oleh
setiap
institusi
di
dalam
masyarakat
dan
negara
untuk
batas wilayah negara dari orang-orang dengan latar belakang ras, etnis dan agama
yang berbeda atau dari pihak-pihak asing lainnya seperti lembaga-lembaga atau badanbadan internasional.
Definisi kewarganegaraan:
Kesulitan mendefinisikan konsep kewarganegaraan menyebabkan sering
digunakannya definisi yang dibuat oleh T.H. Marshall, seorang ilmuwan yang
mengangkat masalah kewarganegaraan setelah Perang Dunia II. Menurut Marshall
kewarganegaraan adalah
status yang diperoleh mereka yang merupakan anggota penuh sebuah
komunitas. Semua yang memiliki status tersebut memiliki hak dan ketvajiban
yang sama yang melekat pada status yang diperolehnya tersebut.
Definisi Marshall di atas menjadi acuan utama setiap kali membicarakan
kewarganegaraan. Sebagaimana pengertian umum tentang kewarganegaraan konsep
ini pertama-tama bermakna status atau keanggotaan seseorang dalam sebuah
kornunitas. Definisi Marshall tampaknya berisi lebih dari sekedar status seseorang
dalam kornunitas politik. Selain status konsep kewarganegaraan tersebut juga
mempunyai makna persumaun di antara sesama warga komunitas politik. Dan
persamaan tersebut diwujudkan dalam hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang melekat
pada seseorang karena ia mertipakan anggota komunitas tersebut. Ada dua dirnensi
yang terkandung dalam definisi Marshall tersebut. Pertama, seperangkat aturan hukum
yang mengatur hubungan antara individu, serta hak dan kewajiban negara maupun
warga negara. Kedua, seperangkat hubungan sosial di antara individu dan negara, dan
antar individu.
Definisi terbaru tentang kewarganegaraan memperlihatkan adanya cakupan
yang lebih luas daripada yang dikemukakan dalam konsepnya Marshall. Olof
Petersson, misalnya mengartikan kewarganegaraan sebagai "kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam pengaturan masyarakat. " Thomas lanowski memberikan
pengertian yang lain lagi, mentrutnya kewarganegaraan adalah "keanggotaan pasif
Dan aktif dalam sebuah negara nasional dengan hak-hak universal dan tingkat
yang
Iebih
merefleksikan
gagasan
demokrasi
dalam
konsep
Sedangkan
Machiavelli
berpendapat
virtue
yang
akan
menciptakan,
Uni Eropa, atau Perserikatan Bangsa-Bangsa), pada tingkat nasional (misalnya Pada
birokrasi di departemen dalam negeri, departemen pertanian, dan seterusnya) pada
tingkat pemerintahan daerah (misalnya pada birokrasi di tingkat propinsi, kabupaten
dan seterusnya). Namun demikian, pemerintah hanyalah salah satu dari berbagi
macam aktor yang berperan dalam melakukan govenance. Oleh sebab itu,
pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh aktor-aktor yang ada baik di dalarn
pemerintahan maupun di luar pemerintahan atau oleh struktur yang formal maupun
Informal dalam sebuah sistem.
Dalam analisis sistem politik. konsep good governance dipakai untuk melihat
keterlibatan berbagai pihak dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan. Apakah
aktor-aktor, baik ltu struktur-struktur (formal ataupun informal) maupun lndividu-individu,
telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang ada, dan hasilnya sesuai
dengan yang telah diperhitungkan. Sebagai contoh misalnya, jika undang-undang Anti
Monupoli disusun hanya oleh perusahaan yang memegang monopoli dalam bidang
telekomunikasi dan informasi dan bukan oIeh Iembaga DPR atau tanpa melibatkan
unsur-unsur lain seperti Iembaga konsumen lain seperti lembaga konsumen, kelompok
pemerhatian masalah teknologi dan informasi, atau kelompok pemerhati masalah
monopoli, dan lain-lain, maka dapat dipastikan bahwa undang-undang yang dihasilkan
menjadi pro-perusahaan yang melakukan monopoli tersebut. Dan kemampuan
hasilnya, UU Anti monopoli tidak dapat mengontrol praktik monopoli telekomunikasi dan
infromasi. Praktik pengambilan keputusan oleh struktur informal yang demikian ini
bertentangan dengan prinsip good governance karena mungkin dihasilkan lewat praktik
yang krup atau kolusi antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil pembuatan
undang-undang tersebut.
Ada delapan karaktenstik good governance dalam konteks politik atau dalam
penyelenggraan kehidupan politik. Pemerintahan yang, memenuhi persyaratan good
governance adalah pemerintahan yang
memberhatikan
4; Tanggap (Respunsiveness)
5; Berorientasi konsensus ( Concensus oriented)
6; Berkeadilan dan inklusif (Equity and inclusiceness)
7; Efektif dan Efisien (Effectivity and efficiency)
8; Akuntabel (Accountability)
Saat ini kebaikan dan keberhasilan sebuah pemerintahan atau sistem politik
akan, dinilai berdasarkan standar 'good governance'. Ini artinya kedelapan ciri tersebut
di atas akan
diterapkan
kedelapan
ciri
tersebut
dalam
perpolitikan
dan
penyelenggaraan
pemerintahannya.
Good governance dalam masyarakat sipil juga harus dapat dilaksanakan.
Tuntutan untuk mempraktikkan good governance dalam masyarakat kewargaan atau
civil society sama besarnya dengan tuntutan terhadap institusi pemerintahan atau pada
struktur formal. Organisasi atau kelompok kemasyarakatan misalnya organisasi
nrahasiswa, organisasi non-pernerintah, organisasi pemuda mesjid atau gereja,
organisasi perempuan, organisasi masyarakat adat, dan sebagainya diharapkan
memainkan pula peran mereka sesuai dengan aturan main yang merefleksikan
kedelapan ciri good governance tersebut di atas. Sebagai contoh misalnya, organisasi
Nadhatul Ulama (NU) harus pula memungkinkan terjadinya partisipasi dari para
pengikutnya dalam memilih ketua, menaati peraturan yang berlaku dan mempunyai
peraturan hukum yang berlaku, serta menerapkan prinsip transparansi baik dalam
urusan keuangan organisasi fnaupun dalam penggunaannya. Para pimpinan NU harus
tanggap atas berbagai persoalan yang terjadi dalam partai atau di dalam masyarakat;
melibatkan sebanyak mungkin anggota, bersifat terbuka untuk semua kelompok yang
berkepentingan. Selain itu organisai ini juga harus bersifat efektif dan efisien serta
hartrs akuntabel.
lsu penyelenggaraan yang baik atau good governance juga ntenjadi Perhatian
penting
dalam
kegiatan
ekonomi.
Dan
kttususnya
pada
sektor
ekonorni,
ekonomi
yang
tidak
baik
dapat
membawa
kerugian
yang
besar.
pcnyelenggaraan yang tidak baik dapat disebabkan oleh berbagai sebab di antaranya
adalah penempatan orang yang tidak kapabel dan plaktik korupsi. Khususnya
mengenai praktik korupsi banyak disoroti di negara-negara yang sedang berkembang.
Dalam salah satu laporan Bank Uunia di akhir tahun 1990-an dikatakan bahwa kurang
Iebih 30 persen bantuan ekonorni yang diberikan kepada Indonesia di masa Orde Baru
menguap dan tidak jelas penggunaannya; di antara sejurnlah penggunaannya adalah
untuk membayar para pejabat baik di tingkat nasional ataupun daerah untuk melicinkan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Tuntutan good governance diharapkan dapat
menghapuskaut atau mengurangi praktik penyelenggaraan ekonomi yang merugikan
seperti
itu.
Kini
sudah
umum
badan-badan
internasional
mensyaratkan
dilaksanakannya good governance dalam berbagai bantuan yang ntereka berikan untuk
negara-negara berkembang.
LATIHAN
Untuk mernperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah iatihan
berikut!
1; Jelaskan dan diskusikan pengaruh perubahan yang terjadi dalam perpolitikan di
dunia terhadap gagasan kewarf;anegaraan. Apa saja yang terjadi dalam politik di
dunia dan dampaknya!
2; Jelaskan rnengapa konsep kewarganegaraan yang dikembangkan oleh T. 11.
Marshall dipandang lebih luas daripada konsep-konsep kewarganegaraan yang
pernah ada sebelumnya.
3; Jelaskan perbedaan antara tradisl kewarganegaraan liberal (Jan tradisi republikan
dilihat Jai i hak-hak dan kewajiban warga negara terhadap negara dan antar warga
negara?
4; Jelaskan arti good governance. Ap yang dianggap penting dalam konsep tersebut
dan di mana konsep tersebut relevan untuk diterapkan?
5; Apa konsekuensinya jika pada urganlsasl-urganisasi kemasyarakatan dikenai
tuntutan untuk melaksanakan praktik good governance? Kaitkan dengan ciri-ciri
good governance!