2558 5512 1 SM PDF
2558 5512 1 SM PDF
261
2. PentingnyaPendidikan satu bangsa. Inilah yang disebut dengan
Kewarganegaraan Di Negara Republik Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Indonesia masyarakat (Civic Education for Society).
Pendidikan kewarganegaraan sangat Menarik untuk dicermati bahwa sejak
penting diberikan kepada seluruh Era Reformasi 1998, pemerintahan reformasi
warganegara Indonesia baik sedang duduk membubarkan suatu lembaga yang bertugas
dibangku sekolah (mulai dari PAUD sampai melakukan pendidikan untuk masyarakat
Perguruan Tinggi) maupun yang sudah tamat yaitu Badan Pembantu Presiden dalam
sekolah (Pegawai Negeri, Pengusaha, Sopir Pemasyarakatan Pedoman penghayatan dan
Angkot/Bus Kota, Anggota Parlemen Pengamalan Pancasila (dsingkat BP7). BP7
nasional, kabupaten/kota, Pemimpin inilah pada zaman pemerintahan Orde Baru
informal dan lapisan masyarakat lainya). yang bertugas melakukan pendidikan
Bagi warganegara yang duduk kewarganegaraan untuk masyarakat melalui
dibangku sekolah Pendidikan penataran-penataran bagi warga negara
Kewarganegaraan (PKn) sangat penting Indonesia seperti pegawai negari sipil, para
dalam rangka pembentukan kepribadian atau pejabat Negara, para pemimpin informal,
karakter yang cerdas. Warganegara yang para sopir angkot/Bus Kota, para tokoh
baik adalah warganegara yang mencintai agama/ ustadz dan segenap lapisan
tanah airnya, memiliki jiwa patriotism, masyarakat lainya. Tetapi sejak BP7
memiliki rasa kekeluargaan yang diwujudkan dibubarkan, maka sejak itu pulalah
dengan disiplin diri, jujur, menghormati pendidikan kewarganegaraan bagi
symbol-simbol negara, toleransi, menyadari masyarakat (Civic Education for Society)
bahwa Negara dan bengsa Indonesia adalah tidak adalagi dan sampai waktu buku ini
tanah air dimana dia hidup dan dibesarkan. ditulis belum ada satu lembaga/instansipun
Inilah yang disebut dengan Civic Education yang melakukan atau ditugaskan melakukan
For School (Pendidikan Kewarganegraan hal ini.
untuk masyarakat sekolah). Untuk itu,
kurikulum pendidikan mulai dari PAUD 3. Esensi Dan Subtansi Materi Ajar
sampai pergurun tinggi memuat mata Pendidikan Keawraganegaraan Yang
pelajaran Pendidikan kewarganegaran (PKn). Harus Ada Untuk Negara Demokrasi
Bagi warganegara yang sudah Dalam Negara demokrasi warganegara
menamatkan penddidikan formal maupun harus dididik melalui Pkn agar memiliki
yang putus sekolah, juga harus mendapatkan pengetahuan (knowledge), nilai-nilai
pendidikan kewarganegaraan. Program (values/disposisition) dan keterampilan
pendidikan kewarganegaraan inilah (skills). Ketiga hal ini akan bersinergi dan
warganegara dapat mengetahui dan akan melahirkan warganegara yang
memahami perkembangan dan dinamika berkompeten, berkomitment dan konfiden
kehidupan bersama sebagai satu Negara dan sebagai warganegara, dan tentu saja
satu bangsa. Melalui pendidikan inilah diharapkan mampu mengambil keputusan
mereka mengetahui adanya undang-undang dalam hal memecahkan masalah-masalah
baru baik berupa Undang-undang, peraturan yang berkaitan kehidupan warganegara. Oleh
pemerintah, peraturan presiden, peraturan sebab itu materi ajar yang harus ada dan
menteri, peraturan daerah, paraturan tercakup dalam Pkn dalam Negara demokrasi
gubernur, perda kabupaten/kota ataupun adalah sebagai berikut:
peraturan bupati/wali kota. Mereka harus a. Aspek pengetahuan
diberikan juga pendidikan nilai-nilai struktur pemerintahan
kebangsaan seperti kejujuran, anti korupsi, undang-undang
taat hukum, tidak main hakim sendiri, hak dan kewajiban
toleransi hidup beragama, menghormati perpajakan
perbedaan-perbedaan yang ada dalam kekuasaan pemerintahan Negara
kehidupan bersama sebagai satu Negara dan sistem politik
262
hak azazi manusia d. Knowledge
multikulturalisme knowledge based
anti kekerasan history
b. Aspek Nilai dan Sikap geography (Culture and economic)
kesadaran kebangsaan/nasionalisme economic System
menghormati simbol kenegaraan political system
kejujuran social system and institution
patuh pada hukum world reality
disiplin humanities
toleransi moral education
menghormati harkat dan martabat alternative social arrangement
manusia differences (ethnic, cultural, racial,
menghargai pendapat orang lain political)
anti kekerasan human rights
multikulturalisme element of true democratic (rights,
tidak membedakan manusia solidarity, tolerances, respect)
berdasarkan atas suku, agama,ras, country constitution
warna kulit dll country government
kekeluargaan multiculturalism
c. Aspek Keterampilan e. Values :
mendengarkan pendapat orang lain respect (self and other)
menyalurkan pendapat principle of democratic life
mengkritisi kebijakan publik respect and defend human rights
berkomunikasi care about other
bertanggungjawab souvereignity of people
mematuhi peraturan justice
membiasakan antri freedom
membaca informasi equality
menulis authority
berfikir diversity
memimpin sidang/rapat privacy
menulis surat/petisi/keputusan. due to process
Kemudian Butts (1980) juga participation
mengusulkan 10 (sepuluh) konsep dasar PKn responsibility (personal. Civics,
yaitu meliputi: social)
Justice rule of law
Freedom civility
Equality truth
Diversity tolerance
Authority assistance of bothers
Privacy civic sense
Due to process f. Skills
Participation critical thinking
Personal obligation and public independent thinking
good problem solving
International human rights literacy
Melengkapi materi ajar ini USAID (1994) communication/dialog
juga mengusulkan konsep dasar dan materi decision making
ajar yang harus tercakup dalam PKn yaitu:
263
assessment of political situation berbeda dengan karakter pengusaha dan
cooperation berbeda pula dengan karakter pengacara.
protection and promotion of ones Karakter pilihan ini haruslah dibangun
interests and values berdasarkan karakter pokok terlebih dahulu
productive participation in work (Sudewo, 2011:16).
force Sudewo (2011:47) orang pintar saja
political, social, civics participation tidak cukup untuk membangun Indonesia,
community service hanya orang mengetahui tujuan Indonesia
yang bisa membangun Indonesia, Untuk itu
personal and social responsibility
diperlukan pendidikan karakter. yang
dealing with differences
terbentuk dalam waktu yang lama. Jadi
leadership Karakter adalah prilaku seseorang yang telah
terbentuk melalui suatu proses pendidikan
B. Pendidikan Karakter Bangsa baik di rumah tangga, sekolah dan
1. Pengertian Karakter dan Nilai-nilai masyarakat.
Karakter.
Selanjutnya Prayitno (2010:24)
Karakter berasal dari kosa kata Bahasa
menuliskan bahwa “Karakter adalah sifat
Inggris Character, yang berarti keperibadian,
pribadi yang relatif stabil pada diri individu
prilaku yang menjadi ciri khas seseorang
yang menjadi landasan bagi penampilan
yang membedakan seseorang dengan orang
prilaku dalam standar nilai dan norma”.
lain. Untuk jelasnya kita kutip beberapa
Lebih jauh prayitno menguraikan arti dari
pendapat para penulis yang mendalami
karakter sebagai berikut:
tentang pengertian karakter. Erie Sudewo
a. Sifat pribadi: ciri-ciri yang ada didalam
dalam bukunya “Best Practice Charater
pribadi seseorang yang terwujudkan
Building: Menuju Indonesia lebih baik”
dalam tingkah laku.
(2011:14) mendefinisikan Karakter “sebagai
b. Relatif stabil: suatu kondisi yang apa bila
kumpulan sifat baik yang menjadi prilaku
telah terbentuk akan tidak mudah diubah
sehari-hari, sebagai perwujudan kesadaran
c. Landasan: Kekuatan pengarunya sangat
menjalankan peran, fungsi dan tugasnya
besar/dominan dan menyeluruh terhadap
dalam mengemban amanah dan tanggung
hal-hal yang terkait langsung dengan
jawab”.
kekuatan yang dimaksud.
Selanjutnya Erie Sudewo menguraikan
d. Penampilan prilaku: aktifitas individu
bahwa karakter dapat dibedakan atas dua
atau kelompok dalam bidang dan wilayah
kategori yaitu a). Karakter Pokok dan b).
(setting), kehidupan sebagaimana
Karakter Pilihan. Karakter pokok harus
tersebut di atas.
dimiliki oleh semua orang apapun profesinya
e. Standar nilai/norma: kondisi yang
dan dimanapun ia berkarya. Karakter pokok
mengacu kepada kaidah-kaidah agama,
dibedakan atas tiga yaitu karakter dasar,
ilmu dan tehnologi, hokum, adat dan
karakter unggul dan karakter pemimpin.
kebiasaan yang tercermin dalam prilaku
Karakter dasar menjadi inti karakter pokok
sehari-hari (Prayitno, 2010:24).
yaitu tidak egois, jujur dan disiplin.
Karakter unggul dibentuk oleh tujuh sifat
Kemudian Khan (2010) menuliskan
baik yaitu: ikhlas, sabar, bersyukur,
“Karakter adalah sikap pribadi yang stabil
bertanggungjawab, berkorban, perbaiki hasil proses konsolidasi secara progresif dan
diri dan sungguh-sungguh. Karakter
dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan”
pemimpin dibentuk oleh Sembilan sifat baik
(Khan: 2010:1). Pendidikan Karakter
yaitu: adil, arif, bijaksana, ksatria,
menurut Khan adalah mengajarkan kebiasaan
tawadhu, sederhana, visioner, solutif, cara berfikir dan berprilaku guna membantu
komunikatif dan ispiratif. Kemudian
individu untuk hidup dan berkerja bersama
Karakter Pilihan, adalah karakter baik yang
sebagai keluarga, Masyarakat dan bernegara
harus dimiliki oleh seseorang sesuai dengan
dan membantu mereka untuk membuat
profesinya. Karakter guru tentulah sangat
264
keputusan yang tepat dan dapat d. Disiplin: Tindakan yang menunjukan
dipertanggung jawabkan. Seorang warga prilaku tertib dan patuh pada berbagai
Negara yang berkarakter cerdas tentunya ketentuan dan peraturan
mengerti,memahami dan mengamalkan nilai- e. Kerja keras: Perilaku yang
nilai yang membuat ia (warganegara) menunjukkan upaya sungguh-
tersebut diterima hidup ditengah lingkungan sungguh dalam mengatasi berbagai
keluarga, masyarakat, nagara dan bangsa. hambatan guna menyelesaikan tugas
Nilai-nilai itulah yang menjadi objek (belajar/kerja) dengan sebagik-
enkulturasi dalam pendidikan karakter pada baiknya.
semua lingkungan dan jenjang pendidikan di f. Percaya diri: Sikap yakin dan
Indonesia. kemampuan diri sendiri terhadap
Suciptoardi (2011) menuliskan pemenuhan tercapainya setiap
bahwa pendidikan karakter adalah suatu keinginan dan harapnya
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada g. Berjiwa wirausaha: Sikap prilaku
warga sekolah yang meliputi komponen yang mandiri dan pandai atau
pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan berbakat mengenali produk baru,
tindakan untuk melaksakan nilai-nilai menentukan cara produksi baru,
tersebut. Lebih jauh Suciptoardi(2011) menyusun operasi untuk pengadaan
menguraikan secara lebih rinci nilai-nilai produk baru, memasarkanya serta
karakter yang harus dienkulturasikan kepada mengatur permodalan operasinya
setiap warganegara Indonesia melalui h. Berfikir logis, kritis, kreatif dan
program pendidikan karakter. Dia inovatif: Berfikir dan melakukan
menguraikan sebagai berikut: sesuatu secara kenyataan atau logika
1. Nilai karakter dalam hubungannya untuk menghasilkan cara atu hasil
dengan Tuhan baru dan termutakhir dari apa yang
Religius: Pikiran, perkataan dan tindakan telah dimiliki
seseorang yang diupayakan selalu i. Mandiri: Sikap prilaku yang tidak
berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan mudah tergantung pada orang lain
dan/atau ajaran agamanya. dalam menyelesaikan tugas-tugas
2. Nilai karakter dalam hubunganya dengan j. Ingin tahu: Sikap dan tindakan yang
diri sendiri selalu berupaya untuk mengetahui
a. Jujur: Prilaku yang didasarkan pada lebih mendalam dan meluas dari apa
upaya menjadikan dirinya sebagai yang dipelajarinya, dilihat dan
orang yang selalu dapat dipercaya didengar
dalam perkataan, tindakan dan k. Cinta ilmu: Cara berpikir, bersikap
pekerjaan baik terhadap diri dan dan bebuat yang menunjukkkan
pihak lain. kesetiaan, kepedulian dan
b. Bertanggungjawab: Sikap dan prilaku penghargaan yang tinggi terhadap
seseorang untuk melaksanakan tugas pengetahuan.
dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri 3. Nilai Karakter dalam hubunganyab
sendiri, masyarakat, lingkungan dengan sesama
(alam, sosial dan budaya) Negara dan a. sadar akan akan hak dan kewajiban
Tuhan Yang Mahaesa diri dan orang lain: sikap tahu diri
c. Bergaya hidup sehat: segala upaya dan mengerti serta melaksanakan apa
untuk menerapkan kebiasaan yang yang menjadi milik/hak diri sendiri
baik dalam menciptakan hidup yang dan orang lain serta tugas/kewajiban
sehat dan menghindarkan kebiasaan diri sendiri serta orang lain.
buruk yang mengganggu kesehatan. b. Patuh pada aturan-aturan sosial: sikap
menurut dan taat terhadap aturan-
265
aturan berkenaan dengan masyarakat 1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh
dan kepentingan umum. dalam melaksanakan ajaran agama yang
c. Menghargai karya dan prestasi orang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
lain: Sikap dan tindakan yang ibadah agama lain, dan selalu hidup rukun
mendorong dirinya untuk dengan pemeluk agama lain.
menghasilkan sesuatu yang berguna 2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada
bagi masyarakat dan mengakui dan upaya menjadikan dirinya sebagai orang
menghormati keberhasilan orang lain. yang dapat dipercaya dalam perkataan,
d. Santun: Sifat yang halus dan baik dari tindakan dan pekerjaan.
sudut pandang tatabahasa maupun 3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang
tata prilakunya kesemua orang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
e. Demokratis: Cara berfikir, bersikap pendapat, sikap dan tindakan orang lain
dan bertindak yang menilai sama hak yang berbeda dari dirinya.
dan kewajiban dirinya dan orang lain. 4. Disiplin: Tindakan yang menunjukan
4. Nilai Karakter dalam hubunganya dengan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
lingkungan ketentuan dan peraturan.
a. Peduli sosial dan lingkungan: Sikap 5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukan
dan tindakan yang selalu berupaya upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
mencegah kerusakkan pada berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
lingkungan alam di sekitarnya dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-
mengembangkan upaya-upaya untuk baiknya.
memperbaiki kerusakan alam yang 6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu
sudah terjadi dan selalu ingin untuk menghasilkan cara atau hasil baru
memberi bantuan bagi orang lain dan dari sesuatu yang telah dimiliki.
masyarakat yang membutuhkan. 7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak
b. Nilai kebangsaan: Cara berfikir, mudah tergantung pada orang lain dalam
bertindak dan wawawsan yang menyelesaikan tugas-tugas.
menenmpatkan kepentingan bangsa 8. Demokratis: Cara berpikir, bersikap dan
dan Negara di atas kepentingan diri bertindak yang menilai sama hak dan
dan kelompoknya. kewajiban dirinya dan orang lain.
c. Nasionalis: Cara berfikir, bersikap 9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan
dan berbuat yang menunjukkan yang selalu berupaya untuk mengetahui
kesetiaan, kepedulian dan lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
penghargaan yang tinggi terhadap yang dipelajari, dilihat dan didengar.
bahasa, lingkungan fisik, sosial, 10. Semangat Kebangsaan: Cara
budaya, ekonomi dan politik berpikir, bertindak dan berwawasan yang
bangsanya menempatkan kepentingan bangsa dan
d. Menghargai keberagaman: Sikap negara diatas kepentingan diri dan
memeberikan respek/hormat kelompoknya
terjhadap berbagai macam hal baik 11. Cinta Tanah Air: Cara berpikir,
yang berbentuk fisik, sifat, adat, bersikap dan berbuat yang menunjukan
budaya, suku dan agama rasa kesetiaan, kepedulian dan
(Suciptoardi, 2011). penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
Dalam Rencana Induk lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa dan politik bangsa.
(Depdiknas: 2010) mengemukakan ada 18 12. Menghargai Prestasi: Sikap dan
(delapan belas) nilai karakter bangsa yang tindakan yang mendorong dirinya untuk
harus dikembangkan secara sungguh- menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
sungguh. Kedelapan belas karakter bangsa masyarakat, dan mengakui, serta
dimaksud adalah: menghormati keberhasilan orang lain.
266
13. Bersahabat/Komunikatif : Tindakan tangguh, handal, berdaya tahan,
yang memperlihatkan rasa senang bersahabat, kooperatif, determinatif,
berbicara, bergaul, dan bekerja sama kompetitif, ceria dan gigih.
dengan orang lain. 4. Karakter yang bersumber dari olah rasa
14. Cinta Damai: Sikap, perkataan dan dan karsa: kemanusiaan, saling
tindakan yang menyebabkan orang lain menghargai, gotong royong,
merasa senang dan aman atas kehadiran kebersamaan, ramah hormat, toleran,
dirinya. nasionalis, Peduli, kosmolit
15. Gemar membaca: Kebiasaan (mendunia), mengutamakan
menyediakan waktu untuk membaca kepentingan umum, cinta tanah air
berbagai bacaan yang memberikan (patriotis), bangga menggunakan
kebajikan bagi dirinya. bahasa dan produk Indonesia, dinamis,
16. Peduli Lingkungan: Sikap dan kerja keras, dan beretos kerja
tindakan yang selalu berupaya mencegah (Depdiknas, 2011:46)
kerusakan pada lingkungan alam di Kemudian di dalam Naskah
sekitarnya, dan mengembangkan upaya- Akademik Pendidikan Karakter di Perguruan
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam Tinggi (2011) menyimpulkan ada empat nilai
yang sudah terjadi. utama yang menjadi tujuan pendidikan
17. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan karakter di perguruan tinggi yang , menurut
yang selalu ingin memberi bantuan pada analisa penulis juga bisa dipedomani dalam
orang lain dan masyarakat yang melaksakan pendidikan karakter pada
membutuhkan. pendidikan dasar dan menengah.
18. Tanggung-Jawab: Sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan Tabel 1.
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya Empat Karakter Cerdas di Perguruan Tinggi
dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan No. Nilai-nilai Deskripsi
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Dasar
Esa. Pendikan
Menurut Naskah akademik Karakter
Pendidikan karakter diperguruan tinggi, 1. Jujur Lurus hati, tidak
Dirjendikti-Depdiknas (2011) menguraikan berbohong, tidak
Bahwa pendidikan karakter ditujukan untuk curang, tulus,
membina aspek terdalam dari diri manusia ikhlas
yaitu olah hati, olah pikir, olah kinestetik 2. Tangguh Sukar dikalahkan,
dan olah rasa dan karsa. Menurut naskah kuat, andal, kuat
akademik ini keempat olah aspek internal sekali pendirianya,
manusia tersebut menganut nilai-nilai yang tabah dan tahan
harus diinternalisasikan sebagai berikut: menderita
1. Karakter yang bersumber dari olah hati: 3. Cerdas Sempurna
Beriman dan bertaqwa, Jujur, amanah, perkembangan akal
adil, tertib, taat aturan, budinya untuk
betanggungjawab, berempati, berani berfikir, tajam
mengambil resiko, pantang menyerah, pikiranya
rela berkorban, dan berjiwa patriotik. 4. Peduli Mengindahkan,
2. Karakter yang bersumber dari olah memperhatikan,
pikir: Cerdas, kritis, kreatif, inovatif, menghiraukan
ingin tahu, produktif, berorientasi Sumber: Naskah akademik Pendidikan
ipteks, dan reflektif Karakter di Perguruan Tinggi, 2011.
3. Karakter yang bersumber dari olah
kinestetik: bersih dan sehat, sportif,
267
Selanjutnya Lembaga Pengkajian dan ditandai oleh kepemilikan sifat-sifat baik
Pengembangan Kehidupan Bernegara atau prilaku baik seperti taqwa pada Tuhan
(LPPKB) menguraikan bahwa nilai-nailai Yang Mahakuasa, jujur, pekerja keras,
karakter yang dikembangkan dan disiplin, berakhlak mulia, beradat, taat azaz
dienkulturasikan kepada semua warganegara dan hukum, rajin, bertanggungjawab dan
haruslah bersumber dari ideology dan dasar mampu mengurusi diri sendiri dan ikut serta
negara yaitu Pancasila. LPPKB mengemukan mengurusi lingkungan tempat tinggalnya
ada 11(sebelas) inti yang harus dihayati agar selalu aman, tenteram dan kondusif
dalam kehidupan bernegaraan yaitu: untuk semua kegiatan masyarakat.
kedamaian, Keimanan, Ketaqwaan, keadilan, Dimensi kedua adalah Karakter
kesetaraan, keselarasan, keberadaban, Kebangsaan. Karakter kebangasaan
persatuan dan kesatuan,mufakat, adalah karakter yang diperlukan agar setiap
kebijaksanan dan kesejahteraan (LPPKB, orang Indonesia yang majemuk dan penuh
2005). dengan perbedaan-perbedaan ini mampu dan
bisa hidup bersama sebagai sebuah bangsa
2. Pengertian Karakter Kebangsaan yang besar yaitu Bangsa Indonesia. Maka
Menurut UU No.20 tahun 2003 karakter kebangsaan adalah karakter agar
tentang sistem Pendidikan Nasional, bangsa Indonesia yang manjemuk ini tetap
pendidikan adalah usaha sadar dan merasa sebagai satu keluarga besar yang
terencanaa untuk mewujudkan suasana walaupun berbeda-beda akan tetapi tetap
belajar dan prooses pembelajaran agar menjadi satu yaitu Bangsa Indonesia. Untuk
peserta didik secara aktif mengembangkan menanamkan karakter kebangsaan ini kepada
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan setiap pribadi atau setiap warganagara
spiritual keagamaan, pengendalian diri, Indonesia diprlukan Pendidikan Karakter
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta Bangsa. Pendidikan karakter bangsa adalah
kterempilan yang diperlukan dirinya, pendidikan yang bertujuan menanamkan
masyarakat dan Negara. Adapun pendidikan nilai-nilai dan prilakau baik agar setiap
nasional adalah pendidikan yang berdasarkan warganegara mampu hidup rukun, damai,
Pancasila dan undang-undang Negara bekerjasama dan berjuang secara kolektif
Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar untuk kemajuan bangsa Indonesia. Prilaku
dari nilai-nilai agama, kebudayaan nasional baik atau pendidikan karakter kebangsaan ini
Indonesia dan tanggap terhadap perubahan ditandai oleh kepemilikkan prilaku baik atau
zaman. sifat-sifat baik yaitu bangga sebagai bangsa
Kalau kita analisa secara mendalam Indonesia, jujur, nasionalisme, patriotism,
tujuan pendidikan nasional di Indonesia, rela bekerban untuk bangsa, kekeluargaan,
maka masalah karakter dapat dibedakan atas menghormati keberagaman, toleransi, tidak
dua (2) dimensi. Pertama. Karakter membedakan suku, agama dan ras. Dengan
Pribadi. Karakter Pribadi adalah pendidikan demikian kita yang berasal dari berbagai
karakter untuk membentuk manusia suku, agama dan ras tetap mantap sebagai
Indonesia menjadi manusia yang berkarakter sebagai sebuah bangsa yaitu bangsa
cerdas secara pribadi. Karakter pribadi inilah Indonesia.
yang menjadi tujuan utama dalam
pendidikan, lingkungan keluarga dan 3. Pendidikan Karakter Kebangsaaan di
masyarakat. Karakter yang harus dimiliki Indonesia
secara pribadi ini adalah karakter yang akan Kalau kita cermati satu dekade
mendukung seorang manusia Indonesia yang terakhir, maka Penulis sebagai seorang yang
menjadi warga negara agar cerdas mengurusi menekuni Pendidikan Kewarganegaraan
diri sendiri dalam semua lapangan (Pkn) dapat memaparkan secara faktual
kehididupan yaitu, secara ideologi, politk, betapa menyedihkanya karkter bangsa
ekonomi, sosial, budaya, agama, pertahanan Indonesia saat ini. Secara Karakter Pribadi
dan keamanan. Karakter ini setidaknya umumnya warganagara Indonesia sangat
268
mementingkan diri sendiri, kelurga dan Untuk memberi makna bagaimana
kelompok masing-masing. Hal ini diiringi empat pilar kehidupan bangsa ini bisa
pula oleh sikap dan prilaku tidak jujur, dipahami dengan baik, maka berikut ini akan
mental menerabas, tidak patuh pada hokum, diuraikan sebuah analisa sehingga kita
KKN (korupsi, kolusi dan Nepotisme), tidak sebagai anak bangsa bisa mengerti bahwa
mengutamaan profesiosinalisme dan abai kita ini memang hidup didalam sebuah
terhadap nilai-nilai etika dan sopan santun. bangsa yang majemuk dan plural.
Kemudian secara Karakter Kebangsaan
lebih mnyedihkan lagi. Antara suku satu a. Negara Kaesatuan Republik Indonesia
dengan suku yang lain tidak lagi merasa (NKRI).
sebangsa, antara satu sekolah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sekolah lain tidak lagi merasa satu bangsa, (NKRI) dapat diibaratkan sebagai sebuah
antara desa dengan desa lain tidak lagi rukun, “Rumah Besar” tempat tinggalnya 240 juta
antar kelompok pemuda dengan kelompok jiwa lebih warganegara Indonesia. NKRI
pemuda juga tidak rukun. Mungkin Partai terletak secara astronomis antara 6 derajat
politik yang ada juga tidak merasa memiliki Lintang utara dan 11 derajat lintang selatan
bangsa ini.Kita sebagai bangsa yang dan 95 derajat bujur tinur dan 145 derajat
majemuk dan plural tidak lagi menyadari bujur timur. Secara fisik NKRI membujur
bahwa ada sekumpulan nilai-nilai yang haus dari barat (Kota Sabang) diujung utara Pulau
kita miliki bersama demi menjaga keutuhan Sumatera sampai ke kota Merauke diujung
Indonsia sebagai satu bangsa. Nilai-nilai itu timur pulau Papua. NRKRI membentang dari
antara lain patriotism, nasionalisme, pulau Miangas di utara samapai ke pulau
keluargaaan, toleranasi, saling menghargai Rote di bagian selatan.
atar sesama, saling menghomati perbedaan- “Rumah Besar” yang bernama
perbedaan yang ada. Apapun sukunya, Negara Kesatuan Republik Indonesia itu luas
agamamya, warna kulitnya, bentuk daratannya kira-kira1.922.570 km² dan luas
rambutnya, dari Sabang sampai Merauke dari lautanya 3.257.483 km². NKRI ini dihuni
Pulau Miangas sampai ke Pulau Rote harus oleh lebih kurang 240 juta penduduk yang
menjadi satu dan bangga menjadi satu terdiri dari berbagai suku bangsa, memeluk
bangsa yaitu “ Kami Bangsa Indonesia”. enam agama resmi (Islam, Khatolik,
Untuk mewujudkan cita-cita luhur Protestan, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu).
tersebut tentulah tidak mudah dan tidak Setiap suku mempunyai adat istiadat, budaya
mungkin tercapai tanpa usaha nyata dan dan cara hidup sendiri. Itulah sebabnya
kerja keras. Untuk itulah kita perlu NKRI itu disebut Negara manjemuk dan
memprogram pendidikan nilai-nilai sangat pluralis.
kebangsaan kepada semua elemen bangsa
Indonesia agar bangsa Indonesia kembali b. Pancasila
menyadari bahwa mereka adalah satu bangsa Pancasila adalah dasar dan Falsafah
yang besar. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat (NKRI). Dasar dan falsafah NKRI ini
(MPR) Repubik Indonesia telah haruslah menjadi ideologi, standar berfikir
menggariskan bahwa kelestarian Indonesia dan pedoman dalam pemecahan masalah-
sebagai sebuah bangsa harus dijaga dan masalah dalam kehidupan bernegara dan
dibela. Maka MPR mengemukana ada empat berbangsa. Tidak dibenarkan seorang
pilar yang menopang kehiduapan Karakter warganagara dalam kehidupan berbangsa
Kebangsaan Indonesia yaitu: bernegara menggunakan pola berfikir yang
NKRI tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
UUD45 Pancasila adalah dasar falsafah Negara yang
Pancasila digali dan dirumuskan oleh para pendiri
Bhineka Tunggal Ika negara melalui sebuah badan bernama Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekanaan
269
Indonesia (BPUPKI). Hasil kerja BPUPKI utama yang mengatur wargangara yang
ini disahkan sebagai dasar Negara pada mendiami “Rumah Besar” yang bernama
tanggal 17 Agustus 1945. Adapun kelima Negara kesatuan Republik Indonesia.
sila Pancasila yang meupakan dasar Negara
NKRI yaitu: d. Bhineka Tunggal ika.
1. Ketuhanan yang Mahaesa Bhineka tunggal ika adalah semboyan
2. Kemanusiaan yang Adil dan Bearadab hidup/prinsip hidup yang wajib dianut oleh
3. Persatuan Indonesia warganegara yang menghuni “Rumah besar”
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmak besar yang bernama Negara Kesatuan
Kebijakasanaan dalam permusyawaratan Republik Indonesia (NKRI). Prinsip hidup
/perwakilan Bhineka Tunggal Ika ini dicengkram sangat
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat kuat oleh kedua kaki lambang Negara NKRI
Indonesia. yaitu Garuda Pancasila.
Inilah yang menjadi dasar falsafah Dalam pengamalan ajaran Bhineka
Negara, sumber hukum bagi warganagara Tunggal Ika ini, setiap pribadi, kelompok,
yang mendiaami “Rumah Besar” yang golongan, penganut agama, suku bangsa,
bernama Negara Kesatuan Republik warna kulit yang berbeda harus menyadari
Indonesia. Tidak dibenarkan satu suku sesadar-sadarnya dan menerima secara
bangsa/kelompok/golongan/partai politik sungguh-sunguh bahwa kita yang hidup di
menggunakan dasar falsafah selain Pancasila dalam Neagara kaesatuan Republik Indonrsia
dalam memecahkan masalah dalam ini memang ada yang berbeda satu sama lain.
kehidupan berbangsa dan bernegara. Perbedaan-perbedaan yang ada ini adalah
berkat rahmat dan ciptaaan Tuhan yang
c. Undang-Undang Dasar Negara Mahaesa. Tidak satupun manusia yang bisa
Republik Indonesia Tahun 1945 mempersamakan, menghilangkan perbedaan-
(UUD45). petbedaan yang ada diantara bangsa
Warganegara yang jumlahnya lebih Indonesia ini. Oleh sebab itu prinsip hidup
kurang 240 juta jiwa, mendiami lebih dari 17 Bhineka Tunggal Ika haruslah menjadi
ribu pulau dan terdiri dari berbagai suku, amalan kita sehari-hari dalam kehidupan
agama, budaya, bahasa serta adat istiadat berbangsa dan bernegara.
haruslah memakai, mematuhi dan tunduk Dalam kehidupan sehari-hari,
pada hukum tertinggi serta turuananya yaitu janganlah perbedaan-perbedaan yang ada
UUD 45. UUD45 yang bentuk aslinya terdiri pada suku bangsa, agama dan ras menjadi
dari Pembukaan (empat alinia), 16 bab, 37 penyebab terjadinya perselisihan,
pasal, 4 pasal aturan peralihan serta 2 ayat perkelahian ataupun huru hara, karena
aturan tambahan serta ditambah dengan perbedaan itu tidak mungkin dihilangkan.
penjelasan resmi UUD 45. Dalam interaksi Akan tetapi mari kita saling menghormati,
resmi atau tidak resmi, memecahkan masalah saling menghargai, tidak saling mengganggu
kenegaraan dan kebangsaan harus dan bertoleransi yang amat besar dalam
berpedoman kepada UUD45 yang disahkan kehidupan sesama warganagara
berlaku di NKRI pada tanggal 18 Agustus dalam”Rumah Besar” Negara Kesatuan
1945. Republik Indonesia.
Akan tetapi sejak tahun 1998 (Zaman Kalau diulas prinsip hidup Bhineka
Reformasi), UUD 45 telah mengalami Tungga Ika ini secara akademis, maka
perubahan atau amandemen sebanayk emapt penekanannya adalah pengakuan suatu
kali. Pada tahun ini (2012), UUD 45 yang ideologi yang diletakkan di atas pengakuan
telah diamandemen mengalami perubahan dan penghargaan atas realita adanya
yang sangat drastis sehinggga mengalami keragaman budaya (Kariyawan, 2012).
penambahan pasal-pasal dan ayat-ayat yang Setidaknya ada tiga pola prilaku yang
begitu banyak. Namun pada hakekatnya menyebabkan terjadi perselisihan, benturan
NKRI tetap memakai UUD45 sebagai aturan dan kesalahpahaman yaitu streotip,
270
etnosentrisme dan primordialisme. Streotipe (transmission of culture). Kebudayaan itu
adalah adanya prangka yang tidak baik termasuk didalamnya keterampilan,
antara elemen-elemen yang berbeda di pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai serta
tengah masyarakat. Etnosentrisme adalah pola-pola tingkah laku (Manan,1988:7). Oleh
menilai orang lain atau kelompok atau suku sebab itu dapat dikatakan isi dari pendidikan
bangsa lain dengan budaya kita sendiri. adalah penyampaian kebudayaan.
Primordialisme adalah sifat merasa unggul Salah satu unsur dari kebudayaan
dari suku bangsa ataupun daerah lain. Untuk manusia adalah nilai-nilai, ide-ide dan
itu diperlukan pendidikan karakter bangsa norma-norma dimana nilai-nilai, ide-ide atau
maupun pendidikakan kewarganegaraan norma-norma itu hidup didalam suatu
yang menekankan pentingnya menyadari dan masyarakat. Berbicara mengenai nilai ada
menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. dua jenis nilai yaitu nilai inti (solid core
Berdasarkan empat pilar kehidupan values) dan nilai-nilai baru (emergent
berbangsa dan berngara ini, maka bangsa values). Kedua jenis nilai ini selalu ada
Indonesia sudah seyogianya menanamkan dalam setiap masyarakat sebab nilai-nilai itu
dalam dirinya bahwa dalam kehidupan bersifat dinamis dan selalu berkembang.
berbangsa dan bernegara ini dituntun oleh Perkembangan itu terjadi akibat inovasi atau
norma, nilai dan falsafah yang telah temuan baru atau mungkin juga akibat
ditetapkan dalam konsensus nasional tanggal pertemuan antara satu nilai dengan nilai lain
18 gustus 1945. Sejak itu sampai hari ini kita dari masyarakat yang berbeda.
tetap bersatu dan akan teatap bersatu sebagai Setiap masyarakat mempunyai
sebuah ngara-bangsa yaitu Negara Kesatuan kebudayaan, nilai-nilai, ide-ide atau norma-
Republik Indonesia. norma yang selalu hidup dan dihormati oleh
setiap anggota masyarakat. Jadi pendidikan
adalah proses penyampaian kebudayaan,
A. Strategi Pembelajaran Nilai Dalam maka kebudayaan yang disampaikan adalah
Pembentukan Karakter Bangsa kebudayaan yang hidup dimana pendidikan
itu dilaksanakan. Hal ini ditujukan agar anak
1. Pengertian Pembelajaran Nilai didik tidak tercabut dari akar budayanya
Pendidikan adalah usaha sadar untuk sendiri. Dalam hal itu tentu saja tidak
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan terlepas dari nilai-nilai yang berlaku secara
bimbingan pengajaran, dan/atau latihan bagi universal atau nilai-nilai yang telah diakui
peranannya di masa yang akan datang. Oleh oleh bangsa-bangsa yang baradab. Tulisan
sebab itu pendidikan bertujuan untuk ini akan membahas masalah moral dan etika
mencerdaskan kehidupan bangsa dan dari perspektif pendidikan, agar kita bisa
mengembangkan manusia Indonesia mengerti bahwa moral dan etika (aspek
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan efektif) adalah sangat penting diperhatikan
bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa dan dalam memanusiakan manusia dalam
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan Salah satu mata pelajaran yang
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri diwajibkan di sekolah-sekolah di Indonesia
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan adalah Mata Pelajaran Pendidikan
dan kebangsaan (UU. No.2/1989). Kewarganegaraan (PKn). Mata pelajaran
Pendidikan pada hakekatnya adalah PKn dimaksudkan untuk peningkatan
memanusiakan manusia. Memanusiakan kesadaran dan wawasan peserta didik akan
manusia berarti membudayakan (civilized) status, hak, dan kewajibannya dalam
manusia. Oleh sebab itu pendidikan sangat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
berkait dengan kebudayaan. Bahkan banyak bernegara serta peningkatan kualitas dirinya
para ahli yang berpendapat bahwa sebagai manusia/kesadaran dan wawasan
pendidikan adalah proses penyampaian termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan
kebudayaan dari satu generasi berikutnya patriotisme bela negara, penghargaan
271
terhadap hak azazi manusia, kemajemukan Kalau kita bandingkan antara ketiga
bangsa, pelestarian lingkungan hidup, aspek tersebut (kognitif, afektif dan
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung psychomotor) jelaslah memiliki karakteristik
jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan tersendiri. Aspek kognitif meliputi aspek
membayar pajak, sikap prlaku anti korupsi, berhubungan pengetahuan dari manusia.
kolusi dan nepotisme (Permendiknas Pengetahuan bisa bersifat fakta, konsep
No.22/2006). Selanjutnya diuraikan bahwa ataupun generalisasi. Metode memperoleh
mata pelajaran Pkn adalah mata pelajaran pengetahuan adalah dengan mempelajari
yang memfokuskan pada pembentukan fakta. Konsep dan generalisasi tersebut
warganegara yang memahami dan mampu melalui mendengar, melihat ataupun
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya mengalami. Sedangkan aspek afektif adalah
untuk menjadi warganegara indnsia yang pola sikap yang bisa dilihat dari perilaku
cerdas, terampil dan berkarakter yang seseorang. Metode memelajarinya juga
diamanatka oleh Pancasila dan UUD 1945 berbeda, aspek afektif tidak bisa diajarkan
(Permendiknas No.22/2006). akan tetapi dengan membinanya secara terus
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah menerus melalui pembinaan sikap dan nilai-
bahwa mata pelajaran PKn memuat aspek nilai. Aspek psychomotor adalah aspek
Kognitif, Afektif dan Psychomotor sekaligus. keterampilan yang bisa dipelajari melalui
Selama ini pembelajaran PKn hanya terfokus pelatihan-pelatihan yang walapun tidak
pada aspek kognitif saja, sedangkan aspek mungkin seseorang bisa melakukan sesuatu
affektif dan aspek psychomotor kurang tanpa tahu terlebih dulu. Bloom juga
mendapat perhatian. Oleh sebab itu menguraikan hierarki dari aspek ini. Mari
pembelajaran PKn pada masa depan harus kita lihat perbandingannya pada tabel 2
memperhatikan ketiga aspek (kognitif, berikut ini.
affektif dan psychomotor) secara seimbang Tabel 2.
dan selaras. Perbandingan antara Aspek Kognitif,
Afektif,sosial dan keterampilan
2. Mengenal Aspek Afektif Cogtinitives Affectives
Social Skilss Skills
Bloom (1956) dalam bukunya “Taxonomy of Outcomes Outcomes
Outcomes
educational objectives” dan Actions Knowledges Receiving
Languange Imitation
Development
(keterampilan). Kemudian Bloom (1956 : 7) Comprehensi Communication manipulation
Responding
menegaskan bahwa affektif adalah : on
Application Valuing Teamwork precision
Objectives which emphasize a feeling Analysis Organization Management articulation
tone, an emotion, or a degree of Characterizati Asessment naturalization
acceptance or rejection. Affective Synthesis
on by a value
or value
objectives vary from simple attention complex
to selected phenomena to complex Evaluation -
but internally consistent qualities of Note : Diadaptasi dari Bloom (1956); Buku II, hal. 35
character and consciences. We found
a large number of such objectives in Jadi aspek efektif juga mempunyai
the literature expressed as interests, herarki dari yang paling sederhana ke yang
attitudes, value, emotional sets or sangat komplek. Pengajaran aspek kognitif
biases. agar menyentuh level analisa atau sistensa
Terlihat bagi kita bahwa aspek afektif tentu berbeda dengan yang hanya menyentuh
adalah aspek yang menyangkut emosi, rasa, level pengetahuan. Demikian juga kalau
sikap, cipta dan karsa dari manusia atau ingin terjadi perubahan yang permanen
aspek internal terdalam dari diri manusia terhadap aspek afektif maka pengajarannya
yang meliputi rasa, cipta dan karsa. Aspek harus direkonstruksi sedemikian rupa agar
terdalam inilah yang menjadi objek binaan menyentuh level pembentukan karakter pada
proses pembelajaran Pkn. aspek afektif.
272
Aspek afektif dalam istilah sehari- b. Orientasi hukum dan ketertiban (Law
hari mungkin lebih dikenal dengan muatan and order)
(konten) seperti moral, etika dan nilai-nilai Penyesuaian berkembang pada
lainnya. Oleh sebab itu kalangan akademisi kelompok abstrak seperti negara,
lebih familiar dengan istilah moral dan etika suku bangsa dan agama.
jika dibandingkan dengan istilah afektif.
Tulisan ini akan memakai kedua istilah III. Tingkat Pascakonvensional (14 tahun
tersebut dalam makalah ini. Pada masa kini keatas)
mungkin lebih dikenal dengan istilah a. Orientasi Kontrak sosial Legalitas.
karakter. Pada tahap ini manusia sudah
mencapai konsensus, perjanjian dan
3. Perkembangan Aspek Afektif (Moral sudah mampu membentuk hukum
Dan Etika) untuk kehidupan sosialnya.
Sebagaimana diketahui Kohlberg b. Orientasi pada prinsip etika yang
(Bertens, 1997) menguraikan enam tahap universal. Pada tahap ini manusia
perkembangan aspek atau moral dan etika. sudah mengatur tingkah laku dan
Keenam tahap ini didahului oleh fase penilaian moralnya berdasarkan
pramoral dari umur 0-6 tahun. Pada usia ini hatinurani pribadi dan orang lain.
anak belum bisa mempertimbangkan baik Pada tahap ini manusia juga sudah
atau buruk, boleh-atau tidak boleh atau patut- mampu menilai diri berdasarkan
tidak patut atas perbuatannya. Walaupun kaidah-kaidah universal seperti
demikian pendidik tetap berkewajiban perdamaian hak manusia, keadilan,
menanamkan nilai-nilai moral dan etika persamaan di depan hukum dan
sejak dini terhadap anak-anak melalui contoh kaidah lainnya. Menurut Kohlberg
teladan, mempelajari hal-hal yang baik hanya sedikit orang yang mencapai
melalui cerita dan media lainnya. Hal ini tahap ini.
ditujukan agar anak secara dini mengenal
norma, nilai moral dan etika yang kelak 4. Postulat-Postulat Dalam Pembelajaran
berguna dalam hidup dan kehidupannya. Afektif (Moral Dan Etika)
Kemudian keenam fase Yang dimaksud dengan postulat
perkembangan moral dan etika ialah: dalam aspek efektif (Moral dan Etika) adalah
I. Tingkat Prakonvesional (7-9 tahun). kebenaran-kebenaran yang diterima tanpa
Tingkat ini dibagi dua yaitu : perlu pembuktian dan dipakai sebagai dasar
a. Orientasi hukuman dan kepatuhan. untuk pengembangan moral dan etika itu
Anak mendasarkan perbuatannya atas sendiri. Makmurtomo & Soekarno (1989)
otoritas kongkret (orangtua, guru) mengemukakan ada tiga postulat utama yang
dan atas hukuman yang akan dipegang oleh etika :
menyusul bila tidak patuh.
b. Orientasi ralativis instrumental. 1. Adanya Tuhan (The Exisence of God)
Perbuatan adalah baik, jika Tuhan adalah sumber kebaikan
instrument dapat memenuhi tertinggi. Tuhan bukan saja sebagai pencipta
kebutuhan sendiri dan kadang-kadang manusia tetapi sekaligus sebagai tujuan akhir
juga kebutuhan orang lain. hidup manusia. Tuhan adalah pembuat
II. Tingkat Konvensional (10-13 tahun). norma-norma absolute yang menjadi sumber
Tingkat ini dibagi dua yaitu : dari norma-norma yang lain dalam
a. Penyesuaian dengan kelompok. Pada kehidupan manusia. Demikian keyakinan
periode ini anak mulai belajar akan adanya Tuhan adalah dasar norma yang
menjadi anak manis dengan hakiki dalam hal yang berhubungan dengan
mengarahkan diri pada keinginan moral dan etika.
orang sekelilingnya
273
2. Kemerdekaan Kehendak (The Freedom of Jadi moral tidak diajarkan secara langsung
will) tetapi kita undang siswa untuk terlibat
Kebebasan kehendak manusia sehingga mereka menangkap pesan moral
memungkinkan manusia untuk memilih, yang diinginkan. Mengajar moral dan etika
menimbang dan memutuskan apa yang harus secara langsung hanya memberikan
dilakukan. Oleh sebab itu kebebasan pengetahuan moral dan etika kepada anak
kehendak manusia adalah mutlak didik, tetapi tidak mempraktekannya dalam
diperlakukan dalam pembinaan dan kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu
pengembangan moral etika manusia. pengajaran moral harus menyentuh aspek
manusia yang paling dalam dari diri
3. Kekekalan Jiwa (The Immortality of Soul) manusia.
Kekekalan jiwa (roh) akan Hal ini sesuai dengan unsur dari
mendorong manusia melakukan perbuatan ranah Afektif yang meliputi: Penerimaan,
baik dalam hidupnya. Keyakinan terhadap Partisipasi, penilaian/penentuan sikap,
hal ini akan menimbulkan prilaku yang baik, organisasi dan pembentukan pola hidup. Jadi
walaupun perbuatan-perbuatan baiknya kita undang siswa untuk terlibat dalam
belum mendapat balasan dalam kehidupan pengajaran moral. Keterlibatan siswa
dunia, maka ia yakin akan menerimanya (engagement) secara aktif dalam pengajaran
setelah meninggalkan dunia fana ini. moral adalah sangat penting, karena
Ketiga postulat ini adalah dasar keterlibatan itu memungkinkan guru untuk
pengembangan filsafat moral dan etika melakukan pembinaan moral dan etika
dalam kehidupan manusia dan juga menjadi secara baik. Dengan demikian pengajaran
pegangan bagi manusia dalam bertindak dan moral dan etika hendaklah diintegrasikan
mempertimbangkan apakah sesuatu itu baik kedalam pokok bahasan (materi ajar) melalui
atau tidak untuk dilakukan. metode-metode pengajaran moral yang
relevan.
5. Pendidikan Moral Dan Etika (Aspek Pendidikan di Indonesia sampai hari
Afektif) ini dan mungkin juga pada masa akan datang
Pendidikan yang menyangkut aspek adalah bersifat Value based education dan
afektif (moral dan etika) adalah pendidikan bukan Value free education. Oleh sebab itu
yang seharusnya menyentuh aspek afektif pendidikan Indonesia mempunyai misi
manusia yang paling dalam. Pengalaman pembinaan moral dan etika yang jelas
menunjukkan kalau pendidikan afektif acuannya yaitu moral dan etika yang
(moral dan etika) tidak menyentuh aspek berdasarkan atas Pancasila dan Kebudayaan
yang paling dalam dari manusia, maka Indonesia serta UUD 1945.
perserta didik hanya mengetahui kaidah
moral dan etika dengan baik (moral dan etika 6. Pola Pembelajaran Afektif
kognitif), tetapi tidak melakukannya dalam Strategi pembelajaran adalah
perbuatan sehari-hari (afektif). Itulah yang keputusan yang diambil oleh seorang
kita lihat selama ini. Banyak orang tua dan pendidik guna menyediakan situasi, kondisi,
masyarakat mempertanyakan mengapa sarana dan serangkaian kegiatan yang
moral, etika, sopan santun generasi muda memungkinkan seseorang peserta didik
cenderung menurun. Maka permasalahannya belajar dengan baik. Keputusan tersebut
adalah bagaimana pendidikan moral dan sangat penting dan salah mengambil
etika itu seharusnya dilakukan. keputusan membuat peserta didik tidak bisa
Moral dan etika harus dibina secara belajar. Oleh sebab itu dinamakan keputusan
terus menerus. Prinsip pengajaran moral dan strategis.
etika adalah melalui Keterpanggilan, Belajar adalah kegiatan aktif peserta
Keterlibatan, Keterundangan dan didik dalam membangun makna atau
Keterikatan anak didik terhadap konsep pemahaman guna memperoleh pengetahuan,
nilai moral dan etika yang akan ditampilkan. sikap atau keterampilan. Oleh sebab itu
274
mengajar adalah membelajarkan peserta secara bersama. Empat pilar ini menyiratkan
didik guna mendapatkan pengalaman belajar bahwa pendidikan moral dan etika haruslah
seorang peserta didik. dilakukan melalui pembinaan secara terus
Sehubungan dengan itu pengajaran menerus sampai terjadi internalisasi dalam
moral dan etika (Afektif) hendaklah juga dirinya seperangkat nilai moral dan etika
didasarkan atas teori-teori belajar yang ada yang sangat perlu dalam membangun
“The evidence suggestes that affective hubungan dan interaksi dengan diri sendiri,
behaviors develop when appropriate orang lain dan dengan Tuhan yang
learning experiences are provided for menciptakannya.
student much the same as cognitive behavior
develop from appropriate learning 7. Azaz Pembelajaran Moral Dan Etika
experiences (Bloom, 1956 : Book II : 20). Pengajaran moral dan etika adalah
Hal ini ditujukan agar pengajaran moral dan pengajaran yang bersifat penanaman nilai-
etika dapat menyentuh aspek yang paling nilai kedalam diri siswa melalui keterlibatan
dalam dalam diri anak didik sebagai siswa kedalam situasi tertentu. Oleh sebab
manusia. itu situasi kondusif untuk itu harus
Jadi mengajar dalam pendidikan diciptakan oleh guru, sehingga misi
moral dan etika, kiranya sangat sesuai bila penanaman dan pembinaan moral dan etika
PBM-nya direkonstruksi berdasarkan teori bisa dilakukan. Berikut ini akan
belajar kognitif psikologi, karena teori ini dikemukakan beberapa azaz pengajaran
memungkinkan guru melakukan pembinaan moral yang kiranya dapat membantu guru
terhadap moral dan etika dalam PBM secara dalam proses belajar mengajar moral dan
terintegrasi dengan materi yang ada. etika.
Kegiatan PBM dapat dibagi atas tiga 1) Azaz Humanistik. Guru hendaklah
yaitu pembukaan, kegiatan inti dan melihat siswa sebagai manusia yang
penutup. Dalam kegiatan ini PBM yang utuh dan tentunya memiliki sifat
sedang berlangsung, guru dapat melakukan karakteristik manusia pada umumnya.
pembinaan moral dan etika melalui berbagai Jadi PBM yang dibangun haruslah
metode pengajaran moral yang ada seperti manusiawi dan tentunya harus
teknik menilai diri sendiri, menilai naskah kondusif untuk penanaman moral dan
tulisan, metode pembuatan daftar dan metode etika. Sebagai contoh dalam
pembuatan daftar dan metode lainnya. mengajarkan demokrasi hendaklah
Metode ini sangat aplikatif dan tidak jangan dibawah ancaman, sebaliknya
menghabiskan banyak waktu dan bahannya harus lah dalam suasana yang
sangat banyak pada media cetak, dosen menyenangkan dan saling
tinggal memilih dan mencocokkan dengan menghargai, sehingga sikap
materi yang sedang diajarkan. Ingat prinsip berdemokrasi bisa dibina dengan
umum dalam mengajar dan belajar adalah : I baik.
listen, I forget; I see, I remember, and I do, I 2) Azaz siswa sentris. Guru hendaknya
understand. Maka keterlibatan siswa dalam selalu melakukan pembinaan secara
setiap PBM adalah sangat penting. terus menerus melalui pendekatan
Pola pendidikan dan pengajaran yang manusiawi. Jadi siswa adalah
efektif (moral dan etika) seperti ini juga semntral dari kegiatan PBM yang
sesuai dengan empat pilar pendidikan yang diciptakan.
direkomendasikan oleh Unesco (1996). 3) Azaz menyentuh emosi, hati dan
Keempat pilar itu ialah: Learning to know, kemauan siswa. Hal ini ditujukan
Learning to do, learning to live together agar siswa tahap internalisasi
dan learning to be. Hal ini menyiratkan terhadap target moral dan etika yang
bahwa anak didik hendaklah didik sedang diajarkan. Pengajaran moral
bagaimana mencari dan menemukan nilai dan etika hendaklah selalu dilakukan
moral dan etika agar mereka bisa hidup
275
dengan suasana yang memungkinkan 2. Kegiatan inti. Pada bagian ini guru
nilai-nilai moral etika untuk dibina. melakukan proses pembelajaran melalui
4) Azaz materi harus mudah dicerna kegiatan explorasi, elaborasi dan
Artinya adalah pesan moral dan etika konfirmasi. Pada bagian inilah guru
yang disampaikan hendaknya mulai melakukan penanaman dan pembinaan
dari yang sederhana sampai pada nilai guna pembentukan nilai, sikap dan
yang kompleks. Mulailah dari karakter. Khusus untuk pembelajaran
lingkungan siswa dan hal yang nilai, sikap dan pembentukan karakter
dilakukan sehari-hari. Contoh : guru harus menggunakan model-model
kebersihan, antri, berbicara yang pembelajaran yang akan diuraikan pada
baik, bertegur sapa dengan orang lain bagian ini.
dan sebagainya. 3. Kegiatan penutup. Pada langkah ini guru
akan menutup pembelajaran dengan
Dengan demikian pengajaran moral pengambilan kesimpulan, pembuatan
dan etika akan dapat mencapai sasaran yaitu resume, konfirmasi nilai,sikap dan
menyentuh aspek terdalam dari jiwa manusia pembentukan karakter terhadap norma-
(anak didik). Akhirnya diharapkan terjadilah norma yang berlaku ditengah masyarakat
pembinaan nilai dan moral yang baik sesuai dan Negara Kesatuan Republik
dengan nilai, norma dan kaidah yang berlaku Indonesia.
secara lokal, nasional dan global.
Dengan demikian strategi
8. Strategi Pembelajaran Nilai, sikap pembelajaran nilai, sikap dan pembentukan
dan Pembentukan Karakter karakter dapat dilakukan dengan kegiatan
Proses pembelajaran Pendidikan penanamana dan pembinaan nilai dalam
Kewarganegaraan (Pkn) juga tidak jauh kegiatan inti dalam proses pembelajaran.
berbeda dengan mata-mata pelajaran lain.
Bedanya adalah Pkn tidak saja menekankan 9. Model-Model Pembelajaran Nilai,
aspek kognitif tetapi juga menekankan aspek Sikap dan Pembentukan Karakter.
afektif dan psychomotor. Besarnya porsi Salah satu model pembelajaran nilai,
kognitif, affektif atau psychomotor dalam sikap dan pembetukan karakter adalah
satu proses pembelajaran tergantung pada melalui Model Value Clarification Technique
standar kompetensi dan kompetensi dasar (VCT). Model VCT atau Teknik
serta indikator yang dituju oleh topik Mengklarifikasi nilai adalah model
pembelajaran yang akan dilakukakan. pembelajaran dengan teknik menggali untuk
Dengan demikian langkah -langkah mengklarifikasi nilai guna memberi
pembelajaran Pkn adalah: kesempatan kepada siswa untuk melakukan
1. Pembukaan Pembelajaran. Pada bagian kajian bagi pencerahan suatu nilai dan moral
ini guru mengantarkan keadaan dan untuk memperjelas sehingga siswa
siswa kepada proses pembelajaran yang memahami, merasakan kebenaran dan
akan dilakukan. Hal ini dapat dilakukan manfaat dari suatu nilai sehingga nilai-nlai
melalui kegiatan apersepsi. Apabila tersebut
keadaan dan peserta didik sudah masuk menjadi mempribadi, terintegrasi dalam
kepada situasi (turn in) pada iklim system nilai pribadinya.
pembelajaran maka guru sudah boleh VCT adalah satu pendekatan dalam
memulai proses pembelajaran. Kegiatan pendidikan nilai yang memberikan bantuan
ini dapat dikonotasikan kepada sebuah dalam proses pemahaman dan penyadaran
komputer, dimana data dapat di pemilikan nilai serta kemampuan untuk
masukkan apa bila komputer sudah menggunakannya dalam memecahkan
hidup, apa bila komputer belum hidup masalah-masalah kehidupan secara cerdas
data tidak bias di masukkan. dan bermartabat. Hal ini ditujukan membantu
pseserta didik untuk memilih perbuatan yang
276
terbaik yang mendukung penampilan prilaku keluarga kita dapat
akhlak mulia sebagai warga masyarakat, hidup dengan baik
5. Laporkan setiap
bangsa dan Negara.
kejahatan yang kita
Pada bagian berikut ini akan ketahui
ditampilkan model-model pembelajaran
nilai, sikap dan pembentukan karakter yang Pembinaan nilai, sikap dan
paling mungkin dipraktekan dan pembentukan karakter dapat dilakukan
dilaksanakan oleh guru dalam proses dengan mendiskusikan secara mendalam dan
pembelajaran di dalam kelas. Perlu dicatat menggali alas an/rasional siswa sehingga
model ini sifatnya adalah bisa sebagai diwaktu itulah guru dapat melakukan
strategi pembelajaran utuh atau dapat juga penanaman, pembinaan nilai, sikap dan
sebagai suplemen bagi model pembelajaran pembentukan karakter. Guru dapat membuat
yang dipilih dan dilakukan oleh guru dalam berbagai daftar kebaikan dan keburukan
kelas. Yang penting adalah guru melakukan sesuai dengan pokok persoalan yang akan
penanaman, pembinaan nilai, sikap serta dibahas.
pembentukan karakter anak didik. b. VCT dengan Menentukan Tingkat
Urutan (Rank Order)
a. VCT Model Pembuatan Daftar 1. Pengertian
Kebaikan dan keburukan Adalah tehnik pembelajaran nilai dansikap
1. Pengertian melalui analisa pernyataan yang ada pada
Yaitu model pembelajaran nilai dengan sebuah daftar. Peserta didik diminta
menganalisa nilai melalui pernyataan yang membuat urutan/meranking (rank order)
dibuat dalam bentuk daftar tentang topik atau pernyataan-pernyataantersebut. Perlu dicatat
pokok bahasan yang akan dibahas. Daftar itu bahwa daftar ini harus dipisah antara daftar
berisi nilai kebaikan dan keburukkan secara kebaikan dan keburukkan.
bersama-sama. Daftar itu dapat dibuat oleh 2. Pelaksanaan Operasionalnya
guru atau siswa atau guru dan siswa secara Buat daftar kebaikan atau keburukan
bersama-sama. Guru meminta kelompok meranking
2. Pelaksanaan Operasionalnya pernyataan-pernyataan yang ada dalam
Guru memberikan penjelasan tugas daftar.
yang dilakukan siswa Guru membuat kesimpulan/penegasan
Menentukan lamanya waktu 3. Contoh VCT dengan Daftar
melaksanakan tugas. Menentukan Urutan Nilai
Meminta pendapat, alasan serta Daftar: Urutan Kebaikan Kewajiban Manusia
logika pemilihan nilai Dalam Kehidupan Masyarakat
Guru memberikan kesimpulan Menanggulangi Bencana Alam
Contoh daftar kebaikan dan keburukan No. Pernyataan Tingkat
Tujuan: 1 Membina kesadaran ; 2.Mematuhi Urutan
kewajiban dalam etika masyarakat hokum 1. Mengunjugi tempat
Judul: Daftar kebaikan dan bencana
keburukan dalam HAM dalam 2. Memberikan
Kehidupan sehari-hari sumbangan
No. Pernyataan Baik Buruk
1. Kerjakan setiap
3. Menunjukkan rasa haru
pekerjaan apapun atau sedih
asalkan halal 4. Mengumpulkan dana
2. Percayakan saja masa untuk disumbangkan
depan kita kepada 5. Membantu secara
nasib
3. Jangan peduli dengan
langsung para korban
kesusahan orang lain ditempat bencana
4. Yang penting diri dan
277
c. VCT Dengan Inkuiri Nilai/Games ayahnya. Elvy akan menikah minggu
a. Pengertian depan
Adalah stategi pembelajaran nilai, 5. Pak Kamal, ayah dari lima anak yang
sikap dan pembentukan karakter melalui masih kecil-kecil.Belaiu pedagang yang
proses penemuan nilai melalui analisa maju dan anggota DPRD
naskah tulisan yang bersisi kasus yang kabupaten.Keadaanya sungguh sangat
memuat nilai-nilai yang dapat dibahas secara gawat dan memerlukan bantuan dokter
mendalam. Hal ini dapat dilakukan melalui segera
pertanyaan – petanyaan yang ditujukan guna 6. Ibu Nini, seorang ibu yang suami dan
pembinaan nilai dan sikap. anaknya musnah terbawa hanyut dibawa
2. Langkah Operasional air bah tengah malam.
Pembukaan 7. Ibu Asih, janda yang baru setahun
Mengemukakan Stimulus ditinggal mati suaminya dan ibu dari tiga
Mengklarifiskai permasalahan orang anak.Salah seorang bayinya
Analisa kasus dan menentukan posisi berusia 6 bulan sedang dirawat dirumah
siswa sakit
Penutup 8. Peltu Cowad Halimah, yang sedang
3. Contoh Cerita Inkuiri Nilai menjeguk orang tuanya didesa itu dan
Menyelamatkan Korban Banjir baru saja menikah dua minggu
Desa Tanjung Jaya terkena musibah sebelumnya. Dia pingsan
banjir besar. Rumah-rumah terendam, harta Tugas Siswa: Seandainya kamu
kekayaa hanyut serta sejumlah korban membawa perahu yang hanya mampu
manusia hilang dibawa banjir. Banjir adalah memuat lima orang saja (bila lebih akan
banjir bandang (dadakan da bergelombang karam) maka siapakah diantara mereka
besar) yang melanda desa itu pada tengah itu yang kalian selamatkan ? apa
malam yang sedang hujan lebat. alasanya?
Disatu tanggul ditemukan delapan orang d. VCT dengan Menganalisa Nilai
yang berhasil mnyelamatkan diri dan Melalui Naskah Tulisan
trhempas disitu.Mereka itulah adalah: 1. Pengertian
1. Haji Basri, seorang tua berusia 70 yahun Adalah proses pembelajaran nilai, sikap
dan ulama ternama yang disegani dan pembentukan karakter melalui
pendduk. Belaiau tamu undangan yang analisa naskah tulisan (cerita) yang
pada malam itu baru memberkan dakwah memuat konflik nilai, sikap, kejadian dan
di desa tersebut.Dan dua hari kemudian mngkin digunakan sebagai sarana
beliau harus memberikan dakwah di kota pembinaan nilai, sikap dan pembentukan
lain karakter. Naskah yang akan dianalisa
2. Guru IPA SMP desa itu yaitu pak Adi. dapat dibuat oleh guru atau dapat juga
Beliau satu-satunya guru IPA dan diambil dari media cetak atau media
mengajr dibeberapa SMP dan SMA di lainya.
daerah iu. Orangnya sangat baik dan
disenangi siswa.Pak Adi kepalanya
terantuk batu dan terus menerus 2. Langkah Operasionalnya
mengeluarkan darah a. Guru memberikan naskah serta
3. Ibu Hadijah. Ibu keala rumah yatim piatu pedoman kerja
yang mengasuh 50 anak yatim serta b. Pedoman kerja berisikan:
sangat pemurah dan baik mhati.Ia Bacalah dan telaah seara seksama
disenangi dan menjadi tambatan hati cerita ini
anak asuhanyandan masyarakat Tulislah pendapatmu atau
4. Seorang gadis cantik bernama Elvy yang penilaian mumengenai bagian-
patah kakinya dan terus menerus bagian tertentu.
mengerang sambil memanggil nama
278
Penilaian dimaksudkan terhadap Model pembelajaran VCT ini dapat
nilai-nilai yang terkandung dalam dilakukan secara utuh suatu pertemuan atau
cerita itu dapat juga dijadikan suplemen guna
Penilaian ditulis dalam lembaran penanaman nilai, sikap dan pembentukan
jawaban karakter dalam pertemuan tertentu. Guru
c. Contoh VCT dengan Menilai Naskah dapat memilih model pembelajarn tententu
Tulisan dan menulis/mencari stumulus yang sesuai
“Pak Sani sudah lima tahiun tidak dengan topic pembelajaan yang akan
membayar pajak. Bila petugas datang pak dilakukan. Model-model yang ditampilkan
Sani selalu menghindar. Sabtu lalun dalam modul ini adalah model yang mudah
petugas pajak datang dan berhasil dan dapat diaplikasikan dalam proses
menenmui pak Sani. Dalam pertemuan iu pembelajaran di dalam kelas sehari-hari.
petugas pajak meminta pak Sani
membayar pajaknya tepai pak Sani tidak
punay uang.pak Sani berjanji bulan
depan tanggal 5 akan melunasi pajaknya.
Tanggal 5petugas pajak dating dan pak
Sani menolak membayar pajaknya.
Petugas membentak dan terjadilah
pertengkaran. Akhirnya petugas kembali
kekantor dan melaporkan prilaku pak
Sani kepada atasanya”.
Catatan:
279
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ananda, Azwar (1997) Teacher Questioning and Learning Outcomes in Severa Indonesian
Social Studies Clasrooms, Launceston : Disertasi di University of Tasmania (unpublished)
Ananda, A. (2001) A study of the education of Social Studies Teachers at the School of
Educatiaon, Indiana University: Laporan Penelitian (Unpulished)
BSNP (2006) Panduan Penyususunan KTSP, Jakarta: BSNP
Bertens K (1997) Etika, Jakarta : Gramedia.Blogdetik.com weblog (akses 6 april 2012)
Dimyati & Mudjiono (1994) Belajar dan Pembelajaran, Diknas P2LPTK
Dirjen Dikti (1982), Program Akta Mengajar Akta V-B, Komponen Proses Belajar Mengajar,
Jakarta : Dikti
Kemendiknas (2010)”Rencana Induk Pengembangn Pendidikan Karakter Bangsa,Jakarta”
Kemendiknas.
Dirjen Dikti Kemendiknas (2011)”Naskah akademik Pendidikan Karakter di PT”, Bahan
Pelatihan Dosen Pendidikan Pancasila dan KWN 14-16 November 2011, Jakarta: Dirjen Dikti
Kariyawan, Bambang (2012) Multikultural:Kado Untuk Indonesia, Yogyakarta:Leutukaprio
MPR RI (2011) Panduan Pemasyarakatan UUD45 dan Ketapan MPR Republik Indonesia,
Jakarta: Sekjen MPR RI
Erie Sudewo (2011) Best Pratice Charater Building: Menuju Indonesia Lebih Baik,
Jakarta:Republika Penerbit
Hadiwardoyo, P (1990) Moral dan Masalahnya, Yogyakarta : Kanisius
Makmurtomo, A & Soekarno (1989) Etika (Filsafat Moral), Jakarta : Wira
Manan, Imran (1989) Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan, Dinas : P2LPTK
Noor Syam, M (1988) Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya :
Usaha Nasional
Prayitno&Afriva Khaidir (2010) Model Pendidikan Karakter Cerdas, UNP
Permendiknas No.22/2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Suciptoardi (2011) “Pendidikan Karakter”, Bahan Pelatihan Dosen Pancasila dan Pkn, Jakarta:
Dirjen dikti 14-16 November 2011.
Undang-undang No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Unesco (1996) Learning : The Treasure Within, Unesco : France
Ahmad kosasih Jahiri (1988) Stratgi pembelajaran IPS/Pkn Bandung: IKIP Bandung
Kemendikanas (2004) Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Pkn
Banks, James A. (1997) Educating Citizens in a Multi cultural Sociaty, New York
Teachers College Columbia University Press.
Bishop, J.J. (1999) Conceptions of Democracy and Citizenship and Citciv Education in
the Czech Republic A Comparison of Teach ers and Students in thee Types of Secondary
Schools, University of Iova: Ph.D Thesis (unpullished).
Butts, R. Freeman (1980) The Revival of Civic Education: A rationale for Citizenship in
American School, Palo alto (California): Phi Deltan Kappa.
Contreras, Gloria (1990) “International Perspectives on Research in Social Studies”. Social
Studies, 81 (6), 287-290.
280
Crowl, T.K.(1993) Fundamentals of Educational Research, Indianapolis: Brown
Communication, Inc.
Diamond, L. (1996) Cultivating Democratic Citizenship: Education for a New Century of
Democracy in the America, Cititas Conference, Buenos Aires, September 20- October 2.
Fischer, John M. (1999) Negotiating School and University Relationships in the Context of
Polish Civic Education Reforms, The Ohio State University: Ph.D Dissertation (unpublished).
Encyclopedia Americana (1999), Danbury: Grolier Inc.
Engle, S. & Ochoa, A.S. (1988) Education for Democratic Citizenship: Decision Making in the
social Studies, New York: Teacher College, Columbia University.
Ensllin, P.(2000) “Education and Democratic Citizenship: In Defense of Cosmopolitan”,
In Mal Leicester, Celia Modgil & sohan Modgil, Politics, Education and Citizenship, New
York: Falmer Press.
Gaylord, W. (2000) Civic Education Reform in Indonesia: Proposal for a Policy one
Education (Proposed for 2002 or 2003 after 2 years of Planning and one year of
Implementation), Bloomington: School of Education-Indiana University.
Good, T.L. & Brophy, J.E. (2000) Looking in Classrooms, New York: Addison Wesley
Longman, Inc.
Hlebowitsh, P.S. & Hamot, G. (1999) “Pragmatism and Civic Education Reform in the Czech
Republic”. The Educational Forum, 63 (3), 260-270.
Home Pages of the School of Education, Indiana University.
Interview recordings with School of Education Faculties Members.
Karyadi, B. (1994) Kurikulum Sekolah Menengah Umum, In Konvensi Nasional Pendidikan
Indonesia II, Kurrikulum untuk Abad 21, Jakarta: Grasindo
Longstreet, Wilma. S. (1989) “ Education for Citizenship: New Dimensions”. Social Education,
53 (1), 41-45.
Marciano, John (1997) Civic Literacy and Education: The Battle for the Hearts and
Minds of American Youth, New York: Peter Lang.
Marsh, C.& Stafford, K. (1984) Curriculum: Australian Perspectives and Issues,
Sydney: McGraw Hill Company.
Morse, Suzanne, W. (1998) Renewing Civic Capacity: Preparing College Students for Service
and Citizenship, Washington DC: The George Washington University Press.
Huda, N. (2001) “Pengajaran PPKn di Sekolah dan PT Gagal”. Kompas, Feb. 12, 9.
Patrick. J.J. & Sarma, V. (1997) “ Civic Education and The Advancement of Democracy In
Latvia”. International Journal of Social Education, 1w2 (2), 27-37.
Patrick, John, J. (1999) “Concepts at the Core of Education and for Democratic Citizenship” in
Charles F. Bahmueller & John J. Patrick (1999) Principles and Practices of Education for
Democratic Citizenship: International Perspective andProjects.
Quigley, C.N. & Hoar, J.N. (1997) Cititas: An Internasional Civic Education Exchange
Program”. International Journal of social Education, 12 (2), 11-26.
Reimers, Elonora, V. (1994) Education for democracy: The Roles of Schools, Washington
D.C: US. Agency for Internasional Dvelopment.
Remy, Richard C. & Strzemleczny (1997) “Education for democratic Citizenship in Poland”.
International Journal of Social Education, 12 (2), 38-61.
281
Ridley, Helen.S. & Hidveghi, B.& Pitts, A. (1997) “Civic Education for Democracy in
Hungary”. The National Journal of Social Education, 12 (2), 62-72.
School of Education Bulletin 2000/2002, Indiana University.
Shanker, A. (1997) “Education and Democratic Citizenship: Where We Stand” International
Journal of Social Education, 12 (2), 1-10.
Splitter, L. (1997) “Philosophy and Democracy in Asia and the Pacific: Philosophy and Civic
Education”. Thinking, 13 (3), 6-16.
The World Book Encyclopedia (1999), Chicago: World Book Inc.
Torney-Purta, J., Lehmann, R., Oswald, H. & Schulz, W. (2000) Citizenship and Education in
Twenty-Eight Countries: Civic Knowledge and Engagement at Age Fourteen, Amsterdam:
IEA Secretariat.
Windarto, B.B. (1996) “Mungkinkah Kebiasaan Bertanya di Sekolah „ Kompas, May, 14-1996
White, C. (1997) “ Indonesian Social Studies Education :A Critical Analysis”. The Social
Studies, 88, 87-91 Mr/Ap.
U.S Agency For Internasional Development (1994) Civic Education in School Systems of Latin
Amaerica and The Caribbean, Washington D.C: Academy for Educational Development.
Karyadi, B. (1994) Kurikulum Sekolah Menengah Umum, In Konvensi Nasional Pendidikan
Indonesia II, Kurrikulum untuk Abad 21, Jakarta: Grasindo
Longstreet, Wilma. S. (1989) “Education for Citizenship: New Dimensions”. Social Education,
53 (1), 41-45.
Marciano, John (1997) Civic Literacy and Education: The Battle for the Hearts and Minds of
American Youth, New York: Peter Lang.
Marsh, C.& Stafford, K. (1984) Curriculum: Australian Perspectives and Issues, Sydney:
McGraw Hill Company.
Morse, Suzanne, W. (1998) Renewing Civic Capacity: Preparing College Students for Service
and Citizenship, Washington DC: The George Washington University Press.
Huda, N. (2001) “Pengajaran PPKn di Sekolah dan PT Gagal”. Kompas, Feb. 12, 9.
Patrick. J.J. & Sarma, V. (1997) “ Civic Education and The Advancement of Democracy In
Latvia”. International Journal of Social Education, 1w2 (2), 27-37.
Patrick, John, J. (1999) “Concepts at the Core of Education and for Democratic Citizenship” in
Charles F. Bahmueller & John J. Patrick (1999) Principles and Practices of Education for
Democratic Citizenship: International Perspective and Projects.
Quigley, C.N. & Hoar, J.N. (1997) Cititas: An Internasional Civic Education Exchange
Program”. International Journal of social Education, 12 (2), 11-26.
Reimers, Elonora, V. (1994) Education for democracy: The Roles of Schools, Washington D.C:
US. Agency for Internasional Dvelopment.
Remy, Richard C. & Strzemleczny (1997) “Education for democratic Citizenship in Poland”.
International Journal of Social Education, 12 (2), 38-61.
Ridley, Helen.S. & Hidveghi, B.& Pitts, A. (1997) “Civic Education for Democracy in
Hungary”. The National Journal of Social Education, 12 (2), 62-72.
School of Education Bulletin 2000/2002, Indiana University.
Shanker, A. (1997) “Education and Democratic Citizenship: Where We Stand” International
Journal of Social Education, 12 (2), 1-10.
282
Splitter, L. (1997) “Philosophy and Democracy in Asia and the Pacific: Philosophy and Civic
Education”. Thinking, 13 (3), 6-16.
The World Book Encyclopedia (1999), Chicago: World Book Inc. Torney-Purta, J., Lehmann,
R., Oswald, H. & Schulz, W. (2000) Citizenship and Education in Twenty-Eight Countries:
Civic Knowledge and Engagement at AgeFourteen, Amsterdam: IEA Secretariat.
Windarto, B.B. (1996) “Mungkinkah Kebiasaan Bertanya di Sekolah „ Kompas, May, 14-1996
White, C. (1997) “ Indonesian Social Studies Education :A Critical Analysis”. The Social
Studies, 88, 87-91 Mr/Ap.
U.S Agency For Internasional Development (1994) Civic Education in School Systems of Latin
Amaerica and The Caribbean, Washington D.C: Academy for Educational Development.
Butts, R. Freeman (1980) The Revival of Civic Education: A Rationale for Citizenship in
American School, Palo Alto (CA.): Phi Delta Cappa
Encyclopedia Americana (1999), Danbury: Grolier Inc.
Goodlad,John,J.(1996) “Democracy, Education and Community” dalam Roger Soder (ed),
Democracy, Education and the School, San Fransisico: Jossey-Bass Publ.
Niemi,Ricahrd,G.&Junn,J.(1998) Civic Education: What Make Students Learn, New
Haven:Yale University Press.
The World Book Encyclopedia (1999), Chicago:World Book Inc.
283