Makalah Transplantasi Ginjal
Makalah Transplantasi Ginjal
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan transplantasi ginjal.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dari ginjal
b. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari transplantasi ginjal
c. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana etiologi terjadinya transplantasi ginjal
d. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa termologi dalam transplantasi ginjal
c. Organisasi
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla.
Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat
adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan
jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang
dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh.
Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor.
Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron terdiri dari sebuah
komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh
saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari
arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.
Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang
dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan
ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam
kapsula Bowman terdapat tiga lapisan:
1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus, melewati
ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat
2.3 Etiologi
Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir)
b. Donor:
Usia 18-50 tahun
Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan
Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi
Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal dan komplikasi
setelah operasi
Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.
Jika donor hidup tidak tersedia, pasien harus menunggu jaringan yang diambil dari
mayat yang cocok, dan untuk mendapatkan donor yang cocok akan diatur oleh organisasi
dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang dibiayai secara federal yang mengkoordinasi
pertukaran organ,dan dengan sistim komputer akan mencocokkan donor mayat dengan calon
penerima.
• Donor hidup
Donor hidup, khususnya donor hidup yang mempunyai hubungan keluarga harus memnuhi
beberapa syarat :
1. Usia lebih dari 18 tahun s/d kurang dari 65 tahun
2. Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa paksaan.
3. Kedua ginjal normal.
4. Tidak mempunyai penyakit yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dalam waktu
jangka yang lama.
5. Kecocokan golongan darah ABO, HLA dan tes silang darah (cross match).
6. Tidak mempunyai penyakit yang dapat menular kepada resepien.
7. Sehat mental.
8. Toleransi operasi baik.
Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis lengkap; termasuk tes
fungsi ginjal, pemeriksaan golongan darah dan sistem HLA, petanda infeksi virus (hepatitis B,
hepatitis C, CMV, HIV), foto dada, ekokardiografi, dan arteriografi ginjal.
10 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
• Donor jenazah
Donor jenazah berasal dari pasien yang mengalami mati batang otak akibat kerusakan otak
yang fatal, usia 10-60 tahun, tidak mempunyai penyakit yang dapat ditularkan seperti hepatitis,
HIV, atau penyakit keganasan (kecuali tumor otak primer). Fungsi ginjal harus baik sampai pada
saat akhir menjelang kematian. Panjang hidup ginjal transplantasi dari donor jenasah yang
meninggal karena strok, iskemia, tidak sebaik meninggal karena perdarahan subaracnoid.
b. Resipien Ginjal
Pasien gagal ginjal terminal yang potensial menjalani transplantasi ginjal harus dinilai
oleh tim transplantasi. Setelah itu dilakukan evaluasi dan persiapan untuk transplantasi.
Frekuensi dialisis menjadi lebih sering menjelang opersi untuk mencapai keadaan seoptimal
mungkin pada saat menjalani operasi.
Dilakukan pemeriksaan jasmani yang teliti untuk menetapkan adanya hipertensi, penyakit
pembuluh darah perifer dan penyakit jantung koroner, ulkus peptikum dan keadaan saluran
kemih. Disamping itu pemeriksaan laboratorium lengkap termasuk pertanda infeksi virus
(hepatitis, CMV, HIV) foto dada, USG, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan gigi geligi dan THT.
11 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
c. Imunologi transplantasi
Ginjal donor harus mempunyai kecocokan secara imunologi dengan ginjal resepien agar
transplantasi berhasil baik. Golongan darah (ABO) yang sama merupakan syarat yang utama.
Kesesuaian imunologis pada transplantasi ginjal dinilai dengan memeriksa pola HLA.
Bila ginajal yang dicontohkan tidak cocok secara imunologis akan timbul reaksi rejeksi.
Reaksi ini sebenarnya merupakan usaha tubuh resepien untuk menolak benda asing yang masuk
ketubuhnya. Ada tiga jenis reaksi rejeksi yang dikenal pada transplantasi ginjal, yaitu :
1. Reaksi hiperakut
Terjadi segera dengan beberapa menit atau beberapa jam setelah klem pembuluh darah
dilepas. Disebabkan adanya antibodi terhadap sistem ABO atau sistem HLA yang tidak
cocok. Rejeksi hiperaktif tidak bisa diatasi harus dilaksanakan nefrektomi ginjal cangkok.
Rejeksi hiperakut saat ini jarang terjadi oleh karena dapat dihindarkan dengan
pemeriksaan reaksi silang.
2. Rejeksi akut
Biasanya terjadi dalam waktu 3 bulan pasca transplantasi, dapat dicetuskan oleh
penghentian atau pengurangan dosis obat imunoisupresi. Manifestasi klinis : demam,
mialgia malaise, nyeri pada ginjal baru, produksi urine menurun, berat badan meningkat,
tekanan darah naik, kreatinin serum meningkat, histopatologi.
Terapi rejeksi akut :
Metil prednisolon: 250 mg-1 gr IV/hari selama 3 hari. Respon umumnya setelah didapatkan
3 hari.
ALG (anti limphocyte globulin), ATG (anti thympocyte globulin) atau antibodi monoklonsl
(OKT-3) sebagai terapi alternatif bila tidak teratasi.
3. Rejeksi kronik
Terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca transplantasi. Pada rejeksi
kronik terjadi penurunan fungsi ginjal cangkok. Belum ada pengobatan yang spesifik
untuk mengobati rejeksi kronik.
12 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
Keberhasilan transplantasi ginjal menurut harapan klinis:
a. Lama hidup ginjal cangkok (Graft Survival)
Lama hidup ginjal cangkok sangat dipengaruhi oleh kecocokan antigen antara donor dan
resipien. Waktu paruh ginjal cangkok pada HLA identik 20-25 tahun, HLA yang
sebagian cocok (one-haplotype match) 11 tahun dan pada donor jenazah 7 tahun. Lama
hidup ginjal cangkok pada pasien diabetes militus lebih buruk daripada non diabetes.
b. Lama hidup pasien (Patient Survival)
Sumber organ donor sangat mempengaruhi lama hidup pasien dalam jangka panjang.
Lama hidup pasien yang mendapat donor ginjal hidup lebih baik dibanding donor
jenasah, mungkin karena pada donor jenasah memerlukan lebih banyak obat
imonosupresi. Misalnya pada pasien yang ginjal cangkoknya berfungsi lebih dari satu
tahun, didapatkan lama hidup pasien 5 tahun (five live survival) pada donor hidup 93 %
dan pada donor jenasah 85 % penyakit eksternal seperti diabetes militus akan
menurunkan lama hidup pasien.
2.9 Komplikasi
a. Penolakan pencangkokan
Yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing yang dikenal oleh
tubuh sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh antigen dari kesesuaian organ
asing. Ada tiga jenis utama penolakan secara klinik, yaitu hiperakut, akut, dan kronis.
b. Infeksi
Infeksi meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang paling serius
memberikan ancaman kehidupan pada periode pencangkokan jaman dulu. Infeksi sistem urine,
pneumonia, dan sepsis adalah yang sering dijumpai.
13 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
d. Komplikasi kardiovaskular
Komplikasinya bisa berupa komplikasi lokal atau sistem. Hipertensi dapat terjadi pada 50%-60%
penderita dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya stenosis arteri
ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan pencangkokkan jenis kronik dan akut, hidronefrosis.
e. Komplikasi pernafasan
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri adalah komplikasi pernafasan yang sering
terjadi.
f. Komplikasi gastrointestinal
Hepatitis B dan serosis terjadi dan mungkin dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan
hepatotoksik.
g. Komplikasi kulit
Karsinoma kulit adalah yang paling umum. Penyembuhan luka dapat menjadi lama karena status
nutrisi yang kurang, albu,in serum yang sedikit dan terapi steroid.
i. Kematian
Rata-rata kematian setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut hanya 10%. Hal ini
menggambarkan adanya penurunan tingkat kematian yang berarti dalam dua dekade yang lalu,
sebelumnya tingkat ketahanan hidup hanya 40-50%. Khususnya rata-rata kematian yang
menurun yang diakibatkan oleh infeksi pada dua tahun pertama setelah dua tahun
pencangkokkan telah terjadi.
14 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
2.10 Persiapan Pembedahan
1. Persiapan pra-operatif untuk calon resipien bertujuan untuk :
a) Menilai kemampuan menjalani operasi besar.
b) Menilai kemampuan menerima obat imunosupresi untuk jangka waktu yang lama.
c) Menilai status vaskular tempat anastomosis.
d) Menilai traktus urinarius bagian bawah.
e) Menghilangkan semua sumber infeksi.
f) Menilai dan mempersiapkan unsur psikis.
15 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
Catatan :
a. Efek samping tacrolimus hampir sama dengan siklosporin
b. Infeksi yang timbul biasanya CMV (cytomegalo virus)
c. ATG (anti thympocyte globulin)
d. ALG (anti limpocyte globulin)
e. MMF (micophenolate mofetil)
Obat imunosupresan berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana
sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus diminum
setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi
walaupun penderita sudah minum obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus
kembali menjalani dialisis, atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain. Obat imunosupresan
akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi.
Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan. Wajah akan
tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak
semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat menyebabkan
katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang.
16 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
2.13 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Transplantasi Ginjal
A. Pengkajian
a) Anamnesa
Identitas Klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat, no register, Tanggal MRS, Tanggal
Pengkajian, Diagnosa medis
Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, biasanya datang dengan keluhan nyeri
pada pinggang, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung, sesak, urine output
sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan
gatal pada kulit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih,
infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk
dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas,
kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan
pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk
mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat
17 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
infeksi system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan
penyakit menular pada keluarga.
Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan
konsep diri ( gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.
Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat
tinggal, area lingkungan rumah, dll.
b) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan TTV
- Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat
- Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi
system saraf pusat
- TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan
dari hipertensi ringan sampai berat
Sistem Pernafasan
Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya
pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan
pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi
Sistem Hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang
merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung
kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak
nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan
curah jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari
penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah
18 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami
perdarahan sekunder dari trombositopenia.
Sistem Neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses
berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati
perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system
rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi
pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi
testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan
metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi
sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada gagal
ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic
insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat
menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan
metabolic lemak, dan gangguan metabolism vitamin D
Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat
Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut
ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di
dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat
malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ),
19 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit
jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan
perfusi perifer dari hipertensi.
c) Pemeriksaan Bio-Psiko
a. Pre-operative
- Status nutrisi : kebutuhan nutrisi, obesitas, penggunaan obat dan alcohol
- Status pernafasan : pola pernafasan, frekwensi dan kedalaman
- Status kardiovaskuler :fungsi system kardiovaskuler
- Fungsi hepatic : fungsi hepar
- Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah
- Fungsi imonologi : reaksi alergi sebelumnya, medikasi, transfuse darah
- Terapi medikasi sebelumnya : segala medikasi sebelumnya, termasuk obat –obatan yang
dijual bebas dan frekwensi penggunaanya
- Pertimabanagn gerontology : lansia dianggap memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk
dibandingkan pasien yang lebih muda
b. Pasca operatif
- Status pernafasan : frekwensi kedalaman , pola pernafasan
- Status sirkulasi dan kehilangan darah : tanda-tanda vital , tekana darah arteri dan vena sentral
, warna dan suhu kulit , keluaran urin , keadaan luka insisi , dan selang drainase
- Nyeri : lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian preoart analgesic , adanya
distensi abdomen
- Drainase ; keluaran urin dan drainase ( jumlah,warna,tipenya ) dari selang yang di pasang
pada saat pembedahan, penurunan atau tidak adanya drainase urin
B. Diagnosa
Pre Operasi
- Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari transplantasi ginjal.
20 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
Post Operasi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau adanya
distensi abdomen/kandung kemih.
2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ; resiko tinggi infeksi
berhubungan denagn drainase urin
3. Kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine, gagal ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan intravena.
C. Intervensi
Pre operasi
No DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx 1 Tujuan: menurunkana. Kaji ketakutan dana. Memberi data dasar untuk pengkajian
anxietas dan cemas kecemasan pasien praoperatif
praoperatif sebelum dilakukan
Kriteria hasil : pembedahan
- Rasa cemas berkurang b. Memberiakn dasar yang lebih lanjut
- Pasien dapat menyebutkanb. Kaji pengetahuan
proses transplantasi ginjal pasien mengenai
- Wajah rileks. prosedur pembedahan
dan kemungkinan hasil
akhir pembedahan.
21 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
mengutarakan dengane. memudahkan pasien dan pasanagnya
kata-kata reaksi , untuk menerima dukungan bersama dan
perasaan dan mengurangi perasaan terisolasi satu sama
ketakutannya. lain.
Post Operasi
No DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Dx 1 Tujuan : pengurangan rasa a. kaji tingkat nyeria. memberikan data dasar untuk
nyeri dan gangguan rasa pasien mengevaluasi keberhasilan strategi dalam
nyaman meredakan rasa nyeri
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat toleransi b. meningkatkan pengurangan rasa nyeri
terhadap rasa nyeri
- Ungkapan rasa nyeri
b. berikan preparat
berkurang/hilang analgesic yangc. meningkatkan relaksasi dan peredaan
- Ekpresi wajah tenang. diresepkan nyeri otot serta gangguan rasa nyaman
22 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
gangguan rasa nyaman
23 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
dan mencegah stasis urinarius.
24 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
denyut nadi , yang sering dilakukan akan menjamin
pernafasan dan tekanan deteksi dini.
darah
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
25 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
3.1 Kesimpulan
Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam. Lama rawat di
rumah sakit biasanya adalah satu minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih harus
melakukan kunjungan secara teratur untuk memfollow-up hasil pencangkokan.Sedangkan bagi
pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan hampir sama dengan resipien. Walaupun demikian,
karena teknik operasi untuk mengangkat ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi
lebih pendek, mungkin 2 sampai 3 hari.
3.2 Saran
Kita harus senantiasa merawat ginjal kita dengan cara minum yang banyak tiap harinya
antara 8-10 gelas/ hari agar ginjal kita tidak cepat rusak dan aktivitas kerja dalam ginjal tetap
terjaga sehingga tidak perlu mengadakan pencangkokan atau membawa dari ginjal orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
26 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I
Carpernito, Linda juall, 1995. Nursing Care Plans and Documentation : Nursing diagnosis and
colaborative problems. Second Edition J.B. Lippincott Company.
Engram, Barbara. 1998. Rencana asuhan keperawatan medical bedah. Edisi bahasa Indonesia.
Volume satu.
Hudak, Carolyn, 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Edisi pertama. Jakarta; EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner Suddarth. Edisi
delapan. Volume dua. Jakarta. EGC.
27 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I I