Biopsi Pada Muskuloskeletal Tumor PDF
Biopsi Pada Muskuloskeletal Tumor PDF
TUMOR
MUSKULOSKELETAL
(Multidiciplinary Approach)
Editor:
Ferdiansyah Mahyudin
Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
(Multidiciplinary Approach)
Editor:
Ferdiansyah Mahyudin
Anggota IKAPI
Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip,
memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
Prof. Dr. IDG Ugrasena, dr., Yunus Abdul Bari, dr., SpOT
SpA(K) Divisi Tumor Muskuloskeletal,
Divisi Hemotologi-Onkologi, SMF/Departemen Orthopaedi dan
SMF/Departemen Ilmu Kesehatan Traumatologi RSUD Dr. Soetomo/FK
Anak RSUD Dr. Soetomo/FK Universitas Airlangga Surabaya
Universitas Airlangga Surabaya
Dr. Ferdiansyah Mahyudin, dr.,
Mouli Edward, dr., M.Kes, SpOT(K)
SpOT(K) Divisi Tumor Muskuloskeletal,
Divisi Tumor Muskuloskeletal, SMF/Departemen Orthopaedi dan
SMF/Departemen Orthopaedi dan Traumatologi RSUD Dr. Soetomo/FK
Traumatologi RSUD Dr. Soetomo/FK Universitas Airlangga Surabaya
Universitas Airlangga Surabaya
Made Putra Sedana, dr., Sp-
Onarisa Ayu, dr., SpOT PD-KHOM
Fellow Onkologi Orthopedi, Divisi Hematologi-Onkologi,
SMF/Departemen Orthopaedi dan SMF/Departemen Penyakit Dalam
Traumatologi RSUD Dr. Soetomo RSUD Dr. Soetomo/FK
Surabaya Universitas Airlangga Surabaya
S
yukur Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan karuniaNya,
sehingga buku Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
(Multidisciplinary Approach) dapat diselesaikan pada tahun
2017 atas kerjasama dan upaya dari seluruh anggota tim medik tumor
muskuloskeletal RSUD Dr. Soetomo/FK Universitas Airlangga dan
dukungan dari para sekretaris.
Tim medik tumor muskuloskeletal RSUD Dr. Soetomo/FK
Universitas Airlangga telah melaksanakan diskusi multidisiplin sejak
tahun 1997 yang dirintis oleh dr. Abdurrahman, SpOT (alm) dan
Prof. Dr. dr. Soegeng Soekamto Martoprawiro, M.Sc, SpPA (alm).
Diskusi tersebut melibatkan para dokter dari berbagai bidang ilmu
dalam diagnostik dan terapi tumor muskuloskeletal sehingga terjalin
komunikasi yang baik dalam rangka mendapatkan diagnostik dan
manajemen yang komprehensif bagi pasien. Dengan demikian,
mutu pelayanan pada pasien yang menderita tumor muskuloskeletal
dapat ditingkatkan secara optimal.
Pengalaman yang didapat dari diskusi multidisiplin tim medik
tumor muskuloskeletal telah menambah khasanah pengetahuan yang
v
vi Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
Editor
Ferdiansyah
Kata Sambutan
Direktur RSUD Dr. Soetomo
dr. H A R S O N O
dr. H A R S O N O
Kata Sambutan
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U(K)
ix
x Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
xi
xii Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
A. Pendahuluan .......................................................................................... 39
B. Pemilihan Modalitas Diagnosis Pencitraan Muskuloskeletal .......... 40
1. Radiografi Polos ........................................................................... 40
2. USG ................................................................................................ 41
3. Computed Tomography Scan (CT Scan) ..................................... 42
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) ............................................ 44
5. Nuclear Medicine Imaging (Kedokteran Nuklir) ..................... 47
C. Penilaian Sistematis Radiografi pada Tumor Tulang ...................... 51
1. Usia Pasien ..................................................................................... 52
2. Lokasi Tumor ................................................................................... 53
3. Batas tumor .................................................................................... 60
4. Reaksi Periosteal............................................................................ 66
5. Opasitas dan Mineralisasi........................................................... 71
6. Ukuran dan Jumlah Lesi .............................................................. 76
7. Keterlibatan Kortikal .................................................................... 78
8. Keterlibatan Komponen Jaringan Lunak ................................. 79
D. Pencitraan Canggih ............................................................................... 81
E. Ultrasonografi pada Tumor Jaringan Lunak..................................... 83
1. Pendahuluan ................................................................................... 83
2. Diagnosis Diferensial dari Tumor Jaringan Lunak ................... 85
3. Analisis Tumor Jaringan Lunak dengan Ultrasonografi ......... 85
F. MRI pada Tumor Tulang dan Tumor Jaringan Lunak ..................... 97
1. Pemeriksaan MRI pada Tumor Tulang ...................................... 100
2. Pemeriksaan MRI pada Tumor Jaringan Lunak ...................... 102
G. Kesimpulan .............................................................................................. 110
A. Definisi
Biopsi berasal dari bahasa Yunani yaitu bios yang artinya kehidupan,
dan opsis yang artinya melihat, jadi biopsi dapat diartikan sebagai
melihat kehidupan dari suatu jaringan atau sel yang diambil
melalui suatu tindakan medis. Biopsi didefinisikan sebagai tindakan
mengambil atau melakukan pemeriksaan mikroskopis dari
jaringan yang berasal dari tubuh manusia yang masih hidup untuk
menegakkan suatu diagnosis1 atau menentukan apakah suatu tumor
ganas atau jinak atau untuk menegakkan diagnosis suatu proses
penyakit atau infeksi.2
Sedangkan biopsi tulang adalah prosedur medis mengambil
sebagian contoh tulang dari tubuh untuk pemeriksaan laboratorium
dan analisis yang bertujuan untuk membedakan antara tumor ganas
tulang, tumor jinak tulang, osteoporosis dan osteomyelitis.3
119
120 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
B. Sejarah
Terminologi biopsi pertama kali diperkenalkan sebagai istilah medis
oleh seorang Dermatolog asal Perancis, bernama Enest Besnier, pada
tahun 1879.4,5 Sebenarnya jauh sebelum itu, seorang dokter Arab
bernama Albucasis atau Abu al-Qasim Khalaf ibn al Abbas al-Zahrawi
(936-1013) dalam Kitab al-Tasrif (The Method of Medicine) sudah
menggunakan aspirasi jarum halus (fine-needle aspiration) sebagai
sarana diagnostik dan terapeutik pada Goiter. Pada tahun 1851,
Lebert melakukan biopsi jarum pada penderita kanker. Menetrier
dan Kroning mendiagnosa tumor ganas dengan menggunakan biopsi
pada tahun 1886 dan 1887. Artikel pertama tentang biopsi ditulis
oleh Hirschfeld (1912) berjudul biopsies from lymph nodes kemudian
pada tahun 1927, Dudgeon menulis artikel tentang penggunaan
FNAB untuk mendiagnosis tumor. Zomosa menerbitkan monograf
berjudul percutaneus needle biopsy (1981) dan dilanjutkan oleh Frable
menulis review secara komprehensif tentang FNA (1983).6
D. Jenis Biopsi
Berdasarkan teknik pengerjaannya, biopsi dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis yaitu :
1. Biopsi tertutup
Biopsi tertutup adalah biopsi yang dilakukan dengan cara
menusukkan jarum biopsi melalui kulit (perkutan) untuk
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 123
2. Biopsi terbuka
Biopsi terbuka adalah teknik biopsi dengan melakukan insisi
ataupun eksisi dari lesi patologis secara langsung melalui prosedur
pembedahan terbuka.26 Biopsi terbuka merupakan standar emas
dalam menegakkan diagnosis pada tumor tulang dan jaringan lunak
dengan akurasi mencapai 98%.27
126 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
Tabel 1. Lanjutan
CNB- Open
No. Studi Tahun FNAC Keterangan
guided CT biopsy
7. Trieu J. et al 17 2016 80,8% - 83,2% Tumor tulang 80,8 ± 7,1%, non diag-
nostik 12,1%
Tumor jaringan lunak 83,2 ± 10,5%,
non diagnostik 6,3%
Komplikasi 0,7%
8. Strauss DC et 2010 97,6% Nature 96,7%, grading histologi
al 23 86,3%, subtipe 89,5% (jinak) and
88% (ganas)
9. Adams SC 2010 91% Non diagnosis 6%, error 10%
et al 29
CNB- Open
No. Studi Tahun FNAC Keterangan
guided CT biopsy
16 Kaur I et al 12 2016 FNAC/CNB in tumor tulang sen-
sitivitas 94,7%, tumor jaringan lunak
90,9%/100%, spesifisitas 100%, ke-
sesuaian grading pada tumor tulang
72,2% dan pada tumor jaringan lu-
nak 81,8%.
E. Teknik Biopsi
1. Prinsip umum
Untuk meminimalisair komplikasi dan morbiditas bagi pasien serta
meningkatkan akurasi dari biopsi, maka ada beberapa prinsip umum
yang menjadi panduan dalam teknik biopsi yaitu :
• Dengan pembiusan (lokal maupun regional) dan prosedur
aseptik 28
• Jalur biopsi, baik melalui tusukan jarum ataupun insisi harus
berada dalam garis rencana insisi pada terapi pembedahan
definitif, oleh karena itu sangat direkomendasikan dilakukan
oleh ahli bedah yang akan melakukan tindakan pembedahan
definitif.10,28
• Jalur biopsi dianggap sebagai kontaminasi dan harus dieksisi
bersamaan dengan reseksi tumor pada saat terapi definitif.10
• Pilih jalur terpendek antara kulit dan lesi dan melalui hanya 1
kompartemen untuk mencegah kontaminasi kompartemen
lainnya.28
• Jalur biopsi harus menjauhi struktur neurovaskular, sendi,
lempeng pertumbuhan, dan organ internal.28
• Pada biopsi terbuka, insisi harus longitudinal dengan
diameter sekecil mungkin yang optimal untuk mendapat
spesimen jaringan.10,28
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 131
Gambar 1. Arah biopsi pada regio bahu (A) aksial dan (B) koronal 33
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 135
Gambar 5. Ilustrasi pelvis pada bagian tulang iliaka (kanan) dan ramus pubis
interior (kiri). Kelompok otot gluteus (G) dan otot rektus femoris
(kepala panah) harus dihindari. Pendekatan yang ideal adalah
langsung ke tulang iliaka (panah), baik anterior atau posterior.33
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 137
Gambar 8. Ilustrasi paha aksial. Otot rektus femoris (RF) dan hamstring (HAM)
harus dihindari. Pendekatan medial atau lateral yang melalui vastus
medius (VM) dan vastus lateralis (VL) lebih disukai. F = femur.33
Gambar 10. Ilustrasi kaki bagian bawah. Gambar aksial menunjukkan titik masuk
yang optimal untuk biopsi tibia (hijau dan panah) yang menghindari
kompartemen otot. T = tibia, F = fibula.33
Gambar 11. Wanita berusia 35 tahun dengan sel kanker ginjal metastatik. CT
scan aksial CT pada dada menunjukkan 18-gauge jaringan lunak
jarum biopsi (panah) massa dinding sampel dada (kepala panah).33
140 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
Gambar 14. Teknik perkutan CNB berdasarkan lokasi lesi pada tulang 32
142 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
F. Komplikasi
Biopsi merupakan kunci utama penegakan diagnosis akhir pada
tumor muskuloskeletal. Biopsi harus dianggap sebagai tahap
final dari prosedur diagnostik dan bukan jalan pintas untuk
mencapai diagnosis.34 Keputusan untuk melakukan biopsi harus
dipertimbangkan setelah melakukan penilaian klinis yang hati-hati
dan analisis dari pemeriksaan radiologis yang komprehensif. Biopsi
yang dilakukan terburu-buru sebelum pemeriksaan imaging dan
staging dapat mengaburkan temuan radiologis dan menyulitkan
interpretasi radiologis.35
Dulu biopsi dilakukan secara rutin melalui insisi yang besar
sehingga terjadi kontaminasi yang signifikan pada jaringan sekitar
tumor. Walaupun terjadi kontaminasi, hal tersebut tidak terlalu
menjadi masalah karena pada masa itu sebagian besar tumor ganas
pada ektremitas dan pelvis diterapi dengan amputasi. Namun
pada era sekarang, limb-sparing procedure makin berkembang
dan dilakukan pada 90-95% kasus tumor muskuloskeletal pada
ekstremitas. Oleh karena itu, indikasi dan teknik biopsi berubah
agar limb-salvage procedure dapat dilakukan.36
Keputusan mengenai indikasi biopsi, area biopsi, pemilihan
approach, dan teknik biopsi dapat menjadi faktor pembeda antara
biopsi yang berhasil dan bencana. Biopsi yang dilakukan secara
inadequate justru dapat menjadi penghalang untuk menegakkan
diagnosis dan memberikan dampak buruk pada angka survival
pasien. Lebih jauh lagi, pasien yang menjalani biopsi yang tidak
tepat, dapat berkesudahan dengan amputasi yang seharusnya tidak
diperlukan.35
Terkait komplikasi pada biopsi ini, pada tahun 1982, Mankin
dkk. mengevaluasi 329 pasien yang menjalani prosedur biopsi untuk
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 143
G. Open Biopsy
Teknik ini dipilih pada kasus dimana diagnosis sulit ditegakkan dan
memerlukan spesimen histologi yang cukup besar untuk diagnosis.
Open incisional biopsy ada metode diagnostik yang reliabel karena
ahli patologi dapat mengevaluasi fitur morfologi sel dan arsitektur
jaringan dari berbagai sisi lesi. Selain itu melalui open biopsy
spesimen yang didapatkan cukup untuk dilakuakan evaluasi lebih
detail misalkan IHC, cytogenetic, molecular genetic, flow cytometer
dan mikroskop elektron.35
Hemostasis harus diperhatikan pada saat melakukan open biopsy.
Hematom pada sekitar tumor dianggap menjadi kontaminasi.
Hematom yang besar dapat menyebar diantara jaringan lunak
dan subkutis dan menyebabkan kontaminasi seluruh ekstremitas
yang menyebabkan limb-sparing procedure tidak lagi mungkin
dilakukan.40
Pada keganasan pada tulang, spesimen biopsi dapat diambil dari
komponen extra-osseus. Komponeon extra-osseus pada tumor ganas
menghasilkan representasi tumor yang sama dengan komponen
tulang. Tindakan biopsi yang menyebabkan kerusakan korteks
tulang, meningkatkan risiko terjadinya fraktur patologis dan hanya
direkomendasi bila tidak ada extra-ossues extension tumor yang dapat
diambil.
Pada lesi intraosseus, dimana diperlukan pengambilan spesimen
melalui pembuatan window pada korteks, pembuatan window harus
dilakuan secara hati-hati. Bentuk window yang menyisakan kekuatan
tulang terbesar adalah bentuk oblong dimana tepi window membulat.
146 Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal
Daftar Pustaka
23. Strauss DC, Qureshi YA, Hayes AJ, Thway K, Fisher C, Thomas JM.
The role of core needle biopsy in the diagnosis of suspected soft tissue
tumours. Journal of surgical oncology. 2010;102(5):523-9.
24. Welker JA, Henshaw RM, Jelinek J, Shmookler BM, Malawer MM. The
percutaneous needle biopsy is safe and recommended in the diagnosis of
musculoskeletal masses. Cancer. 2000;89(12):2677-86.
25. Ray-Coquard I, Ranchere-Vince D, Thiesse P, Ghesquieres H, Biron P,
Sunyach MP, et al. Evaluation of core needle biopsy as a substitute to
open biopsy in the diagnosis of soft-tissue masses. European journal of
cancer (Oxford, England : 1990). 2003;39(14):2021-5.
26. Segen JC. Concise Dictionary of Modern Medicine: McGraw-Hill; 2006.
27. Den Heeten CJ, Oldhoff J, Oosterhuis JW, Schraffordt Koops H. Biopsy
of bone tumours. Journal of surgical oncology. 1985;28(4):247-51.
28. Espinosa LA, Jamadar DA, Jacobson JA, DeMaeseneer MO, Ebrahim FS,
Sabb BJ, et al. CT-guided biopsy of bone: a radiologist’s perspective. AJR
American journal of roentgenology. 2008;190(5):W283-9.
29. Adams SC, Potter BK, Pitcher DJ, Temple HT. Office-based core needle
biopsy of bone and soft tissue malignancies: an accurate alternative to open
biopsy with infrequent complications. Clinical orthopaedics and related
research. 2010;468(10):2774-80.
30. Singh HK, Kilpatrick SE, Silverman JF. Fine needle aspiration biopsy
of soft tissue sarcomas: utility and diagnostic challenges. Advances in
anatomic pathology. 2004;11(1):24-37.
31. Clark CR, Morgan C, Sonstegard DA, Matthews LS. The effect of biopsy-
hole shape and size on bone strength. The Journal of bone and joint surgery
American volume. 1977;59(2):213-7.
32. Holzapfel BM, Ludemann M, Holzapfel DE, Rechl H, Rudert M. [Open
biopsy of bone and soft tissue tumors : guidelines for precise surgical
procedures]. Operative Orthopadie und Traumatologie. 2012;24(4-
5):403-15; quiz 16-7.
33. Leandro A. Espinosa, David A. Jamadar, Jon A. Jacobson, Michel O.
DeMaeseneer, Farhad S. Ebrahim, Brian J. Sabb, Matthew T. Kretschmer,
Biopsi pada Muskuloskeletal Tumor 149