Makalah Tumor Intrakranial
Makalah Tumor Intrakranial
“Tumor Intrakranial”
DALAM MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SISTEM NEUROBEHAVIOUR
KELOMPOK 5
1
KATA PENGANTAR
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak mengawal pemikiran, kecerdikan, ingatan dan emosi kita. Ia juga
mengkoordinasi fungsi tubuh (seperti pergerakan, peredaran darah dan
penghasilan hormon) dan mengirim perintah dari saraf-saraf (penglihatan,
pendengaran, bau, sentuhan dan rasa) kita.
Otak berada didalam rongga tengkorak, yang dilindungi oleh selaput
durameter. Struktur tulang tengkorak yang kaku dan keras serta selaput
durameter yang tidak elastis mengurangi kemungkinan pengembangan
jaringan otak dalam keadaan tertentu. Di dalam rongga tengkorak yang kaku
terdapat jaringan otak, darah dan pembuluh darah serta cairan serebrospinalis.
Berat otak ialah kira-kira satu setengah kilogram dan dikelilingi dan
dilindungi oleh tengkorak. Saraf tunjang (korda spina) terletak di dalam spina
(tulang belakang): ia terdiri daripada sel-sel saraf dan berkas saraf yang
menyambung otak ke seluruh bahagian badan. Saraf tunjang bermula dari
pangkal otak dan berakhir di pangkal turus spina.
Otak dan saraf tunjang membentuk sistem saraf pusat (central nervous
system). Bagian-bagian sistem saraf pusat ini sebagian besarnya terdiri dari
sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron membawa pesan ke sekitar tubuh
yang membolehkan kita bertindak seperti yang kita ingini (contohnya, berdiri
dan terus berjalan). Neuron juga membolehkan fungsi badan yang kita tidak
sadari langsung: contohnya, menyebabkan jantung berdetak cepat karena kita
berolahraga.
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma
seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di
dalam kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak
setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat
dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit
4
Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum
dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang
pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.
Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak
apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis
yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa
tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari
masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan
destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian ada bebrapa jenis tumor yang
mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari
tumor otak. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti
dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding
perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60
tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang
bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak,
hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan lainnya (26,9 persen)
tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor
metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2
persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak,
suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle
dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor
terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri
dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.
5
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui konsep dasar tumor intrakranial.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan tumor
intrakranial.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Tumor Intrakranial.
2. Untuk mengetahui etiologi Tumor Intrakranial.
3. Untuk mengetahui klasisifikasi Tumor Intrakranial.
4. Untuk mengetahui patofisiologi Tumor Intrakranial.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tumor Intrakranial.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Tumor Intrakranial.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Tumor Intrakranial.
8. Untuk mengetahui pengkajian pada klien dengan Tumor Intrakranial.
9. Untuk mengetahui diagnosa yang sering muncul pada klien dengan Tumor
Intrakranial.
10. Untuk mengetahui perencanaan pada klien dengan Tumor Intrakranial
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi
Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada
intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu
bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga
dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan. (Brunner and
Suddarth. 2001.)
2.1.2 Etiologi
- Riwayat trauma kepala
- Faktor genetik
- Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
- Virus tertentu
2.1.3 Klasifikasi
Identifikasi dan klasifikasi tumor otak merupakan hal yang sulit.
Modifikasi Bailey Cushing berdasarkan histogenesis digunakan
bermacam-macam klasifikasi. Di bawah ini klasifikasi menurut Kempe
dkk.
1) Menurut asalnya:
Tumor primer dari jaringan otak sendiri tumor otak metastasis.
2) Menurut gambaran histologik.
Glioma : astrositoma, meduloblastoma, ependimoma, glioma batang
otak, glioma kiasma dan nervus optikus. kraniofaringioma,
papiloma pleksus koroideus, pinealoma tumor lain seperti jaringan
saraf, neurinoma, meningioma.
3) Menurut lokalisasi tumor.
Supratentorial:
a) Daerah supraselar : kraniofaringioma, glioma kiasma optikus.
7
b) Daerah talamus dan ventrikel IV : pinealoma, glioma,
hamartoma.
c) Daerah hemisfer serebri : elioma. ependimoma, sarkoma.
2.1.4 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan peningkatan intracranial serta tanda dan
gejala local sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian dari
spesifik otak. Sesuai dengan hipotesis Monroe-killie yang
dimodifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang
berisi materi esensial yang tidak dapat tertekan : benda otak, darah
dalam vaskuler dan cairan serebrospinal (CSS). Jika salah satu
komponen dalam tengkorak volumenya meningkat, TIK akan
meningkat, kecuali satu dari komponen lain menurunkan volumenya.
Konsekuensinya terdapat perubahan volume otak bila terjadi gangguan
seperti tumor otak atau edema serebral ini akan menimbulkan tanda
dan gejala peningkatan intracranial.
Gejala- gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang
berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor.
Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak,
cairan serebrospinal, dan darah serebral (semua terletak didalam
tengkorak). Sebagai akibat pertumbuhan tumor maka kompensasi
penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena
intracranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui
peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang
pada aliran darah serebral dan menurunnya masa jaringan otak
intraselular dan ekstraselular. Bila kompensasi ini semua gagal, pasien
mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK. (Brunner and Suddarth.
2001)
8
PATHWAY :
Tumor otak
Penekanan tumor
Suplai darah
ke otak
Kompensasi: Hidrocefalus
1.Vasokontriksi pemb drh otak
2.Mempercepat absorbsi
cairan cerbrospinal
Hipoksia
Peningkatan
Gagal
TIK
Nekrosis jaringan
Nyeri
a. Nyeri kepala
Kurangnya b. Mual muntah Anoreksia
pengetahuan proyektil
c. Hipertensi
d. Bradikardi
Gangguan perfusi e. Kesadran Gangguan
jaringan otak Ansietas nutrisi
menurun
9
2.1.5 Manifestasi Klinis
1) Gejala-Gejala Umum
Akibat peninggian tekanan intrakranial.
a) Muntah
Merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama,
timbulnya terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual, pada
tingkat lanjut, muntah menjadi proyektil.
b) Sakit kepala
Dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan ber-
ulang-ulang, nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari, dapat
timbul akibat batuk, bersin dan mengejan. Lokasi nyeri
unilateral/bilateral yang terutama dirasakan daerah frontal dan
suboksipital.
c) Gejala mata
o Strabismus/diplopia dapat terjadi karena regangan nervus
abdusens.
o Edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang
sangat penting untuk tumor intrakranial. Bailey menemukan
gejala ini path 80% tumor otak anak
d) Pembesaran Kepala
Terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang fontanelnya
belum tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya
menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial
e) Gangguan kesadaran
Dapat ringan sampai yang berat.
f) Kejang
Sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor
supratentorial; pada tumor infratentorial, kejang menunjukkan
tingkat yang sudah lanjut.
g) Gangguan mental
10
Lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila
tumor berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis.
2) Gejala-gejala lokal sesuai lokasi tumor;
a. Tumor Korteks Motorik memanifestasikan diri dengan
menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu
sisi tubuh, yang disebut kejang Jacknison. (Brunner and
Suddarth. 2001)
b. Tumor lobus Oksipital menimbulkan manifestasi visual,
hemianopsia homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan
pada setengah lapang lapang pandangan, pada sisi yang
berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan. (Brunner
and Suddarth. 2001)
c. Tumor Cerebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan)atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi lesi, otot-otot tidak terkoordinasi
dan nistagmus (gerkakan mata berirama tidak disengaja)
biasanya menunjukka gerakan horizontal. (Brunner and
Suddarth. 2001)
d. Tumor Lobus Frontal sering menyebabkan gangguan
kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku, dan
disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem
yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan
bahasa cabul. (Brunner and Suddarth. 2001)
e. Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf
akustik dan memebri rangkaian gejala yang timbul dengan
semua karakteristik gejala pada tumor otak. (Brunner and
Suddarth. 2001)`
1. Pertama tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti
perkembangan saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli
(gangguan saraf kranial kedelapan)
11
2. Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan
lidah (berhubungan dengan saraf kranial kelima)
3. Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralisis (keterlibatan
saraf kranial ketujuh)
4. Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan
serebelum mungkin ada abnormalitas pada fungsi motoorik.
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi atau
kombinasi ketiga – tiganya.
12
c. Terapi obat. Kortikosteroid, antikonvulsan, analgesic/antipiretik,
histamine reseptor antagonis, antacids, kemoterapi sistemik.
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur (51 sampai ≥60), jenis kelamin (laki-laki >
perempuan),agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat,
status perkawinan, dan penanggung biaya dll.
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan
peningkatan TIK dan adanya gangguan fokal seperti nyeri
kepala hebat, muntah-muntah,kejang,dan penurunan tingkat
kesadaran.
- Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan
tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan
double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia),
hilangnya ketajaman penglihatan atau diplopia
- Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien atau keluarga apakah klien pernah
mengalami trauma kepala ?
Tanyakan pada klien atau keluarga apakah klien pernah
menjalani pembedahan kepala?
- Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang,
yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala
13
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Kesadaran menurun
TTV
- TD : Hipertensi
- Nadi : Bradikardi (<60x/mnit)
- Suhu : Hipertermi (<37,5oC)
- RR : Bradipnea (<16x/mnit)
Pernafasan B1 (breath)
Pola nafas tidak teratur, penggunaan otot bantu pernafasan.
Kardiovaskular B2 (blood)
Tekanan darah : Hipertensi, denyut nadi menurun, HR menurun,
irama jantung irregular.
Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia
b. Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus
temporal
c. Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya,
pada lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) : ketidakmampuan sensasi (parathesia
atau anasthesia)
e. Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif
atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari
keduanya.
f. Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman tangan
tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
g. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.
14
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1- 6 tergantung responnya yaitu :
Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya
berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih
jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya
“aduh…, bapak…”)
(1) : Tidak ada respon
Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku
diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di
sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
Perkemihan B4 (bladder)
Produksi urin: menurun
15
Pencernaan B5 (bowel)
Penurunan BB, penurunan nafsu makan, mual muntah, mukosa
bibir kering
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Kelelahan, turgor kulit menurun, kelemahan otot (<5)
4. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
- Riwayat keluarga denga tumor
- Terpapar radiasi berlebih.
- Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman
- Penglihatan dan diplopia
- Kecanduan Alkohol, perokok berat
- Terjadi perasaan abnormal
- Gangguan kepribadian / halusinasi
b. Pola nutrisi metabolik
- Riwayat epilepsi
- Nafsu makan hilang
- Adanya mual, muntah selama fase akut
- Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
- Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan
Faringeal)
c. Pola eliminasi
- Perubahan pola berkemih dan buang air besar
(Inkontinensia)
- Bising usus negative
d. Pola aktifitas dan latihan
- Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan
tingkat kesadaran
- Resiko trauma karena epilepsi
- Hamiparase, ataksia
- Gangguan penglihatan
16
- Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
e. Pola tidur dan istirahat
- Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
- Pusing
- Sakit kepala
- Kelemahan
- Tinitus
- Afasia motorik
- Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
- Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
- Penurunan memori, pemecahan masalah
- Kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
- Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
- Tidak mampu merekam gambar
- Tidak mampu membedakan kanan/kiri
g. Pola persepsi dan konsep diri
- Perasaan tidak berdaya dan putus asa
- Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Masalah bicara
- Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan
komunikasi verbal/ bicara pelo )
i.Reproduksi dan seksualitas
- Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan
seksualitas
- Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
- Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
- Mekanisme koping yang biasa digunakan
- Perasaan tidak berdaya, putus asa
17
- Respon emosional klien terhadap status saat ini
- Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
- Mudah tersinggung
k. Sistem kepercayaan
- Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu
5. Pemeriksaan Penunjang
- Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
- Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
- X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi
intracranial.
- X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
- CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran
ventrikel serebral.
- Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline.
- Oftalmoskop : Pada daerah fundus terdapat kaburnya batas papil,
warna papil menjadi lebih kemerahan dan pucat pembuluh darah
melebar atau kadang terputus-putus
- Pemeriksaan darah: albumin menurun (<3.5mg/dl), Hb menurun
(laki-laki <13,5g/dl, perempuan <12g/dl)
18
- Pasien gelisah
DS : pasien mengeluh edema serebri Perubahan perfusi
sakit kepala sekunder terhadap jaringan otak
DO : penekanan oleh
Biasanya dibuktikan tumor.
dengan ;
- Tekanan perfusi
serebral <60mmHg
- Tekanan intrakranial
<15mmHg
- Tekanan arteri rata-
rata 80-100mmHg
- RR menurun
(<16x/mnit)
DS : Klien mengeluh Anoreksia Nutrisi kurang dari
mual, kebutuhan tubuh
DO :
Biasanya dibuktikan
dengan;
A: Penurunan BB
B:Albumin menurun
(<3,5mg/dl) Hb
menurun (laki-laki
<13,5 g/dl, perempuan
<12mg/dl)
C:Lemah, mukosa
kering, mual,muntah
D:-
Diagnosa Keperawatan
19
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema sekunder
terhadap penekanan oleh tumor.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
2.2.3. Perencanaan
20
pasien/keluarga untuk meningkatkan
melaporkan nyeri intervensi dini dan
dengan segera jika dapat mengurangi
nyeri timbul. beratnya serangan.
4. Berikan kompres 4.
dingin pada kepala nyaman dengan
menurunkan
vasodilatasi.
21
normal kepala 200-300. selanjutnya akan
meningkatkan TIK.
RR 16-
4. Bermanfaat sebagai
20x/menit
4. Pantau ketat indikator dari cairan
pemasukan dan total tubuh yang
pengeluaran cairan, terintegrasi dengan
turgor kulit dan perfusi jaringan.
keadaan membran 5. Aktivitas ini akan
mukosa. meningkatkan tekanan
5. Bantu pasien untuk intra toraks dan intra
menghindari/membata abdomen yang dapat
si batuk, muntah, meningkatkan TIK.
pengeluaran feses
yang
dipaksakan/mengejan. 6. Petunjuk non verbal ini
mengindikasikan
6. Perhatikan adanya adanya penekanan TIK
gelisah yang atau mennadakan
meningkat, adanya nyeri ketika
peningkatan keluhan pasien tidak dapat
dan tingkah laku yang mengungkapkan
tidak sesuai lainnya. keluhannya secara
verbal.
22
Klien relaksasi yaitu tarik 3. Tarik nafas dalam
tidak napas dalam. membantu untuk
mengalam 4. Timbang berat badan merelaksasikan dan
i bila memungkinkan. mengurangi mual.
penurunan 5. Kolaborasi dengan 4. Untuk mengetahui
BB lebih dokter untuk kehilangan berat badan
lanjut pemberian vitamin 5. Mencegah kekurangan
Tidak 6. Monitor hasil karena penurunan
lemas laboratorium: Hb, absorsi vitamin larut
Albumin albumin dalam lemak
normal 6. Menentukan status
(3,5-5,5 nutrisi
mg/dl)
Hb normal
(laki-laki
13,5-18
g/dl,
perempua
n 12-16
g/dl
Mukosa
lembab
Nafsu
makan
meningkat
BAB III
23
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial
yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk
ke dalam jaringan. (Brunner and Suddarth. 2001.) Tumor otak disebabkan
oleh;
- Riwayat trauma kepala
- Faktor genetik
- Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
- Virus tertentu
Tanda dan gejala pada pasien dengan tumor otak adalah: sakit kepala,
muntah,penglihatan ganda, kejang dan mengalami gangguan kesadaran dari
ringan sampai yang berat.
Keluhan utama pada pasien dengan tumor otak pada umumnya akibat dari
peninggian TIK seperti kepala hebat, muntah-muntah,kejang,dan penurunan
tingkat kesadaran.
Diagnosa Keperawatan yang sering muncul adalah:
4. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
5. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan Kerusakan
sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang
DAFTAR PUSTAKA
24
Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 3. EGC: Jakarta
Doengoes,Marylin E. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan /Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC:Jakarta.
25