Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada difteri bertujuan untuk


menentukan diagnosis definitif difteri melalui pemeriksaan bakteriologis dan kultur.
Penting juga untuk dilakukan pemeriksaan EKG sedini mungkin untuk melihat ada
tidaknya miokarditis akibat difteri.

a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan
bakteriologis, kultur, pemeriksaan toksigenisitas, dan pemeriksaan
laboratorium lainnya. Walau demikian, perlu diingat bahwa tata laksana
difteri harus segera dilakukan pada pasien tanpa menunggu hasil pemeriksaan
laboratorium terlebih dahulu.
b. Pemeriksaan bakteriologis:
Pewarnaan gram menunjukkan gambaran kuman gram positif, berbentuk basil
seperti tongkat, tidak berkapsul, dan nonmotil dalam kelompok-kelompok.
c. Kultur:
Sampel dapat diambil dengan menggunakan apusan dari hidung,
pseudomembran, kripta tonsil, ulkus, atau diskolorasi. Kuman difteri yang
terisolasi harus diperiksa lebih lanjut untuk menilai produksi toksin. Apus
tenggorokan dan faring juga perlu dilakukan pada orang yang sering kontak
dengan pasien.
d. Toksigenisitas:
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah terdapat produksi
toksin. Pemeriksaan Elek menilai terbentuknya immunoprecipitin band pada
kertas saring yang sudah diberikan antitoksin dan diletakkan di agar yang
terdapat hasil kultur kuman yang ingin dinilai. Selain itu dapat
dilakukan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi sekuens DNA
yang mengkode subunit A toksin. Pemeriksaan ini bersifat cepat dan sensitif
sehingga sangat bermanfaat untuk skrining dan untuk konfirmasi bakteriologis
terutama pada saat terjadi wabah.
e. Pemeriksaan laboratorium lainnya:
Pemeriksaan darah rutin dapat menunjukkan leukositosis sedang. Urinalisis
dapat menunjukkan proteinuria transien. Selain itu, juga dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi serum terhadap toksin difteri sebelum pemberian
antitoksin. Pada kecurigaan terjadi miokarditis, dapat dilakukan pemeriksaan
troponin I.[1,14]
f. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto polos toraks dan radiografi/Computed
Tomography/ultrasonografi jaringan lunak leher dapat menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak, epiglotis yang membesar, serta penyempitan
area subglotis. Ekokardiografi dapat menunjukkan vegetasi katup, tetapi
manifestasi sistemik ini jarang terjadi.[1]
g. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) sebaiknya dilakukan pada waktu
pertama kali terdiagnosis difteri untuk mendeteksi miokarditis secara dini.
Pemeriksaan EKG serial juga perlu dilakukan jika selama perjalanan penyakit
dicurigai terjadi miokarditis. Gejala miokarditis difteri pada anak mulai dari
kelemahan badan yang tidak spesifik sampai keluhan terkait gagal jantung
kongestif, seperti keluhan sesak nafas, rasa tidak nyaman di dada, hipotensi,
dan palpitasi. Pemeriksaan EKG dapat menunjukkan gambaran sinus
takikardi, perubahan gelombang ST (elevasi atau depresi), inversi gelombang
T, right bundle branch block, dan multiple atrial ectopic. Selain itu,
peningkatan enzim jantung, seperti enzim CK-MB dan troponin T juga
mendukung diagnosis dan memprediksi mortalitas.

Anda mungkin juga menyukai