misalnyau virus herpes
zoster penyebab cacar air (varicella) dapat menetap dalam bentuk laten di ganglia dorsalis dan
secara periodik diaktifkan timbul sebagai vesikel dikulit yang dapat menyebabkan rasa sakit.
Infeksi berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakit sering digolongkan ke dalam
sistem organ yang terkena seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang
ditimbulkan seperti virus yang menyebabkan eksantema, dan sifat infeksi laten virus.
Bakteri
Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, berukuran antara 0,5-10 µm.
Bakteri juga merupakan organisme hidup dan dapat ditemukan di mana-mana. Ada waktu saat
sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Infeksi bakteri sering
terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri atau borok pada bagian tubuh. Bakteri
memiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau fimbriae, kapsula atau lapisan lendir, dinding sel
dimana ada yang struktur dinding sel bakteri Gram negatif yaitu merupakan struktur yang
berlapis, sedangkan bakteri Gram positif mempunyai satu lapis yang tebal.
1
Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur tidak hanya terjadi di luar baguan tubuh (kulit),
tetapi terjadi juga di dalam tubuh. Misalnya Candida Albicans. Candida Albicans adalah jenis
fungi yang seperti ragi, umumnya ditemukan di dalam mulut, kerongkongan, usus, dan
saluran genital. Normalnya, bakteri baik dalam usus akan berkompetisi dengan candida dan
menjaganya agar tetap terkendali tanpa menyebabkan masalah kesehatan apapun. Namun
ketika keseimbangan antara bakteri baik dan candida terganggu, maka infeksi candidas tidak
dapat dihindari. Contoh lain adalah infeksi jamur yang terjadi di susunan saraf pusat, seperti
meningitis, meningoensafilitis, intrakranial tromboflebitis, dan abses otak.
Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang
berbeda.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host
atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat
menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada
antibodi spesifik.
4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing
parasit.
Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama
dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting
untuk metabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah
asam glutamat menjadi asam aspartat. Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel.
Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan
penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika
metabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu
32 oC. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan
pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.
2
Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel
daripeptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla
atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak
bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa
stadium mulai dari badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-
0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubah
menjadi badan inisial dan kemudian badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia
memakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan
antigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam dinding
sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon atau deoksikholat.
Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya.
Dua spesies yangterpenting adalah
1. Clamidia psittaci, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang tersebar secara difus
dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psittacosis pada manusia,
ornitosis pada burung, dan lain-lain.
2. Clamidia trachomatis, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang padat dan
mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis padatikus. Pada manusia
dapat menyebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas inklusi, uretritis, non-spesifik,
salpingitis, servisitis, dan pneumonitis.
3
Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi, mis. hepatitis A, poliomielitis,
kolera
Menghirup debu dan droplets, mis. influenza, tuberkulosis.
Daftar Pustaka
Staf Pengajar FK UI. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku AjarPatologi I (Umum). Jakarta:
Sagung Seto.
Zimmerman, H.L. (2009). “Virus vs Bakteri”. http://www.bayisehat.com/immunization-
mainmenu-36/309-virus-vs-bakteri-apakah-antibiotik-diperlukan.html (diakses 4 Mei
2011 pk. 5.47)
Nur, W. (2011). “Respon imun terhadap infeksi parasit“. http://id.shvoong.com/medicine-and-
health/imuunology/2105950-respon-imun-terhadap-infeksi-parasit/#ixzz1LLaYGg8E,
(diakses 4 Mei 2011 pk 9.29)