Anda di halaman 1dari 47

Diagnosis dan Terapi

TUMOR
MUSKULOSKELETAL
(Multidiciplinary Approach)

Editor:
Ferdiansyah Mahyudin
Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
(Multidiciplinary Approach)

Editor:
Ferdiansyah Mahyudin

© 2017 CV. Sagung Seto


Jl. Pramuka No. 27, Jakarta 13120
Telp. (021) 8577251
Email: penerbitan@sagungseto.com, marketing@sagungseto.co.id

Anggota IKAPI
Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip,
memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Penata letak: Mariyam


ISBN :
Edisi Pertama, Cetakan Pertama (2017)

Sanksi Pelanggaran Pasal 72


Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
DAFTAR PENULIS

Dyah Erawati, dr., SpRad(K) Sri Andreani Utomo, dr.,


Onk.Rad SpRad(K)
Divisi Onkologi Radiasi, Divisi Neuroradiologi,
SMF/Departemen Radiologi SMF/Departemen Radiologi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya/FK RSUD Dr. Soetomo Surabaya/FK
Universitas Airlangga Universitas Airlangga

Prof. Dr. IDG Ugrasena, dr., Yunus Abdul Bari, dr., SpOT
SpA(K) Divisi Tumor Muskuloskeletal,
Divisi Hemotologi-Onkologi, SMF/Departemen Orthopaedi dan
SMF/Departemen Ilmu Kesehatan Traumatologi RSUD Dr. Soetomo/FK
Anak RSUD Dr. Soetomo/FK Universitas Airlangga Surabaya
Universitas Airlangga Surabaya
Dr. Ferdiansyah Mahyudin, dr.,
Mouli Edward, dr., M.Kes, SpOT(K)
SpOT(K) Divisi Tumor Muskuloskeletal,
Divisi Tumor Muskuloskeletal, SMF/Departemen Orthopaedi dan
SMF/Departemen Orthopaedi dan Traumatologi RSUD Dr. Soetomo/FK
Traumatologi RSUD Dr. Soetomo/FK Universitas Airlangga Surabaya
Universitas Airlangga Surabaya
Made Putra Sedana, dr., Sp-
Onarisa Ayu, dr., SpOT PD-KHOM
Fellow Onkologi Orthopedi, Divisi Hematologi-Onkologi,
SMF/Departemen Orthopaedi dan SMF/Departemen Penyakit Dalam
Traumatologi RSUD Dr. Soetomo RSUD Dr. Soetomo/FK
Surabaya Universitas Airlangga Surabaya

Dr. Rosy Setiawati, dr., Muhammad Hardian Basuki, dr.,


SpRad(K) SpOT
Divisi Muskuloskeletal, Divisi Tumor Muskuloskeletal,
Departemen Radiologi SMF/Departemen Orthopaedi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya/FK dan Traumatologi RSUD Dr. Soetomo/
Universitas Airlangga FK Universitas Airlangga Surabaya
Paulus Rahardjo, dr., SpRad(K) Ulinta Purwati Pasaribu, dr.,
Divisi Muskuloskeletal, SpRad(K)Onk.Rad
SMF/Departemen Radiologi Divisi Onkologi Radiasi,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya/FK SMF/Departemen Radiologi
Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo Surabaya/FK
Universitas Airlangga
Sjahjenny Mustokoweni, dr.,
SpPA(K), MIAC
Divisi Tulang dan Jaringan Lunak
SMF/Departemen Patologi Anatomi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya/FK
Universitas Airlangga
Kata Pengantar

S
yukur Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan karuniaNya,
sehingga buku Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
(Multidisciplinary Approach) dapat diselesaikan pada tahun
2017 atas kerjasama dan upaya dari seluruh anggota tim medik tumor
muskuloskeletal RSUD Dr. Soetomo/FK Universitas Airlangga dan
dukungan dari para sekretaris.
Tim medik tumor muskuloskeletal RSUD Dr. Soetomo/FK
Universitas Airlangga telah melaksanakan diskusi multidisiplin sejak
tahun 1997 yang dirintis oleh dr. Abdurrahman, SpOT (alm) dan
Prof. Dr. dr. Soegeng Soekamto Martoprawiro, M.Sc, SpPA (alm).
Diskusi tersebut melibatkan para dokter dari berbagai bidang ilmu
dalam diagnostik dan terapi tumor muskuloskeletal sehingga terjalin
komunikasi yang baik dalam rangka mendapatkan diagnostik dan
manajemen yang komprehensif bagi pasien. Dengan demikian,
mutu pelayanan pada pasien yang menderita tumor muskuloskeletal
dapat ditingkatkan secara optimal.
Pengalaman yang didapat dari diskusi multidisiplin tim medik
tumor muskuloskeletal telah menambah khasanah pengetahuan yang
v
vi Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

sangat bermanfaat baik untuk para dokter yang terlibat, paramedis


dan juga akhirnya menguntungkan pasien karena mendapatkan
pelayanan yang prima. Untuk menyebarluaskan pengalaman yang
didapat, maka tim medik tumor muskuloskeletal menuangkan
dalam bentuk buku sebagai referensi bagi para dokter spesialis,
residen, dokter umum, mahasiswa, dan tenaga kesehatan lainnya.
Editor mengucapkan terima kasih kepada seluruh sejawat anggota
tim medik tumor muskuloskeletal yang telah memberi kontribusi
besar terhadap terselesaikannya buku ini, kepada para sekretaris yang
membantu dalam proses penulisan, residen orthopaedi yang telah
menjalani stase di divisi tumor muskuloskeletal yang ikut membantu
menyelesaikan buku ini, paramedis, dan akhirnya kepada seluruh
pasien tumor muskuloskeletal yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo
yang telah memberikan dorongan dan inspirasi atas terbitnya buku
ini.

Editor

Ferdiansyah
Kata Sambutan
Direktur RSUD Dr. Soetomo
dr. H A R S O N O

Assalamu’alaikum wr. wb.


Penghargaan sebesar-besarnya saya sampaikan pada editor dan
penulis buku ini atas upaya yang sangat serius sehingga terbit buku
yang sangat bermanfaat dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian
bidang Tumor Muskuloskeletal.
RSUD Dr Soetomo Surabaya sebagai salah satu Rumah
Sakit Tersier Pusat Rujukan Nasional berkomitmen untuk dapat
menangani kasus tumor muskuloskeletal secara paripurna. Dengan
dukungan fasilitas, sumber daya dan tenaga ahli medis yang tersedia
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan
terstandar tinggi. Komunikasi dan kerjasama antar bidang ilmu
pengetahuan mampu menganalisis setiap kasus dari berbagai sudut
pandang sehingga program diagnosis dan tatalaksana pasien dapat
terarah, efisien, dan tepat guna. Hal tersebut telah berjalan di RSUD
Dr. Soetomo berupa forum diskusi rutin CPC (Clinical Pathologic
Conference) antara Departemen Orthopedi dan Traumatologi,
Radiologi, Patologi Anatomi, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan
Anak serta departemen terkait sebagai wadah untuk membahas kasus
vii
viii Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

dan perkembangan ilmu mutakhir dalam pengambilan keputusan


penanganan kasus tumor muskuloskeletal.
Jumlah dan jenis yang cukup serta diskusi tumor muskuloskeletal
yang efektif, mendorong terbitnya buku Diagnosis dan Terapi
Tumor Muskuloskeletal (Multidisciplinary Approach). Buku ini
diharapkan dapat menjadi referensi pemberi pelayanan dan pusat
pendidikan dalam manajemen tumor muskuloskeletal. Dengan
pendekatan multidisiplin tersebut diharapkan dapat mencegah
penggunaan metode diagnosis yang tidak diperlukan maupun terapi
yang tumpang tindih.
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, kami berharap buku ini dapat bermanfaat dalam pelayanan,
pendidikan dan penelitian. Demikian yang dapat saya sampaikan,
semoga buku ini bisa bermanfaat untuk pihak-pihak yang terkait.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Direktur RSUD Dr. Soetomo,

dr. H A R S O N O
Kata Sambutan
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U(K)

Assalamu’alaikum wr. wb.


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT
atas hadirnya buku yang berjudul Diagnosis dan Terapi Tumor
Muskuloskeletal (Multidisciplinary Approach). Buku ini
disusun atas kerjasama staf ahli dari beberapa Departemen Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, antara lain Orthopedi dan
Traumatologi, Radiologi, Patologi Anatomi, Ilmu Penyakit Dalam,
Ilmu Kesehatan Anak serta departemen terkait. Diharapkan buku ini
dapat memberikan pemahaman bahwa tatalaksana penyakit tumor
muskuloskeletal memerlukan penanganan yang komprehensif
dengan pendekatan multidisiplin ilmu kedokteran serta membantu
proses pendidikan kedokteran.
Kemajuan ilmu kedokteran menyebabkan tatacara penanganan
tumor muskuloskeletal semakin berkembang sehingga dapat
memberikan hasil yang lebih baik untuk pasien. Buku ini
membahas secara detail dan mendalam mengenai penanganan
tumor muskuloskeletal dan diharapkan bisa menjadi referensi bagi

ix
x Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

pihak terkait dalam penanganan pasien. Hal tersebut semakin


menyadarkan kita bahwa masih banyak hal yang belum diketahui
secara pasti dan memerlukan penelitian lebih lanjut tentang penyakit
tumor muskuloskeletal, sehingga diharapkan dapat menginisiasi
semangat penelitian dari seluruh civitas akademika.
Kami memberikan penghargaan kepada semua kontributor, tim
penyusun dan editor yang telah mengorbankan tenaga dan pikiran
serta saling bekerja sama dalam penyelesaian buku ini. Semoga buku
ini banyak memberi manfaat tidak hanya untuk para pasien yang
ditangani, tetapi secara khusus juga berperan dalam kemajuan ilmu
pengetahuan mengenai penyakit tumor muskuloskeletal.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Airlangga,

Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U(K)


Daftar Isi

Daftar Penulis ................................................................................................... iii


Kata Pengantar ................................................................................................ v
Kata Sambutan Direktur RSUD Dr. Soetomo .............................................. vii
Kata Sambutan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga ...................................................................................... ix

BAB 1 Tumor Muskuloskeletal ...................................................... 1


Ferdiansyah Mahyudin, Mouli Edward,
Muhammad Hardian Basuki, Yunus Abdul Bari

A. Epidemiologi dan Insiden ..................................................................... 1


1. Tumor Tulang .................................................................................. 1
2. Tumor Jaringan Lunak ................................................................... 2
B. Etiologi dan Patogenesis ...................................................................... 4
1. Tumor Tulang ................................................................................. 4
2. Tumor Jaringan Lunak ................................................................. 14
C. Jenis dan Klasifikasi Tumor Muskuloskeletal .................................... 18
D. Gejala Klinis Tumor Muskuloskeletal .................................................. 28
1. Anamnesa ...................................................................................... 30
2. Pemeriksaan fisik ........................................................................... 31
3. Laboratorium .................................................................................. 32

xi
xii Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

BAB 2 Pencitraan pada Tumor Muskuloskeletal ........................... 39


Rosy Setiawati, Paulus Rahardjo, Sri Andreani Utomo

A. Pendahuluan .......................................................................................... 39
B. Pemilihan Modalitas Diagnosis Pencitraan Muskuloskeletal .......... 40
1. Radiografi Polos ........................................................................... 40
2. USG ................................................................................................ 41
3. Computed Tomography Scan (CT Scan) ..................................... 42
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) ............................................ 44
5. Nuclear Medicine Imaging (Kedokteran Nuklir) ..................... 47
C. Penilaian Sistematis Radiografi pada Tumor Tulang ...................... 51
1. Usia Pasien ..................................................................................... 52
2. Lokasi Tumor ................................................................................... 53
3. Batas tumor .................................................................................... 60
4. Reaksi Periosteal............................................................................ 66
5. Opasitas dan Mineralisasi........................................................... 71
6. Ukuran dan Jumlah Lesi .............................................................. 76
7. Keterlibatan Kortikal .................................................................... 78
8. Keterlibatan Komponen Jaringan Lunak ................................. 79
D. Pencitraan Canggih ............................................................................... 81
E. Ultrasonografi pada Tumor Jaringan Lunak..................................... 83
1. Pendahuluan ................................................................................... 83
2. Diagnosis Diferensial dari Tumor Jaringan Lunak ................... 85
3. Analisis Tumor Jaringan Lunak dengan Ultrasonografi ......... 85
F. MRI pada Tumor Tulang dan Tumor Jaringan Lunak ..................... 97
1. Pemeriksaan MRI pada Tumor Tulang ...................................... 100
2. Pemeriksaan MRI pada Tumor Jaringan Lunak ...................... 102
G. Kesimpulan .............................................................................................. 110

BAB 3 Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor .................................. 119


Ferdiansyah Mahyudin, Mouli Edward,
Muhammad Hardian Basuki, Yunus Abdul Barri

A. Definisi ..................................................................................................... 119


B. Sejarah .................................................................................................... 120
Daftar Isi xiii

C. Indikasi dan Kontraindikasi.................................................................. 120


1. Indikasi Biopsi ............................................................................... 121
2. Kontraindikasi Biopsi ................................................................... 121
D. Jenis Biopsi .............................................................................................. 122
1. Biopsi tertutup ............................................................................... 122
2. Biopsi terbuka ................................................................................ 125
E. Teknik Biopsi ........................................................................................... 130
1. Prinsip umum ................................................................................. 130
2. Teknik biopsi berdasarkan lokasi............................................... 131
F. Komplikasi ............................................................................................... 142
1. Fine Needle Aspiration (FNA)....................................................... 144
2. Core Needle Biopsy (CNB) .......................................................... 144
G. Open Biopsy ............................................................................................ 145

BAB 4 Dasar Diagnosis Patologi Tumor Muskuloskeletal


dan Jaringan Lunak ........................................................... 151
Sjahjenny Mustokoweni dan Onarisa Ayu

A. Pendahuluan ........................................................................................... 151


B. Diagnosis Patologik ............................................................................... 152
C. Penanganan Secara Umum terhadap Spesimen ............................. 153
D. Pemeriksaan Histopatologik pada Tumor Muskuloskeletal............ 156
1. Frozen section ................................................................................ 156
2. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) ...................................... 157
3. Pemeriksaan Biopsi Jaringan dan Kuretase
pada Tumor Muskuloskeletal ..................................................... 164
4. Pemeriksaan Spesimen Amputasi atau Reseksi
pada Tumor Muskuloskeletal....................................................... 165
5. Pemeriksaan Tambahan ............................................................... 173
E. Penilaian Kemoterapi Post operatif ................................................... 179
xiv Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

BAB 5 Staging Pada Tumor Muskuloskeletal ................................. 183


Ferdiansyah Mahyudin, Mouli Edward,
Muhammad Hardian Basuki, Yunus Abdul Bari

A. Pendahuluan ........................................................................................... 183


B. Manfaat Staging ................................................................................... 184
C. Staging pada Tumor Jinak................................................................... 185
D. Staging pada Tumor Ganas ................................................................ 186
E. Staging pada Tumor Ganas Tulang................................................... 186
1. Sistem Staging Enneking .............................................................. 186
2. Sistem Staging American Joint Committee
for Cancer (AJCC) ......................................................................... 193
F. Staging pada Tumor Ganas Jaringan Lunak .......................................... 195

BAB 6 Terapi Pembedahan pada


Tumor Muskuloskeletal ...................................................... 203
Ferdiansyah Mahyudin, Mouli Edward,
Muhammad Hardian Basuki, Yunus Abdul Bari

A. Pendahuluan ........................................................................................... 203


B. Strategi Reseksi Tumor.......................................................................... 204
C. Terapi Pembedahan pada Tumor Jinak Muskuloskeletal ............. 208
1. Tumor Jinak Tulang........................................................................ 208
2. Tumor Jinak Jaringan Lunak ....................................................... 214
D. Terapi Pembedahan pada Tumor Ganas Muskuloskeletal ........... 215
1. Tumor Ganas Tulang ..................................................................... 215
2. Tumor Ganas Jaringan Lunak ..................................................... 230
E. Pertimbangan Neurovaskular dan Periosteum ................................. 231
F. Limb Salvage vs Amputation ................................................................ 233
G. Penatalaksanaan Luka ......................................................................... 234
H. Terapi Pembedahan pada Kegagalan Kontrol Lokal .................... 235
I. Metastasis ............................................................................................... 235
J. Komplikasi Terapi Pembedahan ......................................................... 236
K. Follow-up ................................................................................................. 236
BAB

3 Biopsi pada Muskuloskeletal


Tumor
Ferdiansyah Mahyudin, Mouli Edward, Muhammad Hardian Basuki,
Yunus Abdul Barri

A. Definisi
Biopsi berasal dari bahasa Yunani yaitu bios yang artinya kehidupan,
dan opsis yang artinya melihat, jadi biopsi dapat diartikan sebagai
melihat kehidupan dari suatu jaringan atau sel yang diambil
melalui suatu tindakan medis. Biopsi didefinisikan sebagai tindakan
mengambil atau melakukan pemeriksaan mikroskopis dari
jaringan yang berasal dari tubuh manusia yang masih hidup untuk
menegakkan suatu diagnosis1 atau menentukan apakah suatu tumor
ganas atau jinak atau untuk menegakkan diagnosis suatu proses
penyakit atau infeksi.2
Sedangkan biopsi tulang adalah prosedur medis mengambil
sebagian contoh tulang dari tubuh untuk pemeriksaan laboratorium
dan analisis yang bertujuan untuk membedakan antara tumor ganas
tulang, tumor jinak tulang, osteoporosis dan osteomyelitis.3

119
120 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

B. Sejarah
Terminologi biopsi pertama kali diperkenalkan sebagai istilah medis
oleh seorang Dermatolog asal Perancis, bernama Enest Besnier, pada
tahun 1879.4,5 Sebenarnya jauh sebelum itu, seorang dokter Arab
bernama Albucasis atau Abu al-Qasim Khalaf ibn al Abbas al-Zahrawi
(936-1013) dalam Kitab al-Tasrif (The Method of Medicine) sudah
menggunakan aspirasi jarum halus (fine-needle aspiration) sebagai
sarana diagnostik dan terapeutik pada Goiter. Pada tahun 1851,
Lebert melakukan biopsi jarum pada penderita kanker. Menetrier
dan Kroning mendiagnosa tumor ganas dengan menggunakan biopsi
pada tahun 1886 dan 1887. Artikel pertama tentang biopsi ditulis
oleh Hirschfeld (1912) berjudul biopsies from lymph nodes kemudian
pada tahun 1927, Dudgeon menulis artikel tentang penggunaan
FNAB untuk mendiagnosis tumor. Zomosa menerbitkan monograf
berjudul percutaneus needle biopsy (1981) dan dilanjutkan oleh Frable
menulis review secara komprehensif tentang FNA (1983).6

C. Indikasi dan Kontraindikasi


Biopsi bukanlah pemeriksaan diagnostik utama dan pertama
pada tumor tulang dan jaringan lunak. Gejala klinis, pemeriksaan
laboratoris dan radiologis merupakan tahap awal penegakkan
diagnosis suatu tumor tulang dan jaringan lunak. Pada beberapa
kasus tumor jinak tulang diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis, laboratoris dan radiologis maka biopsi tidak
diindikasikan. Biopsi haruslah menjadi tahapan diagnostik akhir
setelah semua pemeriksaan non invasif lainnya dilakukan dan tidak
mampu menegakkan diagnosis.
Namun untuk menegakkan diagnosis suatu tumor tulang dan
jaringan lunak bukanlah suatu hal yang mudah karena harus melalui
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 121

diskusi multisiplin dan melibatkan minimal tiga disiplin ilmu,


yaitu ahli orthopaedi onkologi, ahli patologi muskuloskeletal, ahli
radiologi muskuloskeletal.7

1. Indikasi Biopsi 7-9


• Menegakkan diagnosis tumor primer pada tulang dan
jaringan lunak yang tidak memiliki gambaran spesifik pada
pemeriksaan radiologis
• Mengkonfirmasi atau menyingkirkan kasus metastasis
muskuloskeletal pada tumor primer yang sudah ditegakkan
sebelumnya
• Menyingkirkan tumor primer pada tulang belakang, yang
secara umum sering dijumpai pada multiple myeloma dan
metastasis tulang
• Mengevaluasi rekurensi tumor paska reseksi
• Menginvestigasi dan konfirmasi diagnosis dari infeksi
muskuloskeletal dan untuk mengambil spesimen
mikroorganisme
• Menginvestigasi penyebab dari fraktur patologis
• Mengidentifikasi penyebab primer dari metastasis tulang
yang belum diketahui penyebabnya

2. Kontraindikasi Biopsi 7,8


• Penurunan jumlah trombosit
• Pemanjangan masa pembekuan darah
• Lesi dengan dugaan hipervaskulerisasi pada cervical dan
thoracal vertebra
• Infeksi jaringan lunak di sekitar lesi tulang yang non infeksi
• Pasien yang tidak koperatif
• Lokasi yang tidak dapat diakses
122 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

Secara umum, tumor dan infeksi adalah indikasi utama biopsi,


yang bertujuan menegakkan diagnosis yang akan mempengaruhi
pengambilan keputusan selanjutnya. Sebagai contoh pada pasien
tumor ganas payudara dengan penyebaran luas pada hati dan
paru serta multipel lesi pada tulang belakang, maka biopsi tidak
perlu dilakukan pada tulang belakang karena hasil biopsi tidak
akan mempengaruhi tata laksana paliatif pada pasien ini. Namun
jika tumor ganas payudara tidak disertai dengan penyebaran pada
organ padat dan hanya satu lesi pada tulang belakang maka biopsi
dibutuhkan untuk staging dari tumor ganas dan juga menentukan
tindakan selanjutnya. Lesi jinak yang klasik (‘do not touch lesion’)
juga tidak memerlukan biopsi. Begitu pula lesi yang tidak terdeteksi
dengan pemeriksaaan radiologis, bahkan dengan resolusi yang tinggi,
maka tidak mungkin dilakukan biopsi karena tidak ada panduan
lokasi lesi tersebut.7
Secara umum biopsi adalah tindakan invasif, terutama biopsi
terbuka yang memiliki komplikasi dan morbiditas bagi pasien,
sehingga sangat perlu untuk menimbang dengan tepat rasio resiko
dan keuntungan dari suatu biopsi. Lokasi juga merupakan salah satu
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknik biopsi
yang digunakan.7

D. Jenis Biopsi
Berdasarkan teknik pengerjaannya, biopsi dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis yaitu :

1. Biopsi tertutup
Biopsi tertutup adalah biopsi yang dilakukan dengan cara
menusukkan jarum biopsi melalui kulit (perkutan) untuk
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 123

mendapatkan spesimen sel atau jaringan, atau sering disebut istilah


needle biopsy atau percutaneous biopsy.2 Berdasarkan spesimen yang
didapatkan dari teknik biopsi ini, maka biopsi tertutup dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) atau Fine needle
aspiration biopsy (FNAB)
FNAB dilakukan dengan menggunakan jarum secara perkutan
pada daerah patologis kemudian dilakukan aspirasi. Jarum yang
digunakan sangat bervariasi dari mulai ukuran jarum spinal
22G, 18G, atau jarum 17G EZM needle. Tusukan perkutan
dilakukan beberapa kali dengan arah yang berbeda dengan
tujuan mendapatkan spesimen yang adekuat, karena umumnya
tumor muskuloskeletal adalah tumor yang heterogen.8, 10-12
Untuk mendapatkan akses pada jaringan patologis maka
penggunaan FNAB pada tumor ganas tulang diindikasikan
pada pasien dengan kerusakan kortek tulang (cortical breach)
dan keterlibatan jaringan lunak, sehingga melalui kortek yang
rusak dan jaringan di sekitarnya diperoleh akses masuk menuju
jaringan patologis12.
Namun angka kejadian negatif palsu masih tinggi pada
FNAB, bahkan jika didapatkan spesimen yang adekuat,
diagnosis tidak dapat ditegakkan secara sempurna karena
pemeriksaan yang dilakukan adalah sitologi bukan histopatologi.
Hal ini menyebabkan keterbatasan untuk melakukan evaluasi
mikroskopis terhadap arsitektur jaringan (seperti matriks yang
terbentuk) sehingga tidak dapat menegakkan subklasifikasi
dan grading diagnosis serta tidak dapat dilakukan pemeriksaan
lanjutan (ancillary technique), seperti cytogenetic, cytomolecular
dan imunohistokimia, pada kasus yang meragukan.10,11
124 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

FNAB adalah prosedur yang relatif atraumatik, ekonomis


hemat waktu, tanpa persiapan khusus dengan angka morbiditas
terhadap pasien yang lebih rendah. Teknik ini dapat diandalkan
pada kasus kekambuhan lokal (local recurrence) dengan akurasi
94%,13 dimana hasil sitologi dapat dibandingkan dengan
pemeriksaan histologi sebelumnya. FNAB juga memiliki
akurasi yang tinggi pada metastasis tulang disebabkan
karsinoma (100%) dan multiple myeloma, karena kedua jenis
tumor ini bersifat homogen.10,11,13 Sedangkan pada kasus tumor
primer tulang akurasi FNAB bervariasi dari 87%-94,7% 9,12,13
dan 90,9% pada kasus tumor primer jaringan lunak.12 Akurasi
menurun 20% pada round cell tumor dan tumor tulang
belakang.12

b. Core needle biopsy (CNB)


CNB adalah teknik lain dari biopsi tertutup dengan
menggunakan jarum yang lebih besar. Ada beberapa variasi
jarum yang digunakan pada perkutan CNB. Tru-cut needle no.
14G dengan panjang maksimum 20 mm, merupakan pilihan
utama terutama pada tumor jaringan lunak. Pilihan lain adalah
jarum Jamshidi dengan dua ukuran diameter (8 dan 11) dan
panjang (4 inchi = 101 mm dan 8 inchi = 203 mm), dengan
diameter yang lebih besar kuantitas jaringan yang didapat lebih
baik. Pilihan terakhir adalah dengan menggunakan Ackerman
and Craig needle yang memiliki trokar dengan kanula dalam
dan luar. Jarum ini digunakan untuk penetrasi pada lesi sklerosis
dan korteks yang tebal.8,10,12 Angka kejadian negatif palsu lebih
rendah dan pemeriksaan arsitektur jaringan serta pemeriksaan
lanjutan (ancillary technique) dapat dilakukan, sehingga tipe dan
grading histologi dapat ditegakkan.11
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 125

CNB juga merupakan prosedur dengan minimal trauma


pada jaringan dengan resiko kontaminasi yang minim. CNB
dapat dilakukan di poliklinik dengan pembiusan lokal sehingga
ekonomis. Pada tumor yang berukuran kecil, atau berada di
bawah fascia (deep tumor) maka akurasi CNB dapat ditingkatkan
dengan bantuan ultrasound, pada tumor jaringan lunak, dan
CT-scan, pada tumor tulang. Dengan akurasi yang tinggi
dibandingkan FNAB, lebih dari 90%, dan resiko kontaminasi
yang minimal dan angka morbiditas yang rendah dibandingkan
biopsi terbuka, CNB direkomendasikan sebagai pemeriksaan
rutin pada tumor primer tulang dan jaringan lunak. Namun
jika didapatkan negatif palsu atau spesimen yang tidak adekuat,
biopsi terbuka menjadi pilihan selanjutnya.10,11
Akurasi CNB dilaporkan sangat bervariasi dari 77%-100%,
dengan akurasi untuk tumor tulang 80,8%-85% dan tumor
jaringan lunak 68%-83,2%.12-17 Dengan teknik CNB, maka
ahli patologi dapat menentukan diagnosis spesifik dengan
akurasi 84,2%-89.47% 18-20 dan juga tipe histologi dengan
akurasi 88,42%,20 subtipe histologi dengan akurasi 75%-88%
21-23
dan grading histologi dengan akurasi 86,3%-100%. 18,20-24
CNB memiliki sensitivitas 82%-96% dan spesivisitas 100%
sedangkan positive predictive value 100% dan negative predictive
value 82%-95%.16,20,22,24,25

2. Biopsi terbuka
Biopsi terbuka adalah teknik biopsi dengan melakukan insisi
ataupun eksisi dari lesi patologis secara langsung melalui prosedur
pembedahan terbuka.26 Biopsi terbuka merupakan standar emas
dalam menegakkan diagnosis pada tumor tulang dan jaringan lunak
dengan akurasi mencapai 98%.27
126 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

Keuntungan biopsi terbuka adalah sebagai berikut :


a. Jaringan yang didapatkan lebih banyak sehingga memungkinkan
ahli patologi untuk mengevaluasi morfologi selular dan
arsitektur jaringan dari berbagai sisi dan memungkinkan untuk
studi diagnostik lanjut (ancillary study) seperti flow cytometry,
molecular genetics, imunihistokimia dan pemeriksaan dengan
mikroskop elektron. Sehingga dapat menghasilkan diagnosis
definitif dengan sub-klasifikasinya yang menjadi panduan terapi
selanjutnya.10
b. Memungkinkan sebagai terapi definitif jika dilakukan dengan
bantuan pemeriksaan potong beku (frozen section) saat operasi.
c. Meninimalisir paparan radiasi, yang digunakan pada biopsi
tertutup dengan bantuan fluoroscopy atau CT-guided, bagi pasien
maupun dokter.
Kekurangan biopsi terbuka adalah sebagai berikut :
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama
b. Memiliki resiko lebih besar seperi penyembuhan luka yang lebih
lama, infeksi, dll
c. Lebih mahal karena harus dilakukan di dalam kamar operasi,
dengan pembiusan dan hospitalisasi

BIOPSI TERBUKA DAPAT DILAKUKAN DENGAN DUA TEKNIK YAITU :


a. Biopsi insisi
Biopsi insisi dilakukan dengan pembedahan terbuka dengan cara
mengambil sebagian spesimen jaringan pada daerah yang paling
representatif. Hindari mengambil spesimen dari zona reaktif,
yang sangat sedikit mengandung sel tumor, dan bagian tengah
lesi, untuk menghindari bagian nekrotik. Lokasi pengambilan
spesimen biopsi insisi dapat direncanakan dengan bantuan
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 127

pemeriksaan radiologis pre operatif. MRI sangat membantu


untuk visualisasi tumor jaringan lunak atau komponen jaringan
lunak pada tumor tulang, terutama hubungannya dengan struktur
neurovaskular dan ekstensivitas dari tumor. CT sangat membantu
untuk mengevaluasi integritas dari tulang atau destruksi tulang
dan mineralisasi atau sklerosis pada lesi tulang.8-10,28
Pada kasus tumor tulang maka spesimen dapat diambil
melalui bagian kortek yang mengalami destruksi ataupun
infiltrasi pada jaringan lunak. Spesimen yang diambil harus
diidentifikasi oleh ahli bedah secara makroskopis sebagai
jaringan patologis, bukan jaringan yang normal. Spesimen harus
dikirim ke laboratorium patologi anatomi di dalam tempat yang
steril. Pada kasus dengan infeksi sebagai diagnosa diferensial
maka spesimen juga harus dikirim di dalam tempat steril ke
laboratorium mikrobiologi untuk pemeriksaan kultur. Kontrol
perdarahan salah satu tahapan penting pada biopsi terbuka
untuk mencegah terbentuknya hematoma yang luas yang dapat
menyebabkan penyebaran sel tumor pada jaringan di sekitar
jalur biopsi. Pemasangan drain insitu atau sejajar garis insisi
dianjurkan pada kasus dengan perdarahan aktif untuk mencegah
terbentuknya hematoma yang luas.8-10,28
Biopsi insisi memiliki akurasi yang bervariasi mulai 83,3%-
97,14% dengan spesivisitas 75,9%-100% dan sensitivitas 82%-
96,9%. Sedangkan akurasi untuk tipe histologi 88,52% dan
grading histologi 66,7%-100%. Open biopsy memiliki positive
predictive value 100% dan negative predictive value antara 82% -
94,1%.18-20,24
b. Biopsi eksisi
Biopsi eksisi adalah prosedur pembedahan dengan mengambil
secara komplit lesi patologis untuk keperluan pemeriksaan
128 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

histopatologi. Pemeriksaan histopatologi sangatlah penting untuk


mengetahui tipe tumor dan juga batas dari tumor (margin),
terutama pada tumor yang belum jelas apakah jinak atau ganas.26
Pada tumor jinak maka biopsi eksisi dapat menjadi terapi definitif.

Tabel 1. Studi Akurasi Beberapa Teknik Biopsi


CNB- Open
No. Studi Tahun FNAC Keterangan
guided CT biopsy
1. Dupuy DE 1998 80% 93% Komplikasi < 1%. Akurasi pada tu-
et al 13 mor tulang primer 87%, round cell
lesion 75%, local recurrence 94% dan
metastasis karsinoma 100%
Non diagnostik 8%
Akurasi menurun 20% pada round
cell lesion dan tulang belakang
2. Mitsuyoshi, G. 2006 77% CNB 85% untuk tumor tulang dan
et al 15 68% untuk tumor jaringan lunak
Tanpa komplikasi
3. Srisawat P. et 2014 96,84% 97,14% Open/CNB guided CT: Nature
al 20 97,14%/ 96,84%; spesifik diagno-
sa 89,52%/ 89,47%; tipe histologi
88,52%/ 88,42%; grading histologi
88,57%/ 86,32%. Tidak ada perbe-
daan bermakna
4. Issakov J. 2003 90% CT guided core needle biopsy
et al 14
5. Kiatisevi P. et 2013 92,9% 96,9% Open / CNB guided CT : Nature
al 18 100%/98,4%; spesifik diagnosis
75,9%/ 85,2%; grading histologi
100%/100%; biopsi ulangan 6,3%/
4,7% dan komplikasi 0,9%/ 4,7%
6. Pohlig E. 2012 100% 93,3% Open/ CNB Guiding CT : Akur-
et al 19 asi 98%/92,9%; positive predictive
value 100%/100%; negative pre-
dictive value 94,1%/ 83,3%; sensi-
tivitas 96,9%/88,8%, spesifisitas
100%/100%, spesifik diagnosis
93,9%/ 84,2%
Akurasi tumor tulang dan jaringan
lunak 100-100%/ 84,6-100%
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 129

Tabel 1. Lanjutan

CNB- Open
No. Studi Tahun FNAC Keterangan
guided CT biopsy
7. Trieu J. et al 17 2016 80,8% - 83,2% Tumor tulang 80,8 ± 7,1%, non diag-
nostik 12,1%
Tumor jaringan lunak 83,2 ± 10,5%,
non diagnostik 6,3%
Komplikasi 0,7%
8. Strauss DC et 2010 97,6% Nature 96,7%, grading histologi
al 23 86,3%, subtipe 89,5% (jinak) and
88% (ganas)
9. Adams SC 2010 91% Non diagnosis 6%, error 10%
et al 29

10. Singh HK 2004 95%


et al 30

11. Ray-Coquard I 2003 100% Sensitivitas 92%; spesifisitas 100%;


et al 25 positive predictive value 100%; nega-
tive predictive value 88%
12. Mahavan VP et 2002 94,28% Sensitivitas 90%; spesifisitas 100%;
al 22 positive predictive value 100%, nega-
tive predictive value 88,23%
Subtype 77,7%
13. Welker JA 2000 92,4% 83,3% Sensitivitas 82%; spesifisitas 100%;
et al 24 positive predictive value 100%, nega-
tive predictive value 82%
Open/ CNB : Akurasi 83,3%/ 92,4%;
grading histologi 66,7%/ 88,6%; Fi-
nal patologi 50%/72,7%; Komplikasi
16%/ 1,1%; error 8,2%/0; amputasi
1,2%/0; komplikasi yang merubah
penatalaksanaan 8,2%/0
14. Heslin MJ 2002 95% CNB/ frozen section akurasi
et al 21 95%/94%; grading 88%/62%, subtype
75%/47%
CNB false + 0%, false – 5%
15. Torriani M et 2002 97% CNB akurasi 97%, Sensitifitas 96%,
al 16 spesifisitas 100%, positive predictive
value 100%, negative predictive value
95%
130 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

CNB- Open
No. Studi Tahun FNAC Keterangan
guided CT biopsy
16 Kaur I et al 12 2016 FNAC/CNB in tumor tulang sen-
sitivitas 94,7%, tumor jaringan lunak
90,9%/100%, spesifisitas 100%, ke-
sesuaian grading pada tumor tulang
72,2% dan pada tumor jaringan lu-
nak 81,8%.

E. Teknik Biopsi
1. Prinsip umum
Untuk meminimalisair komplikasi dan morbiditas bagi pasien serta
meningkatkan akurasi dari biopsi, maka ada beberapa prinsip umum
yang menjadi panduan dalam teknik biopsi yaitu :
• Dengan pembiusan (lokal maupun regional) dan prosedur
aseptik 28
• Jalur biopsi, baik melalui tusukan jarum ataupun insisi harus
berada dalam garis rencana insisi pada terapi pembedahan
definitif, oleh karena itu sangat direkomendasikan dilakukan
oleh ahli bedah yang akan melakukan tindakan pembedahan
definitif.10,28
• Jalur biopsi dianggap sebagai kontaminasi dan harus dieksisi
bersamaan dengan reseksi tumor pada saat terapi definitif.10
• Pilih jalur terpendek antara kulit dan lesi dan melalui hanya 1
kompartemen untuk mencegah kontaminasi kompartemen
lainnya.28
• Jalur biopsi harus menjauhi struktur neurovaskular, sendi,
lempeng pertumbuhan, dan organ internal.28
• Pada biopsi terbuka, insisi harus longitudinal dengan
diameter sekecil mungkin yang optimal untuk mendapat
spesimen jaringan.10,28
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 131

• Gunakan pisau atau kuret untuk mencegah kerusakan pada


arsitektur spesimen jaringan.10
• Pada biopsi tulang, bone window yang dianjurkan adalah
oblong hole with rounded ends daripada rectangular hole with
square corners dan rectangular hole with rounded corners,
untuk mengurangi defek pada tulang yang dilakukan biopsi.
Peningkatan diameter bone window akan menurunkan
kekuatan tulang, sedangkan peningkatan panjang bone
window tidak mempengaruhi kekuatan tulang.31
• Spesimen biopsi harus dikirim untuk pemeriksaan kultur,
begitu juga sebaliknya.10
• Kontrol perdarahan pada luka insisi sebaik mungkin untuk
mengurangi kontaminasi pada jalur biopsi, jika kontrol
perdarahan tidak optimal maka dianjurkan penggunaan
drain untuk drainase sisa perdarahan. Posisi drain harus
berada segaris dengan luka insisi biopsi.10,28
• Torniket jarang digunakan pada biopsi karena sulit
mengevaluasi perdarahan yang terjadi sehingga kontrol
perdarahan tidak optimal, namun jika digunakan maka
penggunaan torniket hanya boleh dengan elevasi dan tanpa
diperas, dan jangan lupa melepas torniket sebelum menutup
luka untuk optimalisasi kontrol perdarahan.10

2. Teknik biopsi berdasarkan lokasi 28


Pada beberapa lokasi maka perlu panduan tersendiri untuk
meminimalisir komplikasi dan morbiditas bagi pasien, diantaranya
adalah :
1. Regio bahu (shoulder)
• Gunakan akses transmuskular melalui 1/3 anterior otot deltoid
132 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

• Hindari akses deltopektoral untuk mencegah kontaminasi


struktur neurovaskular dan otot pektoralis.
• Hindari akses transmucular 1/3 posterior deltoid untuk
mencegah kontaminasi pada saraf aksilaris.
• Preservasi otot deltoid (2/3 posterior) dan saraf axilaris serta
otot pektoralis sangatlah penting pada rekonstruksi bahu.
2. Regio lengan bawah (forearm)
• Akses biopsi sesuai dengan lokasi lesi, jika lesi pada
kompartemen fleksor maka akses volar merupakan pilihan
dan sebaliknya jika lesi pada kompartemen ekstensor maka
akses dorsal adalah pilihan.
• Hindari mengkontaminasi kompartemen lainnya ataupun
natural barrier seperti membran intraosseous.
• Biopsi terhadap ulna sebaiknya dilakukan pada batas
subkutan dari ulna, namun jika tidak memungkinkan maka
diperbolehkan mengorbankan salah satu di antara fleksor
carpi ulnaris dan ekstensor carpi ulnaris.
3. Regio pelvis
• Akses terbaik adalah melalui trans-iliac
• Sebaiknya hindari akses transmuscular melalui otot rectus
femoris (anterior) dan otot gluteus (posterior).
• Preservasi otot gluteus, terutama gluteus medius, akan
memberikan hasil operasi yang optimal.
• CNB dengan bantuan CT-scan akan memberikan hasil
optimal dan mengurangi kontaminasi dan morbiditas bagi
pasien.
4. Regio paha / tungkai atas
• Medial approach adalah pilihan pada lesi yang dekat dengan
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 133

pembuluh darah femoral atau pada kompartemen adduktor,


sehingga memungkinkan untuk eksplorasi dan preservasi
vaskular untuk mencegah kontaminasi.
• Lateral approach adalah pilihan yang sering digunakan untuk
mencegah kontaminasi pada struktur neurovaskular. Akses
biopsi dilakukan melalui otot vastus lateralis.
• Pada distal femur hindari kontaminasi / menembus sendi
lutut.
• Anterior approach sebaiknya tidak digunakan untuk
menghindari kontaminasi pada otot rectus femoris dan otot
quadriceps lainnya. Preservasi otot quadriceps sebanyak
mungkin akan memberikan hasil operasi yang optimal.
5. Regio tungkai bawah
• Anteromedial approach adalah pilihan terbaik untuk lesi pada
tibia.
• Lateral approach adalah pilihan terbaik untuk fibula.
• Hindari kontaminasi terhadap kedua kompartemen
(anterior dan posterior) dan juga natural barrier seperti
membrana intraosseous.
6. Regio tangan dan kaki (hand and foot)
• Hindari biopsi akses melalui sisi palmar dari tangan dan
sisi plantar dari kaki karena area ini sangat sensitif terhadap
nyeri.
• Karena sensitivitas yang sangat tinggi pada daerah tangan
dan kaki maka penggunaan blok regional sangat dianjurkan.
7. Regio iga (ribs)
• Bentuk iga yang konvek, lokasi yang superfisial dan ukuran
yang kecil menjadi tantangan tersendiri untuk biopsi pada iga.
134 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

• Akurasi akan meningkat jika lesi iga disertai dengan


keterlibatan jaringan lunak di sekitarnya.
• Tangential approach lebih direkomendasikan daripada
perpendicular approach terhadap pleura untuk
meminimalisir resiko pneumothoraks.
8. Regio tulang belakang (spine)
• Transpedicular approach adalah pilihan akses biopsi pada
korpus vertebra.
• Costovertebral approach adalah pilihan berikutnya jika lesi
tidak dapat diakses melalui transpedicular.
• Menginjeksikan normal saline pada jaringan lunak disekitar
memungkinkan menjauhkan jaringan lunak dan paru dari
lokasi biopsi di tulang belakang.

Gambar 1. Arah biopsi pada regio bahu (A) aksial dan (B) koronal 33
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 135

Gambar 2. Pria berusia 63 tahun dengan chondroblastoma grade I. Potongan


aksial CT dari bahu kiri menunjukkan 11-gauge jarum biopsi (panah)
dengan ujung dalam lesi sklerotik di kepala humerus (H). Digunakan
pendekatan anterior melalui bagian anterior otot deltoid (D).33

Gambar 3. Ilustrasi lengan di bidang aksial. Membran interosseous (panah)


memisahkan kompartemen ekstensor (E) dan fleksor (F). Perhatian
khusus harus dilakukan agar tidak mengganggu membran interosseous,
sehingga menghindari kontaminasi beberapa kompartemen. R =
radius, U = ulna.33
136 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

Gambar 4. Wanita berusia 20 tahun dengan enchondroma radius. Gambar


aksial CT melalui lengan menunjukkan 11-gauge jarum (panah)
dengan ujung jari-jari (tanda bintang). Dilakukan dengan cermat
agar tidak melewati membran interosseous.33

Gambar 5. Ilustrasi pelvis pada bagian tulang iliaka (kanan) dan ramus pubis
interior (kiri). Kelompok otot gluteus (G) dan otot rektus femoris
(kepala panah) harus dihindari. Pendekatan yang ideal adalah
langsung ke tulang iliaka (panah), baik anterior atau posterior.33
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 137

Gambar 6. Pria berusia 74 tahun dengan osteosarkoma osteoblastik. Gambar


aksial CT pelvis pasien menunjukkan 14-gauge jarum (panah hitam)
dengan ujung dalam lesi (panah putih). Digunakan pendekatan
posterior melalui tulang iliaka, sehingga menghindari otot gluteal
(G).33

Gambar 7. Pria berusia 70 tahun dengan metastasis kanker paru-paru. CT scan


aksial melalui pelvis menunjukkan metastasis litik di kiri tulang iliaka
anterior (tanda bintang); 18-gauge jarum (panah) terlihat melintasi
lesi litik.33
138 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

Gambar 8. Ilustrasi paha aksial. Otot rektus femoris (RF) dan hamstring (HAM)
harus dihindari. Pendekatan medial atau lateral yang melalui vastus
medius (VM) dan vastus lateralis (VL) lebih disukai. F = femur.33

Gambar 9. Pria berusia 58 tahun dengan metastasis adenokarsinoma.


A. Coronal T2- gambar MR menunjukkan penggantian (replacement)
sumsum di distal femur (F), jaringan lunak kelainan sinyal (panah)
sekitar femur distal medial, dan berdekatan sinyal rendah
intramedullary (kepala panah).
B. CT scan axial dari distal femur menunjukkan 11-gauge jarum
(panah) digunakan untuk mendapatkan biopsi inti dari lesi
femoral (F).33
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 139

Gambar 10. Ilustrasi kaki bagian bawah. Gambar aksial menunjukkan titik masuk
yang optimal untuk biopsi tibia (hijau dan panah) yang menghindari
kompartemen otot. T = tibia, F = fibula.33

Gambar 11. Wanita berusia 35 tahun dengan sel kanker ginjal metastatik. CT
scan aksial CT pada dada menunjukkan 18-gauge jaringan lunak
jarum biopsi (panah) massa dinding sampel dada (kepala panah).33
140 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

Gambar 12. Wanita berusia 55 tahun dengan metastasis kanker payudara.


Gambar aksial tulang menunjukkan inti jarum biopsi (panah)
melalui tulang belakang lesi litik (panah) menggunakan pendekatan
transpedikular.33

Gambar 13. Wanita berusia 61 tahun dengan penyakit nodular sclerosing


Hodgkin diobati dengan radiasi. Gambar aksial tulang belakang
menunjukkan 16-gauge inti jarum biopsi jarum (panah) melalui lesi
vertebral litik (panah).33
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 141

Gambar 14. Teknik perkutan CNB berdasarkan lokasi lesi pada tulang 32
142 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

F. Komplikasi
Biopsi merupakan kunci utama penegakan diagnosis akhir pada
tumor muskuloskeletal. Biopsi harus dianggap sebagai tahap
final dari prosedur diagnostik dan bukan jalan pintas untuk
mencapai diagnosis.34 Keputusan untuk melakukan biopsi harus
dipertimbangkan setelah melakukan penilaian klinis yang hati-hati
dan analisis dari pemeriksaan radiologis yang komprehensif. Biopsi
yang dilakukan terburu-buru sebelum pemeriksaan imaging dan
staging dapat mengaburkan temuan radiologis dan menyulitkan
interpretasi radiologis.35
Dulu biopsi dilakukan secara rutin melalui insisi yang besar
sehingga terjadi kontaminasi yang signifikan pada jaringan sekitar
tumor. Walaupun terjadi kontaminasi, hal tersebut tidak terlalu
menjadi masalah karena pada masa itu sebagian besar tumor ganas
pada ektremitas dan pelvis diterapi dengan amputasi. Namun
pada era sekarang, limb-sparing procedure makin berkembang
dan dilakukan pada 90-95% kasus tumor muskuloskeletal pada
ekstremitas. Oleh karena itu, indikasi dan teknik biopsi berubah
agar limb-salvage procedure dapat dilakukan.36
Keputusan mengenai indikasi biopsi, area biopsi, pemilihan
approach, dan teknik biopsi dapat menjadi faktor pembeda antara
biopsi yang berhasil dan bencana. Biopsi yang dilakukan secara
inadequate justru dapat menjadi penghalang untuk menegakkan
diagnosis dan memberikan dampak buruk pada angka survival
pasien. Lebih jauh lagi, pasien yang menjalani biopsi yang tidak
tepat, dapat berkesudahan dengan amputasi yang seharusnya tidak
diperlukan.35
Terkait komplikasi pada biopsi ini, pada tahun 1982, Mankin
dkk. mengevaluasi 329 pasien yang menjalani prosedur biopsi untuk
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 143

bone/ soft-tissue sarcoma, dengan kesalahan diagnosis terjadi sebesar


18,2% dan angka kejadian komplikasi 17,3%. Amputasi yang tidak
perlu terjadi pada 4,5% kasus. Angka kejadian komplikasi ini terjadi
lebih besar pada layanan kesehatan perifer daripada pada pusat
onkologi.37
Pada tahun 1996, Mankin dkk., melakukan studi ulang
pada 597 pasien. Kesalahan diagnosis didapatkan sebesar 15,9%,
amputasi yang tidak perlu 3%. Perbedaan outcome antara layanan
kesehatan perifer dan pusat onkologi tetap sama dengan penelitian
sebelumnya.38
Teknik biopsi terbagi menjadi closed dan open biopsy. Closed
biopsy tidak memerlukan insisi. Spesimen diambil dengan tusukan
pada kulit menggunakan jarum atau trephine. Sebaliknya, pada
open biopsy spesiman diambil melalui insisi pada kulit. Lebih
detail lagi, insisi biopsy berarti hanya sebagain spesimen diambli
dari massa tumor sedangkan excision biopsy berarti lesi diambil
utuh, en-bloc. Semua prosedur biopsi, termasuk yang paling
minor sekalipun selalu disertai risiko komplikasi berupa cidera
pada pembuluh darah dan saraf, komplikasi penyembuhan luka,
infeksi, kontaminasi sel tumor pada jalur biopsi, dan rekurensi di
kemudian hari.
Salah satu komplikasi biopsi yang dikhawatirkan adalah
akselerasi pertumbuhan tumor atau metastatase pada tumor ganas
setelah dilakukan biopsi. Kenyataannya, tidak ditemukan data yang
adekuat yang menjadi bukti bahwa biopsi menyebabkan kedua hal
tersebut. Risiko yang nyata terjadi baik pada open maupun needle
biopsy adalah risiko penyebaran sel tumor pada jaringan sekitar
lokasi biopsi dan menyebabkan rekurensi lokal.39
144 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

1. Fine Needle Aspiration (FNA)


FNA menggunakan jaruam ukuran 22-G dan merupakan teknik
biopsi yang cukup reliable pada soft-tissue tumor. Akurasi FNA
paling tinggi pada tumor yang homogenous misalnya pada multiple
myeloma atau metastasis karsinoma.
FNA memiliki keterbatasan tidak bisa mendapatkan spesimen
untuk evaluasi matrix dan struktur tumor. FNA jarang digunakan
untuk diagnosis primary bone tumor. Insiden false negative tinggi.35
Keuntungan dari FNA adalah tindakan ini relatif atraumatic,
biaya dan angka morbiditasnya rendah. FNA dapat digunakan
untuk evaluasi rekurensi lokal maupun jauh dengan dibandingakan
dengan spesimen histologi sebelumnya. Melaui FNA, low grade atau
high grade sarcoma dapat dibedakan.40

2. Core Needle Biopsy (CNB)


Core biopsy menggunakan jarum ukuran 14-G, lebih dari 90%
akurat untuk membedakan tumor ganas dan jinak.35 Core needle
biopsy biasa dilakukan lebih dulu sebagai modalitas biopsi. Open
biopsy kemudian dilakukan jika diagnosis patologi meragukan atau
tidak berkorelasi dengan dengan klinis dan radiolgis pasien. Biopsi
tulang dengan CNB harus dilakukan dengan panduan CT atau
flouroskopi dan multicore.
Angka false negative lebih rendah daripada FNA. Arsitektur
jaringan bisa didapatkan melalui teknik ini dan seringkali spesimen
yang dihasilkan cukup untuk dilakukan pemeriksaan pelengkap
seperti IHC atau diagnosis molekular.40
Kentungan lain dari teknik ini adalalah risiko kontaminasi,
komplikasi dan biaya lebih rendah dibandingkan dengan open
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 145

biopsy. Risiko percutaneus biopsy dibandingan open biopsy berkisar


0-10% dibanding 16%.

G. Open Biopsy
Teknik ini dipilih pada kasus dimana diagnosis sulit ditegakkan dan
memerlukan spesimen histologi yang cukup besar untuk diagnosis.
Open incisional biopsy ada metode diagnostik yang reliabel karena
ahli patologi dapat mengevaluasi fitur morfologi sel dan arsitektur
jaringan dari berbagai sisi lesi. Selain itu melalui open biopsy
spesimen yang didapatkan cukup untuk dilakuakan evaluasi lebih
detail misalkan IHC, cytogenetic, molecular genetic, flow cytometer
dan mikroskop elektron.35
Hemostasis harus diperhatikan pada saat melakukan open biopsy.
Hematom pada sekitar tumor dianggap menjadi kontaminasi.
Hematom yang besar dapat menyebar diantara jaringan lunak
dan subkutis dan menyebabkan kontaminasi seluruh ekstremitas
yang menyebabkan limb-sparing procedure tidak lagi mungkin
dilakukan.40
Pada keganasan pada tulang, spesimen biopsi dapat diambil dari
komponen extra-osseus. Komponeon extra-osseus pada tumor ganas
menghasilkan representasi tumor yang sama dengan komponen
tulang. Tindakan biopsi yang menyebabkan kerusakan korteks
tulang, meningkatkan risiko terjadinya fraktur patologis dan hanya
direkomendasi bila tidak ada extra-ossues extension tumor yang dapat
diambil.
Pada lesi intraosseus, dimana diperlukan pengambilan spesimen
melalui pembuatan window pada korteks, pembuatan window harus
dilakuan secara hati-hati. Bentuk window yang menyisakan kekuatan
tulang terbesar adalah bentuk oblong dimana tepi window membulat.
146 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

Daftar Pustaka

1. Dorland WAN. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary: Saunders;


2007.
2. O’Toole MT. Encyclopedia and Dictionary of Medicine, Nursing, and
Allied Health: Saunders; 2005.
3. Olendorf D, Jeryan C, Boyden K, Company GR. The Gale Encyclopedia
of Medicine: A-B: Gale Research; 1999.
4. Mufti A, Jackson R. Biopsy—what’s in the name? JAMA Dermatology.
2016;152(2):190.
5. Nezelof C, Guinebretiere JM. [1879, Ernest Besnier inventor of the word
“biopsy”]. La Revue du praticien. 2006;56(18):2081-5.
6. Diamantis A, Magiorkinis E, Koutselini H. Fine-needle aspiration
(FNA) biopsy: historical aspects. Folia histochemica et cytobiologica.
2009;47(2):191-7.
7. Gogna A, Peh WC, Munk PL. Image-guided musculoskeletal biopsy.
Radiol Clin North Am. 2008;46(3):455-73, v.
8. Ghelman B. Biopsies of the musculoskeletal system. Radiol Clin North
Am. 1998;36(3):567-80.
9. Huang AJ, Kattapuram SV. Musculoskeletal neoplasms: biopsy and
intervention. Radiol Clin North Am. 2011;49(6):1287-305, vii.
10. Bickels J JJ, Shmookler B and Malawer M. Biopsy of Musculoskeletal
Tumors. In: Musculoskeletal Cancer Surgery [Internet].
11. Errani C, Traina F, Perna F, Calamelli C, Faldini C. Current concepts
in the biopsy of musculoskeletal tumors. The Scientific World Journal.
2013;2013:538152.
12. Kaur I, Handa U, Kundu R, Garg SK, Mohan H. Role of fine-needle
aspiration cytology and core needle biopsy in diagnosing musculoskeletal
neoplasms. J Cytol. 2016;33(1):7-12.
13. Dupuy DE, Rosenberg AE, Punyaratabandhu T, Tan MH, Mankin HJ.
Accuracy of CT-guided needle biopsy of musculoskeletal neoplasms. AJR
American journal of roentgenology. 1998;171(3):759-62.
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 147

14. Issakov J, Flusser G, Kollender Y, Merimsky O, Lifschitz-Mercer B,


Meller I. Computed tomography-guided core needle biopsy for bone and
soft tissue tumors. Isr Med Assoc J. 2003;5(1):28-30.
15. Mitsuyoshi G, Naito N, Kawai A, Kunisada T, Yoshida A, Yanai H, et
al. Accurate diagnosis of musculoskeletal lesions by core needle biopsy.
Journal of surgical oncology. 2006;94(1):21-7.
16. Torriani M, Etchebehere M, Amstalden E. Sonographically guided
core needle biopsy of bone and soft tissue tumors. J Ultrasound Med.
2002;21(3):275-81.
17. Trieu J, Schlicht SM, Choong PF. Diagnosing musculoskeletal tumours:
How accurate is CT-guided core needle biopsy? Eur J Surg Oncol.
2016;42(7):1049-56.
18. Kiatisevi P, Thanakit V, Sukunthanak B, Boonthatip M, Bumrungchart
S, Witoonchart K. Computed tomography-guided core needle biopsy
versus incisional biopsy in diagnosing musculoskeletal lesions. Journal of
orthopaedic surgery (Hong Kong). 2013;21(2):204-8.
19. Pohlig F, Kirchhoff C, Lenze U, Schauwecker J, Burgkart R, Rechl H, et
al. Percutaneous core needle biopsy versus open biopsy in diagnostics of
bone and soft tissue sarcoma: a retrospective study. European journal of
medical research. 2012;17:29.
20. Srisawat P, Veeraphun P, Punyaratabandhu T, Chareonvareekul S,
Songpattanasilpa T, Sritanabutr P, et al. Comparative study of diagnostic
accuracy between office-based closed needle biopsy and open incisional
biopsy in patients with musculoskeletal sarcomas. Journal of the Medical
Association of Thailand = Chotmaihet thangphaet. 2014;97 Suppl 2:S30-
8.
21. Heslin MJ, Lewis JJ, Woodruff JM, Brennan MF. Core needle biopsy
for diagnosis of extremity soft tissue sarcoma. Annals of surgical oncology.
1997;4(5):425-31.
22. Madhavan VP, Smile SR, Chandra SS, Ratnakar C. Value of core needle
biopsy in the diagnosis of soft tissue tumours. Indian journal of pathology
& microbiology. 2002;45(2):165-8.
148 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

23. Strauss DC, Qureshi YA, Hayes AJ, Thway K, Fisher C, Thomas JM.
The role of core needle biopsy in the diagnosis of suspected soft tissue
tumours. Journal of surgical oncology. 2010;102(5):523-9.
24. Welker JA, Henshaw RM, Jelinek J, Shmookler BM, Malawer MM. The
percutaneous needle biopsy is safe and recommended in the diagnosis of
musculoskeletal masses. Cancer. 2000;89(12):2677-86.
25. Ray-Coquard I, Ranchere-Vince D, Thiesse P, Ghesquieres H, Biron P,
Sunyach MP, et al. Evaluation of core needle biopsy as a substitute to
open biopsy in the diagnosis of soft-tissue masses. European journal of
cancer (Oxford, England : 1990). 2003;39(14):2021-5.
26. Segen JC. Concise Dictionary of Modern Medicine: McGraw-Hill; 2006.
27. Den Heeten CJ, Oldhoff J, Oosterhuis JW, Schraffordt Koops H. Biopsy
of bone tumours. Journal of surgical oncology. 1985;28(4):247-51.
28. Espinosa LA, Jamadar DA, Jacobson JA, DeMaeseneer MO, Ebrahim FS,
Sabb BJ, et al. CT-guided biopsy of bone: a radiologist’s perspective. AJR
American journal of roentgenology. 2008;190(5):W283-9.
29. Adams SC, Potter BK, Pitcher DJ, Temple HT. Office-based core needle
biopsy of bone and soft tissue malignancies: an accurate alternative to open
biopsy with infrequent complications. Clinical orthopaedics and related
research. 2010;468(10):2774-80.
30. Singh HK, Kilpatrick SE, Silverman JF. Fine needle aspiration biopsy
of soft tissue sarcomas: utility and diagnostic challenges. Advances in
anatomic pathology. 2004;11(1):24-37.
31. Clark CR, Morgan C, Sonstegard DA, Matthews LS. The effect of biopsy-
hole shape and size on bone strength. The Journal of bone and joint surgery
American volume. 1977;59(2):213-7.
32. Holzapfel BM, Ludemann M, Holzapfel DE, Rechl H, Rudert M. [Open
biopsy of bone and soft tissue tumors : guidelines for precise surgical
procedures]. Operative Orthopadie und Traumatologie. 2012;24(4-
5):403-15; quiz 16-7.
33. Leandro A. Espinosa, David A. Jamadar, Jon A. Jacobson, Michel O.
DeMaeseneer, Farhad S. Ebrahim, Brian J. Sabb, Matthew T. Kretschmer,
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 149

Janet S. Biermann and Sung-Moon Kim. CT-Guided Biopsy of Bone : A


Radiologist’s Perspective. American Roentgen Ray Society. 2008;283-289.
34. Jaffe, H., 1958. Introduction: Problems of classification and diagnosis.
In H. Jaffe, ed. Tumors and Tumorous Condition of the Bone and Joints.
Philadelphia: Lea & Febiger, pp. 9–17.
35. Bickels, J. et al., 2001. Biopsy of Musculoskeletal Tumors. In M. Malawer,
ed. Musculoskeletal Cancer Surgery. Kluwer Academic Publisher, pp. 37–
47.
36. Chang, A., 1995. Clinical Evaluation and treatment of soft tissue tumors.
In F. Enzinger, ed. Soft Tissue Tumour. St Louis: CV Mosby, pp. 17–38.
37. Mankin, H., Lange, T. & Spanier, S., 1982. The hazard of biopsy in
patient with malingnant primary bone and soft tissue tumors. J Bone
Joint Surg1, 78A, pp.656–63.
38. Mankin, H., Mankin, C. & Simon, M., 1996. The hazard of biopsy,
revisited. J Bone Joint Surg, 78A, pp.656–63.
39. Davies, N., Livesly, P. & Cannon, S., 1993. Recurrence of an osteosarcoma
in a needle biopsy tract. J Bone Joint Surg, 75B, pp.977–8.
40. Errani, C. et al., 2013. Current concepts in the biopsy of musculoskeletal
tumors. The Scientific World Journal, pp.1–7.
150 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal

Anda mungkin juga menyukai