Anda di halaman 1dari 70

CASE REPORT

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN


GIGI DAN MULUT DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
NEGLASARI MELALUI UKGM DAN UKGS

Disusun oleh:

Khodijah Syukriyah 160110130120


Riri Werdhany 160110130128
Silmi Azhari 160110130129
Ridha Widyastuti 160110130131
Ong Sing Yeh 160112162512
Tan Wei Wen 160112162526

Pembimbing:
Dr. Dra. Cucu Zubaedah, MS.
dr. Nurhidayanti
drg. Medila Dahlan
drg. Dian Fajarwati

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS NEGLASARI
MELALUI UKGM DAN UKGS

PENYUSUN

Khodijah Syukriyah 160110130120


Riri Werdhany 160110130128
Silmi Azhari 160110130129
Ridha Widyastuti 160110130131
Ong Sing Yeh 160112162512
Tan Wei Wen 160112162526

Bandung, 9 Desember 2017

Pembimbing Case Report

Dr. Dra. Cucu Zubaedah, MS.


NIP. 19611205 1989 10 2001

Kepala Departemen IKGK Pembimbing Lapangan Puskesmas


FKG UNPAD

Dr. Gilang Yubiliana, drg. M.Kes dr. Medila Dahlan


NIP. 19761219 2003 12 2001 NIP. 19760126 2007 01 2011
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Tujuan Pemecahan Masalah......................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

2.1 Promosi Kesehatan....................................................................................5

2.1.1 Visi dan Misi......................................................................................6

2.1.2 Konsep Promosi Kesehatan...............................................................8

2.1.3 Tujuan................................................................................................9

2.1.4 Sasaran.............................................................................................10

2.1.5 Strategi dan Ruang Lingkup Promosi Kesehatan............................10

2.2 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut...........................................................14

2.2.1 Konsep Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat.....................................14

2.2.2 Sasaran.............................................................................................15

2.2.3 Indikator Keberhasilan Usaha Kesehatan Masyarakat.....................15

2.3 Upaya Kesehatan Gigi Sekolah...............................................................16

2.3.1 Sasaran.............................................................................................17

2.4 Perilaku....................................................................................................17

2.5 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut...................................................18

2.5.1 Metode Penyuluhan..........................................................................22


iv

2.5.2 Pendekatan Penyuluhan...................................................................23

2.6 Proses Tahap Persiapan Penyuluhan.......................................................30

2.6.1 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Kader RW 12 Cigadung....33

2.6.2 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa/i SD Pribadi............34

BAB III PEMECAHAN MASALAH.................................................................35

3.1 Alternatif Pemecahan Masalah...............................................................35

3.2 Prioritas Pemecahan Masalah..................................................................37

3.3 Hambatan dan Kelemahan Program........................................................39

3.3.1 Program Penyuluhan Kader RW 12 Cigadung................................39

3.3.2 Program Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa/I SD Pribadi


40

3.4 Rencana Kerja Operasional.....................................................................40

3.4.1 Rencana Kerja Operasional (RKO) Program Penyuluhan Kader RW


12 Cigadung..................................................................................................40

3.4.2 Rencana Kerja Operasional (RKO) Program Penyuluhan Kesehatan


Gigi dan Mulut pada Siswa/I SD Pribadi.......................................................44

BAB IV PENUTUP..............................................................................................47

4.1 Simpulan..................................................................................................47

4.2 Saran........................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................50

LAMPIRAN..........................................................................................................51
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penyusunan rencana penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kader RW


12 Cigadung.....................................................................................33
Tabel 2. 2 Penyusunan rencana penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk SD
Pribadi..............................................................................................34Y
Tabel 3. 2 Alternatif Jalan Keluar.......................................................................38
DAFTAR GAMBAR

YGambar 2. 1 .......Bagan Proses Promosi Kesehatan (Sumber: Depkes RI, 2007)


Gambar 2. 2 Diagram Proses tahap persiapan penyuluhan. 31

Y
Gambar 3. 1 Pedoman teori H.L. Blum................................................................35
DAFTAR LAMPIRAN

YLampiran 1 Kondisi Poli Gigi UPT Puskesmas Neglasari....................................


Lampiran 2 Foto Kegiatan....................................................................................52
Lampiran 3 Lembar Tugas Evaluasi Penyuluhan Siswa/I SD Pribadi.................57
Lampiran 4 Surat Undangan Kegiatan Penyuluhan Kader RW 12 Cigadung.....58
Lampiran 5 Leaflet penyuluhan kader RW 12 Cigadung.....................................59
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

` Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Neglasari terletak di Jalan Cikutra No

276C, RT 09/ RW 02 Kelurahan Neglasari, Kecamatan Cibeunying Kaler

yang secara administratif memiliki wilayah kerja meliputi empat kelurahan

yaitu Kelurahan Cigadung, Kelurahan Sukaluyu, Kelurahan Neglasari dan

Kelurahan Cihaurgeulis. UPT Puskesmas Neglasari berlokasi dibelakang gor

C-tra arena dan mudah untuk dicapai dari jalan utama baik dengan kendaraan

roda dua maupun roda empat.

UPT Puskesmas Neglasari memiliki 1 poli gigi dengan 2 orang dokter

gigi, 1 perawat gigi dan 1 unit dental chair. Jumlah rata-rata pasien yang

datang ke poli gigi berkisar 15-25 pasien per hari. Angka prevalensi kesehatan

gigi mulut periode Januari hingga Oktober 2017 meliputi karies email,

penyakit pulpa, gingivitis akut, anodontia dan penyakit lainnya menunjukkan

angka yang stabil di setiap bulannya dan tidak ada kenaikan yang signifikan.

Sedangkan, penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi adalah

penyakit pulpa dan yang kedua adalah karies gigi.

Hasil rasio tambal cabut pada gigi tetap di wilayah UPT Puskesmas

Neglasari periode januari hingga oktober 2017 adalah 1:2, sedangkan hasil

rasio tambal cabut pada gigi sulung adalah 1:5. Hal ini menunjukkan

banyaknya kasus gigi mulut yang sudah parah dan masyarakat tidak inisiatif

1
2

memeriksakan diri ke dokter gigi secara rutin dan hanya datang ketika ada

keluhan. Tingginya angka pencabutan gigi sulung juga menunjukkan

kurangnya kesadaran orantua terhadap kesehatan gigi dan mulut anak. Hanya

baru datang ketika ada keluhan. Berdasarkan observasi pada saat pendataan,

masih ada masyarakat yang seumur hidupnya belum pernah ke dokter gigi.

Perbandingan antara tenaga kesehatan dokter gigi dengan masyarakat di

wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari secara keseluruhan adalah 1:1697,

namun pada 3 kelurahan rasio dokter gigi dengan masyarakat lebih dari

1:2500, melebihi standar yang ditetapkan WHO, hal ini menunjukkan tenaga

kesehatan masih jauh dari yang dibutuhkan.

Upaya peningkatan kesehatan perlu dilakukan agar derajat kesehatan gigi

dan mulut di wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari meningkat. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah melalui promosi kesehatan berupa

penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat.

Promosi kesehatan lebih diutamakan pada upaya promotif dan preventif

dan lebih optimal apabila diberikan sedini mungkin. Partisipasi yang aktif dari

masyarakat diperlukan untuk mencapai target jangka panjang. Seperti yang

dapat dilihat dari kader-kader RW 12 Cigadung yang aktif dalam berbagai

kegiatan. Berdasarkan laporan tahunan puskesmas, pemahaman mengenai

kesehatan gigi dan mulut di daerah tersebut masih kurang. Dengan

penyuluhan dan partisipasi yang aktif, diharapkan para kader mampu

meneruskan informasi yang di dapat dari penyuluhan kepada keluarga dan

masyarakat sekitarnya.
3

Kesehatan gigi anak merupakan bibit yang harus dijaga agar anak dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik. Maka dari itu, anak-anak juga harus

dijadikan sasaran dari promosi kesehatan. SD pribadi merupakan SD swasta

yang sebagian besar tingkat sosio-ekonomi orangtua muridnya adalah

menengah ke atas. Namun berdasarkan data dari penjaringan, keadaan

kesehatan gigi mulut anak-anak di SD pribadi tidak jauh berbeda dengan

kondisi anak-anak di SD lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat

sosio-ekonomi yang tinggi tidak menjamin seseorang memiliki kondisi gigi

dan mulut yang baik. Mungkin juga hal tersebut disebabkan karena kurangnya

perhatian orangtua terhadap anak. Sudah ada sedikit kesadaran untuk menjaga

kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilihat dari permintaan para guru untuk

melakukan penyuluhan secara langsung di SD tersebut.

Berdasarkan hasil informasi yang didapatkan dari observasi dan data

Puskesmas, pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja

UPT Puskesmas Neglasari harus ditingkatkan.

1.2 Tujuan Pemecahan Masalah

1. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja UPT

Puskesmas Neglasari

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut

dengan melaksanakan UKGM berupa edukasi kepada para kader RW

12 Cigadung baik secara langsung melalui penyuluhan maupun tidak


4

langsung melalui media leaflet dan poster, sehingga mampu

memberikan edukasi kembali kepada orang lain.

b. Meningkatnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut

dengan melaksanakan UKGS berupa penyuluhan kepada siswa/i SD

Pribadi sehingga angka kesehatan gigi dan mulut anak di wilayah kerja

UPT Puskesmas Neglasari dapat meningkat.

1) Specific: Sasaran yang dituju adalah kader RW 12 Cigadung dan siswa/I

SD Pribadi.

2) Measurable: Keberhasilan program dapat diukur melalui laporan bulanan

dan tahunan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Neglasari.

3) Appropriate: Edukasi yang merupakan kegiatan promotif dan preventif

yang sesuai dengan fungsi puskesmas.

4) Realistic: Program dapat dilaksanakan di wilayah RW 12 Cigadung dan

SD Pribadi

5) Time bound: Program dilaksanakan mengikuti jadwal yang telah

ditetapkan oleh Puskesmas Neglasari.


BAB II

PEMBAHASAN

1.3 Promosi Kesehatan

Analisa situasi yang dilakukan di UPT Puskesmas Neglasari, ditemukan

beberapa masalah yang terjadi. Penetapan prioritas masalah digunakan teknik

skoring yang dikembangkan oleh PAHO (Pan American Health Organization).

Berdasarkan perhitungan teknik skoring PAHO. Prioritas masalah dipuskesmas

Neglasari adalah promosi kesehatan gigi dan mulut belum berjalan secara optimal

hal ini ditunjukan dari UKGS dan UKGM yang belum berjalan optimal.

Promosi kesehatan sendiri didefinisikan sebagai istilah Pendidikan

Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE),

dan istilah lainnya. Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau

memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan

kesehatannya (Ottawa Charter, 1986). Proses pemberdayaan atau memandirikan

masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberian informasi (penyuluhan,

KIE dan pendidikan kesehatan), namun juga menyangkut penggalangan berbagai

dukungan di masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Neglasari

dapat dilakukan melaui kegiatan UKGS dan UKGM, dengan dilakukan kegiatan

penyuluhan pemberdayaan dan evaluasi setiap bulanya.

Proses pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Neglasari berupa palayanan

kuratif yang disertai dengan promotif dan preventif. Beban kerja petugas dalam

melakukan kegiatan kuratif, promotif dan preventif tidak seimbang karena

5
6

kurangnya sumber tenaga manusia, keterbatasan waktu, dan kefektifitasan dan

keefisienan dalam melakukan perawatan gigi. Pemberdayaan kesehatan gigi

selama tahun 2016 di wilayah UPT Puskesmas Neglasari meliputi pemberdayaan

kesehatan gigi di Posyandu, TK dan sikat gigi massal pada anak SD/MI.

Pemberdayaan Posyandu UPT Puskesmas Neglasari dari 52 Posyandu baru di

bina 35 Posyandu. Pemberdayaan pada anak TK di UPT Puskesmas Neglasari

telah dapat dilakukan untuk semua TK yang ada. Pemberdayaan dan bimbingan

sikat gigi massal terutama pada kelas selektif (1,3,5) tidak dilakukan pada semua

SD yang ada di wilayah UPT Puskesmas Neglasari.

Pemberdayaan peran serta masyarakat pada wilayah kerja UPT Puskesmas

Neglasari yaitu berupa posyandu dengan kegiatannya usaha kesehatan masyarakat

meliputi kesehatan ibu hamil, lansia dan balita. Posyandu terbagi menjadi empat

bagian berdasarkan jumlah kader yang aktif, kesuksesan untuk mencapai derajat

kesehatan di lingkungannya dan frekuensi dilakukannya kegiatan dalam

meningkatkan kesehatan yaitu posyandu pratama, madya, purnama dan mandiri.

Posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari rata-rata berada di

kelompok madya dimana kader yang aktif lebih dari 5 di setiap wilayah kerjanya.

1.3.1 Visi dan Misi

Promosi yang dilakukan di UPT puskesmas Neglasari masih kurang

ditandai dengan Kesadaran pasien mengenai tindakan preventif dari pada kuratif

masih terbilang rendah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi penyakit dengan

penderita yang cukup banyak di masyarakat karena kurangnya pengetahuan dan

kepedulian masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Angka prevalensi


7

kesehatan gigi dan mulut periode Januari 2017 hingga Oktober 2017 menurut

hasil perhitungan prevalensi karies email, penyakit pulpa, gingivitis akut,

anodontia dan penyakit lainnya memperlihatkan angka yang stabil di setiap

bulannya dan tidak menunjukan kenaikan yang signifikan. Adapun prevalensi

penyakit gigi dan mulut yang tertinggi di UPT Puskesmas Neglasari adalah

penyakit pulpa. penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi di Puskesmas

Neglasari adalah penyakit pulpa. Sebanyak lebih dari 100 kasus penyakit pulpa

ditemukan pada pasien yang melakukan kunjungan ke Puskesmas selama sepuluh

bulan terakhir puncaknya yaitu terjadi pada bulan mei. Hal ini disebabkan

pelayanan preventif dan kuratif belum dilaksanakan dengan baik oleh Puskesmas

sehingga tenaga kesehatan di puskesmas hanya melakukan tindakan kuratif saat

pasien memiliki keluhan pada giginya.

Promosi kesehatan memilki visi dan misi dimana visi dan misi sebagai

kontrol apakah promosi kesehatan sudah berjalan dengan baik dan sudah

mencapai tujuan. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992

maupun WHO, visi pembangunan kesehatan Indonesia yaitu meningkatnya

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatannya baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi

maupun sosial. Sedangkan misi promosi kesehatan dapat dilakukan dengan upaya

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan melalui:

1. Advocate, melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan

memercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan

perlu didukung melalu kebijakan politik.


8

2. Mediate, menjembatani dan menjalin kemitraan dengan berbagai program

dan sektor yang terkait dengan kesehatan.

3. Enable, memberikan kemampuan kepada masyarakat agar mereka mampu

memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri.

1.3.2 Konsep Promosi Kesehatan

Dalam konteks kesehatan, promosi berarti upaya memperbaiki kesehatan

dengan cara memajukan, mendukung dan menempatkan kesehatan lebih tinggi

dari agenda, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Determinan pokok

kesehatan adalah aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang seringkali berada di

luar kontrol perorangan atau masyarakat secara kolektif.

Oleh karena itu, aspek promosi kesehatan yang mendasar adalah

melakukan pemberdayaan sehingga individu lebih mampu mengontrol aspek-

aspek kehidupan mereka yang memengaruhi kesehatan (Ewless dan Simnett,

1994). Menurut pengertian tersebut, terdapat dua unsur tujuan dan proses kegiatan

promosi kesehatan yaitu memperbaiki kesehatan dan memiliki kontrol yang lebih

besar terhadapnya (aspek-aspek kehidupan yang memengaruhi kesehatan).


9

Pemberdayaan
Proses
Masyarakat
Mampu
Pembelajaran memelihara dan
(Kesadaran, Kemauan, meningkatkan
Kemampuan) derajat
kesehatannya
Dari, Oleh, Untuk dan Bersama
Masyarakat

Sesuai Sosial Budaya

Memengaruhi Lingkungan

Gambar 2. 1 Bagan Proses Promosi Kesehatan (Sumber: Depkes RI, 2007)

Batasan ini menekankan bahwa promosi kesehatan adalah program

masyarakat yang menyeluruh, bukan hanya perubahan perilaku, melainkan juga

perubahan lingkungan. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan

tidak akan efektif dan tidak bertahan lama.

Berdasarkan konsep teori promosi kesehatan, promosi kesehatan

khususnya kesehatan gigi dan mulut harus mengupayakan perubahan dari semua

aspek baik perilaku, lingkungan, sistem dan kebijakan kesehatan.


10

1.3.3 Tujuan

WHO menekankan bahwa program promosi kesehatan merupakan suatu

proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap

kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai

pemberdayaan diri sendiri (self empowerment). Demi mencapai derajat kesehatan

yang optimal, baik dari fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus mampu

mengenal dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhannya, dan mampu mengubah

atau mengatasi lingkungannya.

1.3.4 Sasaran

1. Sasaran Primer

Sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan mau berprilaku sesuai

harapan dan memperoleh manfaat paling besar dari perubahan perilaku

tersebut

2. Sasaran Sekunder

Individu atau kelompok yang memiliki pengaruh atau disegani oleh

sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu mendukung pesan-

pesan yang disampaikan kepada sasaran primer.

3. Sasaran Tertier

Para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-pihak yang

berpengaruh diberbagai tingkatan (pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan,

desa/kelurahan), seperti ketua RT/RW kepala desa, kepala sekolah.


11

1.3.5 Strategi dan Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Penerapan promosi kesehatan dalam program program kesehatan pada

dasarnya merupakan bentuk penerapan strategi global yang dijabarkan dalam

berbagai kegiatan. Strategi global promosi kesehatan menurut WHO tahun 1984

dikenal sebagai strategi ABG (A, advokasi kesehatan; B, bina suasana; G, gerakan

masyarakat).

1. Advokasi Kesehatan

Advokasi kesehatan merupakan upaya pendekatan kepada pimpinan atau

pengambil keputusan agar dapat memberikan dukungan, kemudahan dan

semacamnya pada upaya pembangun kesehatan.

2. Bina Suasana (Sosial Support)

Bina suasana adalah upaya membuat suasana kondusif atau menunjang

pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorrrong untuk

melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Gerakan Masyarakat (Empowerment)

Gerakan masyarakat adalah upaya memandirikan individu, kelompok dan

masyarakat agar berkembang kesadaran dan kemauan serta kemampuan di

bidang kesehatan atau agar secara produktif, masyarakat mempraktikkan

perilaku hidup bersih dan sehat.

Berdasarkan Konferensi Internasional Promosi kesehatan di Ottawa, Canada

tahun 1986 yang menghasilkan piagam Ottawa, Promosi kesehatan dikelompokan

menjadi lima area berikut.


12

1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (Healty Public Policy).

Setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus

mempertimbangkan dampak kesehatan masyarakat.

2. Mengembangkan jaring kemitraan dan lingkungan yang mendukung

(create partnership and supportive environment). Kegiatan ini bertujuan

mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung

terhadap kesehatan.

3. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service).

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab

bersama antara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi pelayanan

diarah kan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek (melibatkan

masyarakat dalam pelayanan kesehatan) yang dapat memelihara dan

meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti

pelayanan kesehatan lebih diarahkan pada pemberdayaanmasyarakat.

4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills).

Peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat

penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

masyarakat memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya.

5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action). Yaitu

memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan dimasyarakat

sehingga lebih dapat berkembang dan memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan

serta aktif dalam pembangunan kesehatan.


13

Kesadaran pasien mengenai tindakan preventif dari pada kuratif masih

terbilang rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya rasio pencabutan

pasien yang datang dan juga sedikitnya warga yang datang ke puskesmas untuk

kontrol enam bulan sekali. Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja UPT

Puskesmas Neglasari yang mayoritas tamatan SD dapat menjadi penyebab

kurangnya tindakan preventif (pencegahan). Hal tersebut dapat dilihat dari rasio

tambalan dan cabut pada pasien dewasa dan anak, dimana pada pasien anak rasio

cabut lebih tinggi sedangakan pada pasien dewasa rasio tambalan lebih tinggi

dari cabut dan juga sedikitnya warga yang datang ke puskesmas untuk kontrol

enam bulan sekali. Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja UPT

Puskesmas Neglasari yang mayoritas tamatan SD dapat menjadi penyebab

kurangnya tindakan preventif (pencegahan).

Pelayanan kesehatan yang menjadi tugas pokok puskesmas masih kurang

dimana tindakan pelayanan kesehatan dan beberapa program puskesmas lainnya

tidak dapat dilakukan secara optimal. Terbatasnya tenaga kesehatan gigi dan

mulut menjadi faktor utama kurang optimalnya pelayanan kesehatan gigi dan

mulut di UPT Puskesmas Neglasari dan wilayah kerjanya. Cakupan wilayah kerja

UPT Puskesmas Neglasari yang luas juga menjadi pokok persoalan timbulnya

masalah pelayanan kesehatan yang kurang optimal. Sebagian besar masyarakat di

wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari merupakan lulusan SD dan SMA,

sehingga ketika memberikan upaya promosi kesehatan harus menggunakan

bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat.


14

Tenaga kesehatan gigi dan mulut yang tersedia pada puskesmas berupa

dua dokter gigi dengan satu perawat gigi. Menurut WHO, rasio dokter gigi dengan

penduduk yang ideal adalah 1:2500, namun rasio dokter gigi dan penduduk di

wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari masih banyak yang lebih dari 1:3000.

Berdasarkan hal tersebut, pelayanan dan promosi kesehatan UKGS dan UKGM di

wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari masih kurang memadai.

Berdasarkan ruang lingkup yang tertera di atas, kegiatan pelaksanaan

promosi kesehatan yang dilakukan kepada para kader RW 12 Cigadung dan

Siswa/I SD Pribadi diharapkan dapat meningkatkan keterampilan individu

dimana kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat memelihara serta

meningkatkan kualitas kesehatannya. Selain itu, kegiatan promosi kesehatan

kepada para kader RW 12 Cigadung juga diharapkan dapat memperkuat kegiatan

masyarakat yaitu memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan

dimasyarakat sehingga lebih dapat berkembang dan memberikan kesempatan

kepada masyarakat untuk berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan

serta aktif dalam pembangunan kesehatan.

1.4 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, dibutuhkan peran

serta masyarakat seperti kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi,

figur masyarakat, kelompok masyarakat misalnya, posyandu, organisasi

masyarakat, organisasi profesi, lembaga sosial dan pemerintah. Pemberdayaan

masyarakat seperti pemberdayaan kader kesehatan meliputi upaya promotif dan

preventif serta rujukan kesehatan berbasis posyandu dengan sasaran anak usia
15

balita, ibu hamil dan menyusui serta kelompok usia lanjut (KEMENKES RI,

2012).

1.4.1 Konsep Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat

Konsep upaya kesehatan gigi masyarakat yang mandiri berwujudkan

upaya kesehatan bersama masyarakat (UKBM) yaitu sebagai berikut.

1. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat.

2. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap

penyakit dan masalah-masalah kesehatan gigi dan mulut.

3. Meningkatkan kemauan masyarakat untuk menolong diri sendiri dalam

bidang kesehatan gigi dan mulut.

4. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dan meningkatkan dukungan.

5. Peran aktif berbagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kesehatan

masyarakat (KEMENKES RI, 2012).

1.4.2 Sasaran

1. Sasaran primer: masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas

Neglasari

2. Sasaran sekunder: kader-kader posyandu, tokoh masyarakat, tokoh

agama, LSM, petugas kesehatan

3. Sasaran tersier: lembaga sarana dan prasarana kesehatan dan

pelayanan kesehatan serta lingkungan yang meliputi keluarga dan

masyarakat.
16

1.4.3 Indikator Keberhasilan Usaha Kesehatan Masyarakat

1. Indikator masukan (input):

1) Ada/tidak ada forum kesehatan gigi masyarakat.

2) Ada/tidak ada pengobatan gigi yang terintegrasi dalam

polindes/poskesdes.

3) Rasio kader kesehatan dibandingkan jumlah penduduk.

4) Rasio tenaga kesehatan dibandingkan jumlah penduduk.

5) Besaran dana kesehatan perkapita penduduk.

2. Indikator proses (process):

1) Frekwensi pertemuan forum kesehatan gigi masyarakat

2) Frekwensi pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang

terintegrasi di polindes/poskesdes

3) Frekwensi kegiatan penyuluhan/promosi kesehatan gigi dan

mulut (PHBS gigi dan mulut)

4) Prosentase kader kesehatan gigi dan mulut dan tenaga sukarela

yang aktif dan berperan serta

3. Indikator keluaran (output):

1) Ada/tidak ada dana sehat yang berkelanjutan

2) Prosentase pelayanan terintegrasi

3) Frekuensi kunjungan tenaga kesehatan ke posyandu

4) Jumlah masyarakat wilayah posyandu berkunjung ke

puskesmas
17

5) Jumlah masyarakat mengikuti penyuluhan (KEMENKES RI,

2012).

1.5 Upaya Kesehatan Gigi Sekolah

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan

masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan

mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya

kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang

dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta

didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut (KEMENKES RI,

2012).

Salah satu resolusi The 60th World Health Assembly (WHA) oleh WHO

tahun 2007 adalah mengembangkan dan mengimplementasikan kesehatan gigi

dan mulut serta pencegahan penyakit gigi dan mulut sebagai bagian dari promosi

kesehatan di sekolah dengan fokus pada PHBS. Pelayanan kesehatan gigi dan

mulut anak sekolah selain dilaksanakan di puskesmas juga dilaksanakan dengan

kegiatan UKS dalam bentuk Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Program

UKGS sudah berjalan sejak tahun 1951 (KEMENKES RI, 2012).

1.5.1 Sasaran

1. Sasaran primer: peserta didik (murid sekolah) TK, SD, SMP, SMA dan

sederajat.

2. Sasaran sekunder: guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang tua

murid serta TP UKS disetiap jenjang.


18

3. Sasaran tersier: lembaga pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan

kesehatan dan pelayanan kesehatan serta lingkungan yang meliputi lingkungan

sekolah, keluarga dan masyarakat (KEMENKES RI, 2012).

1.6 Perilaku

RISKESDAS 2007 menunjukkan perilaku penduduk usia 10 tahun ke atas

menunjukkan 91,1% mempunyai kebiasaan menyikat gigi setiap hari. 90,7%

menggosok gigi pada waktu mandi pagi atau sore, masyarakat yang menggosok

gigi setelah makan pagi hanya 12,6% dan sebelum tidur 28,7%. Keadaan tersebut

menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap waktu menyikat gigi

masih kurang sehingga perlu ditingkatkan program sikat gigi bersama sesuai

anjuran sekolah karena perilaku merupakan kebiasaan yang akan terbentuk bila

dilakukan sejak usia dini (KEMENKES RI, 2012).

RISKESDAS 2007 menunjukkan prevalensi penduduk yang bermasalah

gigi-mulut dan yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi dalam 12 bulan

terakhir adalah 23,4% dan 1,6% telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Penduduk

yang mempunyai masalah gigi-mulut terdapat 29,6% menerima perawatan atau

pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk berobat ke

tenaga kesehatan masih rendah (KEMENKES RI, 2012).


19

1.7 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut

Penyuluhan adalah suatu usaha yang terencana dan terarah dalam bentuk

pendidikan nonformal yang bertujuan merubah sikap dan tingkah laku indivivdu

atau sekelompok orang (Poernomo, 2007). Pada dasarnya kegiatan penyuluhan

adalah suatu proses belajar yang memiliki karakteristik adanya perubahan tingkah

laku yang relatif menetap dan terbentuk karena latihan dan pengalaman.

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan berupa menyebarkan pesan,

menanamkan keyakinan kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak saja sadar,

tahu dan mengerti tapi juga mau dan bisa melakukan tindakan dan sikap sesuai

dengan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Permenkes, 2017).

Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya untuk meningkatakan

pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan ini merupakan suatu

bentuk kegiatan promotif dan preventif. Penyuluhan merupkaan pendidikan

nonformal yang bertujuan mengubah perilaku seseorang melalui pengetahuan

(dari tidak memahami suatu hal menjadi memahami). Sikap dari tidak mau

melakukan kegiatan menjadi mau melakukan kegiatan dan keterampilan dari tidak

terampil menjadi terampil (Poernomo, 2007).

Tujuan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut menurut pasal 38 UU RI No

23 tahun 1992 tentang kesehatan “penyuluhan kesehatan masyarakat

diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan

kemampuan masyarakat untuk tetap hidup sehat dan aktif berperan serta dalam

upaya kesehatan. Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

sebagai berikut.
20

1. Meningkatkan pengetahuan kesehatan sasaran di bidang kesehatan gigi dan

mulut

2. Membangkitkan kemauan dan membimbing masyarakat dan individu untuk

meningkatkan dan melestarikan kebiasaan memelihara diri di bidang

kesehatan gigi dan mulut

3. Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut baik sendiri maupun kesehatan

keluarga

4. Mampu menjalankan upaya mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut serta

menjelaskan kepada keluarganya tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut

5. Mampu mengenal adanya kelainan dalam mulut sedini mungkin kemudian

mencari sarana pengobatan yang tepat dan benar.

Penyuluhan merupakan proses pemberian pengaruh agar orang mampu

merubah sikap dan perilakunya, serta merencanakan dan melaksanakan tindakan-

tindakan tertentu yang konsisten sesuai dengan tujuan yang telah dintentukan.

Penyuluhan sebagai pendidikan nonformal melalui berbagai media. Berbagai

media komunikasi harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

1. Persepsi adalah meningkatkan daya tarik yang dimiliki oleh sutu hal sehingga

akan menarik perhatian dan semakin diamati

2. Kognisi adalah peran disampaikan melalui kalimat yang mudah dimengerti

serta media dapat berupa gambar

3. Afektif adalah pesan yang mendorong sehingga sasaran meniru atau

melakukan kegiatan tersebut


21

Komponen penyuluhan adalah kondisi dari interaksi antara komponen-komponen

penyuluhan. Komponen penyuluhan terbagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Penyuluh adalah pihak yang memberi infirmasi terhadap sasaran. Penyuluh

dapat terdiri dari seseorang, beberapa orang maupun lembaga. Menyuluh

tentang kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik dan tepat sehingga

membutuhkan kompetensi edukasi tambahan sehingga seorang penyuluh

kesehatan dapat bekerja dan menggunakan strategi yang tepat untuk tujuan

edukasi.

2. Sasaran adalah pihak yang menerima informasi dari pihak penyuluh.

Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut harus sesuai dengan tingkat kemampuan

masing-masing sasaran dan sesuai dengan kriteria sasaran yang dihendaki.

3. Pesan adalah informasi atau materi yang disampaikan oleh penyuluh kepada

sasaran sesuai dengan pengetahuan yang jelas sumbernya. Sebuah pesan dapat

berupa lisan ataupun tulisan.

4. Media. Media merupakan alat bantu pendidikan yang berguna untuk

mempermudah sasaran memahami pesan-pesan tentang kesehatan gigi dan

mulut (Poernomo, 2007).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan

gigi dan mulut adalah

1. Persiapan. Persiapan berupa hal yang harus diperhatikan adalah materi yang

akan disampaikan, alat bantu peraga yang akan digunakan serta kesiapan

penyuluh.
22

2. Sikap. Sikap penyuluh harus memiliki pandangan yang luas sehingga dapat

menguasai seluruh peserta dan tidak hanya membaca bahan yang akan

disampaikan. Selain itu penyuluh harus memiliki sikap penyabar, tidak

emosial dan diselingi humor agar suasana yang terbentuk lebih rileks dan

tidak tegang.

3. Suara. Suara pada saat penyuluhan harus terdengan cukup keras dan jelas

sehingga sasaran dapat memahami dan mengerti pesan yang disampaikan.

4. Alat peraga. Peraga yang digunakan harus sesuai dengan materi yang akan

disampaikan selain itu harus semenarik mungkin dan mudah dimengerti.

5. Evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sasaran mampu

menyerap materi yang diberikan. Penyuluh dapat melakukan tanya jawab

terhadap sasaran, pengisian kuesioner dan pemeriksaan kebersihan gigi dan

mulut.

1.7.1 Metode Penyuluhan

Dalam melaksanakan penyuluhan terdapat metode-metode penyuluhan yang

umum digunakan adalah metode didaktik (one way method) dan metode sokratik

(two ways method).

1. Metode didaktik (one way method). Dalam metode ini penyuluh yang aktif

sedangkan pihak sasaran tidak diberi kesmepatan untuk mengemukakan

pendapat.

2. Metode sokratik (two ways method). Dalam metode ini komunikasi dua arah

antara sasaran dan penyuluh dimana sasarn diberi kesempatan mengemukakan

pendapat serta bekerja sama saling meberikan keterangan. Salah satu contoh
23

metode sokratik adalah demonstrasi, yaitu materi penyuluhan disajikan

dengan memperlihatkan cara melakukan kegiatan atau prosedur serta

diberikan penerangan-penerangan secara lisan, gambar dan ilustrasi. Tujuan

metode demonstrasi sendiri adalah adanya perubahan tingkah laku pada

sasaran dengan menggunakan pendekatan persuasif dan sugestif.

Keberhasilan penyuluhan diukur melalui beberapa indikator, yaitu yang

pertama adalah pengetahuan penyuluh terhadap materi yang disampaikan dan

pada proses tanya jawab dan pengetahuan sasaran setelah diberikan materi. Kedua

adalah perilaku dimana didasari oleh pengetahuan sehingga akan menghasilkan

sikap atau tanggapan sasaran terhadap materi yang diberikan. Sikap sendiri adalah

reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup stimulus atau objek. Ketiga

adalah tindakan yaitu sasaran melakukan tindakan (practice) sesuai dengan materi

yang disampaikan (Riyanti, 2017).

1.7.2 Pendekatan Penyuluhan

1.7.2.1 Pendekatan Secara Pribadi (Individual Approach)

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak

langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode pribadi atau individual

approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005), sangat efektif digunakan dalam

penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya

dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah

sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya

jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara


24

individu. Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam

mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan perorangan

pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya,

namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini jarang

diterapkan pada program-program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang

relatif cepat. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun

tidak langsung dengan sasaran secara perorangan.Contohnya : ‘chair side talk’

pada waktu memberikan pengobatan dan obrolan bersifat kekeluargaan.

Bentuk pendekatan ini, antara lain:

a.     Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

Dengan cara ini kontak antara pasien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah

yang dihadapi oleh pasien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya

pasien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dengan penuh pengertian

akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

b.    Interview (wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan pasien untuk menggali informasi

mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum

menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang

akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apalagi

belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.


25

1.7.2.2 Pendekatan secara kelompok (Group Approach)

Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran

penyuluhan secara kelompok dengan ditujukan kepada kelompok-kelompok

masyarakat seperti persatuan orang tua murid, guru-guru sekolah dan ibu-ibu

Posyandu. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut

Kartasaputra (Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan sasaran dibimbing dan

diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih

produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat

yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya

tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang

bersangkutan.

Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode

ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan

interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun

pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.

Ciri khusus metode kelompok :

1. Menjangkau lebih banyak sasaran

2. Memperkuat pembentukan sikap masyarakat

3. Pertemuan dapat diulang

4. Keterlibatan sasaran bisa lebih aktif

Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil.

Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

1.     Kelompok Besar
26

Kelompok besar disini adalah apabila pserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang.

Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.

1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-

hal uang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah. Ceramah

yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan

diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan

mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Kunci dari keberhasilan

pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran

ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah

dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-

ragu dan gelisah.

b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

c. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.

d. Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.

e. Menggunakan alat-alat bantu lihat semaksimal mungkin.

2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk pendidikan menengah ke atas. Seminar

adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa

orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap

hangat masyarakat.

2.     Kelompok Kecil
27

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut

kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara

lain:

1) Diskusi Kelompok

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur

sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling

memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi

empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak

menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus

merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok

mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan

pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau

kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang

hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur

sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara,

sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.

2) Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya

sana dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan

pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian

tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat).


28

Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam

flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan

pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah

semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat

mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil  (buzz

group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak

sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan

masalah tersebut, Selanjutnya hasil  dan tiap kelompok didiskusikan

kembali dan dicari kesimpulannya.

1.7.2.3 Pendekatan Secara Massal (Mass Communication Approach)

Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untyuk mengomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukkan kepada masyarakat yang sifatnya massa

atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.

Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat

pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan

harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran

masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai

pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh

terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya
29

bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan

menggunakan atau melalui media massa.

Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini,

antara lain :

1.    Ceramah umum (public speaking)

Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Bulan Kesehatan Gigi dan Mulut,

Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa

rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan gigi dan mulut.

2. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan gigi dan mulut melalui media

elektronik, baik televisi maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk

promosi kesehatan massa.

3.  Tulisan-tulisan di leaflet, majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel

maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan gigi dan mulut adalah

merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.

5.    Bill board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya

juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

Sepanjang penyuluhan, kita harus menginformasikan secara garis besar

proses terjadinya penyakit tersebut. Penyakit gig yang banyak dideritakan oleh

masyarakat adalah karies gigi dan penyakit periodontal, di mana prosesnya adalah

karena adanya interaksi antara host (gigi, gusi, saliva), penjamu (bakteri/plak) dan

makanan kariogenik (gula). Dengan demikian apabila penyebab penyakit tersebut

diketahui, maka pencegahan penyakit gigi sebenarnya dapat dicapai dengan

sangat mudah.
30

Dalam penyuluhan kesehata gigi dan mulut, masyarakat diajari cara

memelihara kebersihan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi secara benar

dan teratur, memperkuat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluor, mengurangi konsumsi makanan yang manis dan lengket, membiasakan

mengkonsumsi makanan berserat dan menyehatkan gigi serta memeriksakan gigi

secara berkala sedikitnya dalam jangka waktu 6 bulan satu kali.

Setelah mendapat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut diharapkan

masyarakat dapat melakukan kebiasaa berperilaku hidup sehat di bidang

kesehatan gigidan mulut, diantaranya masyarakat mampu menjaga dirinya sendiri

melalui tindakan mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut sedini mungkin,

serta dapat mencari pengobatan yang tepat bila diperlukan. Dengan demikian akan

tercapai tindakan yang positif di bidang kesehatan gigi dan mulut.

1.8 Proses Tahap Persiapan Penyuluhan

Menurut data laporan tahunan 2016 dari Puskesmas Neglasari, didapati

bahwa masayarakat yang datang ke Puskesmas Neglasari untuk perawatan

penambalan gigi melebihi masyarakat yang datang untuk perawatan pencabutan

gigi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa program kuratif lebih tinggi dari

rehabilitatif. Namun, angka penambalan gigi masih lebih tinggi dari tindakan

perawatan pembersihan karang gigi dan pemeriksaan rutin. Ini menyatakan bahwa

fase preventif masih lebih rendah daripada kuratif. Factor tersebut disebabkan

oleh kekurangan kesadaran masayrakat terhadap pemeliharaan kebersihan gigi.

Kekurangan kesadaran boleh terjadi karena kebiasaan pembersihan gigi tidak

dilakukan sejak dini.


31

Dari simpulan tersebut, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dengan

kerjasama dari pihak tenaga kesehatan Puskesmas Neglasari dalam upaya

meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, melakukan tindakan promotif dan

preventif berupa kegiatan penyuluhan yang dilakukan ke kader-kader posyandu

dari kelurahan Cigadung RW 12 pada hari Kamis, tanggal 7 Desember 2017, dan

di Sekolah Dasar Pribadi pada hari Jumat, tanggal 8 Desember 2017.

Dibawah merupakan proses tahap persiapan penyuluhan yang dilakukan di

SD Pribadi dan kelurahan Cigadung RW 12. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan

disesuaikan dengan tingkat pendidikan, usia, dan tempat penyuluhan untuk

memastikan masyarakat memahami pengetahuan yang diberikan sehingga lebih

peduli dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.


32

Menentukan penyuluh

Menghubungi dan
mendapatkan izin

Menyusun jumlah
sasaran

Pembagian kelompok
sasaran (kelompok kecil)

Mempersiapkan materi

Mempersiapkan alat
peraga

Instruksi persiapan
kepada sasaran

Penyuluh mampu
meyakinkan sasaran

Gambar 2. 2 Diagram Proses tahap persiapan penyuluhan.

Penentuan penyuluh dibagi sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Untuk penyuluhan di Cigadung RW 12, Silmi Azhari, Khodijah Syukriyah, dan

Riri Werdhany akan mempresentasikan materi-materi dan demonstrasi cara sikat

gigi. Di SD Pribadi, penyaji materi akan disampaikan oleh Ong Sing Yeh dan

Silmi Azhari. Demonstrasi dan penyuluhan cara sikat gigi akan disampaikan oleh

Silmi Azhari, Khodijah Syukriyah, Riri Werdhany, Ridha Widyastuti, dan Tan

Wei Wen.
33

Setelah diskusi dan rapat dengan tenaga kesehatan di Puskesmas

Neglasari, surat izin melakukan kegiatan penyuluhan diberikan secara langsung

kepada pihak yang bersangkutan. Pada waktu yang sama, sasaran dan jumlah

sasaran juga ditentukan. Jumlah kader-kader yang akan hadir ke penyuluhan

sebanyak 22 orang dan di SD Pribadi ada 159 orang siswa siswi.

Kader-kader dari Cigadung tidak dikelompokkan karena jumlah kader

yang hadir masuk dalam kriteria kelompok kecil. Siswa dan siswi SD Pribadi

dikelompokkan sesuai form mereka, jadinya 1 form ada lebih kurang 25 orang.

Secara umumnya, materi yang disediakan mengandungi cara sikat gigi

yang benar, kepentingan sikat gigi, pola makanan yang sehat, dan pola hidup

sehat. Alat peraga yang diperlukan adalah model gigi untuk demonstrasi cara sikat

gigi, video, poster, dan leaflet untuk membantu dalam penyampaian materi

dengan lebih menarik dan menyentuh sasaran.

Instruksi persiapan diberikan kepada pihak sekolah SD Pribadi untuk

disampaikan kepada siswa dan siswi kelas 1 hingga 6 untuk membawa sikat gigi,

pasta gigi dan gelas kumur sendiri untuk demonstrasi cara sikat gigi.

Setelah diberikan penyuluhan dan demonstrasi cara sikat gigi, dilakukan

evaluasi berupa tanya jawab untuk memastikan sasaran telah memahami materi

penyuluhan yang disampaikan. Sebagai tambahan, berbagai games diadakan

untuk siswa dan siswi SD Pribadi sebagai cara evaluasi yang lebih menari

perhatian anak SD Pribadi.


34

1.8.1 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Kader RW 12 Cigadung

Tabel 2. 1 Penyusunan rencana penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kader RW


12 Cigadung
Meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan
TUJUAN UMUM
mulut di wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari
Meningkatnya pengetahuan mengenai kesehatan
gigi dan mulut dengan melaksanakan UKGM
berupa edukasi kepada para kader RW 12 Cigadung
TUJUAN KHUSUS baik secara langsung melalui penyuluhan maupun
tidak langsung melalui media leaflet dan poster,
sehingga mampu memberikan edukasi kembali
kepada orang lain.
Cara sikat gigi, cara memelihara kesehatan gigi,
MATERI
pola hidup sehat
METODE Ceramah, peragaan
ALAT BANTU PRAGA Video, poster, model gigi, sikat gigi
WAKTU 2 Jam
PENILAIAN Sesi tanya jawab

1.8.2 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa/i SD Pribadi

Tabel 2. 2 Penyusunan rencana penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk SD


Pribadi
Meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan
TUJUAN UMUM
mulut di wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari
TUJUAN KHUSUS Meningkatnya pengetahuan mengenai kesehatan
gigi dan mulut dengan melaksanakan UKGS berupa
penyuluhan kepada siswa/i SD Pribadi sehingga
angka kesehatan gigi dan mulut anak di wilayah
35

kerja UPT Puskesmas Neglasari dapat meningkat.


Cara sikat gigi, cara memelihara kesehatan gigi,
MATERI
makanan yang berpengaruh pada gigi
METODE Ceramah, peragaan, demonstrasi
ALAT BANTU PRAGA Video, model gigi, sikat gigi
WAKTU 2 Jam
PENILAIAN Sesi tanya jawab dalam bentuk games
BAB III

PEMECAHAN MASALAH

1.9 Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah penentuan tujuan, langkah seterusnya adalah menentukan pilihan-

pilihan pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah yang dapat

diupayakan untuk mencapai tujuan UPT Puskesmas Neglasari dalam

meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut melalui UKGM dan UKGS

adalah dengan menggunakan pilihan intervensi potensial yang menggunakan teori

H.L. Blum sebagai patokan.

Gambar 3. 1 Pedoman teori H.L. Blum

36
37

Dari teori H.L. Blum terdapat 4 kelompok pilihan intervensi yaitu:

1. Intervensi tenaga kesehatan :

1) Melaksanakan usaha promotif berupa penyuluhan mengenai kesehatan gigi

dan mulut menggunakan media penyuluhan berupa power point, video,

poster, dan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan pelaksana kegiatan

UKGM dan UKGS di wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari

2) Membuat program khusus pemeriksaan gigi dan mulut rutin kepada

masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari.

2. Intervensi lingkungan :

1) Meletakkan spanduk atau poster mengenai kesehatan gigi dan mulut di

setiap rukun warga yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas

Neglasari.

2) Melakukan kunjungan ke posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas

Neglasari untuk memberikan konsultasi dan/atau pemerikassan gigi dan

mulut kepada balita, anak-anak, dan ibu hamil.

3. Intervensi perilaku individu dan masyarakat :

1) Melaksanakan usaha promotif berupa penyuluhan mengenai kesehatan gigi

dan mulut menggunakan media penyuluhan kepada masyarakat untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat yang berada di wilayah kerja UPT

Puskesmas Neglasari.

2) Melaksanakan usaha promotif berupa penyuluhan mengenai kesehatan gigi

dan mulut menggunakan media penyuluhan kepada para kader RW 12

Cigadung di wilayah UPT Puskesmas Neglasari.


38

3) Melaksanakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada siswa/i SD

Pribadi yang termasuk dalam wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari.

4. Intervensi kependudukan tidak ada.

1.10 Prioritas Pemecahan Masalah

Kemampuan yang dimiliki organisasi selalu bersifat terbatas, maka dipilih

salah satu alternatif jalan keluar yang paling menjanjikan. Cara memilih prioritas

jalan keluar yang dianjurkan dengan menggunakan teknik matriks. Kriteria yang

dimaksud adalah:

1. Efektivitas jalan keluar

Nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar dengan memberikan

angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan 5 (paling efektif). Kriteria tambahan

yang digunakan adalah:

1) Magnitude: besarnya masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar

masalah yang dapat diatasi, semakin tinggi masalah tersebut menjadi

prioritas jalan keluar.

2) Importancy: pentingnya jalan keluar, makin langgeng selesainya masalah,

makin penting jalan keluar masalah tersebut.

3) Vulnerability: sensitivitas jalan keluar, makin cepat masalah teratasi,

makin sensitif jalan keluar tersebut.


39

2. Efisiensi jalan keluar

Nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar dengan memberikan 1

(paling tidak efisien) sampai 5 (paling efisien), nilai efisiensi biasanya dikaitkan

dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk menentukan jalan keluar. Makin besar

biaya yang diperlukan makin tidak efisien jalan keluar tersebut.

Tabel 3. 1 Alternatif Jalan Keluar


Efektivita Efisiens
No Jumlah
Daftar Alternatif Jalan Keluar s i
MxIxV/C
M I V C
1 Melaksanakan usaha promotif berupa
penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan
mulut menggunakan media penyuluhan
berupa power point, banner, dan leaflet,
2 3 3 2 9
untuk meningkatkan pengetahuan
pelaksana kegiatan UKM di wilayah kerja
UPT Puskesmas Neglasari.
2 Membuat program khusus pemeriksaan
gigi dan mulut rutin kepada masyarakat di
2 2 3 3 4
wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari.
3 Meletakkan spanduk atau poster mengenai
kesehatan gigi dan mulut di setiap rukun
2 2 2 2 4
warga yang berada di wilayah kerja UPT
Puskesmas Neglasari.

4 Melaksanakan usaha promotif berupa


penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan
mulut menggunakan media penyuluhan
2 2 3 3 4
kepada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat yang berada di
wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari.

5 Melaksanakan usaha promotif berupa


penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan
mulut menggunakan media penyuluhan 3 4 4 2 24
kepada para kader di wilayah UPT
Puskesmas Neglasari.
40

6 Melaksanakan penyuluhan kesehatan gigi


dan mulut pada anak SD Peribadi yang
termasuk di wilayah kerja UPT
4 4 3 2 24
Puskesmas Neglasari

Setelah menentukan prioritas pemecahan masalah menggunakan teknik

matriks, prioritas pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah melaksanakan

usaha promotif berupa penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut

menggunakan media penyuluhan berupa power point, video, poster, dan leaflet,

kepada para kader RW 12 Cigadung dan siswa/I SD Pribadi di wilayah kerja UPT

Puskesmas Neglasari.

1.11 Hambatan dan Kelemahan Program

Pemecahan masalah yang dipilih mempertimbangkan situasi dan kondisi di

UPT Puskesmas Neglasari, melalui analisis SWOT.

1.11.1 Program Penyuluhan Kader RW 12 Cigadung

1. Strength

Peserta terdiri dari mahasiswa kedokteran gigi dan kader setempat

sehingga materi yang disampaikan dapat diteruskan ke masyarakat setempat.

2. Weakness

Partisipasi kader tidak menyeluruh sehingga tidak semua peserta dapat

hadir.

3. Opportunity

Mampu mengatasi keterbatasan sumber daya manusia dari UPT

Puskesmas Neglasari yang menyebabkan penyebaran pengetahuan kesehatan gigi

dan mulut rendah karena dapat terwakilkan oleh kader setempat.


41

4. Threat

Kader tidak semua hadir atas alasan keperluan keluarga serta perlu

pemantauan jangka panjang

1.11.2 Program Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa/I SD Pribadi

1. Strength

.Peserta terdiri atas pelaku UKM diantaranya dokter gigi dan mahasiswa

kedokteran gigi sehingga materi yang tepat dapat tersampaikan

2. Weakness

Perlu adanya kontrol perilaku kesehatan gigi dan mulut oleh guru.

3. Opportunity

Peserta terdiri dari murid Kelas 1 sampai dengan Kelas 6 sehingga

kebiasaan memelihara kebersihan mulut dapat diterap dari dini.

4. Threat

Kedisiplinan Kelas 1 sampai dengan Kelas 6 kurang sehingga penyuluhan

di jalankan di suasana yang bising dan tidak fokus sehingga materi tidak dapat

disampai dengan maksimal.

1.12 Rencana Kerja Operasional

1.12.1 Rencana Kerja Operasional (RKO) Program Penyuluhan Kader RW

12 Cigadung

1.12.1.1 Alasan utama disusun RKO (Why)

Masalah utama yang ada di UPT Puskesmas Neglasari dalam bidang gigi dan

mulut dapat dilihat dari laporan tahunan UPT Puskesmas Neglasari tahun 2016,

yaitu penyakit pulpa dan jaringan periapikal. Pasien yang datang berobat ke poli
42

gigi tidak mempunyai pengetahuan tentang penyebab keluhan gigi dan mulutnya

serta perawatan yang sesuai dengan keluhannya. Hal tersebut menunjukkan

tingkat pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi dan mulut masih relatif rendah.

1.12.1.2 Tujuan (What)

Penyuluhan kepada kader membantu meningkatkan pengetahuan tentang

kesehatan gigi dan mulut sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diberikan

secara meluas kepada masyarakat.

1.12.1.3 Kegiatan Program (How)

Program peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kader

masyarakat dilakukan sebagai berikut:

1. Penentuan daerah penyuluhan dilakukan berdasarkan pendataan dan

rekomendasi UPT Puskesmas Neglasari dimana penyuluhan kesehatan gigi

dan mulut belum pernah dilakukan di RW 12 Cigadung.

2. Menentukan materi penyuluhan untuk kader

3. Mendesain media penyuluhan berupa power point, poster dan leaflet.

4. Mengeluarkan surat undangan untuk kehadiran kader

5. Memberikan penyuluhan kepada kader dengan power point

6. Meletakkan media penyuluhan berupa leaflet dan poster di Posyandu RW12

Cigadung.
43

Materi penyuluhan dibuat semenarik mungkin dan menggunakan bahasa yang

mudah mengerti oleh kader sehingga mudah disampaikan kepada kader dan

masyarakat.

1.12.1.4 Pelaksana dan Sasaran (Who)

Pelaksana program ini adalah tenaga kesehatan kesehatan gigi di UPT

Puskesmas Neglasari yang diwakili oleh enam Dokter Gigi Muda dari FKG

Unpad. Sasaran kegiatan adalah para kader RW12 Cigadung.

1.12.1.5 Sumber Daya Pendukung (What Kind of Support)

Peralatan yang dibutuhkan berupa media visual seperti power point, poster

dan leaflet mengenai informasi kesehatan gigi dan mulut serta penyakit umum

yang sering dihadapi masyarakat. Media visualnya didesain, dan dicetak oleh

Dokter Gigi Muda FKG Unpad.

1.12.1.6 Tempat (Where)

Tempat yang digunakan untuk melaksanakan penyuluhan adalah kediaman

ketua RW 12 Cigadung.

1.12.1.7 Waktu Pelaksanaan (When)

Penyuluhan dilakukan di kediaman ketua RW12 pada Kamis 07 Desember

2017 pukul 09.00-11.00.

1.12.1.8 Pelaksanaan

Penyuluhan kader setempat dilakukan di kediaman ketua RW12 Cigadung

pada hari Kamis 07 Desember 2017 pukul 09.00 – 11.00. Media penyuluhan

berupa power point dan leaflet dicetak untuk diberikan kepada para kader
44

penyuluhan dan diberikan soft copy untuk diperbanyak saat mereka menyebarkan

pengetahuan ke masyarakat setempat. Poster dan leaflet juga dicetak untuk

diletakkan di Posyandu RW 12 Cigadung.

3.4.1.9 Kontrol dan Evaluasi

Evaluasi kegiatan ini terdiri dari evaluasi input, proses, dan output. Evaluasi

input yaitu sumber daya sudah sesuai dengan rencana, sumber daya manusia yaitu

pemateri yang berjumlah enam orang mahasiswa dapat hadir semua dan sumber

daya pendukung seperti alat bantu penyuluhan dan materi penyuluhan sudah

terpenuhi. Evaluasi output diantaranya kegiatan berjalan lancar dan tidak banyak

hambatan yang berarti, untuk pra kegiatan informasi untuk sasaran dapat

tersampaikan secara menyeluruh melalui surat undangan kepada kader. Saat

kegiatan, waktu pelaksaan terlambat 30 menit karena telat kehadiran kader dan

sebagian sasaran tidak hadir atas alasan keluarga. Untuk evaluasi output

diantaranya peserta sangat antusias atas materi yang diberikan sehinggan banyak

pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada pemateri dan peserta juga

bersedia menyampaikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut kepada

masyarakat dengan menggunakan media penyuluhan yang diberikan yaitu leaflet

dan poster sehingga tujuan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan

mulut di wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari dapat tercapai.


45

1.12.2 Rencana Kerja Operasional (RKO) Program Penyuluhan Kesehatan

Gigi dan Mulut pada Siswa/I SD Pribadi

1.12.2.1 Alasan utama disusun RKO (Why)

Masalah utama yang ada di UPT Puskesmas Neglasari dalam bidang gigi dan

mulut untuk anak-anak yang dapat dilihat dari laporan tahunan UPT Puskesmas

Neglasari tahun 2016 adalah penyakit karies di usia dini. Pasien yang datang

berobat ke poli gigi tidak mempunyai pengetahuan tentang cara pemeliharaan

kebersihan mulut yang benar dan teratur.

1.12.2.2 Tujuan (What)

Penyuluhan kepada siswa SD membantu meningkatkan pengetahuan tentang

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa siswi SD sehingga kebiasaan baik

memelihara kebersihan mulut dapat dilakukan dari usia dini.

1.12.2.3 Kegiatan Program (How)

Program peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa SD

dilakukan sebagai berikut:

1. Penentuan lapangan penyuluhan dilakukan berdasarkan penjaringan UPT

Puskesmas Neglasari dimana pengetahuan pesehatan gigi dan mulut siswa SD

Bilingual Pribadi masih rendah.

2. Menentukan materi penyuluhan untuk siswa SD

3. Mendesain media penyuluhan berupa power point

4. Memberikan penyuluhan kepada siswa dengan power point, sesi tanya jawab,

peragaan dan praktik cara sikat gigi yang baik dan benar.
46

Materi penyuluhan dibuat semenarik mungkin dan menggunakan bahasa yang

mudah mengerti oleh siswa SD sehingga mudah disampaikan kepada siswa.

1.12.2.4 Pelaksana dan Sasaran (Who)

Pelaksana program ini adalah tenaga kesehatan kesehatan gigi di UPT

Puskesmas Neglasari yang diwakili oleh enam Dokter Gigi Muda dari FKG

Unpad. Sasaran kegiatan adalah siswa/i SD Pribadi Kelas 1 - 6.

1.12.2.5 Sumber Daya Pendukung (What Kind of Support)

Peralatan yang dibutuhkan berupa media visual seperti power point mengenai

informasi kesehatan gigi dan mulut, phantum gigi, sikat gigi dan pasta gigi. Media

visualnya didesain oleh Dokter Gigi Muda FKG Unpad.

1.12.2.6 Tempat (Where)

Tempat yang digunakan untuk melaksanakan penyuluhan adalah SD Pribadi.

1.12.2.7 Waktu Pelaksanaan (When)

Penyuluhan dilakukan di SD Pribadi pada hari Jumat, 08 Desember 2017

pukul 13.00-15.00.

1.12.2.8 Pelaksanaan

Penyuluhan kepada pada siswa/I dilakukan di SD Pribadi pada hari Jumat 08

Desember 2017 pukul 13.00 – 15.00. Media penyuluhan berupa power point

diberikan kepada siswa/i SD. Siswa/i SD juga diberi kesempatan untuk

memperagakan cara sikat gigi secara langsung dengan sikat gigi dan pasta gigi

yang dibawa oleh siswa/i SD di bawah instruksi dan supervisi dokter gigi UPT

Puskesmas Neglasari dan mahasiswa kedokteran gigi FKG Unpad.


47

1.12.2.9 Kontrol dan Evaluasi

Evaluasi kegiatan ini terdiri dari evaluasi input, proses, dan output. Evaluasi

input yaitu sumber daya sudah sesuai dengan rencana, sumber daya manusia yaitu

pemateri yang berjumlah satu orang dokter gigi UPT Puskesmas Neglasari dan

enam orang mahasiswa dapat hadir semua dan sumber daya pendukung seperti

alat bantu penyuluhan dan materi penyuluhan sudah terpenuhi. Evaluasi output

diantaranya kegiatan berjalan lancar dan tidak banyak hambatan yang berarti,

untuk pra kegiatan informasi untuk sasaran dapat tersampaikan secara menyeluruh

. Saat kegiatan, waktu pelaksaan dimulai tepat waktu. Namun kedisiplinan siswa

SD masih rendah sehingga penyuluhan dijalankan di dalam suasana yang bising

dan kurang fokus sehingga materi tidak dapat disampaikan dengan maksimal.

Untuk evaluasi output diantaranya peserta sangat antusias atas materi yang

diberikan sehingga banyak pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada

pemateri, selain itu para siswa/i juga dapat dengan mudah menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan oleh pemateri. Rata-rata siswa SD dapat

memperagakan cara sikat gigi yang benar saat sesi sikat gigi.
BAB IV

PENUTUP

1.13 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis situasi dan data yang dilakukan di wilayah UPT

Puskesmas Neglasari menghasilkan beberapa dapat dijadikan masalah. Prioritas

masalah yang ditemukan di wilayah UPT Puskesmas Neglasari adalah Promosi

kesehatan gigi dan mulut belum berjalan di wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut diantaranya, kurangnya tenaga

kesehatan gigi dan luasnya cakupan wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari. Kedua

faktor tersebut memberikan dampak pelaksanaan UKGM dan UKGS yang tidak optimal

akibatnya kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi dan

mulut.

Upaya untuk memecahkan masalah tersebut dilakukan dengan peningkatan

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut melalui UKGM dan UKGS, yaitu

penyuluhan kader RW 12 Cigadung dan siswa/i SD Pribadi yang merupakan

cakupan kerja UPT Puskesmas Neglasari.

Kegiatan UKGM yang dilakukan yaitu berupa peningkatan pengetahuan

kepada kader RW 12 Cigadung dengan cara penyuluhan secara langsung

mengenai hal-hal dasar kesehatan gigi dan mulut yang dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari dan akibatnya jika tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut,

sehingga dapat lebih mengerti dan peduli akan kesehatan gigi dan mulut.

Penyuluhan dilakukan kepada para kader RW 12 Cigadung dengan harapan kader

RW 12 Cigadung dapat secara aktif pula melakukan penyuluhan kembali kepada

48
49

masyarakat sekitarnya dengan penyuluhan secara langsung maupun tidak

langsung melalui media leaflet dan poster.

Kegiatan UKGS yang dilakukan kepada siswa/i SD Pribadi yaitu

penyuluhan secara langsung mengenai hal-hal dasar kesehatan gigi dan mulut

yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat lebih mengerti

dan peduli akan kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan yang dilakukan pada

siswa/i SD Pribadi dengan harapan siswa/i SD Pribadi dapat mempraktekan hal-

hal dasar mengenai kesehatan gigi dan mulut seperti cara menyikat gigi yang baik

dan benar, waktu yang tepat untuk menyikat gigi, makanan yang baik dan buruk

untuk kesehatan gigi, dan lain sebagainya, sehingga kesehatan gigi dan mulut

anak di wilayah kerja UPT Puskesmas Neglasari dapat meningkat.

Beberapa hambatan yang terjadi dalam menjalankan program ini adalah

untuk penyuluhan kader RW 12 Cigadung, tidak semua kader hadir karena alasan

keperluan keluarga sedangkan untuk penyuluhan di SD Pribadi, kedisiplinan kelas

1 sampai dengan kelas 6 kurang sehingga penyuluhan di jalankan di suasana yang

bising dan tidak fokus sehingga materi tidak dapat disampai dengan maksimal.

1.14 Saran

1. Para kader RW 12 Cigadung diharapkan dapat menyebarkan informasi

tersebut kepada masyarakat sekitarnya baik dengan penyuluhan secara

langsung maupun tidak langsung melalui media leaflet dan poster.

2. Media penyuluhan yang sudah diberikan kepada kader RW 12 Cigadung

dapat dijaga dengan baik agar masyarakat dapat melihat/membacanya saat

sedang berada di Balai RW 12 Cigadung


50

3. UPT Puskesmas Neglasari diharapkan dapat mengevaluasi kegiatan

penyuluhan yang dilakukan kepada para kader RW 12 Cigadung melalui

laporan bulanan kesehatan gigi dan mulut.

4. Siswa/i SD Pribadi diharapkan mampu mengamalkan hal-hal dasar dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga angka kesakitan gigi anak di

UPT Puskesmas neglasari dapat menurun.

5. Para guru SD Pribadi diharapkan dapat secara langsung mengawal kesehatan

gigi dan mulut siswa/i nya.

6. UPT Puskesmas Neglasari diharapkan dapat mengevaluasi kegiatan

penyuluhan yang dilakukan kepada para siswa/i SD Pribadi melalui laporan

bulanan kesehatan gigi dan mulut.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Penyuluhan Kesehatan. Diunduh dari: http://pmkes.blogspot.com

diakses Desember 2017.

Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pelatihan Kader Kesehatan Gigi dan Mulut di

Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2012.

______________________. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

(UKGS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2012.

Maulana, Hari. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Poernomo, SD. 2007. Metode Pendidikan Kesehatan Gigi. Jurnal Ilmiah dan

Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM. (4:65-6).

Riyanti, E., Saptarani R. Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Melalui

Perubahan Perilaku Anak. Diunduh dari

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2-10.pdf Diakses Desember

2017.

51
LAMPIRAN

Lampiran 1 Kondisi Poli Gigi UPT Puskesmas Neglasari

52
53

Lampiran 2 Foto Kegiatan

Kegiatan Posyandu

Kegiatan BIAS
54

Kegiatan Pendataan
55

Kegiatan Penjaringan
56

Pelaksanaan Program Penyuluhan Kader RW 12 Cigadung

Pelaksanaan Program Penyuluhan Siswa/I SD Pribadi


57
58

Lampiran 3 Lembar Tugas Evaluasi Penyuluhan Siswa/I SD Pribadi


59
60

Lampiran 4 Surat Undangan Kegiatan Penyuluhan Kader RW 12 Cigadung


61

Lampiran 5 Leaflet penyuluhan kader RW 12 Cigadung


62
63

Anda mungkin juga menyukai